Anda di halaman 1dari 2

JUDUL KASUS

PERKAWINAN KONTRAK

“ kasus perkawinan kontrak”

Kasus ini saya dengar dari Tante saya waktu berkunjung ke rumah menceritakan kasus kawin kontrak
yang terjadi di kampung suaminya bermula dari wanita ini maaf sebelumnya PSK yang kerja di kota tapi
di desa dia bilang dia kerja sebagai ART perkawinan itu terjadi dari tawaran bos wanita ini bahwa ada
seorang lelaki yang ingin memakai dia tapi harus menikah dulu yaitu kawin kontrak karena sebelum
perkawinan itu antara bos wanita ini dengan pelanggan itu terikat janji bahwa wanita ini akan menuruti
kemauannya kawin kontrak dengan persyaratan pembayaran dalam kurun 3 hari harga wanita ini sebesar
5 juta dan kalau 7 hari sebesar 15 juta dan persyaratan lainnya adalah pria itu tidak bertanggung jawab
kalau wanita ini hamil dan dia tidak mau mengakui anak tersebut dan lelaki tersebut mempunyai
persyaratan lainnya adalah wanita tersebut harus siap kapan pun laki-laki itu mau memakainya dan
pernikahan ini harus tersembunyi dari publik karena laki-laki tersebut sudah mempunyai istri dan anak
wanita yang kawin kontrak tersebut setuju dengan persyaratan yang diberi lelaki tersebut karena wanita
tersebut harus menanggung biaya seluruh anggota keluarganya yang bisa di bilang dia adalah tulang
punggung keluarga apalagi dia mempunyai dua orang anak dia juga harus membiayai perawatan bulanan
rumah sakit ibu dari wanita ini dan saat itu katanya sebetulnya dia tidak mau tapi karena terkendala biaya
yang harus dipenuhi dia menyetujuinya dan berita ini sampai tersebar karena istri dan anak dari lelaki
tersebut mengetahui bahwa wanita ini istri simpanan dari laki tersebut padahal cuman kawin kontrak tapi
pertama pertama yaitu tersebut tidak mau mengakui karena dia sudah terikat persyaratan dengan lelaki
tersebut bahwa perkawinan tersebut tidak boleh terbongkar tapi ujung-ujungnya karena sudah membawa
wanita tersebut ke pengadilan jadi dia mengakui semua bahwa dia adalah istri alias kawin kontrak dengan
lelaki tersebut selama 3 hari dan sebetulnya pada saat istri dan anak itu membawa wanita ke pengadilan
wanita, wanita ini sudah mengandung anak dari lelaki tersebut karena saat mereka kawin katanya yang
seharusnya lagi tersebut memakai alat pelindung saat berhubungan malah tidak memakainya dan anak
yang dikandung tersebut biar tidak menggugurkan dan katanya sekarang sudah berumur 4 tahun tanpa apa
adanya ayah ataupun diakui lelaki tersebut

PENJELASAN MATERI

Kawin kontrak adalah suatu bentuk perkawinan yang dibatasi oleh waktu tertentu sesuai yang
diperjanjikan kedua pihak dan merupakan suatu bentuk perkawinan yang tidak sah menurut UU No.1
Thn. 1974 tentang perkawinan. Kawin kontrak telah melanggar ketentuan pasal 2 ayat (2) UU No.1 Thn.
1974 karena dalam perkawinan ini tidak dilakukan pencatatan pada pejabat yang berwenang(KUA atau
Catatan Sipil) dalam rangka memperoleh kepastian hukumnya melalui surat nikah. Pada dasamya Kawin
Kontrak itu sendiri telah melanggar arti dan tujuan suci dari sebuah perkawinan sesuai dengan UU No. 1
Thn. 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, jadi tidak ada alasan untuk membenarkan dan mengesahkan
keberadaannya. Menurut Hukum Islam, kawin kontrak ini adalah haram hukumnya, yaitu dengan
mendasarkan pada dalil-dalil baik berasal dan Al Qur’an maupun Hadist. Jadi tidak ada alasan untuk
membenarkan bahkan mengesahkan keberadaan kawin kontrak atau kawin mut’ah ini. Didalam agama

Islam, kawin kontrak dikenal dengan Istilah kawin mut’ah. Kawin mut’ah Pernah terjadi pada zaman
Rasulullah. Pada waktu itu kondisinya berbeda; darurat Dan sedang dalam peperangan. Saat itu
Rasulullah mengizinkan tentaranya yang Terpisah jauh dari istrinya untuk melakukan Nikah mut’ah dari
padda melakukan Penyimpangan. Namun kemudian Rasulullah mengharamkannnya ketika Melakukan
pembebasan kota mekah pada Tahun 8 H./630M.
PENJELASAN SOLUSI TENTANG KASUS PERKAWINAN KONTRAK

Dari kasus perkawinan kontrak atau juga bisa di bilang kawin mut’ah dalam agam islam untuk solusinya
itu adalah lebih baik mereka kawin secara sah sesuai ketentuan hukum perkawinan terletak di pasal 1-2
uud perkawinan supaya mereka berhubungan secara sah tanpa adanya dosa dan kata haram tapi karena
laki-laki tersebut sudah mempunyai istri dan anak mereka harus mengikuti persyaratan sesuai pasal 3-4
uud perkawinan terlebih dahulu karena tanpa adanya persyaratan tersebut perkawinan tidak akan sah
menurut pasal 9 yang berbunyi “Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat
kawin lagi, kecuali dalam hal yang tersebut pada Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 Undang-undang ini.” Dan
untuk mengajukan permohonan ke pengadilan kedua bela pihak harus memenuhi persyaratan menurut
pasal 5 uud perkawinan, apabila semua itu sudah terpenuhi barulah dua bela pihak mengikuti syarat-
syarat perkawinan yang tertera dalam pasal 6 uud perkawinan dan yang lebih penting adalah kedua belah
pihak sudah memenuhi pasal 7 uud perkawinan yang terbaru UU 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas
UU 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Setelah perkawinan tersebut sudah terlaksana kembali lagi dua
bela pihak seharunya memikirkan anak yang lahir dari perkawinan tersebut sesuai pasal pasal 42 yang
berbunyi “ Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah.”
Dan juga mereka harus memikirkan tentang masa depan anak tersebut seperti dalam pembuatan akta
kelahiran dan syaratnya sesuai dalam Pasal 33 Perpres 96/2018 persyaratan untuk pencatatan kelahiran
dan bila memang anak tersebut tidak mau di akui bisa juga memakai pasal 55 uud perkawinan dalam
perkawinan laki-laki tersebut mau tidak mau harus mengikuti ketentuan-ketentuan menurut pasal 65 uud
perkawinan, apabila salah satu dari kedua bela pihak ingin berpisah harus salah satu dari mereka harus
mengajukan kata talak seperti penjelasan tentang pasal14 UU Perkawinan dan PP 9/1975 setela itu
mereka harus mengajukan atau mengugat kepengadilan sesuai pasal 40 uud perkawinan dan pengadilan
bisa mengambil keputusan sesuai pasal 38 yang berbunyi “Perkawinan dapat putus karena: Kematian,
Perceraian dan atas keputusan Pengadilan.” Setelah itu baru masuk ke pasal 39 uud perkawinan. Bicara
soal harta saat perkawinan dan mereka memutuskan untuk berpisah bisa di lihat di pasal 37 uud
perkawinan dan juga kedua bela pihak harus melihat akibat saat mereka cerai melalui pasal 41 yang
berbunyi “Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah : Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban
memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak; bilamana ada
perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi keputusannya; Bapak yang
bertanggung-jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu; bilamana
bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa
ibu ikut memikul biaya tersebut; Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan
biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri. “

“Sekian penjelasan saya tentang solusi kasus kawin kontrak yang saya angkat dalam tugas ini saya
ucapkan terima kasih untuk diri saya sendiri dan bila penjelasan saya tidak sesuai yang Ibu harapkan saya
ucapakan maaf karena yang saya tau tentang solusi dari kasus saya yang saya jabarkan begitu sekian dari
penjelasan solusi kasus kawin kontrak saya ucapkan beribu kata maaf “

Anda mungkin juga menyukai