Anda di halaman 1dari 5

Hukum Perkawinan

16 Feb 2023

Percatatan Perkawinan (pasal 5 KHI)


Dengan dicatatkan perkawinan (mensahkan perkawinan) berdasarkan pasal 2 ayat 1 UU
perkawinan. Dimana mencatatnya? Agama islam d KUA. Kristen di dukcapil. Akibat hukum
perkawinan yang sah atau dicatatkan tsb yaitu adanya kedudukan suami istri, harta perkawinan,
dan kedudukan anak. Pencatatan gunanya untuk menertibkan perkawinan dimana kepastian
hukum kedua belah pihak

Asas monogami yang absolut (pasal 3 ayat 1 UU Perkawinan)


“Pada asasnya seorang pria hanya boleh memiliki seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh
memiliki seorang suami.”
 Seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri dan seorang istri hanya mempunyai
seorang suami.

Asas monogami relative (pasal 3 ayat 2 UU Perkawinan)


“Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang
apabila dikendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.”
 Pengadilan dapat memberikan ijin lbh dr istri seorang apabila dikehendaki oleh istri pertama.
Mengapa ada norma ini? Karena di dalam agama islam diperbolehkan seorang suami beristri lbh
dr satu jikalau agamanya mengijinkan dan dikehendaki pihak2 yg bersangkutan (apabila
memenuhi syarat dari pasal 4 & 5)

Poligini dan Poliandri: Yang benar harusnya poligini bukan poligami


Poligini  terikat perkawinan yang beristri lbh dari satu. Diperbolehkan namun jika bisa berlaku
adil namun manusia tdk bs berlaku adil.

Syarat Poligami (Pasal 4 ayat 2 sifatnya alternatif )


Pengadilan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini hanya memberi izin kepada suami yang akan
beristri lebih dari seorang apabila:
a. istri tidak dapat memnjalankan kewajibannya sebagai isteri;
b. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan; c. istri tidak dapat
melahirkan keturunan.

Pasal 5 ayat 1 sifatnya komulatif dimana semuanya harus terpenuhi.


a. Harus diijini oleh pengadilan dan persetujuan oleh istrinya.
b. Ada kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak
mereka
c. Ada jaminan suami berlaku adil bagaimana memastikannya? Karena tdk bs manusia
berlaku adil. Ayat ini yang susah untuk dipenuhi
Asas monogami BW adalah asas monogami yg absolut .

Kalau dalam hukum perkawinan islam boleh beristri 4. Kalau lbh dr 4 maka sisanya tidak
tercatat (tidak diakui oleh negara).

Pasal 1/1974 ada 3 putusan MK yg berkaitan dg Batasan


Pasal 42 berkaitan dg keputusan anak
“Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah.”
Pasal 29 berkaitan dg perjanjian perkawinan
“(1) Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak atas persetujuan
bersama dapat mengajukan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat
perkawinan, setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga tersangkut.
(2) Perkawinan tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas hukum, agama
dan kesusilaan.
(3) Perjanjian tersebut dimulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan.
(4) Selama perkawinan dilangsung perjanjian tersebut tidak dapat diubah, kecuali bila dari
kedua belah pihak ada persetujuan untuk mengubah dan perubahan tidak merugikan pihak
ketiga.”

Kedua putusan ini tdk di akomodir dlm UU Perubahan Perkawinan.

Pasal 7 ayat 1 UU 1974

(1) “Perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun
dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun. “

 Di pasal ini menganggap Wanita tidak mempunyai HAM. Karena Wanita punya hak
Pendidikan, usia 16 tahun dianggap belum mendapatkan kehidupan yg layak atau memadai maka
diganti diputusan MK Pasal 7 UU 16 th 2019 menjadi 19 tahun yaitu Pria dan Wanita sama2
berusia 19 tahun.

Menikah dibawah umur (Pasal 7 ayat 2 UU 1974)

(2)” Dalam hal penyimpangan dalam ayat (1) pasal ini dapat minta dispensasi kepada
Pengadilan atau pejabat lain yang diminta oleh kedua orang tua pihak pria atau pihak wanita.”

 Meminta dispensasi pengadilan. Dengan adanya pasal ini membukanya peluang perkawinan
anak. Pengajuan permohonan dispensasi kawin yang belum mencapai 19 tahun begitu tinggi.
Banyak kasus Wanita sudah hamil terlebih dahulu maka dilengkapi di UU 16 tahun 2019
apabila ada alesan yang mendesak dengan wajib menghadirkan kedua pihak dg mendengarkan
alasan mereka. Apabila alasan tersebut si Wanita ingin sekolah namun tidak mau menikah maka
pengajuan tsb ditolak.

Pasal 47 UU Perkawinan
“(1) Anak yang belum mencapai umur 18 ( delapan belas ) tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut
dari kekuasaannya.
(2) Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar
Pengadilan.”

 kecakapan hukum berusia 18 tahun sehingga ketentuan dlm pasal 1330 BW usia 21 tahun
tidak berlaku lagi mengacu pasal 66 UU Perkawinan bilamana UU Perkawinan itu sdh mengatur
maka ketentuan2 yg lama mjd tdk berlaku lg. Ketentuan dlm BW yg mengatur kecakapan
perbuatan hukum tdk berlaku lg karna ada ketentuan yg baru yaitu pasal 47 UU Perkawinan.
Dasarnya ada asas hukum yang baru mengesampingkan hukum yg lama.

Pasal 29 BW
“ Laki-laki yang belum mencapai umur delapan belas tahun penuh dan perempuan yang belum
mencapai umur lima belas tahun penuh, tidak diperkenankan mengadakan perkawinan.”
 Kenapa tidak di usia 21 tahun? Dikarenakan di dalam perkawinan pakai perasaan. Kalau
kecakapan hukum baru berusia 21 taun. Kenapa si Wanita dibedakan di umur 15 tahun?
Dikarenakan Wanita pemikirannya lbh cepat matang.

Asas Prinsip Perceraian yang dipersulit gunanya untuk mencegah sewenang2an dari seorang
suami yang sebelumnya diatur di UU Perkawinan dengan mentalak (cerai) Wanita. Maka
menurut UU Perkawinan apabila seorang pria mengajukan ikrar talak ke pengadilan baru bisa
putus.Sepanjang tidak ada perjanjian kawinan maka menjadi harta bersama.

Sepakat bercerai tidak diperbolekan di dlm psl 39 UU Perkawinan.


Alasan cerai yang diakui di Pasal 39 UU Perkawinan
“1) Perceraian hanya dapat dilakukan didepan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang
bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.
2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami isteri itu tidak
akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri.”
 kebanyakan alasan yang digunakan di pengadilan agar dapat berlangsung perceraian adalah
tidak bisa akur. Dg alasan inilah tidak sesuai dg tujuan perkawinan yaitu kebahagiaaan.

Kedudukan Pria dan Wanita (1330 BW)


“Pasal 1330 KUH Perdata menyatakan “tidak cakap untuk membuat perjanjian” adalah :
Orang-orang yang belum dewasa ; Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan ; Wanita yang
sudah bersuami.”

 Dlm pasal 1330 BW dg perkawinan tsb Wanita mjd tdk cakap krn hrs mendapatkan
persetujuan suaminya. Jadi Wanita dan pria tidak sejajar kedudukannya maka diganti di dalam
UU Perkawinan pasal 31 istri dan suami cakap melakukan perbuatan hukum karena tdk perlu
mendapatkan persetujuan suaminya.

Syarat Perkawinan (Pasal 6-12 UU Perkawinan)


Perkawinan itu sah apabila ia memenuhi syarat2 perkawinan diatur dlm pasal 6-12 UU
Perkawinan. Khusus pasal 12 itu tata cara perkawinannya.
Syaratnya ad materiil dan subyektif (berkaitan dg para pihak) sdgkan syarat formilnya (tata cara
perkawinan).

Pasal 6 UU Perkawinan
(1) “Perkawinan didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.”
 Kalau terpaksa ada pembatalan hukumnya. Upaya hukumnya meminta pembatalan
perkawinan atau gugat perceraian. Kenapa ada permohonan pembatalan? Karena adany
pemaksaan.
(2) “Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh
satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua.”

Pasal 8 UU Perkawinan
Perkawinan dilarang antara dua orang yang:
a. berhubungan darah dalamgaris keturunan lurus ke bawah atau ke atas;
b. berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara, antara
seorang dengan seorang saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya;
c. berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu/bapak tiri;
d. berhubungan susuan, anak susuan, saudara dan bibi/paman susuan;
e. berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari isteri, dalam hal
seorang suami beristeri lebih dari seorang;
f. yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau praturan lain yang berlaku dilarang
kawin.

Pasal 9
“Seorang yang terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi, kecuali dalam
hal yang tersebut dalam Pasal 3 ayat (2) dan dalam Pasal 4 Undang-undang ini.”

 Dapat dilangsungkan perkawinan di dalam pasal ini dimana seorang pria sedang tidak berikat
perkawinan
Pasal 10 UU Perkawinan

“Apabila suami dan istri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain dan bercerai lagi
untuk kedua kalinya, maka diantara mereka tidak boleh dilangsungkan perkawinan lagi,
sepanjang hukum, masing-masing agama dan kepercayaan itu dari yang bersangkutan tidak
menentukan lain.”

 Suami istri yang bercerai kemudian balik lagi tidak boleh. Guna nya untuk menghindari noda
tujuan perkawinan

Pasal 11 UU Perkawinan
(1) “Bagi seorang yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu.”
 Bagi seorang yang Wanita putusnya perkawinan karena putusan pengadilan. Maka berlakulah
jangka waktu tunggu yang diatur PP tahun 1975 nuansanya lingkup agama. Sangat kental dg
agama (syarat materiil yg hrs dipenuhi calon suami istri)

(2) Tenggang waktu jangka waktu tunggu tersebut ayat (1) akan diatur dalam Peraturan
Pemerintah lebih lanjut.”sS

Pasal 12

Tata cara perkawinan diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri. Diatur dlm pasal 9
tahun 1975

Bagaimana kepastian hukum bagi kepercayaan agama yang selain agama islam?
Bagi kepercayaan selain agama islam pengajuan permohonan perkawinan ke Pengadilan negeri
untuk dicatatkan. Apabila pengajuan tersebut dikabulkan maka produknya adalah penetapan,
kemudian penetapan tersebut dibawa ke dispendukcapil untuk dibuatkan KSK (kartu keluarga)
dan akta nikah. Namun dispendukcapil tidak mencatat harta perkawinan maka memerlukan
dokumen otentik yaitu buku nikah dimana terjadinya peristiwa hukum. Apakah pernikahan tsb
berlaku surut atau pernikahan tersebut baru pada saat penetapan dikabulkan? Dengan penetapan
itu maka berlaku surut. Ex : berkaitan dg ahli waris. Suaminya meninggal dunia maka butuh
penetapan ahliwaris namun si istri belum dapat menunjukan akta nikah, maka diajukan
permohonan telah berlangsung pernikahan dg almarhum ke pengadilan negeri. Apabila
dikabulkan maka dispendukcapil dapat menerbitkan buku nikah kemudian diakuinya ahli waris
berserta harta Bersama.

Anda mungkin juga menyukai