Anda di halaman 1dari 4

B.

Hukum Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan

Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan Yang Maha Esa

2. Sumber Hukum Perkawinan


- Sebelum UU No. 1/74
(1) Hukum Islam untuk orang muslim
(2) Hukum Adat untuk golongan yang bukan islam selain china
(3) BW untuk golongan china dan eropa
(4) Huwelijk Ordonnantie Christen Indonesiers (HOCI) S. 1933 No. 74 untuk golongan
agama Kristen
(5) Regeling Op De Gemengde Huwelijken S. 1898 No 158 untuk antar golongan
- UU No. 1 Tahun 1974
- Aturan Pelaksana:
(1) PP No. 9 Tahun 1975
(2) PP No. 45 Tahun 1990
3. Syarat Sahnya Perkawinan

Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu (Pasal 1 ayat 2).

Tiap-Tiap Perkawinan Dicatat Menurut UU Yang Berlaku

Tidak Dicatat Sah atau Tidak?

- Sah
(1) Karena syarat sahnya sesuai dengan agama masing-masing seperti diatur pasal 1
ayat 2
(2) PP No. 9 Tahun 1975 disebutkan bahwa bagi mereka yang tidak dicatat
perkawinannya dikenakan denda (pasal 45), namun bukan menentukan syarat
sahnya perkawinan
- Tidak Sah
(1) Karena Ayat 1 dan 2 adalah satu kesatuan yang harus dipenuhi
(2) Terkait dengan upaya pembuktian harus didasarkan pada catatan perkawinan
4. Asas Monogami
(1) Pada dasarnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang
isteri, seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami
(2) Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari
seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan
- Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri
- Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan
- Istri tidak dapat melahirkan keturunan
5. Syarat Perkawinan:
(1) Perkawinan harus didasarkan atas perjanjian kedua calon mempelai
(2) Belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin orang tua
(3) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 dan wanita 16
tahun
(4) Orang-orang yang oleh UU dilarang untuk melakukan perkawinan karena hubungan
darah, semenda, susuan, dst
(5) Seorang yang masih terikat perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi,
kecuali yang diatur pada pasal 3 ayat (2), dan pasal 9
(6) Larangan perkawinan bagi suami istri yang telah bercerai
(7) Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya, berlaku jangka waktu tunggu atau
masa iddah
6. Pencegahan Perkawinan:
(1) Pencegahan perkawinan dengan mengajukan permohonan karena tidak memenuhi
syarat-syarat perkawinan dimana perkawinan tersebut dilangsungkan dan
diberitahukan kepada pegawai pencatat pernikahan
(2) Orang yang mencegah perkawinan tsb dapat menarik kembali permohonan
pencegahan perkawinannya
(3) Perkawinan tidak dapat dilangsungkan apabila pencegahan tsb belum dicabut
(4) Pegawai pencatat perkawinan tidak boleh melangsungkan atau membantu perkawinan
bila ia tahu adanya pelanggaran yang diatur dalam pasal 7 (1), 8, 9, 10 dan 12,
meskipun tidak ada pencegahan perkawinan
7. Pembatalan Perkawinan:
(1) Pada prinsipnya, perkawinan bisa dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi
syarat-syarat perkawinan
(2) Pembatalan perkawinan dilakukan karena tidak terpenuhinya syarat perkawinan
8. Perjanjian Perkawinan
(1) Perjanjian Kawin adalah perjanjian yang mengatur akibat suatu perkawinan di dalam
bidang harta kekayaan
(2) Perjanjian perkawinan di dalam BW pasal 139 sebagai penyimpangan dari prinsip
persatuan harta kekayaan pasal 119
(3) Dilihat dari prinsip UU Perkawinan, dikenal persatuan bulat dan segala persatuan
dikesampingkan (pasal 35)
(4) Bentuknya tertulis, dilakukan sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungkan dan
disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan
(5) Perjanjian Kawin tersebut tidak boleh melanggar UU dan kesusilaan
9. Hak dan Kewajiban Suami Istri
(1) Hak dan kedudukan seimbang
(2) Masing-masing berhak untuk melakukan perbuatan hukum
(3) SEMA No. 3 Tahun 1963 mencabut pasal 108, 110 BW
(4) Pasal 106 BW dan pasal 32 ayat (2) tentang tempat kediaman
10. Harta Perkawinan
(1) Harta
- Harta yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama
- Harta yang dibawa masing-masing pihak sebelum perkawinan tetap di bawah
penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain
11. Putusnya Perkawinan
(1) Kematian
(2) Perceraian
- Alasan Perceraian:
(a) Zinah, pemabuk, pemadat, penjudi yang sukar disembuhkan
(b) Salah satu pihak meninggalkan pihak yang lain dua tahun berturut-turut tanpa ijin
pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar
kemampuannya
(c) Salah satu pihak mendapat hukuman 5 tahun penjara atau lebih setelah
perkawinan berlangsung
(d) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain
(e) Salah satu pihak mendapat cacat badan sehingga tidak dapat menjalankan
kewajibannya sebagai suami atau istri
(f) Antara suami atau istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan
tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga
- Cerai Talak
(a) Hanya diperuntukkan bagi suami yang beragama Islam
(b) Adanya permohonan disertai dengan alasan-alasan
(c) Hasil dari permohonan tersebut adalah penetapan pengadilan
(d) Putusnya perkawinan karena jatuhnya talak dari suami dan dikuatkan dengan
penetapan pengadilan
(3) Putusan Pengadilan
- Cerai Gugat
(4) Masa Iddah
12. Hak dan Kewajiban Ortu dan Anak:
(1) Orang tua wajib memelihara dan mendidik anak (pasal 45 UU 1/74)
(2) Kewajiban anak:
- Anak wajib menghormati orang tua
- Mentaati kehendak mereka yang baik
- Memelihara menurut kemampuannya, orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke
atas, bila memerlukan bantuannya
13. Kekuasaan Orang Tua/ Onderlike Macht
(1) Anak berada di bawah kekuasaan orang tua:
- Belum berumur 18 tahun
- Belum pernah kawin
- Orang tuanya tidak dicabut kekuasaannya
(2) Pasal 299 BW – Kekuasaan Orang Tua Berlangsung
- Sepanjang anak belum dewasa
- Sepanjang perkawinan bapak dan ibu
- Tidak dibebaskan dari kekuasaan atau dipecat dari kekuasaan
(3) Isi kekuasaan
- Memelihara dan mendidik anak
- Mewakili anak dalam perbuatan hukum
(4) Harta Benda Anak
- Pengurusan (Pasal 308 BW)
- Menikmati hasil (311 BW)
14. Perwalian/ Voogdi
(1) Syarat anak dalam perwalian
- Pasal 50: belum berumur 18 tahun
- Belum pernah kawin
- Tidak dalam kekuasaan orang tua
(2) Macam Perwalian
- Bapak/Ibu yang hidup terlama (apabila terjadi putusnya perkawinan perkawinan
karena kematian/kematian
- Dengan wasiat
- Diangkat oleh hakim
(3) Perwalian dapat dicabut dengan alasan sesuai dengan pasal 49
(4) Hal melakukan perwalian – pengawasan dan pengurusan
15. Perkawinan Campuran
(1) Titik beratnya pada perkawinan beda kewarganegaraan
(2) Perkawinan yang dilangsungkan di Indonesia dilakukan menurut UU 1/74

Anda mungkin juga menyukai