Anda di halaman 1dari 16

Telaah

Jurnal
Perbandingan Jel Prostaglandin dengan
Oksitosin- Ketuban pecah dini Aterm-
sebuah penelitian dengan uji acak terkontrol

Grecia Sintya Dayanti Sunur


1408010051
Pembimbing:
dr. Dewa Putu Sahadewa, Sp.OG (K)
PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini Pendekatan secara aktif maupun secara
ekspektatif merupakan pilihan
merupakan kondisi klinis
pendekatan yang diberikan pada wanita
umum yang terjadi pada yang datang dengan KPD aterm tanpa
8% kehamilan. komplikasi.

Praktik seperti ini dilakukan atas Penggunaan Oksitosin dan


dasar adanya ketakutan terhadap gel progesteron
terjadinya infeksi pada ibu atau
bayi di dalam kandungan.

Perbandingan Jel Prostaglandin dengan Oksitosin-


Ketuban pecah dini Aterm
TUJUAN

untuk menilai tingkat keamanan dan efikasi


dari penggunaan Prostaglandin intravagina
dibandingkan dengan pemberian syntocin
untuk induksi persalinan pada kasus ketuban
pecah dini aterm.
Sampel Penelitian
• Penelitian ini merupakan penelitian uji acak terkontrol dengan
satu pusat penelitian, yang dilaksanakan di Rumah Sakit
Ipswich, di Queensland. Dalam penelitian ini hanya merekrut
responden dari wanita hamil tanpa komplikasi medis, dengan
presentasi kepala, yang datang dengan KPD pada usia
kehamilan ≥37 minggu.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan penelitian uji acak terkontrol dengan satu
pusat penelitian, yang dilaksanakan di Rumah Sakit Ipswich, di
Queensland, Australia. Penelitian ini telah mendapat persetujuan
dari Pusat Pelayanan kesehatan dan Komite Etik Penelitian pada
Manusia West Moreton, setempat (HREC/09/QWMS/05).
Penelitian telah terdaftar dalam daftar uji klinis dengan nomor
pendaftarannya ACTRN 12612000093886.

Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 184 wanita hamil yang di


acak secara terkontrol dan dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu
kelompok oksitosin sebanyak 94 orang dan kelompok progesteron
sebnayak 90 orang.
Karakteristik dasar responden dari setiap
kelompok
Dalam penelitian terbagi 2 kelompok yaitu kelompok Oksitosin dan kelompok
progesteron yang memiliki kesamaan dan dibagi secara acak terkontrol

Kedua kelompok diberikan intervensi masing-masing yaitu oksitosin dan


progesteron. Pada kelompok Oksitosin, pemberian secara intravena dapat segera
diberikan jika memungkinkan. Untuk wanita yang berada dalam kelompok
Prostaglandin Gel PGE2 dimasukkan kedalam fornix posterior dari mulut rahim
(dengan dosis awal 2 mg untuk primigravida dan 1 mg untuk mltigravida; setelah itu
ulangi pemberian sebanyak 2 mg tiap 6 jam). Bila dalam 6 jam setelah pemberian
dosis ke tiga PGE2 tidak menunjukkan bukti adanya tanda-tanda persalinan, maka
pemberian oksitosin dapat dimulai.

Persalinan yang akan terjadi dikerjakan oleh penolong persalinan setempat


sesuai dengan protokol persalinan yang berlaku di unit tersebut. Data hasil
penelitian ini kemudian diambil oleh salah seorang anggota dari tim penelitian
dengan meninjau kembali dari rekam medis pasien setelah pasien dipulangkan.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan excel. Dilakukan penilaian


analisis karakteristika dasar dari setiap sampel yang diambil secara acak, untuk
memenuhi persyaratan penelitian yang akan membandingkan kedua jenis
kelompok metode induksi ini.
HASIL
HASIL….
PICOVIA
Problem


Menilai tingkat keamanan dan efikasi dari penggunaan Prostaglandin intravagina dibandingkan
dengan pemberian syntocin untuk induksi persalinan pada kasus ketuban pecah dini aterm.

Populasi


Sampel untuk eksperimen berjumlah 184 wanita hamil dengan usia kehamilan >37 minggu dan datang dengan
ketuban pecah dini aterm. Sampel tersebut terbagi dalam 2 kelompok yaitu sebesar 90 wanita hamil pada
kelompok PG (Prostaglandin) dan 94 wanita hamil pada kelompok oksitosin
Pada penelitian ini dilakukan intervensi berupa penggunaan prostaglandin gel
yang dimasukkan kedalam fornix posterior dari mulut rahim, penggunaan
oxsitocin intravena dan pemeriksaan dalam vagina
Intervensi
Comparassion


Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kelompok pemberian gel PG dan
kelompok pemberian oksitosin.

Outcomes


Penggunaan gel prostaglandin dan penggunaan oksitosin tidak memiliki perbedaan secara signifikan dari hasil penelitian ini.

Dari segi onset persalinan, secara signifikan pada kelompok prostaglandin memiliki onset yang lebih lama, yaitu 25.7 jam versus 19.7 jam, tanpa ada perbedaan lama waktu pada kala I persalinan.

Angka insidensi yang rendah dari denyut jantung janin yang abnormal memiliki signifikansi yang bermakna secara statistic ditemukan pada kelompok prostaglandin, yaitu sebesar 4,4% versus 12,8%.

Tidak terdapat adanya perbedaan dalam hal penggunaan anastesi epidural, operasi seksio sesarea, infeksi maternal, dan angka neonatus yang harus mendapatkan perawatan di ruang khusus atau
sepsis neonatus.

Berkenan dengan angka kepuasan ibu, didapatkan angka yang cukup tinggi pada kedua kelompok tanpa adanya perbedaan yang signifikan berkenan dengan kendala dalam menyusui.
Important


Pada kelompok PG di penelitian ini, secara signifikan memberikan intervensi yang lebih
rendah terhadap abnormalitas laju detak jantung janin dibandingkan dengan
kelompok oksitosin terutama pada wanita nulipara.

Aplicable


Induksi persalinan dengan menggunakan oksitosin atau prostaglandin intravagina
dapat digunakan karena telah teruji aman dan memiliki efikasi dalam konteks
terjadinya KPD pada wanita hamil yang sudah aterm.
KESIMPULAN
bahwa induksi persalinan dengan oksitosin atau
dengan gel PG merupakan pilihan yang layak
untuk dipertimbangkan penggunaannya dalam
konteks menghadapi kehamilan aterm dengan
KPD.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai