Anda di halaman 1dari 3

Nama: Tasnim Aufia Hanifa

NIM: 119304008

Kelas : PMH V B

Matkul: Hukum Perkawinan di Indonesia

Dosen Pengampu: Drs. Aliyudin, M.Ag

1. Jelaskan pelaksanaan akad nikah menurut hukum perkawinan Islam

Jawab: Menurut ketentuan Pasal 10 PP No. 9 Tahun 1975 yang berbunyi: “Perkawinan dilangsungkan
setelah hari kesepuluh sejak pengumuman kehendak perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah” Tata
cara pelaksanaan perkawinan dilakukan menurut ketentuan hukum agama dan kepercayaannya, dan
dilaksanakan di hadapan pegawai Pencatat serta dihadiri dua orang saksi. hukum Islam memberi
ketentuan bahwa syarat-syarat ijab qabul dalam akad nikah adalah:

a. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali;

b. Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai pria;

c. Menggunakan kata-kata nikah atau tajwiz atau terjemahannya;

C. Antara ijab dan qabul bersambungan

d. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya;

e. Orang yang berkait dengan ijab qabul itu tidak sedang dalam umrah atau haji.

f. Majelis ijab qabul itu harus dihadiri minimal empat orang, yaitu: calo mempelai pria atau wakilnya,
wali dari mempelai wanita atau wakilny dan dua orang saksi.

2. Jelaskan tata cara perkawinan menurut Hukum Perkawinan Indonesia

Jawab: Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 telah mengatur
beberapa hal terkait dengan syarat perkawinan dalam BAB II tentang syarat-syara perkawinan khusunya
Pasal 6 disebutkan bahwa:

a) Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua belah pihak (Pasal 6 ayat (1) UU Perkawinan)

b) Harus mendapat izin dari kedua orangtua bilamana masing-masing calon belum mencapai umur 21
tahun (Pasal 6 ayat (2) UU Perkawinan).
c) Bagi pria harus sudah mencapai usia 19 tahun dan wanita 16 tahun, kecuali ada dispensasi yang
diberikan oleh pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua belah pihak (Pasal 7 ayat (1) dan (2)
UU Perkawinan).

d) Bahwa kedua belah pihak dalam keadaan tidak kawin, kecuali bagi mereka yang agamanya
mengizinkan untuk berpoligami (Pasal 9 Jo. Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 UU Perkawinan).

e) Bagi seorang wanita yang akan melakukan perkawinan untuk kedua kali dan seterusnya, Undang-
Undang mensyaratkan setelah lewatnya masa tunggu, yaitu sekurang-kurangnya 90 hari bagi yang putus
perkawinannya karena perceraian, 130 hari bagi mereka yang putus perkawinannya karena kematian
suaminya (Pasal 10 dan 11 UU Perkawinan).

3. Jelaskan persyaratan bagi kedua calon mempelai menurut Hukum Perkawinan Indonesia

Jawab: (1) Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.

(2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (duapuluh satu) tahun
harus mendapat izin kedua orang tua.

(3) Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak
mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperolehdari orang tua
yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya.

(4) Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk
menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang
mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus keatas selama mereka masih hidup dan dalam
keadaan dapat menyatakan kehendaknya.

(5) Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal
ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka Pengadilan
dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan
orang tersebut dapat memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam
ayat (2), (3) dan (4) pasal ini.

(6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang hukum masing-
masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.

4. Jelaskan ketentuan nikah dengan wali hakim

Jawab: Sesuai dengan Undang Dasar 1945 maka Kepala Negara dan sekaligus sebagai waliy al am
(penguasa umum) adalah Presiden. Kedudukan Menteri Agama sebagai Pembantu Presiden menerima
tauliyah (delegation) dalam urusan mengatur bukan mencampuri-penyelenggaraan akad nikah bagi
wanita yang tidak memiliki wali atau karena walinya 'adlal. Ketika masalahnya menyinggung apakah
Presiden diperankan sebagai waliyul amri al-dlaruri bi al-syaukah, yang -keputusan dan delegasi
kewenangannya harus dipatuhi.

Selain itu, apabila wali nasab 'adlal (menolak tidak mau menikahkan) maka nikah dari mempelai itu
boleh dilangsungkan dengan wali hakim, setelah diadakan pemeriksaan seperlunya terhadap pihak yang
berkepentingan. Penghulu pada KUA Kabupaten ditunjuk menjadi wali hakimnya, apabila Penghulu
tersebut berhalangan ditunjuk penghulu mudanya.

Jelaslah bahwa nikah dengan wali hakim atau sulthan dalam teks hadis disandaran hukumnya bersifat
syar'i, berupa hadis Nabi Saw. Perumusan teknisnya saja melibatkan ijtihad ulama Indonesia. Dengan
demikian, akad nikah yang dihadiri atau diijabkan oleh wali hakim, sah hukumnya, sepanjang ketentuan-
ketentuannya dipenuhi. Alternatif ini, dimaksudkan agar hukum tetap responsif terhadap tuntutan
situasi, dalam upaya mewujudkan ketertiban dan keadilan dalam masyarakat.

5. Jelaskan kedudukan dan peran saksi dalam perkawinan menurut Hukum perkawinan Indonesia

Jawab: Saksi dalam perkawinan merupakan rukun pelaksanaan akad nikah, karena itu setiap perkawinan
harus disaksikan oleh dua orang saksi (Ps. 24 HKI). Kehadiran saksi dalam akad nikah mutlak diperlukan,
apabila saksi tidak hadir pada saat akad nikah dilangsungkan, akibat hukumnya nikah tersebut tidak sah.
Pasal 26 Undang-Undang Perkawinan ayat (1) menegas-

kan: Perkawinan yang dilangsungkan di muka Pegawai Pencatat Perkawinan yang tidak berwenang, wali
nikah yang tidak sah, atau yang dilangsungkan tanpa dihadiri oleh 2 (dua) orang saksi dapat dimintakan
pembatalannya oleh para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami istri, jaksa dan suami
atau istri.

Dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974, tidak dijelaskan secara spesifik tentang kedudukan hukum
maupun kriteria atau persyaratan saksi nikah, pasal 22 Undang-undang ini hanya menyebutkan bahwa
perkawinan yang dilangsungkan di muka Pegawai Pencatat Perkawinan yang tidak berwenang, wali
nikah yang tidak sah, atau yang dilangsungkan tanpa dihadiri oleh 2 (dua) orang saksi dapat dimintakan
pembatalannya oleh para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami istri, jaksa dan suami
atau istri.

Anda mungkin juga menyukai