Disusun untuk memenuhi tugas resume dalam kegiatan Magang Kerja Pengadilan
Agama (MKPA)
Disusun Oleh :
Rifaldi Fadilah
Usia calon mempelai pria harus mencapai umur 19 tahun dan wanita harus
sudah mencapai 16 tahun (pasal 7 ayat (1). Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang
Perkawinan menentukan bahwa perkawinan hanya dibenarkan jika pihak wanita
sudah mencapai umur 16 tahun. Ayat (2) menetapkan tentang kemungkinan
penyimpangan terhadap ketentuan tersebut di atas dengan ja-lan meminta terlebih
dahulu pengecualian kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditujukan oleh
kedua orang tua pihak pria maupun wanita. Dalam hal dimana salah seorang atau
kedua orang tua meninggal dunia, maka pengecua-lian dapat dimintakan kepada
pengadilan atau pejabat lain yang ditujukan oleh orang tua yang masih hidup atau
wali/orang yang memelihara/datuk (kakek dan nenek) dari pihak yang akan
melakukan perkawinan dengan ketentuan bahwa segala sesuatunya sepanjang
hukum masing-masing agama dan keper-cayaan bersangkutan tidak menentukan
lain.
Tujuan Perkawinan
Ayat (1) : Perkawinan harus didasarkan atas persetjuan kedua calon mem-pelai
Oleh karena perkawinan mempunyai maksud agar suami isteri dan mem-bentuk
keluarga yang kekal dan bahagia, dan sesuai pula dengan hak asasi ma-nusia,
maka perkawinan harus disetujui oleh kedua belah pihak yang melang-sungkan
perkawinan, tanpa ada paksaan dari pihak manapun,
Ayat (1):Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 tahun
(2) : Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat me-minta
dispensasi kepada Pengadilan atau Pejabat lain, yang ditun-juk oleh kedua
orangtua pria maupun pihak wanita,
Pembatasan usia minimal untuk kawin bagi warga Negara pada prinsip-
nya dimaksudkan agar orang yang menikah diharapkan sudah memiliki ke-
matangan berpikir, kematangan jiwa, kekuatan fisik yang memadai, memiliki
keuntungan untuk menghindari kemungkinan keretakan RT yang berakhir dengan
perceraian karena pasangan tersebut be.lum memiliki kesadaran dan pengertian
yang lebih matang mengenai tujuan perkawinan yang menekankan pada aspek
kebahagiaan lahir batin. Secara kasuistis perkawinan dibawah umur terpaksa
dilakukan, maka undang-undang perkawinan masih memberi ke-mungkinan
penyimpangannya melalui permohonan dispensasi ke Pengadilan.
Pasal 47 ayat (1) mengatur bahwa anak yang belum mencapai umur 18
tahun atau belum pernah menikah, ada di bawah kekuasaan orang tu-anya.
Apabila kita mengamati dan menganalisa serta mencari fakta yang terjadi
dalam masyarakat, khususnya dalam proses persidangan yang terjadi setelah
diterbitkan revisi Undang-undang nomor 1 Tahun 1974 ke Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2019 yang pada pokoknya merubah usia perkawinan anak-anak
perempuan dari minimal 16 tahun menjadi minimal 19 tahun. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disahkan Presiden Joko
Widodo pada tanggal 14 Oktober 2019 di Jakarta. Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan mulai berlaku setelah diundangkan Plt. Menkumham Tjahjo
Kumolo pada tanggal 15 Oktober 2019 di Jakarta.