Magma terdiri dari batuan, logam, bahan cair, uap air, oksida belerang, asam klorida dan
asam sulfat. Rata-rata suhu magma berkisar antara 900°C - 1.200°C.
Vulkanisme dapat terjadi pada zona konvergensi antara lempeng samudra dengan samudra
atau samudra dengan benua. Magma yang keluar pada tepian lempeng konvergen memiliki
viskositas dan tekanan yang tinggi, sehingga menghasilkan daya erupsi yang eksplosif
(ledakan). Proses terjadinya vulkanisme ini berawal dari adanya aktifitas magma yang
berbentuk cair dan gas dari dalam bumi yang ingin keluar ke permukaan bumi.
Sebelum gunung api meletus, ada sejumlah gejala vulkanisme yang muncul. Hal-hal di
lingkungan sekitar yang menjadi gejala vulkanisme yaitu:
3. Pohon-pohon yang tumbuh di sekitar area gunung menjadi kering dan mati
4. Sering terjadi getaran-getaran gempa, baik skala kecil hingga besar yang disertai suara
gemuruh
5. Binatang-binatang liar yang tinggal di sekitar gunung api banyak yang mengungsi ke
wilayah lain
Gejala vulkanisme karena aktivitas gunung api tentunya berdampak untuk lingkungan dan
kehidupan masyarakat. Berikut kerugian yang dapat terjadi.
1. Lava dengan suhu tinggi dari erupsi gunung api dapat menghancurkan daerah
pemukiman, lahan pertanian, kerusakan hutan, bahkan merenggut jiwa penduduk.
3. Aliran lahar dapat mengakibatkan banjir bandangan yang mengandung lumpur tinggi saat
hujan deras terjadi.
*Gejala Vulkanisme: Dampak Positif Letusan Gunung Api*
Selain kerugian yang timbul, erupsi gunung api ternyata bisa menghasilkan dampak positif
yang berjangka panjang. Berbagai dampak positif tersebut adalah:
a. Material erupsi gunung api mengandung mineral-mineral yang dapat menyuburkan tanah
dan bermanfaat menjadi area pertanian atau perkebunan.
b. Pembekuan magma menjadi batuan beku intrusif dan ekstrusif dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan.
c. Endapan belerang di sekitar kawah gunung api dapat ditambang sebagai bahan baku
pupuk bahkan obat-obatan.
d. Uap akibat aktivitas magma dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga panas bumi,
contohnya PLTP Kamojang di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
1. Intrusi Magma
Intrusi magma adalah proses penerobosan magma ke dalam lapisan litosfer, tetapi tidak
sampai keluar dari permukaan bumi. Bentuk intrusi magma adalah sebagai berikut.
Batolit, yaitu batuan beku yang terbentuk dalam dapur magma karena penurunan suhunya
yang sangat lambat.
Lakolit, yaitu batuan beku yang terjadi pada dua lapisan litosfer dan bentuknya menyerupai
lensa cembung.
Keping intrusi atau sill, yaitu sisipan magma yang membeku di antara dua lapisan litosfer
tidak cembung dan relatif tipis serta melebar.
Gang atau dike/retas, yaitu batuan hasil intrusi magma yang memotong lapisan-lapisan
litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
Apofisa, yaitu gang yang relatif kecil dan merupakan cabang gang.
Diaterma, yaitu batuan pengisi pipa letusan, berbentuk silinder mulai dari dapur magma
sampai ke permukaan bumi.
2. Ekstrusi Magma
Ekstrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma ke luar permukaan bumi yang
menyebabkan terbentuknya gunung api. Ekstrusi magma juga dikenal dengan istilah erupsi.
Erupsi berdasarkan bentuk lubang keluarnya magma dibedakan menjadi erupsi linier, erupsi
areal, dan erupsi sentral.