Anda di halaman 1dari 14

Hukum

Perkawinan
Adella Yuana, S.H., M.H.
Dasar Hukum Perkawinan
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan
 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan
 Kompilasi Hukum Islam
Sebelumnya :
 Hukum perkawinan adat
 Hukum perkawinan islam
 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk
Wetboek) yang berlaku bagi orang-orang keturunan
Eropa, Cina (Tionghoa) dan Timur Asing
 Hukum perkawinan menurut Ordonansi Perkawinan
Indonesia Kristen (HOCI) yang berlaku bagi orang-
orang Indonesia asli Jawa, Minahasa, dan Ambon) yang
beragama Kristen. Diundangkan tanggal 15 Februari
19333
Pengertian Hukum Perkawinan
 Pasal 1 UU No.1 Tahun 1974 Perkawinan ialah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Perkawinan dalam arti “perikatan adat”, ialah
perkawinan yang mempunyai akibat hukum
terhadap hukum adat yang berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan
 Perkawinan menurut hukum islam adalah perikatan jasmani
dan rohani yang membawa akibat hukum terhadap agama
yang dianut kedua calon mempelai beserta keluarga
kerabatnya.
Pengertian Perkawinan Menurut Para
Ahli
1. Profesor Dr. Jimly Asshiddiqie: Menurut Jimly,
hukum perkawinan adalah peraturan hukum yang
mengatur pernikahan dan hubungan antara suami
dan istri, termasuk hak-hak dan kewajiban mereka
dalam pernikahan.

2. Profesor Dr. R. Soeroso, S.H.: hukum perkawinan


adalah bagian dari hukum keluarga yang mengatur
segala peraturan yang berkaitan dengan pernikahan
dan segala sesuatu yang timbul sebagai akibat dari
pernikahan itu.
 Profesor Dr. H. Kusnardi, S.H.: Hukum perkawinan adalah
peraturan hukum yang mengatur hubungan antara suami dan
istri dalam perkawinan, yang diakui oleh negara dan
masyarakat.
 Profesor Dr. Timbul Raharjo, S.H.: Menurutnya, hukum
perkawinan adalah peraturan hukum yang mengatur tentang
persyaratan, prosedur, dan akibat hukum dari perkawinan.
 Profesor Dr. Satjipto Rahardjo: Beliau menggambarkan
hukum perkawinan sebagai seperangkat norma hukum yang
mengatur pernikahan sebagai salah satu lembaga keluarga
dalam masyarakat.
Unsur-Unsur/Pranata Dalam
Perkawinan
 Unsur Agama/Kepercayaan, Unsur agama dapat
disimpulkan dari ketentuan yang menentukan bahwa
perkawinan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh
karena itu unsur agama atau kepercayaan harus menjiwai
perkawinan tersebut. Unsur agama dapat pula
disimpulkan dari pasal 2 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun
1974 yang menetukan bahwa perkawinan adalah sah
apabila dilangsungkan menurut hukum agamanya
masing-masing. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
sahnya perkawinan tergantung pada agama atau
kepercayaan calon mempelai yang bersangkutan.
Selain itu unsur agama dapat disimpulkan dalam
ketentuan pasal 8 sub f UU Nomor 1 Tahun 1974
mengatur tentang larangan perkawinan beda agama
yaitu perkawinan dilarang antara dua orang yang
mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau
peraturan lain yang berlaku, dilarang kawin. pada
ketentuan pasal 51 ayat (3) UU Nomor 1 Tahun 1974
ditentukan bahwa wali wajib mengurus anak yang
dibawah penguasaannya dan harta bendanya sebaik-
baiknya dengan menghormati agama dan
kepercayaan anak tersebut.
 Unsur biologis dalam hal mendapatkan keturunan
dalam sebuah keluarga. Apabila tidak mampu
memperoleh keturunan karena istri yang tidak mampu
melahirkan keturunan maka suami dapat melakukan
poligami atau beristri lebih dari seorang. Hal ini diatur
dalam ketentuan pasal 4 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun
1974. Selanjutnya aspek biologis juga dapat dilihat
pada ketentuan pasal 7 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun
1974 yang menentukan perkawinan dibawah umur atau
menyimpangi ketentuan pasal 7 ayat (1) UU Nomor 1
Tahun 1974 yang mengatur mengenai usia perkawinan
yakni untuk melangsungkan perkawinan seorang pria
harus berusia 19 tahun dan wanita harus berusia 16
tahun, maka ketentuan tersebut mengatur mengenai
pengecualian batas usia tersebut.
 Unsur sosiologis dapat disimpulkan dalam penjelasan ketentuan pasal 1 UU
Nomor 1 Tahun 1974 yang ditentukan bahwa memperoleh keturunan adalah
tujuan dari suatu perkawinan sedangkan pemeliharaan dan pendidikan anak
tersebut sebagai hak dan kewajiban orang tua. Pemeliharaan dan pendidikan ini
untuk kelanjutan hidup dan kemajuan atau perkembangan anak sedangkan
kelanjutan hidup seseorang adalah masalah kependudukan yang berarti masalah
sosial. Unsur sosiologis juga dapat disimpulkan dari ketentuan pasal 7 ayat (1)
UU Nomor 16 Tahun 2019 yang menentukan bahwa perkawinan hanya diizinkan
bila pihak pria dan Wanita berumur 19 tahun. Perbandingan dengan KUHPerdata
usia perkawinan bagi pria 18 tahun dan wanita 15 tahun. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa UU Nomor 1 Tahun 1974 mempertinggi batas usia atau umur
dapat melangsungkan perkawinan dengan maksud untuk mengurangi laju
pertumbuhan penduduk karena kelahiran sedangkan pertumbuhan penduduk
tersebut adalah masalah sosial.
 Unsur yuridis karena dilangsungkannya perkawinan tersebut menurut ketentuan
Undang-Undang itu sendiri. Perkawinan sah apabila telah memenuhi syarat dan
prosedur yang ditentukan oleh Undang-Undang. Aspek yuridis dapat
disimpulkan dari ketentuan pasal 2 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 1974 dan
penjelasan pasal tersebut yaitu tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Selain unsur-unsur yang harus dipenuhi
dalam setiap perkawinan UU Nomor 1 Tahun 1974 menentukan prinsip atau
asas perkawinan yang diatur dalam ketentuan pasal 3 ayat (1) yaitu asas
monogami artinya bahwa dalam waktu yang sama atau dalam perkawinan maka
seorang pria hanya dapat mempunyai seorang istri dan seorang wanita hanya
dapat mempunyai seorang suami. Pada ketentuan pasal 3 ayat (2) UU Nomor 1
Tahun 1974 memberikan kemungkinan bagi seorang suami untuk beristri lebih
dari seorang dalam waktu yang sama apabila hukum agama pihak suami
memperbolehkan. Batasan-batasan mengenai alasan dan syarat-syarat untuk
dapat beristri lebih dari seorang diatur dalam ketentuan pasal 4 dan pasal 5 UU
Nomor 1 Tahun 1974.
 Unsur hukum adat dapat disimpulkan dalam pasal
31 UU Nomor 1 Tahun 1974, demikian pula pasal
36 UU Nomor 1 Tahun 1974 yang mengatur harta
benda perkawinan yang mengambil azas dalam
hukum adat. Pasal 37 UU Nomor 1 Tahun 1974
yang menunjuk pada ketentuan hukum adat dalam
pengaturan harta kekayaan jika perkawinan putus
karena perceraian. Pasal 43 UU Nomor 1 Tahun
1974 mengambil prinsip hukum adat ditentukan
bahwa anak selalu sah terhadap ibunya dan
keluarga ibu.
ASAS-ASAS UTAMA DALAM
HUKUM PERKAWINAN
 tujuan perkawinan,
 sahnya perkawinan,
 asas monogami,
 batas minimum usia kawin,
 prinsip perceraian yang dipersulit, dan
 hak dan kedudukan suami istri yang seimbang

Anda mungkin juga menyukai