Anda di halaman 1dari 37

IMPLIKASI SIFAT HUKUM

PERKAWINAN TERHADAP HARTA (1)

Dr. M. Slamet Turhamun, M.H.

MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS JAYABAYA
2021
Eksistensi Perkawinan & Keluarga
• Perkawinan mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat karena perkawinan
merupakan sendi dasar terbentuknya keluarga, dimana
keluarga adalah bagian dari masyarakat
• Menurut Subekti: “perkawinan adalah pertalian yang sah
antara seoranglaki-laki dan seorang perempuan untuk
waktu yang lama”
• Dalam Undang-undang Perkawinan: “Perkawinan ialah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
• Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial
terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk
sosial, yang ditandai dengan adanya kerja sama
ekonomi
• Keberadaan sebuah keluarga adalah dalam
rangka untuk memenuhi fungsi-fungsi dasar
tertentu yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup manusia, yakni pemberian nafkah,
mengasuh anak, dan melindungi keluarga atas
kebutuhan-kebutuhan asasi manusia
• Fungsi keluarga adalah berkembang biak, bersosialisasi,
mendidik anak, menolong, melindungi, atu merawat orang-
orang tua.
Soerjono Soekanto membagi fungsi perkawinan:
1. Suatu lembaga sosial yg mengatur perilaku manusia di
bidang seks
2. Suatu sarana untuk memenuhi kebutuhan mnusia akan
kawan hidup
3. Lembaga yg berisikan hak-hak dan kewajiban mengenai
hub suami, istri dan anak-anak
4. Sarana untuk mendapatkan kedudukan-kedudukan sosial
yg tertentu
5. Sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan harta
benda
6. Lembaga untuk memelihara hubungan baik antara
kelompok-kelompok kekerabatan di dalam masyaarakat
7. Sarana untuk mengadakan asimilasi
8. Lembaga untuk membentuk keluarga batih, yg berfungsi
sebagai:
a. Tempat mendapatkan proses sosialisasi
b. Tempat berlindung dimana manusia mencapai
ketenteraman
c. Kesatua sosial ekonomi
• Keluarga juga bertindak sebagai mediator yang penting
antara masyarakat dan individu dan membentuk struktur
dimana kebutuhan-kebutuhan pribadi agar terpenuhi
• Keluarga berperan membina dan membimbing anggota-
anggotanya untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik
maupun lingkungan budaya di mana ia berada. Bila
semua anggota sudah mampu beradaptasi dengan
lingkungan tempat tinggal, maka kehidupan masyarakat
akan tercipta menjadi kehidupan yang tenang, aman dan
tenteram
• Bentuk keluarga terdiri dari seorang suami, seorang istri,
dan anak-anak yang biasanya tinggal dalam satu rumah
yang sama ( keluarga inti). Yang dilakukan secara resmi
terbentuk dari hasil perkawinan
• Struktur Keluarga:
a. Patrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan: hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara
yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.

• Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak


dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga
dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat
• Di Indonesia, terdapat 3 (tiga) peraturan yang mengatur
masalah perkawinan, yaitu BW, Undang-Undang Nomor
1 tahun l974 mengenai Perkawinan, dan Kompilasi
Hukum Islam. Ketiga aturan tersebut memiliki perbedaan
dalam mengatur masalah perkawinan.
• Dalam Undang-undang Perkawinan selain dimuat hal-hal
yang terkait dengan perkawinan, juga mengatur tentang
harta benda perkawinan. Bidang ini merupakan salah
satu bidang hukum keperdataan yang mempunyai sifat
sensitif dan potensi menimbulkan konflik, oleh karena
pengaturan bidang ini tidak semudah pengaturan
bidang-bidang hukum yang sifatnya netral.
• Pasal 66 UUP menyebutkan:
Untuk perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan perkawinan berdasarkan atas Undang-undang ini,
maka dengan berlakunya Undang-undang ini ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (Burgerlijk Wetboek), Ordonansi Perkawinan
Indonesia Kristen (Huwelijks Ordonantie Christen
Indonesiers S.1933 No. 74), Peraturan Perkawinan
Campuran (Regeling op de gemengde Huwelijken S. 1898
No. 158), dan peraturan-peraturan lain yang mengatur
tentang perkawinan sejauh telah diatur dalam Undang-
undang ini, dinyatakan tidak berlaku.
Perbandingan Hukum Perkawinan BW dan UUP

Arti hukum perkawinan


BW UUP/No. 1 Th. 1974
“suatu persekutuan/ Pasal 1 “Perkawinan adalah
perikatan antara seorang ikatan lahir batin antara
wanita dan seorang pria seorang laki-laki dan
yang diakui sah oleh UU/ seorang wanita sebagai
peraturan negara yang suami istri yang bertujuan
bertujuan untuk membentuk keluarga yang
menyelenggarakan kesatuan bahagia dan kekal
hidup yang abadi.” berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.”
Sifat Hukum Perkawinan
BW UUP/No. 1 Th. 1974
BW → pasal 26 UU No.1/1974
→Yuridis→sahnya →spesifik→diperhatikan
perkawinan jika syarat- juga unsur-unsur: biologis –
syarat menurut Undang- sosiologis – religius
undang dipenuhi.
Konsepsi Perkawinan
BW UUP/No. 1 Th. 1974
Konsepsi perkawinan Pasal 1: Perkawinan adalah
menurut KUHPer, hanya ikatan lahir batin antara
dipandang dari segi seorang laki-laki dengan
keperdataannya saja. seorang wanita sebagai
Artinya, kitab perdata ini suami istri yang bertujuan
hanya melihat perkawinan membentuk keluarga yang
itu sah dan syarat – bahagia dan kekal
syaratnya menurut UU berdasarkan Ketuhanan
apabila dipenuhi. Yang Yang Maha Esa
dilihat hanya faktor yuridis
sesuai dengan Pasal 26
BW UUP/No. 1 Th. 1974
Unsur religius / Keagamaan:
Pasal 2 ayat 1, Pasal 8 sub
f, Pasal 29 ayat 2, Pasal 51
ayat 3
Unsur biologis: Pasal 4 sub c
Unsur Sosiologis: Pasal 7
ayat 1
Unsur Yuridis:
Pasal 2 ayat 2, Pasal 35
ayat 1 dan 2, Pasal 36 ayat
1 dan 2, Pasal 37
Syarat-syarat Perkawinan
BW UUP/No. 1 Th. 1974
Syarat Materiil terdiri dari umum Menurut pasal 2 UU No 1 tahun
(sepakat, monogami mutlak, usia, 1974, perkawinan sah apabila
tenggat waktu tunggu untuk dilakukan menurut hukum masing-
perkawinan kedua) dan khusus masing agama dan
(khusus menyangkut masalah kepercayaanya. Tiap-tiap
larangan dan izin kawin). perkawinan dicatat menurut
peraturan perundang-undangan
Syarat Formil terdiri dari sebelum yang berlaku
perkawinan dan sesudah Syarat Materiil Umum : kata
perkawinan (khusus menyangkut sepakat, asas yang dianut
masalah larangan dan izin kawin). monogami tidak mutlak .
batas usia laki-laki= 19 tahun
Syarat Materiil yaitu mengenai wanita= 16 tahun sama 19
syarat (diri pribadi) calon tahun (UU No. 16/2019)
mempelai.
BW UUP/No. 1 Th. 1974
Syarat materiil jangka waktu tunggu (iddah):
umum→berlaku untuk cerai mati : 130 hari
seluruh perkawinan, terdiri cerai hidup: 3 kali suci/90
dari: hari
(1) kata sepakat (Pasal 28) hamil : melahirkan (PP 9/75)
(2) Asas yang dianut Syarat Materiil Khusus
monogami mutlak (Pasal 27) 1.larangan perkawinan
(3) Batas usia (Pasal 29) (Ps.8)
Laki-laki=18 tahun 2.Izin kawin (Ps.6 ayat (2)).
wanita=15 tahun Syarat Formil: sebelum
(4) Tenggang waktu tunggu perkawinan; pemberitahuan,
jangka waktu) pasal 34 penelitian,pengumuman,
wanita adalah 300 hari. pelangsungan perkawinan
BW UUP/No. 1 Th. 1974
Syarat Materiil Khusus →
berlaku hanya untuk
perkawinan tertentu.
Syarat ini ada dua, yaitu:
1. Larangan Perkawinan
(Pasal 30, 31, 32, 33)
2. Izin kawin: pasal 39
izin mengenai anak-anak
luar kawin pasal 40
pasal 42 : perumusan orang
yang sudah berusia 21 tahun
tapi belum mencapai 30
tahun. pasal 35 s.d 38
BW UUP/No. 1 Th. 1974
Syarat Formil adalah
mengenai tata cara
perkawinan baik sebelum
perkawinan maupun setelah
perkawinan
sebelum perkawinan:
(1) pemberitahuan ps. 50
s.d. 53 KUHPerdata.
(2) pengumuman,
diumumkan 10 hari.
Yg Berhak Mencegah
Perkawinan
BW UUP/No. 1 Th. 1974
- Jaksa atau penuntut umum a. Pasal 14 keluarga dalam
dalam hal bertentangan garis keturunan keatas atau
dengan pasal 27 → kebawah.
mengenai asas b.Pasal 15 istri dapat
monogami mutlak melakukan pencegahan.
- Ayah-ibu dari calon c. Pasal 16 mengenai
tersebut lihat ketentuan pejabat yang ditunjuk yaitu
pasal 61 masih belum apabila perkawinan tersebut
dewasa dan belum tidak memenuhi pasal
memperoleh izin; 7,8,9,10,11 .
_ telah dewasa tetapi belum
mencapai umur 30 tahun;
BW UUP/No. 1 Th. 1974
_ Jika salah satu dari kedua Apabila setelah 10 hari sejak
belah pihak telah pengumuman tidak ada
- Wali apabila orang tua orang yang datang untuk
telah tidak ada adalah mencegah, maka
kakek atau nenek. perkawinan itu boleh
- Suami dari perkawinan dilangsungkan.
pertama yang karena
perceraian belum melewati
jangka waktu 300 hari.

Pencegahan setelah 10 hari


sejak perkawinan
Hak dan Kewajiban suami
istri
BW UUP/No. 1 Th. 1974
1. Suami dan istri harus setia pasal 30 sampai dengan
dan tolong_x0002_menolong pasal 34, yaitu:
(pasal 103) 1. Suami-istri memikul
2. Suami-istri wajib kewajiban yang luhur untuk
memelihara dan mendidik menegakkan rumah tangga
anaknya (pasal 104) yang menjadi sendi dasar
3. Setiap suami adalah dari susunan masyarakat.
kepala dalam persatuan 2. Hak dan kewajiban istri
suami-istri (pasla 105 ayat adalah seimbang dengan
1). hak dan kedudukan suami
4. Suami wajib memberi dalam kehidupan rumah
bantuan kepada istrinya tangga dan pergaulan hidup
(pasal 105 ayat 2) bersama dalam masyarakat.
BW UUP/No. 1 Th. 1974
5. Setiap suami harus 3. Masing-masing pihak
mengurus harta berhak untuk melakukan
kekayaanmilik pribadi perbuatan hukum.
istrinya (pasal 105 ayat 3) 4. Suami adalah kepala
6. Setiap suami berhak keluarag dan istri adalah ibu
mengurus harta kekayaan rumah tangga.
bersama (pasal 105 ayat 4) 5. Suami-istri harus
7. Suami tidak diperbolehkan mempunyai tempat
memindah_x0002_tanganka kediaman yang tetap dan
n atau membebani harta rumah tempat kediaman ini
kekayaan tak begerakmilik ditentukan secara bersama-
istrinya, tanpa persetujuan si sama.
istri
(pasal 105 ayat 5)
BW UUP/No. 1 Th. 1974
8. Setiap istri harus tunduk 6. Suami-istri wajib salaing
dan patuh kepada cinta-mencintai, hormat-
suaminya (pasal 106 ayat 1) menghormati, setia dan
9. Setiap istri wajib tinggal memberi bantuan lahir batin
bersama suaminya yang satu kepada yang lain
(pasal 106 ayat 2) 7. Suami-istri melindungi
10. Setiap suami wajib istrinya dan memberikan
membantu istrinya di muka segala sesuatu keperluan
hakim (pasal 110) hidup berumah-tangga
11. Setiap istri berhak sesuai dengan
membuat surat wasiat tanpa kemampuannya.
izin suaminya (pasal 118). 8. Istri wajib mengatur
urusan rumah tangga
sebaik-baiknya.
BW UUP/No. 1 Th. 1974
BW
Menurut pasal 111 bantuan UUP/No. 1 Th.atau
9. Jika suami 1974istri
si suami kepada istri tidak melalaikan kewajibannya
diperlukan apabila: masing-masing dapat
1. Si istri dituntut di muka mengajukan gugatan
hakim karena sesuatu kepada Pengadilan.
perkara pidana.
2. Si istri mengajukan
tuntutan terhadap suaminya
untuk mendapatkan
perceraian, pemisahan
meja dan tempat tidur, atau
pemisahan harta kekayaan
Akibat Perkawinan
Terhadap Harta
BW UUP/No. 1 Th. 1974
Adalah harta campuran bulat Menurut Pasal 35, yaitu :
dalam pasal 119 harta benda 1. Harta bersama adalah
yang diperoleh sepanjang harta benda yang diperoleh
perkawinan menjadi harta sepanjang perkawinan
bersama meliputi seluruh 2. Harta bawaan adalah
harta perkawinan yaitu : harta yang dibawa masuk ke
1. Harta yang sudah ada dalam suatu perkawinan.
pada waktu perkawinan. Penguasaannya tetap pada
2. Harta yang diperoleh masing – masing suami istri
sepanjang perkawinan. yang membawanya kedalam
perkawinan, sepanjang
pihak tidak menentukan
lain.
BW UUP/No. 1 Th. 1974
Namun, ada pengecualian
bahwa harta tersebut bukan
harta campuran bulat yaitu
apabila terdapat:
1. Perjanjian kawin
2. Ada hibah/warisan, yang
ditetapkan oleh pewaris
(Pasal 120)
Akibat Perkawinan
Terhadap Anak Keturunan
BW UUP/No. 1 Th. 1974
Pasal 250, Tiap – tiap anak Anak sah menurut Pasal 42
yang dilahrikan atau UU No.1 tahun 1974, adalah
ditumbuhkan sepanjang anak yang dilahirkan dalam
perkawinan, memperoleh atau sebagai akibat dari
si suami sebagai bapaknya perkawinan yang sah.
(tentang anak sah)
Mengenai Hubungan
Darah Anak
BW UUP/No. 1 Th. 1974
Anak terhadap ayahnya, Menurut UU No. 1/1974,
menurut KUHPer seorang setiap anak secara otomatis
anak luar kawin baru mempunyai hubungan darah
mempunyai hubungan darah dengan ibunya
dengan ayahnya kalau sang
ayah mengakuinya secara
sah
Tujuan Perkawinan
BW UUP/No. 1 Th. 1974
Tujuan perkawinan tidak Didalam Undang-undang
disebutkan dalam perkawinan disebutkan
KUHPerdata bahwa tujuan perkawinan
adalah untuk membentuk
keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa
Larangan Perkawinan
BW UUP/No. 1 Th. 1974
1. Mereka yang bertalian pasal 8 :
keluaraga dalam garis keturunan 1. Berhubungan darah dalam garis
lurus ke atas dan kebawah atau keturunan ke bawah ataupun ke
dalam garis keturunan enyimpang, atas.
yaitu antara saudara laki-laki dan 2. Berhubungan darah dalam garis
saudara perempuan (Pasal 30 ) keturunan menyamping, yaitu
2. Ipar laki-laki dan ipar antara saudara, antara seorang
perempuan; paman atau paman dengan saudara orang tua dan
orangtua dan anak perempuan antara seorang dengan saudara
saudara atau cucu perempuan neneknya.
saudara; atau antara bibi atau bibi 3. Berhubungan semenda, yaitu
orangtua dan ank laki saudara mertua, anak tiri, menantu dan
atau cucu laki saudara (Pasal 31) ibu/bapak tiri.
4. Berhubungan susuan, yaitu
orangtua susuan, anak susuan,
saudara susuan, dan bibi/paman
susuan.
BW UUP/No. 1 Th. 1974
3. Kawan Perzinahnya setelah 5. Berhubungan saudara denga
dinyatakan salah isteri atau sebagai bibi atau
karena berzinah oleh putusan kemenakan dari istri, dalam hal
hakim (pasal 32) seorang suami isteri lebih dari
4. Mereka yang memperbarui seorang.
perkawinan setelah 6. Mempunyai hubungan yang
pembubaran perkawinan terkhir oleh agamanya atau
jika belum lewat peraturan lain yang berlaku,
waktu 1 tahun (pasal 33). dilarang kawin.
Sedangkan menurut pasal 9
Undang-undang no
1 tahun 1974, seorang yang masih
terikat tali perkawinan dengan
orang lain tidak dapat kawin lagi,
kecuali dalam hal:
BW UUP/No. 1 Th. 1974
1. Mendapat ijin dari
pengadilan (pasal 3 ayat 2)
2. Si istri tidak dapat
menjalankan kewajibannya
sebagai istri, istri mendapat
cacat badan atau penyakit
yang tidak dapat
disembuhkan, atau istri tidak
dapat melahirkan keturunan
(pasal 4 ayat 2)
Perjanjian Kawin
BW UUP/No. 1 Th. 1974
Janji-janji kawin tidak Menurut pasal 29 :
menimbulkan hak untuk 1. Pada waktu atau sebelum
menuntut di muka Hakim perkawinan dilangsungkan,
akan berlangsungnya kedua pihak atas ersetujuan
perkawinan dan menuntut bersama dapat mengadakan
penggantian biaya, rugi dan perjanjian tertulis yang
bunga, akibat kecideraan disahkan oleh pegawai
yang dilakukan terhadapnya; pencatat perkawinan setelah
segala persetujuan untuk mana isinya berlaku juga
ganti rugi dalam hal ini terhadap pihak ketiga
adalah batal (pasal 58 ayat sepanjang pihak ketiga
1) tersangkut
BW UUP/No. 1 Th. 1974
Seseorang anak yang masih 2. Perjanjian tersebut tidak
dibawah umur tidak boleh dapat disahkan
bertindak sendiri harus bilamana melanggar batas-
diwakili olehorangtuanya batas hukum, agama
atau walinya. Setiap dan kesusilaan.
perjanjian perkawinan harus 3. Perjanjian tersebut
dibuat dengan akte notaris berlaku sejak perkawinan
sebelum perkawinan dilangsungkan.
berlangsung, dan perjanjian ketiga.
mulai berlaku
semenjak saat perkawinan Selama perkawinan
dilangsungkan (pasal 147). berlangsung, perjanjian
tersebut
BW UUP/No. 1 Th. 1974
Perjanjian kawin ini mulai tidak dapat dirubah, kecuali
berlaku bagi pihak ketiga bila dari kedua belah pihak
sejak hari pendaftarannya di ada persetujuan untuk
Kepaniteraan Pengadilan merubah dan perubahan
Negeri setempat, dimana tidak merugikan pihak
pernikahan itu telah ketiga.
dilangsungkan (pasal 152).
Setelah perkawinan
berlangsung, perjanjian
kawin dengan cara
bagaimanapun tidak boleh
diubah (pasal 149)
Putusnya Perkawinan
BW UUP/No. 1 Th. 1974
Menurut pasal 199 Menurut pasal 38
perkawinan putus perkawinan dapat putus
(perkawinan bubar) karena: karena:
1. Kematian. 1. Kematian.
2. Kepergian suami atau istri 2. Perceraian.
selama 10 tahun dan diikuti 3. Atas Keputusan
dengan perkawinan baru Pengadilan.
dengan orang lain.
3. Putusan hakim setelah
adanya perpisahan meja
makan dan tempat tidur
selama 5 tahun.
4. Perceraian
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai