Anda di halaman 1dari 3

Nama : Olivia Cherie Comeito

NIM : 032111133069
Kelas : A-2

Resume Kuliah Umum Hukum Perdata


(Asas-Asas Hukum Perkawinan)

Apa sih perkawinan itu?


UU No. 1 Tahun 1974 : “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Sejarah Hukum Perkawinan di Indonesia


Upaya untuk membentuk suatu rancangan Undang-undang Perkawinan telah dilakukan sejak
awal kemerdekaan. karena pada saat itu telah terjadi praktik-praktik perkawinan yang tidak
sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Misal: banyak
terjadi perkawinan anak-anak, kawin paksa, poligami,. talak yg sewenang-wenang dll. Sejak
tahun 1950 secara resmi Pemerintah Indonesia mulai merintis ke arah terbentuknya sebuah
Undang-undang Perkawinan dengan membentuk Panitia Penyelidik Peraturan dan Hukum
Perkawinan. Talak dan Rujuk, untuk meneliti dan meninjau kembali semua peraturan
mengenai perkawinan seta menyusun suatu Rancangan Undang-undang (RUU) yang sesuai
dengan perkembangan keadaan
Perjuangan untuk membentuk RUU Perkawinan tidak saja diupayakan oleh pemerintah tetapi
juga oleh organisasi-organisasi kemasyarakatan, antara lain :
- Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI)
- Badan Musyawarah Organisasi-organisasi Islam Wanita Indonesia
2 Januari 1974 disahkan UU No. 1/1974 tentang perkawinan (berlaku scr efektif pada 1
Oktober 1975)
UU No. 16/2019 tentang perubahan atas UU Nomor 1/1974 tentang Perkawinan

Hukum Perkawinan di Indonesia


Pluralisme -> unifikasi
UUP tidaklah sempurna -> pasal 66 merupakan kunci memahami UUP
Untuk menghindari kekosongan dalam UUP diatur Peraturan Peralihan pada pasal 66, namun
pemberlakuan ketentuan lama haruslah bersifat hati-hati agar tidak bertentangan dengan asas-
asas dalam UUP (lex posteriori derogate legi priori, argumentum a contrario)

Unifikasi hukum perkawinan menurut UU No. 1 /1974 merupakan suatu unifikasi yang
unik karena bersifat administrative bukan substantif
Pasal 2 (1) : “Perkawinan adalah sah apabila dilangsungkan menurut hukum masing-masing
agama dan kepercayaannya itu” jadi sahnya perkawinan didasarkan pada masing-masing
hukum agama & kepercayaannya itu. Dari masing-masing hukum agama dan kepercayaan
akan menjadi pluralistis dan menimbulkan problematika, misalnya : perkawinan beda agama.
Asas-asas pokok dalam UU perkawinan
- Tujuan perkawinan
- Sahnya perkawinan
- Asas Monogami
- Batas minimum usia kawin
- Prinsip perceraian yang dipersulit
- Hak & kedudukan suami istri yang seimbang

Sahnya perkawinan
Pasal 2 ayat 1 UUP : “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-
masing agamanya dan kepercayaannya”
Jadi perkawinan tersebut adalah perbuatan hukum
Pasal 4 KHI : “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum islam sesuai
dengan pasal 2 ayat (1) Undang-undang no 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Note : akibat hukum dari perkawinan sangat erat kaitannya dengan sahnya perkawinan itu
sendiri

Tujuan perkawinan
Pasal 1 UUP : “Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang Bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”
Pasal 2 KHI : “Akad yang sangat kuat atau miitsaaqon gholiidan untuk menaati perintah
Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”
Pasal 26 BW : “Undang-undang memandang soal perkawinan hanya dalam hubungan-
hubungannya perdata”

Tujuan Perkawinan
Pasal 1 UUP : Membentuk keluarga (rumah tangga) yang Bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa, artinya UUP menghendaki perkawinan itu haruslah berlangsung
untuk seumur hidup dan perceraian hanya merupakan alternatif terakhir setelah jalan lain
tidak dapat ditempuh lagi
Pasal 3 KHI : Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
Sakinah, mawaddah, dan rahmah

Asas Monogami
Pada prinsipnya, UUP menganut asas monogami pasal 3 ayat 1 UUP. Namun, jika hukum
agama mengizinkan dan dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan, maka seorang
suami dapat beristri lebih dari seorang (pasal 3 ayat 2 UUP) ASALKAN memenuhi syarat-
syarat pasal 4 & pasal 5 UUP

Batas minimum usia kawin (UU 1/1974)


Menghendaki agar para calon suami-istri memiliki kematangan biologis dan juga psikologis,
sehingga dapat tercipta perkawinan yang baik tanpa berakhir dengan perceraian serta
memperoleh keturunan yang sehat pula.
Pada pasal 7 UUP yang lama, batas minimum usia kawin pada pria adalah 19 tahun dan
wanita 16 tahun, tetapi pada pasal 7 UUP yang baru, 19 tahun bagi pria dan 19 tahun bagi
wanita.

UU No. 16 Tahun 2019 tentang perubahan atas UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
(merupakan tindak lanjut dari putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22/PUU-XV/2017
terkait batas minimum usia kawin

Prinsip perceraian yang dipersulit


Perceraian >< tujuan perkawinan, oleh karena itu sedapat mungkin perceraian dihindarkan,
penjelasan pasal 39 UUP jo. Pal 19 PP. 9/75. Salah satu upaya mempersulit perceraian :
proses perceraian harus dilakukan di depan sidang pengadilan jika ada cukup alasan untuk
itu.
Dipersulit karena tdk selaras dengan tujuan perkawinan yaitu kekal

Hak & kedudukan suami istri seimbang (pasal 31 UUP)


UUP menempatkan hak dan kedudukan suami istri seimbang, dimana masing-masing pihak
dapat melakukan perbuatan hukum secara mandiri
*seimbang bukan bermakna sama tapi bermakna proporsionalitas

Dalam penjelasan UUP terkandung 6 asas pokok dalam perkawinan :


1. Tujuan perkawinan
2. Sahnya perkawinan
3. Asas monogami
4. Batas minimum usia kawin
5. Prinsip perceraian yang dipersulit
6. Hak dan kedudukan suami istri yang seimbang
Namun demikian, masih terdapat banyak asas yang dapat digali didalamnya, misal :
Asas ketuhanan (religious-kerohanian), asas kepastian hukum, asas publisitas, asas
nasionalitas, dll

Anda mungkin juga menyukai