Abstrak
Perkawinan campuran adalah sesuatu hal yang sungguh-sungguh sakral
sebab itu pernikahan tak dapat dipisahkan dengan skor-skor agama, sebab suatu
pernikahan sepatutnya atau sepatutnya dijalankan pantas ketetapan tata tertib,
agama, dan kepercayaan serta dicatatkan menurut tata tertib perundang-undangan
yang berlaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perkawinan campuran antar
masyarakat Indonesia dengan Warga Negara Asing dalam perspektif Aturan
Perdata Internasional (HPI) dan perbandingan UU NO.1 Tahun 1974 dengan UU
yang baru yaitu UU No.12 Tahun 2006. Perkawinan yang berbeda
kewarganegaraan, membuat undang-undang yang digunakan bagi mereka tentu
berlainan. UU Perkawinan tahun 1974 ini tidak mengatur secara efektif sehingga
perkawinan campuran terkena imbas. Ketetapan yang mengatur mengenai imbas
undang-undangnya yakni Pasal 62 yang mengendalikan bahwa kedudukan anak
hasil perkawinan campuran merujuk kepada Pasal 59 ayat 1 yang mana
kewarganegaraan yang didapatkan memastikan undang-undang yang berlaku.
Pengahpusan Undang-undang lama yang diskriminatif itu dan digantikan dengan
UU baru yaitu Undang-Undang NO.12 tahun 2006 ini memberikan perlidungan
hukum layak bagi perempuan yang melakukan pernikahan campuran dan juga
termasuk anak dari hasil pernikahan tersebut.
LATAR BELAKANAG
Manusia yang ada di muka bumi ini sudah ditakdirkan oleh tuhan unutuk
hidup berpasang-pasang antara laki-laki dan perempuan dan akan hidup bersama.
Mereka yang telah memenuhi syarat dapat melangsungkan ke jenjang pernikahan,
syarat tersebut jika ditinjau dari aspek hukum yaitu sesuai dengan undang-undang
yang berlaku. “Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan disebutkan bahwa seorang pria boleh menikah apabila dia telah berusia
19 tahun dan perempuan telah berusia 16 tahun.” Perkawinan bertujuan untuk
membentuk keluarga baru yang bahagia dan sakinah mawadah.
Dengan perkembangaman di era sekarang terutama di sektor
ekonomi,teknologi dan lainnya membuat masyarakat mudah untuk memperluas
kerabatan ke luar wilayah Indonesia. Dengan kekerabatan antar negara yang terjadi
dan mudahnya untuk berhubungan satu sama lain itu menyebabnya terjadinya suatu
hubungan, dari hubunga biasa ke hubungan yang lebih serius yaitu pernikahan. Dari
situlah di era sekarang banyak terjadinya perkawinan campuran atau perkawinan
yangdilakukan antara dua pihak yang berkewarganegaraan berbeda.
METODE
Pada Jurnal ilmiah ini saya mengunakan penelitian hukum normatif memakai
bahan hukum primer sekunder serta tertier dalam mngkajinya. Pengumpulan bahan
menggunakan studi literatur . Dalam prosesnya hanya menggunakan sumber–
sumber data sekunder seperti, buku, majalah, Peraturan perundang–undangan , teori
hukum dan doktrin atau pendapat para sarjana hukum yang berhubungan dengan
objek kajian ini. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan Konseptual dan
pendekatan Perundang–undangan.
PEMBAHASAN
Sebagai contoh, perkawinan yang dilaksnakan oleh WNI dan WNA asal
Selandia Baru yang dilaksanakan menggunakan hukum Islam. Dimana Rini asal
Wonogiri seorang baby sister di Jakarta menikah dengan Ezra pekerja Australia
sebag manajer perusahaan ritel dan berkewarganegaraan Selandia. Ezra
sebelumnya berpindah agama Islam mengikuti rini. Jadi perkawinan ini dikatakan
sah karena dilaksanakan sesuai hukum agama masing masing sesuai Pasal 2 UU
perkawinan dan dicatatkan ke KUA setempat.
Terdapat beberapa aspek hukum untuk anak diluar nikah, yaitu dari segi
ketentuan UU perkawinan dan segi Kitab undang-undang diliar perkawinan yang
hanya berhubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibunya. Dan jika mendpat
pengakuan dari ayahnya dan dikaitkan dengan keperdataan maka secara perdata
anak itu mempunyai hubuungan hukum dengan ayahny tetapi tidak dengan
keluaraganya. Pengakuan ersebut dibuat dengan suatu akte.
“Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga
Negara Indonesia dan ibu Warga Negara Asing“
“Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga
Negara Asing dengan ibu Warga Negara Indonesia”
“Anak yang lahir dari tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga Negara
Indonesia”
“Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia”
“Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun atau
belum menikah diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan
asing tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia”
Contoh permasalah dapat kita lihat pada Gloria E Mairering dia keturunan
Indonesia dan Perancis, Gloria blacklist dari pasukan pengibar bendera di Istana
Negara. Karena ia masih memegang paspor Prancis yang berlaku Februari sampai
Februari 2019. Setelah masalah itu, ibunda Gloria , Ira Hartini mengajukan gugatan
dengan dalil UU NO.12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan yang merujuk pada
mendaftarkan diri untuk anak hasil kawin campuran berusia 18 tahun ke MK. Tetapi
MK menolak permohonan ibunda Gloria karena tidak beralasan susuai hukum.
Gloria berniat untuk proses naturalisasi. Tetapi proses nautralisasi
menyulitkan karena hanya untuk pasangan asing hanya orang Indonesia, bukun
untuk kawin campuran. Gloria diproses melalui jalan pewarganegaraan asing murni
yang dianggap tida memiliki kaitan dengan Indonesia dengan biaya 50 juta untuk
terdaftar debagi WNI.
Kasus kewarganegaraan orang tidak hanya tentang paspor dan izin tinggal di
negara tetapi lebih dari itu yang juga berkaitan dengan hak kewajiban sebgai warga
negara yang harus dilaksanakan. Kewarganegaraan dapat diperoleh dari oleh yang
melakukan peristiwa perkawinan campuran dari isteri atau suami yang
berkewarganegaraan Indonesia dengan syarat yang ditentukan dalam pasal “58 UU
perkawinanan”.
Pertama, Mengenai status Izin tinggal untuk pasangan nikah campuran, biasanya
permasalahan ini dikarenakan penyatuan keluarga (penjamin istri) yang
menyebabkan adnya pegeseran fungsi izin tinggal daru penjamin WNI/istri
menjadi commercial acces to get job. WNA ini menjadikan penjamin WNI/istri
untuk izin bekerja dimana ini jelas penyalahgunaan izin tinggal seusai UU NO.6
Tahun 2011 tentang Keimigrasian,
KESIMPULAN
Peraturan Perundang-Undangan
Internet
https//www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt545708a7e8e9c/
Statuskewarganegaraan-anak-di-luar-nikah-dari-pasangan-campuran, diakses pada
10 Mei 2019.
https//WWW.academia.edu/11282164/perkawinan_campuran diakses pada 20
Juni 2019.
Status Hukum Anak Hasil Perkawinan campuran Beradasrkan Hukum
Indonesia, http://Jurnalhukum.blogspot.com/2006/oj, diakses pada 24 Juni 2019.
NOTE : Nama file belum diganti saat turnitin
.