Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN PERKAWINAN

KARENA PEMALSUAN STATUS PERKAWINAN (STUDI PUTUSAN


PENGADILAN AGAMA BANYUWANGI NOMOR
0565/PDT.G./2022/PA.BWI)

Oleh: Ahmad syaiful rizal

NIM: 2018394200001

FAKULTAS SYARI’AH
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) IBRAHIMY
GENTENG BANYUWANGI
2023
A. LATAR BELAKANG

Pernikahan merupakan sebuah ikatan lahir dan batin antara seorang


laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri yang bertujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan tuhan yang
maha esa.1 Pernikahan yang terjadi pada seorang muslim tidak hanya
budaya yang peraturannya harus mengikuti perkembangan adat istiadat
yang semakin berkembang disuatu wilayah tersebut, akan tetapi
pernikahan adalah suatu hal yang sangat sacral dan dipandang sebagai
ibadah.

Menurut Sajuti Talib, pernikahan adalah suatu ikatan perjanjian


yang suci dan kokoh untuk hidup bersama secara sah menurut agama dan
undang-undang antara seorang laki-laki dan perempuan dalam membentuk
keluarga yang kekal, kasih mengasihi, santun menyantuni, bahagia dan
tentram.2 Menurut Imam Syafi’I pernikahan adalah sebuah bentuk budaya
ikatan antara laki laki dan perempuan untuk membina sebuah keluarga dan
menghalalkan apa saja yang diharamkan oleh syari’a islam.3 Dalam Al-
Qur’an pernikahan di istilahkan menggunakan bahasa yang kaya makna
yaitu Mitsaqon Gholidzan (ikatan yang sangat kuat) sebagaimana
dijelaskan dalam Al-Qur’an surat An-Nissa ayat 21 :

‫ْض َّواَخ َْذنَ ِم ْن ُك ْم ِّم ْيثَاقًا َغلِ ْيظًا‬


ٍ ‫ض ُك ْم اِلى بَع‬ ٰ ‫َو َك ْيفَ تَْأ ُخ ُذوْ نَهٗ َوقَ ْد اَ ْف‬
ٰ ُ ‫ضى بَ ْع‬

Artinya : "Dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal


kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami-istri). Dan mereka (istri-
istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari
kamu"4

1
Bag. M. Letter, Tuntunan Rumah tangga Muslim dan Keluarga Berencana, (Padang: Angkasa Raya, 1983),
10

2
Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 2 

3
https://www.nu.or.id/pustaka/pernikahan-dalam-perspektif-madzhab-syafi039i-EhtnS

4
https://tafsirweb.com/1553-surat-an-nisa-ayat-21.html
Perkawinan dilakukan harus sesuai dengan rukun dan syarat-syarat
sah suatu perkawinan, dan juga tidak melanggar larangan perkawinan.
Apabila suatu perkawinan ditemukan hal yang tidak memenuhi syarat dan
rukunnya ataupun melanggar syarat dan rukunnya maka perkawinan
tersebut dapat dibatalkan oleh pengadilan agama yang memiliki kekuasaan
hukum tetap dalam memutuskan pembatalan perkawinan.

Dalam undang-undang pasal 25 Nomor 1 tahun 1974 bahwa


permohonan pembatalan perkawinan diajukan kepada pengadilan dalam
daerah hukum dimana perkawinan dilangsungkan atau ditempat tinggal
kedua suami atau istri.5

Pada kasus pembatalan perkawinan di Pengadilan Agama


Banyuwangi sendiri, salah satu faktor yang melatarbelakangi terjadinya
pembatalan perkawinan yaitu pemalsuan status perkawinan. Pada kasus
putusan Nomor 0565/PDT.G./2022/PA.BWI dimana pembatalan
perkawinan sendiri dilakukan karena terdapat pemalsuan status
perkawinan oleh suami dan masih terikat perkawinan yang sah dengan
perempuan lain. Oleh karena itu, dengan adanya perkawinan yang tidak
memenuhi syarat-syarat tersebut maka tidak dapat mencapai tujuan dari
perkawinan yang sebenarnya dan bisa dibatalkan supaya tidak merugikan
pihak lain yang bersangkutan.

Adanya kasus pembatalan pernikahan pasti memiliki akibat hukum


terhadap suami istri, ataupun pihak ketiga yang lainnya. Seperti status
anak setelah terjadi pembatalan perkawinan dan juga terkait hak-hak
keperdataan terhadap keluarganya di kemudian hari setelah diputuskannya
pembatalan perkawinan oleh pengadilan agama. Berdasarkan uraian latar
belakang diatas penulis tertarik dan merasa perlu adanya penilitian
"TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN
PERKAWINAN KARENA PEMALSUAN STATUS PERKAWINAN

5
Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Peradilan Agama, Bogor: Ghalia Indonesia, 2002, hlm. 120.
(STUDI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BANYUWANGI
NOMOR 0565/PDT.G./2022/PA.BWI).

B. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana tinjauan hukum yang menjadi dasar hakim dalam memutus


perkara Nomor 0565/Pdt.G/2022/PA.Bwi tentang pembatalan
perkawinan di pengadilan agama banyuwangi?

b. Bagaimana akibat hukum atas putusan pembatalan perkawinan Nomor


0565/Pdt.G/2022/PA.Bwi?

C. PENELITIAN TERDAHULU

1. Husna Aisyah Rahmi (2016) dengan judul "Penolakan Terhadap


Permohonan Pembatalan Perkawinan (Studi Putusan Pengadilan
Agama Pangkalan Kerinci Nomor 15/Pdt.G/2012/PA.Pkc) Fakultas
Hukum, Universitas Jember.” Metode penulisan skripsi tersebut adalah
menggunakan metode normatif. Dalam skripsi tersebut penulis
menjelaskan bahwa perkawinan saudara sepersusuan merupakan
perkawinan yang dilarang baik menurut undang-undang maupun
hukum syara'. Jelas bahwa perkawinan antara saudata sepersusuan
merupakan mahram muabbad yaitu perkawinan yang hukumnya
haram untuk selamanya dalam artian sampai kapanpun dan dalam
keadaan apapun laki-laki dan perempuan tidak boleh melakukan
perkawinan.6

2. Ahmad Khairul Umam (2017) dengan judul "Pembatalan Perkawinan


Karena Tidak Adanya Izin Poligami dalam Persfektif Hukum Islam
(Studi Putusan 461/Pdt.G/2016/PA.Mks) Fakultas Syari'ah, UIN Syarif
Hidayatullah.” dalam skripsi tersebut penulis menitik beratkan pada

6
Husna Aisyah Rahmi, Penolakan Terhadap Permohonan Pembatalan Perkawinan” Jember (2016),
Universitas Jember
tinjauan hukum positif dan hukum islam serta menjelaskan terkait
proses penyelesaian perkara pembatalan perkawinan. Hasil penelitian
skripsi ini yaitu bila didapati salah satu syarat atau rukun sahnya
pernikahan tidak terpenuhi maka pernikahan tersebut batal menurut
hukum. Hal itu yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutus
perkara nomor 461/Pdt.G/2016/PA.Mks.7

3. Reza Nailatul Rohmatika (2022) dengan judul "Persfektif Maqasid


Asy-Syari'ah Tentang Pembatalan Perkawinan Campuran dan Akibat
Hukumnya (Studi Terhadap Putusan Nomor
1199/Pdt.G/2020/PA.Kab.Kdr).” jenis penelitian yang digunakan
dalam skripsi tersebut adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
yuridis empiris. Hasil penelitian tersebut ialaj majelis hakim
melakukan penalaran terhadap pertimbangan hukumnya sesuai dengan
legal reasoning. Kemudian akibat hukum pasca adanya putusan
pembatalan perkawinan bahwa status istri tetap dihukumi sebagai
janda karna istri tersebut tetap dianggap telah melakukan perkawinan
dan jiga telah mempunyai satu anak.8

4. Ninda Sri Oktaviani (2021 dengan judul "PEMBATALAN


PERKAWINAN SEDARAH BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019 TENTANG PERKAWINAN
DAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA" Fakultas Hukum,
Universitas Pasundan Bandung.” dalam skripsi tersebut penulis
menjelaskan perkawinan sedarah berdasarkan undang-undang nomor
16 Tahun 2019 tentang Perkawinan Pasal 8 dan Hukum Islam
perkawinan sedarah ini secara jelas larangannya tercantum dalam
undang-undang nomor 16 Tahun 2019 tentang perkawinan, kompilasi

7
Ahmad Khairul Umam, pembatalan Perkawinan Karena Tidak Adanya Izin Poligami Dalam Persfektif
Hukum Islam, Jakarta (2017) UIN Syarif Hidayatulloh

8
Reza Nailatul Rohmatika (2022), "Persfektif Maqasid Asy-Syari'ah Tentang Pembatalan
Perkawinan Campuran dan Akibat Hukumnya (Studi Terhadap Putusan Nomor
1199/Pdt.G/2020/PA.Kab.Kdr).”
hukum islam pasal 8 dan AL-Qur'an beserta hadis. Kepastian hukum
positif Indonesia dengan dikeluarkannya putusan
No.80/Pdt.G/2017/PA.LLG tersebut. namun melihat faktanya
perkawinan sedarah harus dibatalkan dan harus dilarang karena sangat
merugikan. Dan status anak kandung dari hasil perkawinan sedarah
dianggap sah dan berhak mewaris dari bapak dan ibu.9

A. LATAR BELAKANG

Pernikahan sebagai jalan untuk menjaga kesucian


diri, dan sebagai gerbang menuju kebahagiaan. Dengan pernikahan
9
Ninda Sri Oktaviani (2021) "Pembatalan Perkawinan Sedarah Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan Dan Hukum Islam Di Indonesia" Fakultas Hukum,
Universitas Pasundan Bandung.”
pula sepasang laki-laki dan wanita melakukan ikatan suci di hadapan
Allah, membangun keluarga yang sakinah mawaddah wa ar-rahmah.
Sesungguhnya semua orang berharap keberadaan akad pernikahan itu
sekali untuk selamanya. Pernikahan yang dilakasanakan oleh suami
istri terus berlangsung sehingga maut memisahkan antara mereka
berdua. Tetapi kenyataan keadaan kehidupan rumah tangga tidak
seperti yang selalu diharapkan, sering suatu rumah tangga terancam
kelestariannya.10

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Tahun 1974 tentang


Perkawinan, tampak bahwa suatu rumusan arti dan tujuan dari
perkawinan. Arti “Perkawinan” dimaksud adalah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri,
sedangkan tujuan perkawinan dimaksud adalah membentuk keluarga
atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.11

Tanpa adanya kesatuan tujuan antara suami dan istri dalam


keluarga dan kesadaran bahwa tujuan itu harus dicapai bersama-sama,
maka dapat dibayang kan bahwa keluarga itu akan mudah mengalami
hambatan-hambatan yang merupakan sumber permasalahan besar
dalam rumah tangga, akhirnya dapat menuju keretakan keluarga yang
berakibat lebih jauh sampai pada perceraian. Tujuan merupakan titik
tujuan bersama yang akan diusahakan untuk dicapai bersama-sama
pula.12

Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Q. S Ar-Rum (30) Ayat 21


yang berbunyi:

10
Chandra Sabtia Irawan, Perkawinan dalam Islam Monogami atau Poligami,(Jogjakarta :An Naba’,2007),
hlm.1

11
SalinanUndang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974.

12
H. Santria Effendi M. Zein,Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer,(Jakarta Timur: Prenada
Media,2004),hlm.96
َ rِ‫ ةً ۗاِ َّن فِ ْي ٰذل‬r‫ َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً و ََّرحْ َم‬r‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُ ْٓوا اِلَ ْيهَا َو َج َع‬
‫ك‬ َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن َخل‬
ٍ ‫اَل ٰ ٰي‬
َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬

Artinya ; Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia


menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan
di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berpikir.13

Namun tidak semua perkawinan bisa bertahan selamanya,


karena banyak faktor yang menimbulkan perkawinan tersebut menjadi
goyah dan berujung pada perceraian. Perceraian bukan hal yang ingin
dituju dalam perkawinan. Apapun yang terjadi, pasangan suami istri
berharap untuk bisa mempertahankan rumah tangga sebaik mungkin.
Namun terkadang realita tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Apabila sudah melakukan segala usaha untuk mempertahankan rumah
tangga dan tidak dapat dipertahankan maka jalan keluar yang dapat
dilakukan yaitu cerai.

Sepanjang sejarah kehidupan manusia, perceraian tidak


dapat dihentikan dan terus terjadi, sehingga banyak orang merasa
trauma, sakit hati, kecewa, depressi dan mungkin mengalami
garigguan jiwa akibat perceraian tersebut.

Cerai talak merupakan permohonan perceraian yang


diajukan oleh suami terhadap istrinya. Isi dari permohonannya adalah
permintaan kepada Pengadilan Agama agar mengizinkan suami
mengucapkan ikrar talak terhadap istri. Untuk melaksanakan
perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan. Di
Pengadilan Agama Kabupaten Kediri terdapat berbagai perkara
13
https://kalam.sindonews.com/ayat/21/30/ar-rum-ayat-21
perceraian, salah satunya yaitu perkara cerai talak yang dikarenakan
istri yang tidak memenuhi kewajibannya sebagai istri atau disebut
dengan istri nusyuz, hal tersebut mengakibatkan suami mengajukan
talak kepada istri.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis akan


mengulas bagaimana pelaksanaan perceraian yang ada di Pengadilan
Agama Kabupaten Banyuwangi dan penulis tertarik untuk
mengangkat judul "DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM
MEMUTUSKAN PERKARA CERAI TALAK KARENA ISTRI
TIDAK TAAT KEPADA SUAMI (STUDI PUTUSAN NOMOR
0107/PDT.G/2021/PA.BWI)".

B. RUMUSAN MASALAH

 Bagaimana proses penyelesaian perkara cerai talak pada putusan


Nomor 0107/Pdt.G/2021/PA.Bwi di pengadilan agama banyuwangi?

 Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara


cerai talak pada putusan Nomor 0107/Pdt.G/2021/PA.Bwi di
pengadilan agama banyuwangi?

C. TUJUAN PENELITIAN

 Mengetahui bagaimana proses penyelesaian perkara cerai talak pada


putusan Nomor 0107/Pdt.G/2021/PA.Bwi di pengadilan agama
banyuwangi?

 Mengetahui apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam


memutus perkara cerai talak pada putusan Nomor
0107/Pdt.G/2021/PA.Bwi di pengadilan agama banyuwangi?

D. PENELITIAN TERDAHULI
1. Mizan dengan judul “Cerai Talak di Bawah Tangan di Desa Ulak
Tembaga Kecamatan Jejawi Kabupaten Ogan Komering Ilir Ditinjau
Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan"
Akhwalus Syakhsiyah, Fakultas Syari'ah, UIN Raden Fatah
Palembang. Metode yang dipakai dalam metode ini menggunakan
pendekatan studi kepustakaan. Menurut hukum islam cerai talak di
bawah tangan itu diperbolehkan akan tetapi mengacu pada syarat dan
rukun cerai sesuai dengan syariat Islam, hal ini dibolehkan selama
kedua belah pihak memiliki dasar atau alasan yang kuat untuk bercerai
di bawah tangan menurut hukum Islam, karena keduanya tidak bisa
lagi hidup rukun dan damai. tetapi menurut undang-undang yang ada
berlaku di indonesia cerai talak di bawah tangan itu tidak
diperbolehkan.14

2. Nurin Dyasti Pratiwi (2019) dengan judul "Akibat Hukum Cerai Talak
Terhadap Harta Bersama Pra Ikrar Talak" Universitas Jember. Dalam
penelitian skripsi tersebut penulis menjelaskan Pembagian harta
bersama dapat dilakukan pra pembacaan ikrar talak dengan cara ex
officio hakim dan meletakan sita harta bersama (sita marital). Kedua,
Penyelesaian harta bersama akibat adanya putusan cerai talak
berdasarkan peraturan Perundang-Undangan dapat diselesaikan dengan
2 (dua) cara yakni Non litigasi dalam bentuk mediasi dan Litigasi.
Ketiga, Pertimbangan hukum hakim yang mengabulkan pembagian
harta bersama pra pembacaan ikrar talak, hakim dalam
pertimbangannya melihat dari sisi formal dan materiil gugatan dan
dengan menggunakan Contra Legem.15

Mizan, “Cerai Talak di Bawah Tangan di Desa Ulak Tembaga Kecamatan Jejawi Kabupaten
14

Ogan Komering Ilir Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan",
Palembang, UIN Raden Fatah Palembang.
15
Nurin Dyasti Pratiwi, "Akibat Hukum Cerai Talak Terhadap Harta Bersama Pra Ikrar Talak",
Jember, 2019, Universitas Jember
3. Khoirul Amri 2018 dengan judul "UPAYA MANTAN ISTERI
UNTUK MEMPEROLEH HAK PASCA CERAI TALAK (STUDI
KASUS PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016),
IAIN Salatiga. Hasil penelitian dalam skripsi tersebut yaitu upaya yang
dilakukan iatri untuk mendapatkan haknya setelah permohonan talak
adalah dengan meminta dengan orang yang bersangkutan secara
langsung mendatangi rumahnya. Selain itu juga meminta bantuan
kepada RT setempat dimana mantan suami bertempat tinggal. Faktor
yang mendorong mereka memeberikan nafkah kepada mantan istrinya
adalah karena kesadaran penuh sari mantan suamj untuk kehidupan
mantan istri dan anaknya serta tempat tinggal yang tidak berjauhan.16

4. Angga Riadi Kusuma (2021) dengan judul "ANALISIS TERHADAP


PEMIKIRAN MUHAMMAD IBNU HASAN ATH-THUSI DAN AL-
QURTHUBI TENTANG SAKSI CERAI TALAK" UIN Raden Intan
Lampung. Penelitian tersebut termasuk dalam penelitian kepustakaan.
Penulis menjelaskan bahwa cerai talak menurut pendapat Muhammad
Ibnu Hassan At-Thusi di dalam Kitab At-Tibyān Fi Tafsir Al-Qur’ān,
persaksian dalam talak yang tidak disaksikan oleh dua orang Muslim
yang adil, walaupun terpenuhi syarat-syarat lainnya, adalah tidak sah.
17

Khoirul Amri, "Upaya Mantan Isteri Untuk Memperoleh Hak Pasca Cerai Talak (Studi Kasus
16

Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2015-2016), Salatiga (2018) IAIN Salatiga


17
Angga Riadi Kusuma (2021) dengan judul "Analisis Terhadap Pemikiran Muhammad Ibnu
Hasan Ath-Thusi Dan Al-Qurthubi Tentang Saksi Cerai Talak", Lampung, (2021), UIN Raden
Intan Lampung
DAFTAR PUSTAKA

Bag. M. Letter, Tuntunan Rumah tangga Muslim dan Keluarga Berencana,


(Padang: Angkasa Raya, 1983), 10

Bag. M. Letter, Tuntunan Rumah tangga Muslim dan Keluarga Berencana,


(Padang: Angkasa Raya, 1983), 10

Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 2 

https://www.nu.or.id/pustaka/pernikahan-dalam-perspektif-madzhab-syafi039i-
EhtnS

https://tafsirweb.com/1553-surat-an-nisa-ayat-21.html
Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Peradilan Agama, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2002, hlm. 120.

Husna Aisyah Rahmi, Penolakan Terhadap Permohonan Pembatalan


Perkawinan” Jember (2016), Universitas Jember

Ahmad Khairul Umam, pembatalan Perkawinan Karena Tidak Adanya Izin


Poligami Dalam Persfektif Hukum Islam, Jakarta (2017) UIN Syarif Hidayatulloh

Reza Nailatul Rohmatika (2022), "Persfektif Maqasid Asy-Syari'ah Tentang


Pembatalan Perkawinan Campuran dan Akibat Hukumnya (Studi Terhadap
Putusan Nomor 1199/Pdt.G/2020/PA.Kab.Kdr).”

Ninda Sri Oktaviani (2021) "Pembatalan Perkawinan Sedarah Berdasarkan


Undang-Undang Nomor16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan Dan Hukum Islam
Di Indonesia" Fakultas Hukum, Universitas Pasundan Bandung.”

Chandra Sabtia Irawan, Perkawinan dalam Islam Monogami atau Poligami,


(Jogjakarta :An Naba’,2007), hlm.1

SalinanUndang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974.

H. Santria Effendi M. Zein,Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer,


(Jakarta Timur: Prenada Media,2004),hlm.96

https://kalam.sindonews.com/ayat/21/30/ar-rum-ayat-21

Mizan, “Cerai Talak di Bawah Tangan di Desa Ulak Tembaga Kecamatan Jejawi
Kabupaten Ogan Komering Ilir Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan", Palembang, UIN Raden Fatah Palembang.

Nurin Dyasti Pratiwi, "Akibat Hukum Cerai Talak Terhadap Harta Bersama Pra
Ikrar Talak", Jember, 2019, Universitas Jember
Khoirul Amri, "Upaya Mantan Isteri Untuk Memperoleh Hak Pasca Cerai Talak
(Studi Kasus Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2015-2016), Salatiga (2018)
IAIN Salatiga
Angga Riadi Kusuma (2021) dengan judul "Analisis Terhadap Pemikiran
Muhammad Ibnu Hasan Ath-Thusi Dan Al-Qurthubi Tentang Saksi Cerai Talak",
Lampung, (2021), UIN Raden Intan Lampung

Anda mungkin juga menyukai