Anda di halaman 1dari 9

e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 No 2 Tahun 2021)

PELAKSANAAN PEMBERIAN NAFKAH IDDAH DILIHAT


DARI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PASAL 41 UNDANG-
UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019 TENTANG PERKAWINAN
(STUDI KASUS DI DESA KALIJAGA LOMBOK TIMUR)

Selli Handini1, Ketut Sudiatmaka2, Ni Ketut Sari Adnyani3


Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indoneisa

e-mail : {selly2529@gmail.com , sudiatmaka@undiksha.ac.id ,


sari.adnyani@undiksha.ac.id}

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1)Untuk mengkaji dan menganalisis terkait dengan
Pelaksanaan Pemberian Nafkah Iddah di Desa Kalijaga Lombok Timur (2) Untuk mengkaji
dan menganalisis implementasi hukum islam dan pasal 41 undang-undang nomor 16 tahun
2019 terkait dengan pemberian nafkah iddah kepada mantan istri di desa kalijaga Lombok
timur.Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris, dengan sifat
penelitian deskriptif.lokasi penelitian ini dilakukan di desa kalijaga, kabupaten Lombok
timur. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik non probability sampling dan
penentuan subyek penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling.Teknik
pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa
putusnya perkawinan yang disebabkan oleh perceraian memberikan akibat hukum bagi
kedudukan dan kewajiban bagi suami atau istri hal ini tercantum dalam pasal 41 undang-
undang nomor 16 tahun 2019 tentang perkawinan dan hukum islam yakni berkaitan dengan
pemberian nafkah iddah kepada mantan istri. Nafkah iddah merupakan nafkah yang diberikan
olek mantan suami kepada mantan istri yang ditalak cerai saat mantan istri tersebut masih
berada dalam masa iddah atau masa tunggu setelah terjadinya perceraian selama istri tersebut
tidak berbuat nusyuz selama perkawinan sesuai dengan apa yang telah di atur dalam pasal 41
undang-undang nomor 16 tahun 2019 tentang perkawinan dan hukum islam. Dalam hal ini
efektif atau tidaknya suatu hukum di dalam masyarakat di tentukan oleh beberapa faktor yaitu
: faktor hukumnya sendiri, faktor penegak hukum,faktor sarana atau fasilitas pendukung,
faktor masyarakat, faktor kebudayaan. Kelima faktor tersebut berkaitan satu sama lain karena
merupakan esensi penegakan hukum serta juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas
hukum.

Kata kunci : Perceraian, Nafkah Iddah, Nusyuz.


ABSTRACT
This study aimed (1) to study and analyze related to the Implementation of Iddah Provision of
Living in Kalijaga Village, East Lombok (2) to examine and analyze the implementation of
Islamic law and Article 41 of Law Number 16 of 2019 related to the provision of iddah living
to ex-wife in Kalijaga village, East Lombok. The type of research used was empirical legal
research, with the characteristic of descriptive research. The research was conducted in
Kalijaga village, East Lombok district. The data collection technique used was non-
438


e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 No 2 Tahun 2021)

probability sampling technique and the determination of research subjects using purposive
sampling technique. Data processing and analysis techniques were carried out qualitatively.
The results showed that the breakup of a marriage caused by divorce, had legal
consequences for the position and obligations of the husband or wife. This was stated in
article 41 of law number 16 of 2019 concerning about marriage and Islamic law, which was
related to the provision of iddah to ex-wife. Iddah living was the income given by the ex-
husband to the ex-wife who was divorced while the ex-wife was still in the iddah period or
waiting period after the divorce as long as the wife did not do nusyuz during the marriage in
accordance with what had been regulated in article 41 of law number 16 of 2019 concerning
about marriage and Islamic law. In this case, whether or not a law was effective in the
society determined by several factors, namely: the legal factor itself, law enforcement factors,
tools or supporting facilities, community factors, and cultural factors. These five factors were
related to each other because these were the essence of law enforcement and also a measure
of the effectiveness of the law.

Keyword: Divorce, Iddah Living, Nusyuz

439


e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 No 2 Tahun 2021)

PENDAHULUAN oleh masyarakat tersebut. Jika dilaksanakan


menurut hukum agama maka biasanya
Perkawinan merupakan salah satu fase perkawinan itu dianggap sah secara adat (
yang sangat penting bagi hidup manusia dalam Adnyani, 2017 :168).
bermasyarakat, dikatakan sangat penting karena
perkawinan dapat mengubah status hukum Terlaksananya perkawinan akan
seseorang. Semula manusia dianggap belum menimbulkan hak dan kewajiban antara suami
dewasa atau yang semula dianggap anak muda dan istri. Diantara kewajiban suami terhadap istri
dengan adanya perkawinan akan menjadi suami yang paling pokok adalah kewajiban memberi
isteri dengan berbagai konsekuensi sosiologis nafkah, baik berupa makanan,pakaian, maupun
dan yuridis yang menyertainya (Suastika, 2016 tempat tinggal bersama (Tihami dan Sahrani,
:829). Perkawinan merupakan suatu ikatan yang 2010: 163).
sah untuk membina rumah tangga dan keluarga
sejahtera serta bahagia, dalam hal ini kedua belah Hak dan kewajiban suami istri diatur dalam
pihak antara suami dan istri memikul amnah dan undang-undang perkawinan pasal 30-34. Dalam
tanggung jawab. Dalam pasal 1 undang-undang kompilasi hukum islam (KHI) diatur alam pasal
nomor 16 tahun 2019 tentang perkawinan 77-84. Pengaturan tentang hak dan kewajiban
merumuskan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir suami istri yang diatur dalam kompilasi hukum
batin antara seorang pria dan seorang wanita islam lebih sistematis dibandingkan dalam
sebagai suami dan istri dengan tujuan undang-undang perkawinan.
membentuk keluarga (rumah tangga) yang Dalam perjalanan perkawinan seringkali apa
bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang yang menjadi tujuan perkawinan kandas ditengah
mahaesa. jalan. Sebenarnya putusnya perkawinan
merupakan hal yang wajar saja terjadi, karena
Perkawinan merupakan suatu perjanjian makna dasar akad nikah adalah ikatan atau dapat
yang mengakibatkan perikatan antara suami dan juga dikatakan perkawinan pada dasarnya adalah
istri, hal ini menempatkan suami dan istri dalam kontrak. Konsekuensinya ia dapat lepas kemudian
kedudukan yang seimbang dan mengandung hak dapat disebut dengan talak. Makna dasar dari talak
dan kewajiban yang seimbang pula bagi kedua itu adalah melepaskan ikatan atau melepaskan
belah pihak. Namun hal ini perlu dipahami perjanjian (Nuruddin dan Tarigan, 2004: 206).
bahwa perikatan yang bersumber dari perjanjian Hukum islam yang berlaku di Indonesia
dalam perkawinan adalah perikatan lahir dan membagi dua istilah dalam perceraian. Ketika
batin antara seorang laki- laki yang kemudian suami yang mengajukan perceraian disebut cerai
berstatus sebagai suami dan seorang perempuan talak sedangkan jika istri mengajukan perceraian
yang kemudian berstatus sebagai istri disebut cerai gugat.Dalam pasal 39 undang-
(Syarifuddin, 2011:386-387). undang perkawinan tahun 2019 menyebutkan
untuk melakukan sebuah perceraian harus ada
Dalam hukum islam pernikahan ialah
cukup alasan bahwa antara suami dan istri tidak
akad suci dan luhur antara laki-laki dan
akan dapat rukun sebagai suami dan istri.
perempuan yang menjadi sebab sahnya status
sebagai suami istri dan dihalalkannya hubungan Talak merupakan sebuah cara yang
seksual dengan tujuan mencapai keluarga dilakukan untuk memutuskan atau melepaskan
sakinah,penuh kasih sayang, kebaikan dan saling sebuah ikatan perkawinan. Dengan demikian
menyantuni. ikatan perkawinan sebenarnya dapat putus dan
tata caranya telah ditentukan di dalam undang-
Hilman hadikusuma mengatakan UU undang perkawinan. Ketentuan talak atau
Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan tidak perceraian ditegaskan dalam pasal 38 undang-
mengatur bagaimana tata tertib adat yang undang nomor 16 tahun 2019 yang berbunyi :
dilakukan mempelai untuk melangsungkan perkawinan dapat putus karena :
perkawinan. Sahnya perkawinan menurut hukum
adat bagi masyarakat hukum adat indonesia, a. kematian. b. perceraian, c. atas
terutama bagi penganut agama tertentu, keputusan pengadilan.
tergantung pada agama yang dianut umumnya

440
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 No 2 Tahun 2021)

Talak menurut istilah syara’ ialah harus dilalui oleh seorang perempuan yang telah
melepaskan ikatan pernikahan dengan kata-kata bercerai untuk dapat menikah kembali secara
atau lafal yang menunjukan talak atau sah. Dalam masa tersebut, perempuan
perceraian. Talak artinya melepaskan atau hendaknya melakukan hak dan kewajibannya
meninggalkan. Dalam istilah agama talak sesuai dengan hukum islam (Tihami dan
artinya melepaskan ikatan perkawinan atau Sahrani, 2010:307).
bubarnya hubungan perkawinan.melepaskan
ikatan ikatan perkawinanartinya membubarkan Menurut sayuti thalib, pengertian kata
hubungan suami istri sehingga berakhir iddah dapat dilihat dari dua sudut pandang :
perkawinan atau terjadi perceraian (Saebani, pertama, dilihat dari segi kemungkinan
2016 : 55). Sedangkan menurut KUHPerdata keutuhan perkawinan yang telah ada, suami
perceraian adalah pengakhiran suatu perkawinan dapat rujuk kepada istrinya. Dengan demikian
karena suatu sebab dengan keputusan hakim kata iddah dimaksudkan sebagai salah satu
atas tuntutan dari salah satu pihak atau kedua istilah hukum yang mempunyai arti tenggang
belah pihak dalam perkawinan. waktu sesudah jatuh talak, dalam waktu mana
pihak suami dapat rujuk kepada istrinya. Kedua,
Talak yang diucapkan oleh suami kepada dengan demikian dilihat dari segi istri, masa
istri merupakan pelepasan ikatan iddah itu akan berarti sebagai suatu tenggang
perkawinan.Ucapan talak ini terjadi karena waktu dalam waktu mana istri belum dapat
beberapa hal, salah satunya terjadi nusyuz oleh melangsungkan perkawinan dengan pihak laki-
istri.Nusyus dalam artian kedurhakaan yang laki lain . Seorang wanita yang telah dicerai oleh
dilakukan oleh istri terhadap suaminya. Hal ini suaminya, dilarang melakukan perkawinan
bisa terjadi dalam bentuk pelanggaran perintah, dengan lelaki lain selama masa yang ditentukan
penyelewengan, dan hal-hal yang dapat oleh syari’at. Masa yang ditentukan oleh syari’at
menggangu keharmonisan rumah tangga . ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan
kepada suami dan istri untuk berfikir, apakah
Talak yang terjadi dalam hal tersebut perkawinan tersebut masih dapat dilanjutkan
adalah talak raj’i.talak raj’i adalah talak dimana dengan cara rujuk (kembali), jika perceraian itu
suami diberikan hak untuk kembali pada istrinya terjadi pada talak raj’I (talak satu dan dua), atau
tanpa melalui nikah baru, selama istrinya itu perceraian itu lebih baik bagi keduanya.
masih dalam masa iddah. Talak raj’i itu
merupakan talak satu atau talak dua tanpa Status hukum perempuan dalam talak raj’i
didahuli tebusan oleh pihak istri (Syarifuddin, itu sama dengan istri dalam masa pernikahan
2011: 220- 221). dalam semua keadaannya, kecuali dalam satu
hal menurut sebagian ulama yaitu tidak boleh
Status hukum perempuan dalam talak raj’i bergaul (bersetubuh) dengan mantan istrinya.
itu sama dengan istri dalam masa pernikahan
dalam semua keadaannya, kecuali dalam satu Istri yang dalam talak raj’I ini tetap
hal menurut sebagian ulama yaitu tidak boleh mendapatkan nafkah dari mantan suaminya,
bergaul (bersetubuh) dengan mantan istrinya baik temapt tinggal,pakaian dan uang belanja,
tetapi bagi istri yang nusyuz (durhaka)maka
Akibat dari talak raj’I yang telah tidak berhak mendapat apa-apa. Hal ini pun
diucapkan oleh suami tidak serta merta putusnya dijelaskan dalam kompilasi hukum islam (KHI),
perkawinan secara mutlak.Dalam talak raj’i yaitu dalam pasal 149 yang berbunyi bahwa
mantan suami tidak dilarang untuk berkumpul bilamana perkawinan putus karena talak maka
(selain berhubungan badan) dengan mantan bekas suami wajib:
istrinya, sebab akad perkawinannya tidak hilang
dan tidak menghilangkan hak (kepemilikan), a. memberikan mut’ah yang layak kepada
serta tidak mempengaruhi hubungan yang halal bekas istrinya, baik berupa uang atau benda,
(kecuali persetubuhan).Sekalipun tidak kecuali bekas istri tersebut belum dicampuri.
mengakibatkan perpisahan, talak ini tidak
menimbulkan akibat-akibat hukum yang lain, b. Memberikan nafkah, maskan (tempat
selama masih dalam masa iddah istrinya.Masa tinggal), dan kiswah (pakaian) kepada bekas
iddah merupakan periode waktu tertentu yang istri selama dalam masa iddah, kecuali bekas

441
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 No 2 Tahun 2021)

istri telah dijatuhi talak bain atau nusyuz dan Pelaksanaan Pemberian Nafkah Iddah
dalam keadaan tidak hamil. Kepada Mantan Istri Di Desa Kalijaga
Lombok Timur
Walaupun dalam ketentuan kompilasi
hukum islam dan undang-undang perkawinan Pemerintah telah mengeluarkan undang-
memberikan kewajiban bagi mantan suami undang perkawinan nasional, yaitu undang-
untuk memberikan nafkah iddah kepada mantan undang republic indonesia nomor 16 tahuun
istri namun keadaan yang terjadi dilapangan 2019 tentang perubahan atas undang-undang
berbanding terbalik dengan apa yang seharusnya nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan
terjadi, banyak para mantan suami yang tidak mengandung isi yang sangat luas, mengatur
melakukan tanggung jawab tersebut kepada tentang dasar perkawinan, batalnya perkawinan,
mantan istri, salah satu kasusnya terjadi didesa perjanjian perkawinan, hak dan kewajiban
kalijaga Lombok timur, ada beberapa pasangan suami isteri, harta benda dalam pernikahan,
suami istri yang telah bercerai dengan berbagai putusnya perkawinan serta akibatnya,
macam alasan namun tidak mendapatkan nafkah kedudukan anak, hak dan kewajiban antara
iddah dari mantan suaminya padahal orang tua dan anak, perwalian, dan ketentuan-
berdasarkan kompilasi hukum islam dan ketantuan lain. Dalam undang-undang ini juga
undang- undang perkawinan mewajibkan hal menjelaskan tentang putusnya perkawinan serta
tersebut. akibatnya, perkawinan dapat putus karena
kematian, perceraian, dan atas keputusan
METODE PENELITIAN pengadilan.
Jenis penelitian yang diambil dalam Di dalam Undang-undang
penulisan ini adalah penelitian perkawinanmen jelaskan tentang pemberian
empiris.Penelitian yuridis empiris merupakan nafkah ketika telah bercerai, yaitu dalam undang
penelitian terhadap efektivitas hukum yang undang no 16 tahun 2019 tentang perkawinan
membahas mengenai bagaimana hukum pasal 41 huruf c yang berbunyi “pengadilan
beroperasi di masyarakat (Zainudin, 2011: 31). dapat mewajibkan kepada mantan suami untuk
Penelitian ini mengacu pada ketentuan hukum memberikan biaya kehidupan dan atau untuk
yang berlaku dalam hal ini mengenai pemberian menetukan suatu kewajiban bagi bekas istri.
nafkah iddah kepada mantan istri yang ditalak Selain itu pemberian nafkah iddah juga
cerai dilihat dari perspektif hukum islam dan uu dijelaskan dalam Pasal 149 hurup b kompilasi
perkawinan di desa kalijaga Lombok timur. hukum islam yang berbunyi “bilamana
Sifat penelitian yang digunakan dalam perkawinan putus karena talak, maka bekas
penelitian ini adalah deskriptif (Adnyani, 2021 : suami wajib memberikan nafkah, maskan dan
58). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang kiswah kepada bekas istri selama dalam masa
mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talak
akurat terhadap suatu populasi atau daerah bain atau nusyuz dan dalam keadaan tidak
tertentu, mengenai sifat, karakteristik atau hamil.
faktor-faktor tertentu (Waluyo, 2008: 8).Untuk Pada saat terjadinya perceraian pihak
mendukung penelitian ini, Adapun sumber data mantan suami diwajibkan memberikan nafkah
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, data iddah kepada mantan istrinya, nafkah iddah
primer dan data sekunder.Data primer adalah merupakan nafkah yang diberikan pada saat
data yang diperoleh oleh peneliti secara mantan istri menjalani masa tunggu setelah
langsung dari tangan pertama (narasumber) terjadinya perceraian. masa tunggu atau masa
yang mengetahui permasalahan ini. Data iddah berkisar sekitar 4 bulan 10 hari untuk
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini perempuan yang ditinggal meninggal oleh suami
adalah 1.bahan hukum sekunder,2. Bahan dan tidak dalam keadaan hamil, masa iddah
hukum primer 3.Bahan hukum tersier (Ishaq, untuk perempuan yang bercerai karena talak
2017). raj’I maka masa iddah yang berlaku adalah tiga
HASIL DAN PEMBAHASAN bulan atau tiga kali masa haid dan masa iddah
untuk perempuan yang diceraikan dengan talak
tiga masa iddah nya adalah satu kali masa haid
442
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 No 2 Tahun 2021)

untuk memastikan ia tidak sedang hamil istri nya. Adanya hubungan yang tidak baik saat
sedangkan masa iddah untuk perempuan yang terjadinya perceraian menjadi salah satu faktor
tengah hamil ialah sampai ia melahirkan, aturan tidak diberikannya nafkah iddah, mantan suami
masa iddah juga berlaku bagi perempuan yang beranggapan setelah bercerai mantan istri sudah
menggugat cerai suaminya adapun masa iddah tidak menjadi bagian dari kewajibannya untuk
bagi perempuan yang menggugat cerai adalah memberikan nafkah meskipun mantan istri
sekali masa haid, setiap perempuan yang tersebut masih berada dalam masa iddah.
mengalami perceraian memiliki perbedaan masa seringkali di masyarakat mantan suami
iddah sesuai dengan kondisinya masing melupakan kewajibannya untuk ikut serta dalam
Berdasarkan hasil wawancara dengan sekertaris pemberian nafkah selama masa iddah, inilah
desa Kalijaga Lombok Timur yaitu, Lalu fenomena-fenomena yang sering timbul karena
Firdaus Ridwanullah, S.Pd mengakui bahwa di adanya perceraian yang mana pihak mantan
Desa Kalijaga memiliki angka perceraian dan suami tidak melaksanakan kewajibannya
perkawinan yang bisa dikatakan cukup tinggi tehadap hak istri dan anak selama masa iddah.
namun ada penurunan di tahun 2020, menurut saat terjadi perceraian pada hakekatnya pihak
penuturan dari bapak Lalu Firdaus salah satu suami harus memberikan minimal tempat
yang menjadi faktor terjadinya perceraian salah tinggal kepada mantan istri dan juga
satunya adalah pernikahan dini hal ini anaknya,inilah yang disebut dengan nafkah
disebabkan oleh pasangan yang masih terlalu iddah.
muda masih mementingkan ego masing masing
dan hal ini menyebabkan rentannya terjadi Ketentuan nafkah iddah tersebut akan
perceraian. Untuk mengurangi angka pernikahan hilang jika istri melakukan nusyuz, yaitu istri
dini pemerintah desa kalijaga akan membentuk membangkang atau durhaka kepada suaminya.
peraturan tentang perkawinan usia anak sesuai Tolak ukur mengenai seorang istri disebut
dengan Peraturan Bupati Lombok Timur tentang nusyuz ialah ketika istri tersebut membangkang
pencegahan perkawinan usia anak sesuai terhadap suaminya,tidak mematuhi ajakan atau
Peraturan Bupati Nomor 41 tahun 2020.-masing. perintahnya, menolak berhubungan suami istri
tanpa alasan yang jelas dan sah berdasarkan
Dalam hal pemberian nafkah iddah hukum islam dan istri keluar rumah tanpa izin
menurut bapak Lalu Firdaus merupakan suatu dari pihak suami ( Ali, 2012 : 55 ).
kewajiban yang harus dilakukan oleh mantan
suami kepada mantan istrinya namun hal ini Dalam hal ini ada beberapa informan
jarang dilakukan karena disebabkan oleh yang diwawancarai yang mengalami perceraian
beberapa faktor salah satu contoh nya disaat secara langsung, adapun para informan yang di
perceraian terjadi adanya permasalahan akan wawancarai tersebut adalah :
menyebabkan tidak terlaksananya pemberian 1. ibu samirah yaitu orang yang telah
nafkah iddah,menurut penuturan dari bapak bercerai mengatakan bahwa beliau tidak
Lalu Firdaus biasanya mantan suami hanya diberikan nafkah iddah oleh mantan suami nya
memberikan nafkah kepada anaknya saja beliau menyatakan bahwa mantan suaminya
sedangkan kepada mantan istrinya yang masih secara sengaja tidak memberikan nafkah iddah
dalam masa iddah tidak diberikan sama sekali. kepada beliau, menurut penuturan dari ibu
Pemberian nafkah iddah seharusnya memang samirah beliau memang mengetahui tentang
diberikan kepada mantan istri karena nafkah pemberian nafkah iddah namun pada kenyataan
iddah merupakan suatu kewajiban yang harus yang terjadi dilapangan pihak mantan suami
dipenuhi oleh mantan suami selain memberikan justru tidak memberikan apapun kepada mantan
nafkah kepada anak anaknya. istrinya.
Pelaksanaan pemberian nafkah iddah di 2. Bapak Muhammad warman beliau
desa kalijaga menurut beberapa informasi dari menyatakan bahwa beliau tidak memberikan
informan dapat dikatakan tidak terpenuhi nafkah iddah kepada istrinya hal ini disebabkan
dengan sebagaimana semestinya, karena karna perceraiannya terjadi disebabkan oleh
meskipun mereka mengetahui tentang perselingkuhan yang dilakukan pihak istri
pemberian nafkah iddah tersebut ada yang namun beliau tetap memberikan nafkah kepada
memang tidak membayarkannya kepada mantan
443
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 No 2 Tahun 2021)

anak anaknya, dalam hal perceraian yang terjadi tertarik melihat kepadanya, dan juga tidak boleh
karna perseingkuhan atau nusyuz memang keluar rumah, dilarang menerima khitbah
dijelaskan bahwa mantan istri yang melakukan (pinangan) dan dilarang menikah.
nusyuz atau perselingkuhan memang tidak
diberikan nafkah iddah, menurut pendapat Implementasi Dan Efektivitas Hukum Islam
bapak Muhammad warman terkait pemberian Dan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 16
nafkah iddah memang seharusnya wajib Tahun 2019 Tentang Perkawinan Terkait
diberikan kepada mantan istri selama mantan Pemberian Nafkah Iddah Di Desa Kalijaga
istri tersebut tidak melakukan Lombok Timur
perselingkuhan/nusyuz, namun pada Pada dasarnya pemberian nafkah iddah
kenyataannya dilapangan memang ada beberapa memang seharusnya wajib diberiikan oleh
yang memberikan dan tidak memberikan nafkah mantan suami kepada mantan istri yang telah
iddah salah satu alasannya tidak diberikannya ditalaknya selama mantan istri tersebut tidak
nafkah iddah menurut bapak Muhammad nusyuz kepada mantan suaminya sebagaiamana
Warman ialah karena saat terjadinya perceraian disbeutkan dalam undang undang perkawinan
tentu ada pertengkaran dan membuat kedua yaitu pasal 41 huruf c yang berbunyi
belah pihak emosi hal inilah yang menjadi “pengadilan dapat mewajibkan kepada mantan
pemicu diabaikannya ketentuan dari pemberian suami untuk memberikan biaya kehidupan dan
nfakah iddah tersebut. atau untuk menetukan suatu kewajiban bagi
3. Ibu Hannah menurut hasil wawancara dengan bekas istri. Dan dalam kompilasi hukum islam
ibu Hannah yang melakukan perceraian karena Pasal 149 hurup b yang berbunyi “bilamana
ketidak cocokan dengan suami nya beliau perkawinan putus karena talak, maka bekas
memang diberikan nafkah iddah oleh mantan suami wajib memberikan nafkah, maskan dan
suami nya yaitu hanya seperempat dari nafkah kiswah kepada bekas istri selama dalam masa
yang diberikan saat beliau masih menikah, iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talak
menurut pernyataan beliau memang ada bain atau nusyuz dan dalam keadaan tidak
beberapa yang diberikan nafkah iddah dan ada hamil.
juga yang tidak diberikan nafkah iddah. menurut Putusnya perkawinan yang disebabkan
ibu Hannah pemberian nafkah iddah memang oleh perceraian memberikan akibat hukum bagi
seharusnya wajib diberikan kepada mantan istri kedudukan dan kewajiban mantan suami atau
yang ditalak cerai selama tidak melakukan istri di dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor
nusyuz/perselingkuhan karena pemberian 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan selaras
nafkah iddah memang sudah dijelaskan dalam dengan hukum islam terkait dengan kewajiban
undang-undang serta hukum islam dan wajib suami setelah perceraian. Dalam Undang-
hukumnya selama mantan istri tersebut masih undang no 16 tahun 2019 tentang perkawinan
berada dalam masa iddah. pasal 41 huruf c yang berbunyi “pengadilan
Di dalam kompilasi hukum islam pasal dapat mewajibkan kepada mantan suami untuk
8 ayat 1 disebutkan bahwa suami wajib memberikan biaya kehidupan dan atau untuk
memberikan tempat kediaman bagi istri dan menetukan suatu kewajiban bagi bekas istri.
anak-anaknya atau mantan istrinya yang masih apabila terjadi perceraian antara suami dan istri
dalam masa iddah. dalam hal ini sudah sangat menurut hukum islam, maka akibat hukumnya
jelas bahwa memang seharusnya mantan suami ialah dibebankan kewajiban mantan suami
memberikan nafkah kepada mantan istrinya terhadap mantan istrinya untuk memberi mut’ah
selama dalam masa iddah dan mantan istrinya yang pantas berupa uang atau barangdan
tidak berbuat nusyuz. memberi nafkah hidup, pakaian dan tempat
tinggal selama mantan istri dalam masa iddah,
Selain kewajiban mantan suami serta melunasi maskawin, perjanjian tak’lik
memberikan nafkah iddah mantan istri yang talak dan perjanjian lain. Dalam pasal pasal
masih berada dalam masa iddah juga memiliki yang telah disebutkan menunjukan bahwa hakim
kewajiban yaitu menjauhi apa saja yang pengadilan agama mempunyai hak dalam
mengarah kepada hubungan seksual, tidak memberikan biaya penghidupan dan
mengenakan apa saja yang membuat orang lain menentukan suatu kewajiban bagi bekas istri
444
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 No 2 Tahun 2021)

akibat perceraian dalam hal ini hakim dapat d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana
menentukan dan menetapkan nafkah iddah. hukum tersebut berlaku atau diterapkan
Menurut hasil penelitian terkait e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya,
pemberian nafkah iddah di desa kalijaga dari cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa (
beberapa informan menyatakan bahwa ada yang Soekanto, 2008 : 8 ).
mengetahui tentang pemberian nafkah iddah
memang menjadi suatu kewajiban namun tidak Tingkat efektivitas dari pelaksanaan
semua yang melakukan perceraian memberikan pasal 41 undang-undang nomor 16 tahun 2019
nafkah iddah kepada mantan istrinya, pemberian dan hukum islam terkait dengan pelaksanaan
nafkah iddah diberikan sama dengan jumlah pemberian nafkah iddah di desa kalijaga
pemberian nafkah pada saat masih dalam ikatan Lombok timur ditinjau dengan kelima indikator
perkawinan,nafkah bisa berupa makanan, atau faktor dari soerjono soekanto bahwa tidak
tempat tinggal dan pakaian. semua indikator atau faktor tersebut dapat
terpenuhi dengan bagaimana semestinya.
Dilihat dari apa yang terjadi dilapangan Kurangnya peranan dari penegak
tidak sesuai dengan apa yang tercantum dalam hukum,kurangnya sarana atau fasilitas
undang-undang dari banyaknya kasus perceraian pendukung, serta kurangnya pengetahuan
yang terjadi di desa kalijaga Lombok timur masyarakat terkait dengan pasal 41 undang-
hanya ada beberapa orang saja yang meberikan undang nomor 16 tahun 2019 dan hukum islam
nafkah iddah kepada mantan istrinya,padahal menjadi penyebab belum efektifnya pelaksanaan
menurut beberapa informasi dari informan yang undang-undang tersebut.
diwawancarai menyebutkan bahwa banyak dari
mereka yang mengetahui kewajiban tentang KESIMPULAN
pemberian nafkah iddah tersebut namun mereka 1. Pelaksanaan Pemberian Nafkah Iddah
tidak memenuhi kewajiban tersebut, adanya Kepada Mantan Istri Di Desa Kalijaga Lombok
perbedaan pendapat ketika perceraian terjadi Timur, berdasarkan hasil wawancara yang
tentu menjadi hal yang juga mempengaruhi dilakukan dengan beberapa informan baik yang
tidak dipenuhinya kewajiban pemberian nafkah secara langsung mengalami perceraian tersebut
iddah serta adanya kebiasaan masyarakat yang dan dengan sekertaris desa di desa kalijaga
menganggap setelah adanya perceraian maka Lombok timur mereka menyatakan bahwa
putus juga hubungan baik berupa hak dan sebagian besar dari mereka mengetahui tentang
kewajiban bagi kedua belah pihak selain pemberian nafkah iddah kepada mantan istri
kewajiban kepada anak-anak mereka. yang telah ditalak cerai selama mantan istri
Suatu produk hukum dikatakan efektif tersebut tidak berbuat nusyuz atau durhaka pada
apabila produk hukum tersebut telah dilakukan saat perkawinan berlangsung, namun dalam hal
dengan atau dilaksanakan dalam praktiknya. ini hanya beberapa orang saja yang memberikan
Seperti undang-undang no 16 tahun 2019 nafkah iddah kepada mantan istrinya adanya
tentang perkawinan yang juga sebagai salah satu hubungan yang tidak baik saat terjadi perceraian
produk hukum akan dapat dikatak efektif menjadi faktor penyebab tidak terlaksananya
apabila telah dilaksanakan dalam praktiknya. kewajiban memberikan nafkah iddah tersebut,
pemberian nafkah iddah sendiri tidak
Teori efektivitas hukum menurut mempunyai batas maksimal dan minimal selama
soerjono soekanto adalah bahwa efektif atau tidak memberatkan pihak mantan suami.
tidaknya suatu hukum ditentukan oleh lima
faktor, yaitu : 2. Implementasi Hukum Islam Dan Pasal
41 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019
a. Faktor hukumnya sendiri (undang-undang) Tentang Perkawinan Terkait Pemberian Nafkah
Iddah Di Desa Kalijaga Lombok Timur, di
b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak dalam hukum islam dan undang-undang
yang membentuk maupun menerapkan hukum perkawinan juga dijelaskan mengenai kewajiban
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung pemberian nafkah iddah kepada mantan istri
penegakan hukum yang masih berada dalam masa iddah meskipun
sudah tertera jelas tetntan pengaturan nafkah
445
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 4 No 2 Tahun 2021)

iddah belum bisa menjadi patokan terlaksananya Usman, Nurdin. 2012. Konteks
dengan baik terkait dengan pemberian nafkah Implementasi. Jakarta : Grasindo.
iddah ini masih saja banyak ditemukan kelalaian
dalam pemberian kewajiban tersebut hal ini Tihami, M. A. Dan Sohari Sahrani. 2010. Fikih
dikatakan oleh beberapa informan yang ditemui Munahakat : Kajian Fikih Lengkap.
saat wawancara di desa kalijaga Lombok timur. Jakarta: Rajawali Pers.
Tingkat efektivitas dari pelaksanaan pasal 41 Nuruddin, Amir Dan Azhari Akmal Tarigan.
undang-undang nomor 16 tahun 2019 dan 2004. Hukum Perdata Islam Di
hukum islam terkait dengan pelaksanaan Indonesia: Studi Kritis Perkembangan
pemberian nafkah iddah di desa kalijaga Hukum Islam Dari Fikih UU No 1
Lombok timur ditinjau dengan kelima indikator Tahun 1974 Sampai KHI. Jakarta:
atau faktor dari soerjono soekanto bahwa tidak Kencana
semua indikator atau faktor tersebut dapat
terpenuhi dengan bagaimana semestinya. Saebani, Ahmad Beni. 2016. Fiqih Munakahat 2.
Kurangnya peranan dari penegak Cet 5. Bandung : Pustaka Setia.
hukum,kurangnya sarana atau fasilitas
pendukung, serta kurangnya pengetahuan Syarifuddin, Amir. 2011. Hukum Perkawinan
masyarakat terkait dengan pasal 41 undang- Islam Di Indonesia. Jakarta: Kencana.
undang nomor 16 tahun 2019 dan hukum islam Syarifudin, Muhammad, Dkk. Hukum
menjadi penyebab belum efektifnya pelaksanaan Perceraian. Jakarta: Sinar Grafika.
undang-undang tersebut.
Soekanto, Soerjono. 2008. Faktor-Faktor Yang
SARAN Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Berdasarkan dari kesimpulan yang telah
dipaparkan maka akan diajukan beberapa saran Setia. Ishaq. 2017. Metode Penelitian Hukum.
yang diharapkan dapat memberikan manfaat, Bandung. Alfabeta.
antara lain : JURNAL :
Adnyani, N. K. S. (2021). Pembangunan
1. Agar mantan suami dan mantan istri yang
Kawasan Sempadan Pantai Amed
bercerai mengetahui apa saja yang masih
dengan Pelibatan Elite Desa Adat
menjadi hak dan kewajiban dari kedua belah
Kajian Penguatan Identitas
pihak selama masih dalam masa tunggu setelah
Kelembagaan Lokal. Jurnal IKA, 19(1),
adanya perceraaian.
58-69.
2. Mantan suami disarankan mentaati aturan-
aturan tentang nafkah iddah . Suastika, I. N. (2016). Perkawinan Beda
Agama Ditinjau Dari Undang-
3. Pemerintah harus konsisten menegakkan Undang Nomor 1 Tahun 1974
kewajiban kewajiban nafkah iddah. Tentang Perkawinan Dan Hukum
Adat Di Bali (Studi Kasus Di Desa
4. Disarankan masyarakat agar menentukan Tangguwisia Kecamatan Seririt
tentang nafkah iddah dan pihak istri Kabupaten Buleleng). Jurnal Ilmu
5. Kepada aparatur desa di desa kalijaga Sosial Dan Humaniora. Voleme 5,
Lombok timur dan pihak terkait agar lebih Nomr 2 (Hal 829).
mensosialisasikan terkait pemberian kewajiban
Adnyani, N. K. S. (2017). Sistem Perkawinan
seorang mantan suami kepada mantan istrinya
Nyentana Dalam Kajian Adat Dan
yang masih menjalankan masa iddah agar pihak
Pengaruhnya Terhadap Akomodasi
mantan istri mendapatkan apa yang seharusnya
Kebijakan Berbasis Gender. Jurnal
menjadi haknya.
Sosial Dan Humaniora. Volume 6.
DAFTAR PUSTAKA No. 2 Hal (168).

Ali, Zainudin. 2012. Hukum Perdata Islam Di


Indonesia. Jakarta :Sinar Grafika.
446

Anda mungkin juga menyukai