Anda di halaman 1dari 3

A.

JUDUL : PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DITINJAU DARI ATURAN

UNDANG UNDANG No. 16 TAHUN 2019 TENTANG PERKAWINAN

B. Latar Belakang

Perkawinan merupakan tindakan suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang

bahagia dan kekal, dilihat dari Undang-Undang yang mengatakan bahwa Perkawinan ialah ikatan

lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengantujuan

membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagai

negara yang menjunjung tinggi Pancasila, maka Perkawinan sangat berhubungan erat dengan

agama dan Perkawinan bukan hanya unsur lahir/jasmani, tetapi juga unsur batin/rohani yang

memiliki peran penting.

Perkawinan menurut hukum islam adalah Pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat

untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah, yang bertujuan untuk

mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah. Nikah menurut

syara’ berarti suatu akad yang berisi pembolehan melakukan persetubuhan dengan menggunakan

kata “menikahkan” atau “mengawinkan”.

Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum, maka subjek hukum yang

melakukannya harus memenuhi syarat. Salah satu syarat sebagai subjek hukum manusia yang

cakap atau sudah harus dewasa. Dengan mengingat pada pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor

16 Tahun 2019 tentang perkawinan, salah satu prinsip dari Undang-Undang ini adalah calon

suami istri harus telah matang jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan agar dapat

mewujudkan perkawinan yang baik tanpa berakhir dengan perceraian. Untuk itu harus dicegah

adanya perkawinan antara calon suami istri yang masih dibwah umur.

Selain itu, dilihat dari segi masalah kependudukan, perkawinan yang batas umur yang

masih rendah bagi wanita mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi. Oleh karena itu,

Undang-Undang mengenai Perkawinan ini mengatur mengenai ketentuan batas umur untuk

melakukan perkawinan, yakni pria dan wanita diizinkan melakukan perkawinan apabila telah
mencapai usia 19 Tahun. Dengan mengacu pada ketentuan ini pria maupun wanita yang belum

berusia 19 tahun dianggap masih dibawah umur dan tidak cakap untuk melakukan perbuatan

hukum.

Tak hanya itu, apabila dilihat melalui pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak, dikatakan bahwa “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”. Undang-Undang ini juga

mengatur bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya

perkawinan pada usia anak-anak.

Perkawinan dibawah umur ini merupakan masalah yang pelik dan sensitif. Oleh karena

itu, penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui dampak dan akibat hukum perkawinan

dibawah umur berdasarkan ketentuan Undang-Undang Perkawinan serta peraturan perundang-

undangan lainnya yang terkait sesuai dengan hukum positif yang berlaku di Indonesia.

C. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan hukum yang akan dibahas dalam penyusunan penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana Perkawinan dibawah umur dipandang dari segi sistem hukum perkawinan di

Indonesia?

2. Bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan terhadap perkawinan dibawah umur?

3. Apa saja kerugian yang akan terjadi apabila perkawinan dibawah umur masih dilakukan?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengkaji aspek hukum yang mengatur

mengenai Perkawinan dibawah umur berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019

Tentang Perkawinan.

Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memberikan penjelasan mengenai perkawinan dibawah umur apabila dipandang dari segi

sistem hukum perkawinan di Indonesia


2. Menjabarkan apa saja akibat hukum yang dapat ditimbulkan terhadap perkawinan dibawah

umur

3. Menjelaskan apa saja kerugian yang akan ditimbulkan dari perkawinan dibawah umur diluar

segi hukum

E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu usaha untuk menganalisa serta mengadakan konstruksi,

secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis adalah suatu penelitian yang dilakukan

dengan mengikuti tata cara tertentu; sedangkan sistematis artinya dalam penelitian ada tahapan

yang diikuti; dan konsisten berarti penelitian dilakukan secaraa taat asas.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat

normatif. Penelitian normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan

kebenaran berdasarkan logika ilmu hukum dari sisi normatifnya. Oleh karena itu, sumber data

yang digunakan adalah data sekunder atau berupa norma hukum tertulis dan/atau wawancara

dengan informan serta narasumber.

Anda mungkin juga menyukai