Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Arifin

NIM : 101220125

Kelas : HKI E

ESSAY LITERATUR REVIEW

Link drive :
https://drive.google.com/drive/folders/
1kPCoQmxPxLH6xww0CeV5iDH990uealehFdxE6BKXb-
zmAWAIOTvfflcqWNdH_1HTa_gKiJZp

Tema 1 “Perkawinan Anak Di Bawah Umur dalam Perspektif Hukum”

(Inna Nor Inayati, Vol. 1, No. 1, Januari 2015).

Ide Pokok : Perkawinan di bawah umur dinilai menjadi masalah serius karena memunculkan
kontroversi di masyarakat, pada faktanya perkawinan dibawah umur seringkali terjadi karena
sejumlah alasan baik pandangan dari hukum, agama, dan tradisi budaya masyarakat.
Berdasarkan Hukum Perkawinan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 melegitimasikan
usia perkawinan 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki. Dalam ranah agama
disebabkan adanya justifikasi negatif dari teks- teks agama yang berkonotasi positif, jika
dilakukan atas pertimbangan kemaslahatan moral dan agama. Karena itu masyarakat yang
melakukan perkawinan bawah umur mendapat legitimasi dari ajaran agama yang dianutnya
tersebut. Dalam perspektif tradisi dan budaya, kerap kali perkawinan di bawah umur terjadi
karena dorongan kultural dalam satu komunitas untuk menghindari stigma sebutan perawan
tua dan berupaya mempercepat perkawinan dengan berbagai alasan.

Konsep Teori: Konsep atau teori dalam jurnal ini adalah pendekatan dan teori hak asasi
manusia serta perlindungan anak di Indonesia. Membahas bagaimana hukum dan tinjauan
kritis terhadap kebijakan sert hukum perkawinan anak dibawah umur.

Metodologi Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kualintatif dengan menggunakan


pendekatan yuridis normatif atau menelaah teori-teori, asas-asas hukum serta perundang-
undangan yang dilakukan untuk meneliti aturan-aturan yang penormaannya kondusif dengan
konsep perkawinan anak dibawah umur.

Perbedaan atau Temuan: Adanya legalitas hukum perkawinan anak dibawah umur. Konsep
dasar dikeluarkannya UU Perkawinan dan UU Perlindungan Anak bertolak belakang dalam
hal tujuan, yang menyebabkan disparitas dalam penerapan sosiologi hukum dan dampak
aplikatif terhadap kesejahteraan anak.
Tema 2 “Pandangan Hukum Islam dan Hukum Nasional Tentang Batas Usia
Perkawinan”

(Ahmad Shodiqin, Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2015).

Ide Pokok: Dalam artikel yang diriview ini dijelaskan bahwa dalam hukum perkawinan
nasional adalah bahwa calon suami istri itu harus telah masak jiwa raganya untuk dapat
melangsungkan pernikahan, agar dapat mewujudkan tujuan pernikahan secara baik tanpa
berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat. Dalam hukum Islam,
konsep batas usia minimal perkawinan dipahami secara beragam. Sebagian ulama
menyatakan bahwa batasan usia minimal perkawinan adalah balig dengan ciri fisik tertentu.
Sebagian ulama yang lain menekankan kesempurnaan akal dan jiwa. Dalam Hukum Nasional,
konsep batasan usia minimal perkawinan pun bervariasi. Usia yang diperbolehkan menikah
untuk laki-laki adalah 19 tahun dan untuk wanita 16 tahun. Namun, jika calon suami dan
calon isteri belum genap berusia 21 tahun maka harus ada izin dari orang tua atau wali nikah.

Konsep atau Teori: Konsep atau teori yang digunakan dalam jurnal ini menggunakan teori
pendekatan hermeuntika dalam AL-Qur’an serta teori interkulturalisme.

Metode Penelitian: Melibatkan beberapa perspektif para pendapat Ulama dan cendekiawan
Islam. Serta analisis pada perundang-undngan dan hukum nasional. Pendektan ini
memungkinkan peneliti untuk menyajikan analisis yang komprehensif terhadap kerangka
hukum islam terkait dengan batas usia perkawinan.

Perbedaan atau Temuan : Konsep batas usia perkawinan di Indonesia sangat bervariasi,
pada dasarnya para ulama tidak memberikan batasan baku usia minimal pernikahan, artinya
berapapun usia catin tidak menghalangi sahnya pernikahan, bahkan usia belum baligh
sekalipun. Sedangkan dalam kajian Hukum Nasional, konsep batasan usia minimal
perkawinan pun juga sangat bervariasi, salah satunya sebagaimana disebutkan dalam pasal 7
ayat IUU No. 1/1974 tetang Perkawinan dan pasal 15 KHI ayat 1 bahwa 19 tahun bagi laki-
laki dan 16 tahun bagi perempuan.

Tema 3 “Perceraian Akibat Pernikahan di Bawah Umur (Usia Dini)”

(Jeyyniola Savira, Vol. 2, No. 5, Mei 2021).


Ide Pokok: Fenomena sosial mengenai pernikahan dini di Indonesia merupakan salah satu
faktor yang sering terjadi, baik pernikahan dini yang terjadi di pedesaan maupun perkotaan.
Hal ini dapat terjadi karena kesederhanaan pola pikir masyarakat sehingga masalah ini akan
terjadi secara terus menerus. Selain itu, beberapa faktor pendukung seperti pendidikan,
ekonomi, sosial dan budaya sangat berpengaruh dengan dilakukannya pernikahan usia dini.
Fenomena pernikahan usia dini akan menimbulkan beberapa dampak yang akan dirasakan
oleh mereka yang melakukannya serta keluarga yang menikahkannya. Dilihat secara
psikologis, pernikahan dini tidak baik untuk dilakukan karena akan mempengaruhi pola pikir
serta tingkah laku pasangan muda mudi ini. Kondisi emosional mereka yang dinilai masih
labil akan berdampak pada pertengkaran dan berujung dengan perceraian dalam rumah
tangga. selain perceraian, pasangan pernikahan usia muda juga akan mengalami resiko
kematian ibu dan bayi yang cukup tinggi.

Konsep Teori: Konsep penelitian dalam jurnal ini yaitu dengan menggunakan pendekatan
hukum yang ada di Indonesia serta teori hak asasi manusia. Peneliti menggunakan kerangka
kerja ini untuk membahas bagaimana tinjauan kritis tentang bagaimna tindakan terhadap
kasus perceraian akibat perkawinan usia dini tersebut.

Metode Penelitian: Metode yang digunakan dalam penelitian guna memahami objek dari
penulisan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode normatif dan Studi Kepustakaan
dengan melakukan penelusuran literatur atau data-data maupun buku-buku yang di
kumpulkan, serta Metode pendekatan yang digunakan pada penelitian ini berbentuk Deskriptif
yaitu metode penelitian dimaksudkan untuk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang
harus dilakukan untuk mengatasi masalah tertentu.

Perbedaan atau Temuan: Perkawinan dibawah umur sangatlah rentan akan Perceraian
dikarenakan banyak yang belum siap mulai dari, mental, fisik, ekonomi dan kebutuhan lain
yang akan mencukupi kehidupannya setelah menikah nanti. Karena usia perkawinan yang
terlalu muda dapat mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian dikarenakan kurangnya
kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami isteri.
Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia perkawinan ini tentunya melalui
proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar
siap dan matang dari sisi fisik, psikis, dan mental.
Tema 4 “Dispensasi Perkawinan Anak Dibawah Umur Menurut UU Perkawinan
dengan Al Maqasyid Syariah”

(Rizqi Sri Lestari, Jejen Hendar, Vol. 2, No. 1, Juli 2022).

Ide Pokok:Data Statistik pengajuan Dispensasi Perkawinan di Pengadilan Agama Soreang


pada Tahun 2021 telah menerima permohonan dispensasi nikah. Latar belakang diajukanya
dispensasi nikah di Pengadilan Agama Soreang dengan alasan pemohon adalah hamil terlebih
dahulu akibat hubungan berpacaran yang berlebihan dengan kekasihnya, sedangkan para
calon masih di bawah umur untuk melangsungkan pernikahan. Maka dari orang tua kedua
belah pihak bermusyawarah untuk melangsungkan pernikahan. Setelah acara peminangan
para calon mendaftarkan ijin nikah ke Kantor Urusan Agama, namun ditolak karena belum
cukup umur.

Dispensasi nikah di Pengadilan Agama disebutkan dengan syarat: "Dalam hal terjadi
penyimpangan terhadap ketentuan umur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), orang tua
pihak pria dan/atau orang tua pihak wanita dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan
dengan alasan sangat mendesak disertai bukti-bukti pendukung yang cukup".

Konsep Teori: Konsep atau teori yang digunakan dalam jurnal ini adalah teori
pengembangan keluarga dan teori psikologi perkembangan.

Metode Penelitian: Metode pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
pendekatan Yuridis Normatif, dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis
adalah dengan studi kepustakaan. Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Deskriptif Analisis yaitu menggambarkan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku yang dikaitkan dengan teori-teori hukum dalam pelaksanaan praktik masalah yang
diteliti.

Perbedaan atau Temuan: Putusan Nomor 250/pdt.p/2021/Pa.Sor dikaitkan dengan


Almaqasyid Syariah: yaitu memberikan pertimbangan penetapan dispensasi kawin untuk anak
para pemohon yang belum berumur 19 tahun dengan alasan yang sangat karena anak
Pemohon sudah melakukan hubungan badan dengan calon isteri bahkan sudah hamil.
Pertimbangan hakim dalam penetapan dispensasi perkawinan, sudah sesuai dengan konsep
almaqasyid Syariah, dalam Point Darurriyah salah satunya untuk memelihara keturunan. Hal
ini selaras dengan tujuan perkawinan dalam hukum islam dalam Pasal 53 Kompilasi Hukum
Islam. Menolak kerusakan lebih didahulukan dari pada mengambil kebaikan.
Tema 5: “Perkawinan Anak Di Bawah Umur Dalam Perspektif Hukum, Ham, Dan
Kesehatan”

(Inna Noor Inayati, jurnal bidan “midwife journal” volume 1, No.1, januari 2015)

Ide pokok: Studi literasi UNICEF menemukan bahwa interaksi berbagai faktor menyebabkan
anak berisiko menghadapi pernikahan di usia dini. Diketahui secara luas bahwa pernikahan
anak berkaitan dengan tradisi dan budaya, sehingga sulit untuk mengubah. Alasan ekonomi,
harapan mencapai keamanan sosial dan finansial setelah menikah menyebabkan banyak
orangtua mendorong anaknya untuk menikah di usia muda. Dampak terhadap kesehatan,
perkawinan di bawah umur sebagai praktik tradisi yang berbahaya, karena menyebabkan
peningkatan resiko kesehatan reproduksi, antara lain kematian ibu dan gangguan kesehatan
reproduksi.

Konsep teori: Konsep atau teori yang digunakan dalam jurnal ini adalah teori pengembangan
keluarga dan teori psikologi kesehatan.

Metode Penelitian: Metode penelitian ini menggunakan metode kualitiatif dengan


menggunakan pendekatan yuridis normatif yang difokuskan untuk mengkaji penerapan
kaidah- kaidah atau norma-norma dalam hukum positif. Titik tolak penelitian adalah analisis
terhadap peraturan perundangan-undangan. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan
perundang- undangan (statute approach) dan pendekatan konsep (conceptual approach).
Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturan-aturan yang penormaannya
kondusif dan konsep dalam kaitannya dengan perkawinan di bawah umur.

Perbedaan atau temuan: Undang-Undang Perkawinan mensyaratkan bagi perempuan


berusia 16 tahun atau lebih untuk menikah, sehingga peluang nikah dini menjadi terbuka lebar
dan berpotensi merugikan kesehatan dari perempuan. Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek
yang dikutip berita Antara (2014) menyatakan bahwa perempuan yang menikah pada usia dini
rentan mengalami masalah kesehatan yang dapat menyebabkan meninggal pada masa
kehamilan dan persalinan serta dapat menyebabkan bayi yang dilahirkan menemui masalah
kesehatan. Hal ini disebabkan karena organ reproduksi ibu belum matang secara biologis,
berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin.

Anda mungkin juga menyukai