Anda di halaman 1dari 15

KONSEP KEDEWASAAN DALAM

HUKUM PERKAWINAN
DI INDONESIA
Oleh:
Ane Fany Novitasari
NIM. 217010101111001

PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Latar Belakang
Usia untuk melangsungkan
perkawinan pada Undang- Sementara seharusnya, juga
Undang Nomor 1 Tahun 1974 mempertimbangkan kematangan
tentang Perkawinan dianggap emosi dan pengetahuan tentang
tidak relevan, maka pasal keberagamaan dari seseorang
tersebut mengalami perubahan tersebut

Konsep kedewasaan dalam hukum


perkawinan memerlukan kejelasan
Pengaturan usia terkait dengan
untuk menekan angka perceraian
perkawinan menjadi hal yang
dan tercapainya manfaat dari
sangat penting untuk
perkawinan
dipertimbangkan

Dalam hukum perkawinan


dijelaskan batas minimal usia
perkawinan secara eksplisit dapat
dikatakan seseorang telah dewasa
Kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.344 kasus Penyebab utama perceraian pada tahun 2022 adalah perselisihan
pada tahun 2022 dan pertengkaran. Jumlahnya sebanyak 284.169 kasus atau setara
63,41% dari total faktor penyebab kasus perceraian di tanah air
1 Tingkat kedewasaan menjadi acuan bahwa seseorang mampu untuk melaksanakan perkawinan, dan semua
pemikiran masyarakat pada umumnya menjadikan usia sebagai ukuran tingkat kedewasaan, meskipun pada
dasarnya usia tidak menjadi ukuran tingkat kedewasaan seseorang

2 Salah satu putusan permohonan perceraian yang peneliti dapatkan, yaitu Putusan Nomor: 4296/Pdt.G/2021/PA.JS, Pemohon berusia
20 tahun dan Termohon usia 21 tahun. Dimana usia pemohon dan termohon masuk dalam kategori usia diperbolehkan melakukan
perkawinan, namun pada usia tersebut mereka sudah memohon untuk bercerai. Hal ini juga bisa saja terjadi dikarenakan pengetahuan
keberagamaan yang kurang cukup

3 Kedewasaan bukan semata-mata usia yang sudah matang, tetapi pikiran dan mental merupakan hal yang
terpenting dalam menjalankan bahtera rumah tangga

4 Seorang Psikolog bernama Marc dan Angel mengemukakan bahwa kedewasaan seseorang bukanlah terletak pada
ukuran usianya saja, tetapi juga pada sejauh mana tingkat kematangan emosional yang dimilikinya
PROBLEMATIKA
Filosofis Yuridis

Belum ada kepastian hukum karena terjadinya


perbedaan pengaturan batas minimal usia
Mengkaji dari sisi filsafat tentang hakikat
kedewasaan di Indonesia belum lengkap
karena hanya mengatur usia, belum mengatur
kedewasaan secara fisik dan mental

Sosiologis
Peneliti mendapatkan banyak putusan
Teoritis pengadilan agama yang mengabulkan pemohon
untuk mengajukan permohonan perceraian
dikarenakan beberapa hal
Mewujudkan kemanfaatan karena tanpa
adanya kemanfaatan maka suatu norma
hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya
Rumusan Masalah dan Tujuan

Rumusan Tujuan
Masalah Penelitian
1. Menemukan dan merumuskan
1. Apa hakikat kedewasaan dalam hakikat kedewasaan dalam
perkawinan di Indonesia? perkawinan di Indonesia
2. Bagaimana pengaturan kedewasan 2. Menemukan dan merumuskan
menurut hukum perkawinan di pengaturan kedewasaan menurut
Indonesia? hukum perkawinan di Indonesia
3. Bagaimana konsep kedewasaan 3. Menemukan dan merumuskan
dalam hukum perkawinan di konsep kedewasaan dalam hukum
Indonesia yang akan datang? perkawinan di Indonesia yang akan
datang
Orisinalitas Penelitian
Nama Peneliti Persamaan Perbedaan
Membahas tentang hukum
Zackery Buttler (2021)
perkawinan

Membahas tentang perkawinan pada


Tamil Nadu (2018)
anak
Menemukan dan merumuskan konsep
kedewasaan dalam hukum perkawinan
Membahas tentang hubungan antara di Indonesia
Djawahir Hejazziey (2016) perkembangan remaja dengan
perkawinan

Antarini et al (2016) Alasan melakukan perkawinan muda


Desain
Penelitian
Metode Penelitian
Jenis Penelitian

Metode Pengumpulan
Penelitian Hukum Normatif Bahan Hukum
Studi Pustaka (library research)
digunakan untuk mengumpulkan
bahan hukum primer, sekunder, dan
tersier
Pendekatan Penelitian

• Pendekatan filosofis
• Pendekatan perundang- Metode Analisis
undangan
• Pendekatan konseptual Bahan Hukum

Analisis Preskriptif
Bahan Hukum

• Hukum primer Interpretasi gramatikal, sistematis,


• Hukum sekunder hitoris dan futuristik
• Hukum tersier
Rumusan Masalah 1

Apa hakikat kedewasaan dalam perkawinan di Indonesia

Temuan Hasil dan Pembahasan


Dewasa dalam perkawinan di
Indonesia hanya terpatok pada • Gramatikal : Kedewasaan berpikir terfokus pada pembentukan pola pikir dewasa
usia, tidak ditinjau dari aspek yang • Biologi: Kedewasaan seseorang secara biologis dapat terlihat bahwa orang tersebut telah memiliki
lainnya. keturunan atau ditandai adanya rasa ketertarikan pada lawan jenis
• Psikologis: Kedewasaan selalu dihubungkan dengan kematangan mental, kepribadian, pola pikir
dan prilaku sosial, namun dilain hal kedewasaan juga erat hubungannya dengan pertumbuhan fisik
dan usia
Teori • Teologi: Menurut kesepakatan para ulama, yang menjadi dasar kecakapan bertindak adalah akal.
Apabila akal seseorang masih kurang, maka ia belum diberi kewajiban
• Sosiologi: masyarakat adat memandang seseorang dewasa jika telah mampu memelihara
kepentingannya sendiri
Teori Kedewasaan
Rumusan Masalah 2
Bagaimana pengaturan kedewasaan menurut hukum perkawinan di
Indonesia?

Temuan Hasil dan Pembahasan


Kedewasaan dalam hukum perkawinan di
Indonesia tidak diatur secara detail. 1. Indikator utama untuk menentukan kedewasaaan secara hukum
adalah adanya kewenangan pada seseorang untuk melakukan
perbuatan hukum sendiri, tanpa bantuan orang tua ataupun wali.
2. Seseorang yang telah dewasa dapat dibebani tanggung jawab atas
Teori segala perbuatan hukum yang dilakukannya.

Teori Kepastian Hukum


Rumusan Masalah 3
Bagaimana konsep kedewasaan dalam hukum perkawinan di Indonesia yang
akan datang?

Temuan Teori Hasil dan Pembahasan

Ada beberapa aspek yang perlu Konsep kedewasaan dalam hukum perkawinan
menjadi pertimbangan dalam Teori Kepastian Hukum
di Indonesia yang akan dating masih perlu
penentuan kedewasaan dalam adanya peningkatan batas usia perkawinan
hukum perkawinan di menjadi 20 (dua puluh) tahun sampai dengan
Indonesia. Teori Kemanfaatan
21 (dua puluh satu) tahun sebagai batas usia
minimal perkawinan karena usia kronologis ini
Teori Kedewasaan ideal, yang dinilai telah mampu atau cakap
secara jiwa dan raga dalam melangsungkan
perkawinan jika dianalisis dari beberapa aspek.
Kesimpulan
• Suatu keadaan dimana seseorang siap untuk melangsungkan
perkawinan dengan mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu
aspek hukum, aspek psikologi, aspek biologis, dan aspek
01 sosial.
• Aspek hukum maka seseorang harus cakap, artinya dewasa
dan memiliki kemampuan bertindak atau tidak sedang
diletakan dibawah pengampuan, serta mengetahui hak dan
kewajiban suami istri.
• Aspek psikologi maka suatu keadaan dimana seseorang
memiliki kematangan psikologis yang memenuhi indikator
utama, yaitu sosial, emosi, dan kognitif. Indikator dari segi
sosial artinya ada indikasi matang, dapat memahami norma
dan dapat menyesuaikan kebutuhan masyarakat.
• Aspek biologis, alat reproduksinya sudah berkembang dengan
baik sehingga kesehatan reproduksi tidak boleh kurang dari 18
tahun. Sedangkan dari aspek sosial maka semua hal yang ada
dan melekat di dalam masyarakat itu sendiri
• Pengaturan kedewasaan menurut Undang-undang • Pengaturan kedewasaan dalam hukum
Nomor 16 tahun 2019 tentang Perubahan atas perkawinan di Indonesia yang akan datang
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang
02 Perkawinan tidak mengatur secara detail karena 03 tidak hanya diatur mengenai usia kronologis
tetapi juga mempertimbangkan aspek
hanya dari sisi usia kronologis saja tidak
hukum, aspek psikologi, aspek biologis, dan
mempertimbangkan aspek hukum, aspek psikologi,
aspek sosial.
aspek biologis, dan aspek sosial.
• Ketentuan batas usia perkawinan di Indonesia sesuai • Sedangkan kedewasaan dalam aspek filosofis
dengan Undang-undang terbaru yaitu Undang-undang mengharapkan agar para mempelai menjadi
Nomor 16 tahun 2019 tentang Perubahan atas pribadi yang utuh dalam menghadapi
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang tantangan hidup dalam rumah tangga, baik
Perkawinan, sebagaimana pada batas usia yang bersifat semu maupun nyata. Melalui
perkawinan yang diatur sebelumnya, bagi perempuan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-
16 tahun dan laki-laki usia 19 tahun, telah diubah laki dan perempuan terjadi secara terhormat
menjadi 19 tahun antara usia laki-laki maupun untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmani
perempuan, hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 7 ayat dan rohani juga sekaligus untuk membentuk
(1) yang menegaskan bahwa perkawinan hanya
keluarga dan memelihara serta meneruskan
diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai
keturunan.
umur 19 (sembilan belas) tahun
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai