ABSTRAKSI
Sebagian besar masyarakat masih menganggap keturunan (anak) merupakan unsur yang
sangat esensial bagi suatu keluarga yang menghendaki tetap utuh. Begitu pentingnya
keturunan dalam keluarga, maka dapat berpotensi terjadinya poligami atau perceraian. Oleh
karena itu, pengangkatan anak merupakan sebuat alternatif yang dapat dilakukan, agar
tujuan perkawinan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal terwujud.
Pelaksanaan pengangkatan anak berdasarkan adat kebiasaan atau hukum adat masih
dilakukan dalam tatanan kehidupan masyarakat adat, karena adat kebiasaan merupakan
ekspresi dari keyakinan yang begitu lama tertanam, secara turun temurun, sehingga
menimbulkan ketaatan terhadap hukum adat pada setiap warganya. Berkaitan dengan
pengakuan pengangkatan anak yang dilakukan berdasarkan Hukum Adat dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007, terdapat Pasal-Pasal yang yang tidak singkron terkait
dengan pengakuan pengangkatan anak yang dilakukan berdasarkan Hukum Adat. Yakni
dalam Pasal 1 angka 1 ditegaskan bahwa anak angkat yang diakui jika dilakukan
berdasarkan keputusan atau penetapan pengadilan. Namun dalam Pasal 8, ada pengakuan
terhadap cara pengangkatan anak secara adat kebiasaan. Selanjutnya dalam Pasal 9 ayat
(1), masih memuat ketentuan terkait dengan pengakuan lembaga pengangkatan anak yang
dilakukan berdasarkan adat kebiasaan.
ABSTRACT
The majority of the public still considers the descendant (son) is a very essential element for a
family that wishes to remain intact. So the importance of the descendants in the family, it can
be potentially polygamous or occurrence of a divorce. Therefore, adoption is an alternative
that can be done, in order that the purpose of marriage is to form a happy and eternal family
come true.
The implementation of the adoption on the basis of custom or customary law still do in order
the life of indigenous peoples, since the custom is an expression of the belief that so long
embedded, hereditary, thus leading adherence to customary law on any of their citizens. With
regard to the recognition of adoption is done based on customary law in the Government
Regulation Number 54 of the year 2007, there are clauses that are not singkron associated
with recognition of the adoption is carried out on the basis of customary law . I.e. in article 1
point 1 asserted that the adopted child is recognized when it is done on the basis of a decision
or determination of the Court. However, in article 8, there is a recognition of how adoption in
customs. Next up in article 9 paragraph (1), still contains provisions related to the
recognition of the institution of adoption is done based on custom.
Key words: Adoption, customary law
372
Pengakuan Pengangkatan Anak Berdasarkan Hukum Adat Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007
373
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 4 NO. 1 FEBRUARY 2019
langkah awal untuk membentuk keluarga keseragaman hukum bagi seluruh warga
tidak dapat dipandang lepas dari tujuan negara Indonesia, sehingga tidak lagi
memperoleh keturunan. terdapat berbagai ketentuan yang mengatur
Begitu pentingnya keturunan dalam masalah yang sama dalam suatu negara
keluarga, maka jika ketiadaan keturunan kesatuan ini. Masalah yang biasanya sulit
(anak) dalam sebuah keluarga, mengalami perubahan misalnya, bidang
kemungkinan dapat berpotensi bidang-bidang kehidupan sosial yang erat
menimbulkan suatu peristiwa hukum hubungannya dengan kepercayaan dan
seperti poligami maupun perceraian. lembaga-lembaga yang bersifat mendasar,
Sebagai upaya untuk mencegah serta berhubungan dengan tindakan-
terjadinya Poligami maupun perceraian tindakan yang merupakan ekspresi dari
dari suatu keluarga yang tidak mempunyai keyakinan-keyakinan.
keturunan, maka pengangkatan anak Hukum mengatur hubungan antara
merupakan sebuat alternatif yang dapat manusia dalam masyarakat, serta dapat
dilakukan. Sehingga tujuan perkawinan memaksa seseorang untuk mematuhi
untuk membentuk keluarga yang bahagia peraturan-peraturan tersebut. Hukum dapat
dan kekal atau dalam konsep masyarakat berada pada pola-pola tingkah laku yang
adat dikenal membentuk ”brayat” dan dapat diterima bersama. Berkaitan dalam
”harta gono gini” dapat terwujud. peranannya ini, maka hukum hanya
Lembaga pengangkatan anak telah mempertahankan apa yang telah menjadi
ada sejak dahulu dalam tatanan kehidupan kecenderungan yang tetap dan diterima
masyarakat adat. Namun tidak dapat dalam tatanan kehidupan masyarakat.
dipungkiri bahwa masyarakat yang terus Disamping itu, hukum masih dapat
menerus dalan keadaan tumbuh dan berjalan dengan fungsinya yang lain, yakni
berkembang tentunya akan berpengaruh dengan tujuan untuk mengadakan
juga pada perubahan kaidah hukumnya perubahan-perubahan dalam masyarakat.
yang telah berlaku. Diberlakukannya Peraturan
Sejak tahun 2007, telah Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang
diundangkannya Peraturan Pemerintah Pelaksanaan Pengangkatan Anak
Nomor 54 Tahun 2007 Tentang dimaksudkan sebagai sarana perubahan.
Pelaksanaan Pengangkatan Anak Perubahan itu tentu juga terhadap aturan
(Lembaran Negara Republik Indonesia adat dari aneka ragam suku bangsa yang
Tahun 2007 Nomor 123), akan dapat mendiami wilayah Indonesia, sehingga
mengatasi keanekaragaman cara terciptalah keseragaman ketentuan
pengangkatan anak yang dilakukan dalam Pelaksanaan Pengangkatan Anak, setidak-
tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. tidaknya secara formal yuridis bagi seluruh
Pemerintah mengambil satu alternatif, warga negara Indonesia.
yakni penerapan ketentuan pelaksanaan Sebagai suatu ketentuan yang akan
pengangkatan anak melalui proses membawa perubahan, Peraturan
keputusan atau penetapan pengadilan, Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tidak
sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 angka terlepas dari adanya kendala-kendala,
1. Upaya mendayagunakan hukum terutama dari tata cara adat masyarakat
tersebut, sudah barang tentu diarahkan Indonesia yang telah lama digunakan
pada perubahan sosial sebagai salah satu sebagai ketentuan yang dianggapnya adil.
upaya untuk dapat menciptakan suatu Oleh karena itu, mengkaji penerapan suatu
keluarga yang bahagia dan kekal tersebut. ketentuan baru, tidak terlepas dari
Peraturan Pemerintah Nomor 54 pembicaraan tentang keefektifan ketentuan
Tahun 2007, dapat mengarahkan situasi tersebut. Hal ini didasarkan suatu
keaneragaman hukum terkait dengan cara anggapan, bahwa ketentuan tersebut tidak
pengangkatan anak, menuju pada langsung effectiveness begitu di umumkan,
374
Pengakuan Pengangkatan Anak Berdasarkan Hukum Adat Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007
375
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 4 NO. 1 FEBRUARY 2019
adalah suatu perbuatan pengambilan anak itu timbul suatu hubungan kekeluargaan
orang lain ke dalam keluarga sendiri yang sama seperti yang ada antara orang
demikian rupa, sehingga antara orang yang tua dengan anak kandungnya sendiri” 11
memungut anak dan anak yang dipungut Pengangkatan anak, oleh R.
itu timbul suatu hubungan kekeluargaan Soepomo, dirumuskan sebagai suatu
yang sama seperti yang ada antara orang tindakan mengambil anak orang lain untuk
tua dan anak kandungnya sendiri.6 dipelihara dan diperlakukan sebagai anak
Sedangkan R. Soeroso menjabarkan kandung sendiri. 12
pengangkatan anak menjadi 2 (dua) Selanjutnya oleh Sharty Dellyana
pengertian. Yakni, pertama pengangkatan mengemukakan bahwa pengangkatan anak
anak dalam arti luas sebagai peristiwa dapat diartikan sebagai suatu tindakan
hukum yang mempunyai akibat terjadinya mengambil anak orang lain untuk
hubungan hukum, dan kedua pengangkatan dipelihara dan diperlakukan sebagai anak
anak dalam arti terbatas yang merupakan kandung sendiri berdasarkan ketentuan-
peristiwa sosial. 7 Pada awalnya, ketentuan yang disepakati bersama dan sah
pengangkatan anak merupakan peristiwa menurut hukum yang berlaku di
sosial untuk memenuhi kebutuhan- masyarakat yang bersangkutan.13
kebutuhan masyarakat. Namun, saat ini Sehubungan dengan pengertian
pengangkatan anak berkembang menjadi pengangkatan anak tersebut di atas, maka
suatu peristiwa hukum (rechtfeits) yaitu secara umum dapat dipahami, bahwa anak
peristiwa kemasyarakatan yang membawa angkat adalah anak orang lain yang di
akibat yang diatur hukum.8 Pada peristiwa angkat atau di ambil, di pelihara, dan
tersebut, sebagaimana dikemukakan oleh diperlakukan seperti anak kandungnya
Van Apeldoorn, hukum bekerja sehingga sendiri.
akibat-akibatnya melahirkan atau Hilman Hadikusuma,
menghapus hak-hak.9 mendifinisikan, bahwa”Anak angkat
Supomo menyebutkan di seluruh adalah anak orang lain yang dianggap anak
wilayah hukum (Jawa barat) bilamana sendiri oleh orang tua angkat secara resmi
dikatakan “mupu, mulung atau mungut menurut hukum adat setempat, dikerenakan
anak” yang dimaksudkan ialah mengangkat tujuan untuk kelangsungan keturunan dan
anak orang lain sebagai anak sendiri. 10 atau pemeliharaan atas harta kekayaan
”Mengangkat anak (Adopsi) adalah rumah tangga.” 14
suatu perbuatan pengambilan anak orang Berdasarkan pengertian
lain ke dalam keluarga sendiri sedemikian pengangkatan anak tersebut di atas, maka
rupa, sehingga antara antara orang yang dapat dipahami, bahwa pengertian
memungut anak dan anak yang dipungut pengangkatan anak menurut hukum adat
adalah suatu perbuatan hukum yang
6
memberikan kedudukan kepada seorang
Surojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas
anak dari orang lain yang sama seperti
Hukum Adat, Gunung Agung, Jakarta, 1983,
halaman 118. anak kandung (anak yang sah), yakni
7 dalam hal mendapatkan kasih sayang,
R.Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, Sinar
Grafika, Jakarta, 2005, halaman 174.
8 11
E.Utrecht, Moh. Saleh Djindang, Pengantar Surojo Wignjodipuro,SH., Opcit, halaman 117-
Dalam Hukum Indonesia, Ichtiar Baru, Jakarta, 118.
1983, halaman 273. 12
Soepomo, Bab-Bab Tentang Hukum Adat,
9
Ibid. Pradnya Paramita, Jakarta, 1983, halaman 19
10 13
B. Bastian Tafal, Pengangkatan Anak Menurut Sharty Dellyana, Wanita dan Anak Dimata
hukum Adat Serta Akibat Hukumnya di Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1988, halaman 8.
Kemudian hari, Rajawali, Jakarta, 1983, 14
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat,
halaman 39.
Alumni, Bandung, 1990, halaman 149.
376
Pengakuan Pengangkatan Anak Berdasarkan Hukum Adat Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007
377
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 4 NO. 1 FEBRUARY 2019
2. Pengangkatan anak secara Tidak Terang pengangkatan anak yang dilakukan dalam
dan Tidak Tunai, mempunyai tatanan kehidupan masyarakat Indonesia.
pengertian sebagai berikut: Hukum nasional diciptakan untuk
“Tidak terang”, artinya cara mengakomodir kebutuhan-kebutuhan
pengangkatan anak yang tidak hukum yang terdapat dalam tatanan
dilakukan dengan sepengetahuan kehidupan masyarakat. Namun sudah
masyarakat luas, atau tidak disaksikan barang tentu akan selalu dirasakan adanya
oleh Kepala Desa, pemuka adat atau kekurangan-kekurangan dalam hal
masyarakat, serta tidak dicatat di Balai memenuhi kepentingan-kepentingan yang
Desa atau (istilah penulis Balai Adat). plural dalam masyarakat. Kekurangan
Sehingga hanya diketahui atau tersebut tentunya akan menimbulkan
disaksikan oleh keluarga dekat saja. problematic tersendiri dalam
Tidak Tunai, artinya cara pengangkatan pelaksanaannya yang arus selalu mendapat
anak yang tidak ada penyerahan barang perhatian yang mewadahi, untuk nantinya
yang mempunyai makna magis religius, dapat diarahkan pada penyempurnaan.
dan berakibat tidak putusnya hubungan Selanjutnya akan disampaikan
anak dengan orang tua kandungnya. beberapa ketentuan yang terdapat dalam
Selanjutnya anak angkat berhak Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun
terhadap warisan baik dari orang tua 2007, yang diharapkan akan membawa
angkatnya maupun orang tua asalnya. perubahan dalam tatanan kehidupan
Pengangkatan anak melalui cara masyarakat Indonesia, karena berfungsi
tersebut pada umumnya terjadi di sebagai rekayasa social atau law is a tool of
masyarakat Jawa, yang secara jelas social engineering. 20 Sedangkan fungsi
tersebut dalam Yurisprudensi MA rekayasa social itu sendiri pada hakekatnya
No.327 K/Sip/1976 tanggal 1-12-1976, mencerminkan keefektifan hukum atau
yakni: ketentuan tersebut.21
”Pada umumnya di pulau Jawa anak Pasal 1 angka 1 Peraturan
angkat cukup terbukti kalau telah Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007,
diketahui umum yang bersangkutan memuat ketentuan bahwa yang dimaksud
hidup dengan nyata-nyata sebagai dengan anak angkat adalah, anak yang
orang tua angkat dan melaksanakan haknya dialihkan dari lingkungan
kewajibannya sebagai anak.” 19 kekuasaan keluarga orang tua, wali yang
sah, atau orang lain yang bertanggung
2. Pengakuan Pengangkatan Anak Yang jawab atas perawatan, pendidikan, dan
Dilakukan Berdasarkan Hukum Adat membesarkan anak tersebut, ke dalam
dalam Peraturan Pemerintah Nomor lingkungan keluarga orang tua angkatnya
54 Tahun 2007 berdasarkan keputusan atau penetapan
Diharapkan, bahwa dengan pengadilan.
diundangkannya Peraturan Pemerintah Memperhatikan ketentuan Pasal 1
Nomor 54 Tahun 2007 Tentang angka 1 tersebut di atas, maka anak angkat
Pelaksanaan Pengangkatan Anak yang diakui sesuai dengan peraturan
(Lembaran Negara Republik Indonesia perundangan-undangan, adalah jika proses
Tahun 2007 Nomor 123), akan dapat pengangkatan anak dilakukan melalui
mengatasi keanekaragaman cara keputusan atan penetapan pengadilan.
20
Hermien Hadiati Koeswadji, Hukum dan Masalah
Keluarga seri Hukum Adat I, Alumni, Medik, Surabaya, Airlangga University Press,
Bandung,1983, halaman 208 1984, Halaman 89.
19 21
Ahmad Samsudin,SH.,Yusuf Anwar,SH.MA,dan Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial,
Drs.Ahmad Sulaiman Ali, Ibid, halaman 114. Alumni, Bandung, 1976, Halaman 436.
378
Pengakuan Pengangkatan Anak Berdasarkan Hukum Adat Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007
379
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 4 NO. 1 FEBRUARY 2019
DAFTAR PUSTAKA
380
Pengakuan Pengangkatan Anak Berdasarkan Hukum Adat Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007
Muderiz Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan dari Soepomo, Bab-Bab Tentang Hukum Adat,
Tiga Sistem Hukum, Sinar Pradnya Paramita, Jakarta, 1983,
Grafika, Jakarta, 2002 Soerjono Soekanto dan Soleman b.
R.Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, Taneko, Hukum Adat Indonesia,
Sinar Grafika, Jakarta, 2005, Rajawali, Jakarta, 1981
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Soerojo Soekanto, Hukum Adat Indonesia,
Angkasa, Bandung, 1980, Rajawali Pers, cetakan ke 12,
-----------, Hukum dan Perubahan Sosial, Jakarta, 2012,
Alumni, Bandung, 1976 Surojo Wignjodipoero, Pengantar dan
Sharty Dellyana, Wanita dan Anak Dimata Asas-Asas Hukum Adat, Gunung
Hukum, Liberty, Yogyakarta, Agung, Jakarta, 1983,
1988,
Perundang-Undangan:
- Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak.
381