Disusun Oleh:
REZA AMELIA PUTRI
106200038
Dosen Pengampuh:
RANTI PERMATASARI S.Pd,. M.Pd.
MAHASISWA SEMESTER 1
PRODI HUKUM TATANEGARA
FAKULTAS SYARIAH
UIN STS JAMBI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan karya ilmiah ini
dengan baik dan tepat waktu.
Tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi Ujian Akhir
Semester Mata Kuliah Bahasa Indonesia yag diempu oleh Ibu Ranti permatasari S.Pd,.
M.Pd. saya mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan saran beliau, saya dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini.
Karya tulis ilmiah ini saya kerjakan dengan semaksimal mungkin menggunakan
dari berbagai sumber seperti buku-buku dan, artikel di internet dan lain-lainnya. Tapi
terlepas dari itu semua, saya sadar diri dengan kemampuan saya yang belum seberapa,
sehingga karya ilmiah ini bisa dikatakan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya
siap menerima segala kritikan dan sarannya agar saya bisa memperbaiki dimasa yang
akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perkawinan diakses 2 Januari 2021
2
Salim H,S., Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), hlm 61.
3
Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, pasal 1 ayat 1.
yang berarti setubuh atau “akad”yang berarti mengadakan perjanjian
pernikahan4
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
dalam krya ilmiah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan perkawinan adat suku anak dalam?
2. Bagaimanakah pelaksanaan perkawinan menurut hukum islam di
Indonesia?
3. Bagaimana keabsahan perkawinan adat suku anak dalam dengan hukum
islam?
C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam karya ilmiah ini meliputi:
1. Untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan perkawinan adat suku anak
dalam.
2. Untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan perkawinan menurut hukum
islam di Indonesia.
3. Untuk menemukan titik temu keabsahan perkawinan adat suku anak
dalam dengan hukum islam.
4
Kamal Muchtar, “Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan”, (Bulan Bintang, Jakarta 1974), hal 11.
BAB II
KAJIAN TEORI
5
Burlian senjaya, “Resistensi Orang Rimba”, hlm. 40.
ُ ِاج ُكلَّهَا ِم َّما تُ ۡۢنب
ت ااۡل َ ۡرضُ َو ِم ۡن اَ ۡنفُ ِس ِهمۡ َو ِم َّما اَل َ ق ااۡل َ ۡز َو
َ َس ُۡب ٰح َن الَّ ِذ ۡى َخل
يَ ۡعلَ ُم ۡو َن
Artinya:
“Maha suci Tuhan yang telah menciptkan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka
maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”.
Tuhan tidak menjadikan manusia seperti makhluk lain, yang hidup bebas
mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betina secara anarki
tanpa adanya satu aturan. Oleh karena itu, untuk menjaga kehormatan dan
kemuliaan manusia, Allah SWT mewujudkan hukum yng sesuai dengan
martabatnya, sehingga hubungan antara laki-laki dengan perempuan diatur
secara terhormat dan berdasarkan dan saling meridhai. Dengan upacara ijab
qabul sebagai lambing dari adanya rasa saling meridhai serta dihadiri saksi yang
menyaksikan bahwa kedua pasangan tersebut telah saling terikat.6
Banyak pendapat yang diberikan mengenai pengertian perkawinan, akan
tetapi pendapat-pendapat tersebut tidak memperlihatkan adanya pertentangan
antara satu dengan pendapat lain. Diantara pendapat-pendapat tersebut antara
lain adalah:
a. Menurut Wahbah al-Zuhaily
Perkawinan adalah akad yang membolehkan terjadinya al-istimta’
(persetubuhan) dengan seorang wanita atau melakukan wathi’, dan
berkumpul selama wanita tersebut bukan wanita yang diharamkan baik
dengan sebab keturunan, atu sepersusuan.7
b. Menurut Hanabila
6
Sayyid sabiq, “Fiqih Sunnah” , (PT. Pena Pundi Aksara, Jakarta 2007), hlm. 477-488
7
Wahba al-Zuhaily, al-fiqih al-Islami wa Adillatuhu, Juz VII, (Damsyiq; Dar al-Fikr, 1989). Hal. 29.
Nikah adalah akadd yang menggunakan lafaz nikah yang bermakna
tajwiz dengan maksud mengambil manfaat untuk bersenang-senang.8
c. Menurut Hanifiah
Nikah adalah akad yang memberi faedah untuk melakukan mut’ah secara
sengaja.
d. Menurut Sajuti Thalib
Perkawinan adalah suatu perjanjian yang kuat dan kokoh untuk hidup
bersama secara sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan
membentuk keluarga yang kekal, santun-menyantuni, kasih-mengasihi,
tentram dan bahagia.9
Dengan kata lain perkawinan ialah perjanjian perikatan antara pihak
seorang laki-laki dengan pihak perempuan untuk melaksanakan kehidupan
suami-istri, hidup berumah tangga, melanjutkan keturunan sesuai dengan
ketentuan agama. Jadi tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang
diliputi rasa saling cinta mencintai dan rasa kasih saying antara anggota
keluarga.10
Sedangkan menurut kompilasi Hukum Islam pengertian perkawinan
seperti yang terdapat pada Pasal 2 dinyatakan bahwa perkawinan dalam
Hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaqan
ghalidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupkan
ibadah.
Kata miitsqan ghalidhan ini ditarik dari firman Allah SWT. Yang
terdapat dari surah an-Nisa’ ayat 21 yaitu;
8
Abdurrahman Al-jaziri,Kitab ‘ala Mazahib al-Arba’ah, (t.tp. Dar Ihya al-turas al-Arabi, 1986) Juz IV
hal. 3.
9
Mohd. Idris Ramulyo, hukum perkawinan Islam : Suatu Analisis dari Undang-Undang No.1 Tahun 1974
dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 2.
10
Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, (PT. Rajagrafindo PERSADA
Jakarta2004). Hal. 46.
Artinya:
“Bagaimana kamu akan mengambilmahar yang telah kamu
berikan kepada istrimu, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur)
dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah
mengambil dari kamu perjanjian yang kuat (miistaqan ghalidha).11
11
H. Amir narudin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Kencana, Jakarta 2004) hal. 43.
12
Hadikusuma, Hukum Perkawinan, hlm 28.
agamanya dan ada sebagian lagi yang tidak melenceng ataupun bertentangan
dengan ajaran agamanya.13
BAB III
13
https://core.ac.uk/download/pdf/229717777.pdf Diakses 3 Januari 2021
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
“Kehidupan suku Anak Dalam”, dalam https://WWW.google.com,htm disakses 3 Januari 2021
17
Lyn Wilcok, “Wanita Dan Al-Qur’an Dalam Perspektif Sufi”, (PT. Pustaka Hidayah, Bandung, 1998),
hal. 125.
Menurut M. Yahya Harahap asas-asas yang yang dipandang cukup
prinsip dalam Undang-Undang Perkawinan adalah:
1) Menampung segala kenyataan-kenyataan yang hidup dalam masyarakat
bangsa Indonesia. Undang-Undang Perkawinan menampung didalamnya
segala unsur-unsur ketentuan hukum agama dan kepercayaan masing-
masing.
2) Sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman adalah terpenuhinya aspirasi
wanita yang menuntut adanya emansipasi, di samping perkembangan sosial
ekonomi, ilmu pengetahuan teknologi yang telah membawa implikasi
mobilitas sosial di segala lapangan hidup dan pemikiran.
3) Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga bahagia yang kekal. Tujuan
perkawinan ini dapat dielaborasi menjadi tiga hal. Pertama, suami istri saling
bantu-membantu serta saling lengkap-melengkapi. Kedua, masing-masing
dapat mengembangkan kepribadiannya dan untuk pengembangan
kepribadian itu suami istri harus saling membantu. Ketiga, tujuan terakhir
yang ingin dikejar oleh keluarga bangsa Indonesia ialah keluarga bahagia
yang sejahtera spiritual dan material.
4) Kesadaran akan hukum agama dan keyakinan masing-masing warga Negara
bangsa Indonesia yaitu perkawinan harus dilakukan berdasarkan hukum
agama dan kepercayaannya masing-masing. Disamping itu perkawinan
harus memenuhi administrative pemerintahan dalam bentuk pencatatan (akta
nikah).
5) Undang-Undang Perkawinan mengnut asas monogami akan tetapi tetap
terbuka peluang untuk melakukan poligami selama hukum agamanya
mengizinkan.
6) Perkawinan dan pembentukkan keluarga dilakukan oleh pribadi-pribadi yang
telah matang jiwa dan raga.
7) Kedudukan suami istri dalam kehidupan keluarga adalah seimbang, baik
dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat.18
18
Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, (Medan: Zahir Trading,1975), hal 10.
Tujuan perkawinan dalam Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam yaitu untuk
mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah
(keluarga yang tentram penuh kasih sayang).tujuan ini juga dirumuskan dalam
firman Allah SWT, yang terdapat di dalam surah ar-Ruum ayat 21, yaitu:
ًق لَ ُكم ِّم ْن َأنفُ ِس • ُك ْم َأ ْز ٰ َو ًج••ا لِّتَ ْس • ُكنُ ٓو ۟ا ِإلَ ْيهَ••ا َو َج َع• َل بَ ْينَ ُكم َّم َو َّدة
َ • ََو ِم ْن َءا ٰيَتِ ِٓۦه َأ ْن َخل
Artinya:
“Di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dang merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa sayang”.19