Di Susun Oleh :
NPM : 191010180
KELAS : A
Dosen Pengampu :
FAKULTAS HUKUM
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
ucapan terima kasih kepada Ibu Esy Kurniasih S.H,M.H sebagai dosen
UIR karena telah banyak membimbing kami selama di semester V dan kami
berharap dapat menjadi calon Sarjana Hukum yang bermanfaat bagi nusa dan
bangsa.
i
DAFTAR ISI
COVER
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Malaysia ................................................................................... 15
Singapura ................................................................................. 17
A. Kesimpulan .............................................................................. 19
B. Saran ......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
ii
ABSTRAK
tentang Perkawinan, ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan
dikandung dalam kata nikah atau tazwīj dan merupakan ucapan seremonial yang
sacral.
Lebih luas dari itu, yang dimaksudkan dengan perkawinan adalah suatu
ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan untuk membentuk suatu keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, yang hurus dilaksanakan sesuai
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
termasuk juga dalam kelompok kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih
kata nikah.2 Kata nikah atau na-ka-ha banyak terdapat dalam Al-Qur’an
1
Abraham H. Maslow, Motivation and Personality, (New York: Harper & Row Publishers, 1970),
h. 35-47.
2
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/Penafsiran Al-Qur’an, 1973), h. 468.
1
“Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
Perkawinan, ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
aspeknya dikandung dalam kata nikah atau tazwīj dan merupakan ucapan
suatu ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan wanita sebagai
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
itu, dapat dikatakan bahwa perkawinan adalah ikatan, ikatan dalam arti
nyata atau tidak nyata antara pria dengan wanita sebagai suami istri untuk
3
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, h. 115.
4
Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 10
2
sebagai suami istri yang berbentuk keluarga atau rumah tangga yang tetap
sendi masyarakat, bangsa, dan umat manusia. Hanya bangsa yang tidak
perkawinan. Oleh karena itu, masalah perkawinan ini dengan prolog dan
dibuat aturan terkait tata tertib perkawinan. Aturan tata tertib perkawinan
adat dan atau pemuka agama. Aturan tata tertib itu terus terus berkembang
3
adat masyaarkat dan juga institusi Negara tidak ketinggalan mengatur
baik itu teknologi, sistem pemerintahan, ataupun hukum itu sendiri. Salah
perkawinan.
perkawinan atau dapat disebut plural tentu saja akan memiliki hukum
4
B. Rumusan Masalah
Perkawinan Malaysia?
Perkawinan Singapura?
1. Tujuan penulisan
2. Manfaat penulisan
5
Dalam penelitian ini manfaat yang diharapkan bukan hanya bagi
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
BAB II
PEMBAHASAN
6
A. Perbandingan Hukum mengenai Perkawinan Menurut KUHPer dan
Undang-Undang Perkawinan
yang ada. Oleh karena itu, jika tidak ada pedoman yang mengikat tentu
terkait perkawinan diatas tidak selalu sama antar satu sama lain baik. 6
Oleh karena itu, untuk dapat menemukan apa yang diatur oleh keduanya
Perkawinan.
6
Adhisti Friska Paramita, 2007, Perbandingan Sistem Hukum Perkawinan Menurut Kitan Undang-
Undang Hukum Perdata Dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan
Kompilasi Hukum Islam (Dalam Hal Terjadi Pelanggaran Perjanjian Kawin, Skripsi Fakultas Hukum,
Universitas Brawijaya : Malang, h. 36
7
Kedua, Sifat hukum perkawinan dan Konsep Perkawinan. Sifat dan
Undang-undang dipenuhi. 7
Hal tersebut yang menuntun pada dianutnya
saja. dalam artian Undang-Undang melihat perkawinan itu sah dan syarat-
perkawinan, yaitu:8
7
Vide pasal Pasal 26 KUHPerdata
8
Vide pasal 1 UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
8
1) Syarat materiil umum, berarti syarat ini berlaku untuk seluruh perkawinan,
terdiri dari:
dari:
KUHPerdata)
diumumkan 10 hari.
9
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Syarat Materiil
a. sepakat
b. monogami mutlak
cerai mati selama 130 hari dan dalam hal cerai hidup selama
2) khusus
10
kemanusiaan, kebutuhan rohani dan jasmani,9 perkawinan disyariatkan
kehidupan yang bahagia didunia dan akhirat dibawah naungan cinta Illahi.
laki dan perempuan oleh Allah swt. Ketertarikan ini ditandai dengan
diberikannya karunia cinta berupa nafsu seksual sebagai salah satu naluri
yang dimiliki oleh manusia. Naluri tidak akan muncul jika tidak ada yang
mendorongnya.10
perintah Allah SWT dan perintah Nabi SAW dalam kitab suci Al-Quran
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan
dapat berlaku adil maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang
kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya.”
ambil dari dua bahan, yaitu perjanjian lama dan perjanjian baru dalam
9
Ibid, h.24
10
Iwan Januar, 2007, Sex Before Married?, Gema Insani : Jakarta, hlm.64
11
bimbingan Tuhan. Suami-istri menampakkan dan menghadiahkan cinta
daging atau tuntutan sex supaya jangan berdosa dianjurkan lebih baik
kawin serta orang yang telah bertekad dan dibantu dengan Rahmat Tuhan
dan dengan tujuan secara total mengabdikan dirinya kepada Tuhan dan
Kerajaan Allah, orang yang mau hidup perawan atau tidak kawin itu
perintah Allah yang menjadikan langit dan bumi dan yang telah
Kejadian 218 dan juga ayat 21 sampai 24 yang dinyatakan ”tidak sebaik
12
diatur secara khusus dalam kitab undang-undang agama Hindu yang
dan hanya sah kalau dilakukan menurut Agama Hindu itu sendiri. Dalam
nenek moyang atau orang tuanya dari kawah neraka yang di sebut “PUT”.
Oleh karena itu anak yang dilahirkan dari keluarga tersebut “PUTRA”
Yang artinya membebaskan arwah orang tua dari kawah “Put” itu.13
12
Arso Sosroatmodjo, Wasit Aulawi, Hukum Perkawinan di Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang,
1978), h. 29.
13
Siti Robikatun, 2020, Status Kewarisan Dalam Sistem Kekerabatan Masyarakat Bali Akibat
Perpindahan Agama Menurut Hukum Islam (Studi Kasus Di Desa Bukoposo Kecamatan Way
Serdang Kabupaten Mesuji), Skripsi, Fakultas Syariah Uin Raden Intan Lampung : Lampung, H. 6
14
Miftachul Jannah, 2017, Ritus Vivaha Pada Umat Buddha Theravada Di Vihara Suvanna Dipa
Teluk Betung Selatan Bandar Lampung, Skripsi, Fakultas Ushuludiin, Uin Raden Intan Lampung :
Lampung, H. 7
13
pertapa di vihara sebagai bhikshu, sesungguhnya dalam Agama Budha
sama dengan pertapa tetapi hidup dalam rumah tangga sikap ini pula yang
dipuji oleh Agama Budha, mencari dan membina pasangan hidup itu suatu
kebahagiaan dalam hidup rumah tangga, serta adapula petunjuk dan cara
bahwa ada minimal empat sikap hidup yang dapat dipergunakan untuk
sesuai benih yang di tabur demikian pula buah yang akan di petik,
b. Ucapan yang baik, di dunia ini siapapun pasti akan suka mendengar
tutur kata yang baik, termasuk pula dengan pasangan hidup kata-kata
14
yang baik inilah yang akan menjadi daya tarik yang kuat dalam
dicintainya.
d. Batin yang seimbang, kerelaan ungkapan dengan kata yang halus, dan
Perkawinan Malaysia
dilihat dari hukum yang dibawa oleh kedua Negara penjajah tersebut maka
kita juga bisa melihat bahwa Inggris merupakan Negara yang menganut
untuk mengambil suatu tindakan hukum. Selain itu, bentuk negara, sistem
15
pemerintahan dan sumber hukum dari kedua negara ini berbeda sehingga
hal, yaitu:
1) Setiap wilayah dalam Negara Malaysia (dalam hal ini adalah Negara
Negara Federal.
berbeda
Wilayah Persekutuan.
16
2) Formulir permohonan harus di isi dengan lengkap dalam dua salinan
dengan menggunakan tinta hitam atau biru dan disahkan oleh Penolong
Perkawinan Singapura
berbeda.
17
administers Muslim marriages in accordance to the Administration of
Aturan secara jelas terkait dasar atau sumber hukum tentang Perkawinan
tentu saja berbeda dengan Indonesia yang tidak mengatur secara jelas
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Perkawinan dalam Agama Hindu pada hakikatnya adalah sakral dan hanya
sah kalau dilakukan menurut Agama Hindu itu sendiri. Selain itu, tujuan
nenek moyang atau orang tuanya dari kawah neraka yang di sebut “PUT”.
dalam Agama Budha hidup berumah tangga ataupun tidak adalah sama
atas perintah Allah yang menjadikan langit dan bumi dan yang telah
19
perkawinan disyariatkan supaya manusia mempunyai keturunan dan
keluarga yang sah menuju kehidupan yang bahagia didunia dan akhirat
berbeda. Dalam hal perkawinan, Aturan secara jelas terkait dasar atau
tentu saja berbeda dengan Indonesia yang tidak mengatur secara jelas
B. Saran
masih jauh dari kata sempurna, kedepannya saya akan lebih berhati-hati
20
banyak dan dapat lebih dipertanggung jawabkan. Maka dari itu kepada
para pembaca saya menyarankan agar lebih banyak membaca buku yang
masyarakat agar terbentuk jiwa Rasa ingin tahu yang tentu nya
Negara. Semoga dengan adanya materi ini kita dapat mengamalkan nya
21
DAFTAR PUSTAKA
Persada
Jakarta: Kencana
1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam (Dalam Hal
Brawijaya : Malang
Masyarakat Bali Akibat Perpindahan Agama Menurut Hukum Islam (Studi Kasus
22
Jannah, Miftachul, 2017, Ritus Vivaha Pada Umat Buddha Theravada Di
Vihara Suvanna Dipa Teluk Betung Selatan Bandar Lampung, Skripsi, Fakultas
23