Oleh :
NIM : 2102010129
FAKULTAS HUKUM
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena
penyertaanNya, kesehatan dan kemudahan diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah “Perbandingan Sistem Perkawinan menurut Hukum Perdata,
Hukum Islam, dan Hukum Adat” ini dengan baik. Penulisan makalah ini ditujukan untuk
memenuhi Ujian Tengah Semester mata kuliah Hukum Perdata.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar dapat memberikan pemahaman yang baik kepada para
pembaca mengenai sistem-sistem perkawinan menurut Hukum Perdata, Hukum Islam, dan
Hukum Adat. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari betul bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan maupun pemaparan materi. Oleh karena itu, diharapkan
pemahaman dan pengertian yang baik dari pembaca akan kekeliruan yang terjadi, dan sangat
terbuka terhadap kritik dan saran yang hendak diberikan. Akhirnya, melalui ini penulis
mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat yang baik dan berguna kepada tiap
pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia.
Perkawinan yang terjadi antara seorang pria dengan seorang wanita menimbulkan akibat
lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing masyarakat dan juga dengan
harta kekayaan yang diperoleh diantara mereka baik sebelum maupun selamanya
perkawinan berlangsung. Setiap mahluk hidup memiliki hak azasi untuk melanjutkan
keturunannya melalui perkawinan, yakni melalui budaya dalam melaksanakan suatu
perkawinan yang dilakukan di Indonesia.
Ada perbedaan-perbedaannya dalam pelaksanaan yang disebabkan karena
keberagaman kebudayaan atau kultur terhadap agama yang dipeluk. Setiap orang atau
pasangan (pria dengan wanita) jika sudah melakukan perkawinan maka terhadapnya ada
ikatan kewajiban dan hak diantara mereka berdua dan anak-anak yang lahir dari
perkawinan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apa pengertian dan sistem perkawinan menurut Hukum Perdata ?
2. Apa pengertian dan sistem perkawinan menurut Hukum Islam ?
3. Apa pengertian dan sistem perkawinan menurut Hukum Adat ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester mata kuliah Hukum Perdata.
2. Untuk menambah wawasan tentang Pengertian dan Perbandingan Sistem Perkawinan
Menurut Hukum Perdata, Hukum Islam, dan Hukum Adat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Bagi orang Indonesia asli yang beragama Islam berlaku Hukum Agama Islam.
b. Bagi orang Indonesia asli lainnya, berlaku hukum adat daerah masing masing.
c. Bagi orang Indonesia asli yang beragama Kristen berlaku Huwelijks Ordonantie Christien
Indonesier (S. 1993 No.74) selanjutnya disebut HOCI.
d. Bagi orang Timur Asing Cina dan Warga Negara Indonesia keturunan Cina berlaku
ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dengan sedikit perubahan. (Selanjutnya
disebut KUH Perdata).
e. Bagi orang Timur Asing lain-lainnya dan Warga Negara Indonesia keturunan Timur
Asing lainnya, berlaku hukum adat mereka.
2
2. Perkawinan Menurut Hukum Islam
Menurut Kompilasi Hukum Islam pada Pasal 2 menjelaskan bahwa : Perkawinan
menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat miitsaqan
ghaliizhan untuk menaati perintah Allah dan melakukannya merupakan ibadah. Istilah
perkawinan adalah merupakan istilah yang umum, yang digunakan untuk semua makhluk
ciptaan Allah dimuka bumi, sedangkan pernikahan hanyalah diperuntukkan bagi
manusia.
Seperti kata nikah berasal dari bahasa Arab yaitu “nikaahun” yang merupakan
masdar atau kata asal dari kata kerja nakaha, yang sinonim dengan tazawwaja. Jadi kata
nikah berarti “adh-dhammu wattadaakhul” artinya bertindih dan memasukkan, (Rahmat
Hakim, 2000 : 11) sedangkan dalam kitab lain dikatakan bahwa nikah adalah “adh-
dhmmu wal-jam’u” artinya bertindih dan berkumpul. Jadi perkawinan (nikah) adalah
merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, merupkan suatu
lembaga resmi yang mempertalikan secara sah antara seorang pria dengan seorang wanita
untuk hidup bersama sebagai suami istri. Sebab perkawinan bertujuan untuk membentuk
keluarga, melanjutkan keturunan, mencegah perbuatan tercela (susila) serta menjaga
ketentraman jiwa dan batin. Bagi pentingnya perkawinan berarti tidak hanya menyangkut
hubungan kelamin anatara pria dan wanita, tetapi lebih luas menyangkut kehidupan dan
kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut hukum Islam, sistem
perkawinannya adalah poligami. Poligami dalam islam didefinisikan sebagai perkawinan
seorang suami dengan istri lebih dari seorang dengan batasan maksimal empat (4) orang
istri dalam waktu yang bersamaan.
3. Perkawinan Menurut Hukum Adat
Perkawinan dalam hukum adat, ialah perkawinan yang mempunyai akibat hukum
terhadap hukum adat yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Dalam Hukum Adat,
perkawinan itu bukan hanya merupakan peristiwa penting bagi mereka yang masih hidup
saja, tetapi perkawinan juga merupakan peristiwa yang sangat berarti serta sepenuhnya
mendapat perhatian dan diikuti oleh arwah-arwah para leluhur kedua belah pihak.
Dengan demikian, perkawinan menurut hukum adat merupakan suatu hubungan kelamin
antara laki-laki dengan perempuan, yang membawa hubungan lebih luas, yaitu antara
kelompok kerabat laki-laki dan perempuan, bahkan antara masyarakat yang satu dengan
3
masyarakat yang lain. Hubungan yang terjadi ini ditentukan dan diawasi oleh sistem
norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat itu. Menurut hukum adat, sistem
perkawinan ada 3 (tiga) macam, yaitu :
1) Sistem Endogami, dalam sistem in orang hanya diperbolehkan kawin dengan
seseorang dari suku keluarganya sendiri. Sistem perkawinan ini kini jarang terjadi
di Indonesia.
2) Sistem Eksogami, dalam sistem ini, orang diharuskan menikah dengan suku lain.
Menikah dengan suku sendiri merupakan larangan.
3) Sistem Eleutherogami, sistem ini berbeda dengan dua sistem diatas, yang
memiliki larangan-larangan dan keharusan. Eleutherogami tidak mengenal
larangan-larangan maupun keharusan-keharusan tersebut. Larangan-larangan
yang terdapat dalam sistem ini adalah larangan yang berhubungan dengan ikatan
kekeluargaan yang menyangkut nasab (keturunan), seperti kawin dengan ibu,
nenek, anak kandung, cucu, juga dengan saudara kandung, saudara bapak atau
ibu. Atau larangan kawin dengan mushaharah (periparan), seperti kawin dengan
ibu tiri, mertua, menantu, anak tiri.
4
c. Eleutherogami :
diperbolehkan kawin
dengan seseorang
dalam sukunya
sendiri dan bisa juga
kawin dengan suku
lain, tetapi selam
tidak ada hubungan
darah
(nasab/keturunan)
dan hubungan ipar
(mushaharah/peripara
n).
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai Perbandingan Sistem Perkawinan Hukum
Perdata, Hukum Islam, dan Hukum Adat di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. a. Perkawinan menurut Hukum Perdata adalah pertalian yang sah antara seorang laki-
laki dan perempuan untuk waktu yang lama.
b. perkawinan menurut Hukum Islam adalah akad yang sangat kuat miitsaqan
ghaliizhan untuk menaati perintah Allah dan melakukannya merupakan ibadah.
c. perkawinan menurut Hukum Adat adalah perkawinan yang mempunyai akibat
hukum terhadap hukum adat yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan.
2. Sistem Perkawinan menurut Hukum Perdata adalah monogami, menurut Hukum
Islam adalah poligami, dan menurut Hukum Adat adalah endogami, eksogami,
eleutherogami.
6
DAFTAR PUSTAKA