Hukum Perdata
Hukum Perdata Perkawinan dan Hukum Perdata Keluarga di Indonesia
Dosen Pembimbing:
Penyusun:
FAKULTAS SYARIAH
2023
KATA PENGANTAR
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini
bisa bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Genteng,Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
BABII PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1. Pengertian..............................................................................................................3
2.1.1. Pengertian Hukum perkawinan...................................................................3
2.1.2. Pengertian Hukum Keluarga.......................................................................3
2.2. Sumber dan Asas Hukum.......................................................................................4
2.2.1. Hukum Perkawinan......................................................................................4
2.2.2 Hukum Keluarga..........................................................................................6
2.3 Ruang Lingkup......................................................................................................7
2.3.1 Hukum Perkawinan......................................................................................7
3.3.2. Hukum Keluarga.........................................................................................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................................12
3.1. Kesimpulan............................................................................................................12
3.2. Saran......................................................................................................................12
Daftar Pustaka.....................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Hukum Perkawinan
Hukum perkawinan sebagai bagian dari hukum perdata adalah peraturan
peraturan hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan hukum serta akibat-akibatnya
antara dua pihak, yaitu seorang laki-laki dan seorang wanita dengan maksud hidup
bersama untuk waktu yang lama menurut peraturan-peraturan tang ditetapkan dalam
undang-undang.
Sedangkan perkawinan sendiri meiliki pengertian pertalian yang sah antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama.
Menurut para ahli tentang pengertian perkawinan :
a. Perkawinan adalah persekutuan hidup antara seorang pria dan wanita yang
dikukuhkan secara formal dengan undang-undang (yuridis) dan kebanyakan
religious. (Soetopo Prawirohamidjojo).
b. Perkawinan adalah akad antara calon suami istri untuk memenuhi hajat jenisnya
menurut yang di atur oleh syariah (Kaelany H.D)
Sifat prulalistis dalam hukum perkawinan sudah terjadi sejak zaman Hindia
Belanda. Berbagai peraturan perundang-undangan yang menunjukan sifat pluralistis
tersebut, antara lain :
Keadaan tersebut terus berlanjut hingga awal kemerdekaan dan terus berlanjut
hingga dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun1946 Tentang Pencatatan
Nikah.
Dalam Hukum Perdata Barat tidak ditemukan definisi dari perkawinan (huwelijk)
sendiri dalam Hukum Perdata Barat digunakan dalam dua arti, yakni :
Perkawinan dalam hukum Islam disebut “Nikah” ialah melakukan suatu aqad atau
perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan wanita untuk
menghalalkan hubungan kelamin antara dua belah pihak untuk mewujudkan suatu
kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman dengan
cara yang di ridhoi Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 24 :
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”
Pada dasarnya sumber hukum keluarga dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu : sumber hukum perdata keluarga tertulis dan sumber hukum perdata keluarga tidak
tertulis.
Sumber hukum keluarga tidak tertulis umumnya berasal dari norma-norma hukum
yang tumbuh dan berkembang serta di taati oleh sebagian besar masyarakat atau suku
bangsa yang hidup di wilayah Indonesia
Tentang hal larangan untuk kawin dapat diterangkan bahwa seorang tidak
diperbolehkan kawin dengan saudaranya, meski dengan saudara tiri, seorang tidak
diperbolehkan kawin dengan iparnya, seorang paman dilarang kawin dengan
keponakannya dan sebagainya.
Tentang hal izin dapat diterangkan bahwa kedua orang tua harus
memberikan izin, atau ada kata sepakat antara ayah dan ibu masing-masing
pihak, Jika ada wali, wali inipun harus memberikan izin.
d. Perjanjian Perkawinan
Perjanjian ini menurut undang-undang harus diadaka sebelum pernikahan
dan harus diletakkan dalam suatu akta notaris.
Mengenai bentuk da nisi perjanjian tersebut sebagaimana halnya dengan
perjanjian-perjanjian lain pada umumnya, kepada kedua belah pihak diberikan
kemerdekaan seluas-luasnya, kecuali satu dua larangan yang termuat dalam
undang-undang dan tidak melanggar ketertiban umum atau kesusilaan.
Pertama-tama ada larangan untuk membuat suatu perjanjian yang
menghapuskan suami sebagai kepala didalam perkawinan atau kekuasaanya
sebagai ayah atau akan menghilangkan hak-hak seorang suami atau istri yang
ditinggal mati. Selanjutnya ada larangan untuk membuat suatu perjanjian bahwa
sisuami akan memikul suatu bagian yang lebih besar dalam active daripada
bagiannya dalam passive. Maksudnya larangan ini, agar jangan sampai suami istri
itu menguntungkan diri untuk kerugian pihak-pihak ketiga.
e. Perceraian
Perceraian ialah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim, atau
tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu.
Perkawinan dikatakan bercerai apabila salah satu pihak meninggal, jikalau
satu pihak kawin lagi setelah mendapat ijin hakim, bilamana salah satu pihak
pergi tanpa kabar selama sepuluh tahun tanpa ada kabar.
Undang-undang tidak memperbolehkan perceraian dengan permufakatan
saja antara suami dan istri, tetapi harus ada alas an yang sah. Alasan-alasan ini
yaitu :
1. Zina
2. Ditinggalkan dengan sengaja
3. Penghukuman yang melebihi 5 tahun karena dipersalahkan
melakukan suatu kejahatan
4. Penganiyayaan berat atau membahayakan jiwa.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum perkawinan sebagai bagian dari hukum perdata adalah peraturan
peraturan hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan hukum serta akibat-akibatnya
antara dua pihak, yaitu seorang laki-laki dan seorang wanita dengan maksud hidup
bersama untuk waktu yang lama menurut peraturan-peraturan tang ditetapkan dalam
undang-undang.
Hukum keluarga adalah keseluruhan ketentuan yang mengenai hubungan hukum
yang bersangkutan dengan kekeluargaan sedarah, dan kekeluargaan karena perkawinan
(perkawinan, kekuasaan orang tua, perwalian pengampuan, keadaan tak hadir).
Di Indonesia pelaksanaan hukum perkawinan masih pluarisme, artinya di
Indonesia berlaku tiga macam sistem hukum perkawinan, yaitu menurut Hukum Perdata
Barat (BW), menurut Hukum Islam, menurut Hukum Adat.
Ruang lingkup dari hukum perkawinan meliputi syarat-syarat perkawinan, hak dan
kewajiban suami istri, percampuran kekayaan, perjanjian perkawinan, perceraian dan
terakhir tentang pemisahan harta kekayaan.
3.2 Saran
Sebagaimana pepatah “tak ada gading yang tak retak”. Dalam penyusunan
makalah ini jika masih banyak terdapat kekeliruan dalam penyampaian materi dan dalam
segi penulisannya saya memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Daftar Pustaka