Anda di halaman 1dari 12

HUKUM KELUARGA

Diajukan Untuk Menenuhi Tugas


Mata Kuliah Hukum Perdata

Dosen Pengampu:
Hj. Lusiana, S.H., M.Pd.

Oleh Kelompok: 1

Muhammad Naoval : 21.11.1204


Siti Aisyah : 21.11.1279
Syamsul Imam Fajri : 21.11.1281
Taupik Rahman : 21.11.1283

PROGRAM STUDI AHWAL ALSYAKHSIYYAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
MARTAPURA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya dan Shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Hukum Keluarga” dengan baik dan tepat
waktu.
Makalah merupakan karya tulis ilmiah karena disusun berdasarkan kaidah
kaidah ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa dalam rangka menyelesaikan studi.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Hukum Perdata” Untuk itu, makalah ini disusun dengan memakai bahasa yang
sederhana dan mudah untuk dipahami.
Dan pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dosen Hj. Lusiana, S.H., M.Pd. yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran,
dan petunjuk hingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Sebagai sebuah makalah, tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang berkepentingan,
guna penyempurnaan makalah ini.
Selanjutnya terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini sehingga dapat diselesaikan. Akhirnya,
kami berharap semoga makalah ini dapat digunakan oleh pembaca dengan baik.

Martapura, 30 November 2022

Penulis
Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Keluarga ................................................................ 2


B. Sumber-Sumber Hukum Keluarga ....................................................... 3
C. Asas-Asas Hukum Keluarga ................................................................ 4
D. Ruang Lingkup Hukum Keluarga ........................................................ 5
E. Hak dan Kewajiban Dalam Hukum Keluarga...................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 8
B. Saran .................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada Hukum Indonesia tidaklah luput dari yang namanya hukum
kekeluargaan. Mengingat semakin maraknya kasus yang ada di Negara Indonesia
ini tentang problematika rumah tangga, baik itu tentang kekerasan suami terhadap
istri atau kekejaman orang tua terhadap anak kandungnya sendiri. Karena pada
dasarnya mereka kurang begitu memahami asas-asas dari hukumkeluarga itu
sendiri.
Maka dari itu di dalam makalah ini kami akan membahas tentang
pengertian, sumber-sumber, asas-asas, dan ruang lingkup serta hak dan kewajiban
didalam suatu hukum keluarga.
Istilah hukum keluarga berasal dari kata Familierecht yang diterjemahkan
dari bahasa belanda, atau dari bahasa inggris law of familie. Ali Afandi
mengatakan bahwa hukum keluarga diartikan sebagai "keseluruhan ketentuan
yang mengatur hubungan hukum yang bersangkutan dengan kekeluargaan sedarah
dan kekeluargaan karena perkawinan" (Afandi, 1986: 93).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Dari Hukum Keluarga itu?
2. Dari Manakah Sumber-Sumber Hukum Keluarga Itu?
3. Apa Sajakah Asas-Asas Hukum Keluarga Itu?
4. Mencakup Apa Sajakah Ruang Lingkup Hukum Keluarga Itu?
5. Apa Saja Hak Dan Kewajiban Dalam Suatu Hukum Keluarga?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Definisi Dari Hukum Keluarga
2. Untuk Mengetahui Sumber-Sumber Hukum Keluarga
3. Untuk Mengetahui Asas-Asas Hukum Keluarga
4. Untuk Mengetahui Apa Sajakah Ruang Lingkup Hukum Keluarga
5. Untuk Mengetahui Hak Dan Kewajiban Dalam Suatu Hukum Keluarga

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Keluarga


Hukum Keluarga adalah peraturan hubungan hukum yang timbul dari
hubungan keluarga, Jadi peraturan-peraturan hukum yang ditimbulkan dari
adanya hubungan keluarga, seperti hukum tentang perkawinan, tentang perwalian
dan lain- lain. Sebagaimana yang dikemukakan Ali Afandi pada teks yang ada
pada pendahuluan makalah ini. Ada dua pokok kajian dalam pengertian/definisi
hukum keluarga, yaitu mengatur hubungan hukum yang berkaitan dengan
kekeluargaan sedarah dan perkawinan. Kekeluargaan sedarah adalah pertalian
keluarga yang terdapat pada beberapa orang yang mempunyai leluhur yang sama.
Sedangkan kekeluargaan karena perkawinan adalah pertalian keluarga yang
terdapat karena perkawinan antara seorang dengan keluarga sedarah dari istri
(suaminya).1
Tahir Mahmoud mengartikan "hukum keluarga sebagai prinsip-prinsip
hukum yang diterapkan berdasarkan ketaatan beragama berkaitan dengan hal-hal
yang secara umum diyakini memiliki aspek religius menyangkut peraturan
keluarga, perkawinan, perceraian, hubungan dalam keluarga, kewajiban dalam
rumah tangga, warisan, pemberian mas kawin, perwalian, dan lain-lain".
Definisi yang terakhir ini mengkaji dua hal, yaitu tentang prinsip hukum
dan ruang lingkupnya. Prinsip hukum berdasarkan ketaatan beragama. Ruang
lingkup kajian hukum keluarga meliputi peraturan keluarga, kewajiban dalam
rumah tangga, warisan, pemberian mas kawin, perwalian, dan lain-lain. Definisi
ini sangat luas karena mencakup warisan, padahal di dalam hukum perdata barat,
warisan merupakan bagian dari hukum benda. Pendapat lain disebutkan bahwa
hukum keluarga adalah:
"Mengatur hubungan hukum yang timbul dari ikatan keluarga. Yang
termasuk dalam hukum keluarga ialah peraturan perkawinan, peraturan kekuasaan
orang tua dan peraturan perwalian"
1
Van Apeldoorn. 1985. Pengantar Ilmu Hukum, cetakan X. Jakarta: Pradnya Paramita

2
Definisi terakhir ini hanya difokuskan pada peraturan perkawinan,
peraturan kekuasaan orang tua, dan perwalian yang bersumber dari hukum
tertulis, sedangkan hal yang berkaitan dengan peraturan perkawinan tidak tertulis
tidak mendapat perhatian, padahal dalam masyarakat Indonesia masih mengenal
hukum adat, sehingga ketiga definisi diatas perlu dilengkapi dan disempurnakan.
hukum keluarga adalah keseluruhan kaedah-kaedah hukum (baik tertulis maupun
tidak tertulis) yang mengatur hubungan hukum mengenai perkawinan, perceraian,
harta benda dalam perkawinan, kekuasaan orang tua, pengampuan dan perwalian.
Hukum keluarga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
 Hukum keluarga tertulis
 Hukum keluarga tidak tertulis
Hukum keluarga tertulis adalah kaedah-kaedah hukum yang bersumber
dari UU, yurisprudensi, dan traktat. Sedangkan hukum keluarga tidak tertulis
adalah kaedah-kaedah hukum keluarga yang timbul, tumbuh, dan berkembang
dalam kehidupan masyarakat (kebiasaan). Seperti misalnya, marari dalam
kehidupan masyarakat sasak. Yang menjadi kajian hukum keluarga meliputi
perkawinan, perceraian, harta benda dalam perkawinan, kekuasaan orang tua,
pengampuan, dan perwalian.2

B. Sumber-Sumber Hukum Keluarga


Pada dasarnya sumber hukum keluarga dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu, sumber hukum keluarga tertulis dan tidak tertulis. Sumber hukum
keluarga tertulis adalah sumber hukum yang berasal dari berbagai peraturan
perundangan, yurisprudensi, dan sedangkan sumber hukum keluarga tak tertulis
adalah sumber hukum yang tumbuh dan berkembang dalam
kehidupanmasyarakat3.
Sumber hukum keluarga tertulis, dikemukakan berikut ini.
1. Kitab undang-undang hukum perdata (KUH Perdata).

2
Salim HS. 2009. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), cetakan VI. Jakarta,: Sinar
Grafika
3
_____ Undang-Undang Perkawinan Di Indonesia. Surabaya: Arkola.

3
2. Peraturan perkawinan campuran (regelijk op de gemengdehuwelijk), Stb. 1898
Nomor 158.
3. Ordonansi perkawinan indonesia, kristen, jawa, minahasa, dan ambon, Stb.
1933 Nomor 74.
4. UU Nomor 32 Tahun 1954 tentang pencatatan nikah, talak, dan rujuk
(beragama islam)
5. UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
6. PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang peraturan pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun
1974 tentang perkawinan.
7. PP Nomor 10 Tahun 1983 jo. PP Nomor 45 Tahun 1990 Tentang Izin
Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil.

Di samping itu, yang menjadi sumber hukum keluarga tertulis adalah inpres
Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia. Kompilasi
Hukum Islam ini hanya berlaku bagi orang-orang yang beragama islam.

C. Asas-Asas Hukum Keluarga


Berdasarkan hasil analisis terhadap KUH Perdata dan UU Nomor 1 Tahun
1974 ditemukan 5 (lima) asas yang paling prinsip dalam hukum keluarga yaitu:
1. Asas Monogami (pasal 27 BW; pasal 3 UU Nomor 1 Tahun 1974) Asas
Monogami mengandung makna bahwa seorang pria hanya boleh mempunyai
seorang istri, seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.
2. Asas Konsensual, suatu asas bahwa perkawinan atau perwalian dikatakan sah
apabila teradapat persetujuan atau konsensus antara calon suami-istri yang
akan melangsungkan perkawinan atau keluarga harus dimintai persetujuanya
tentang perwalian (pasal 28 KUH Perdata; pasal 6 UU Nomor 1 Tahun 1974).
3. Asas Persatuan Bulat, suatu asas dimana antara suami isteri terjadi persatuan
harta benda yang dimilikinya (pasal 119 KUH Perdata).
4. Asas Proposional, suatu asas di mana hak dan kedudukan istri adalah
seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga
dan di dalam pergaulan masyarakat (pasal 31 UU Nomor 1 Tahun 1874).

4
5. Asas Tak Dapat Dibagi-Bagi, suatu asas bahwa tiap-tiap perwalian hanya
terdapat satu wali (pasal 331 KUH Perdata). Pengecualian dari asas ini
adalah :
a. Jika perwalian itu dilakukan oleh ibu sebagai orang tua yang hidup paling
lama maka kalau ia kawin lagi, suaminya menjadi wali serta/wali peserta
(pasal 351 KUH Perdata).
b. Dan jika sampai ditunjuk pelaksana pengurusan yang mengurus barang-
barang dari anak dibawah umur diluar Indonesia (pasal 361 KUH Perdata).
Asas-asas itu dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan dan penegakan
hukum keluarga, khususnya tentang perkawinan. Seperti diketahui bahwa di
dalam masyarakat kita masih banyak yang belum memahami asas-asas yang
tercantum dalam hukum keluarga, hal ini terlihat pada banyak kasus-kasus
perkawinan dibawah umur dan banyaknya perkawinan liar. Akibat dari
menonjolnya perkawinan di bawah umur adalah tingginya angka perceraian.
Semakin tinggi angka perceraian, semakin banyak wanita yang menjanda.
Akibatnya anak-anak mereka tidak terurus dengan baik. Oleh karena itu,
diharapkan supaya asas-asas dalam hukum keluarga dapat disosialisasikan dalam
masyarakat, sehingga angka perceraian dapat ditekan seminimal mungkin4.

D. Ruang Lingkup Hukum Keluarga


Apabila kita kaji definisi yang dikemukakan pada pengertian hukum
keluarga maka dapat dikemukakan ruang lingkup kajian hukum keluarga.
Ia memuat peraturan tentang:
 Perkawinan, termasuk hubungan-hubungan yang bercorak hukum harta antara
suami- isteri (huwelijksgoede recht)
 Hubungan antara orang tua dan anak (ouderlike macht)
 Hubungan antara wali dan anak yang diawasi (voogdij)

4
Subekti, R, Dan R. Tjitrosudibio, 2006. kitab Undang-Undang Hukum Perdata, cetakan
ke-37. Jakarta: Pradnya Paramita

5
 Hubungan antara orang yang diletakkan dibawah pengampuan karena gila atau
pikiran yang kurang sehat atau karena pemborosan, dan pengampunya
(curatele)

Namun, menurut Salim HS didalam tulisanya, bahwasanya didalam bagian


hukum keluarga hanya difokuskan pada kajian perkawinan, perceraian dan harta
benda dalam perkawinan karena apabila mengkaji ketiga hal itu, telah mencakup
secara singkat tentang pembahasan kekuasaan orang tua, pengampuan, dan
perwalian.

E. Hak dan Kewajiban Dalam Hukum Keluarga


Hak dan kewajiban dalam hukum keluarga dapat dibeda-bedakan menjadi
tiga macam, yaitu:
1. Hak dan kewajiban antara suami-istri;
2. Hak dan kewajiban antara orang tua dengan anaknya,
3. Hak dan kewajiban antara anak dengan orang tuanya manakala orang tuanya
telah mengalami proses penuaan.

Hak dan kewajiban antara suami-istri adalah hak dan kewajiban yang
timbul karena adanya perkawinan antara mereka. Hak dan kewajiban suami istri
diatur dalam pasal 32 sampai pasal 36 UU Nomor1 Tahun 1974. Hak dan
kewajiban antara suami-istri adalah sebagai berikaut.
1. Menegakkan rumah tangga.
2. Keseimbangan dalam rumah tangga dan pergaulan masyarakat.
3. Suami istri berhak melakukan perbuatan hukum.
4. Suami istri wajib mempunyai tempat kediaman yang tetap.
5. Suami istri wajib saling mencintai, hormat menghormati, setia, dan member
bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
6. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
rumah tangga sesuai dengan kemampuanya.
7. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.

6
Apabila kewajiban-kewajiban itu dilalaikan si suami maka istri dapat
mengajukan gugatan kepada pengadilan. Hak dan kewajiban antara orang tua
dengan anak diatur dalam pasal 45 sampai dengan pasal 49 UU Nomor 1 Tahun
1974. Hak dan kewajiban orang tua dan anak dikemukakan berikut ini.
1. Orang tua wajib memelihara dan mendidik anak anak mereka sebaik-baiknya.
Kewajiban orang tua berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri
(pasal 45 ayat (1) dan ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 1974).
2. Anak wajib menghormati orang tua dan menaati kehendak mereka yang baik
(pasal 46 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974).
3. Anak wajib memelihara dan membantu orang tuanya, manakala sudah tua
(pasal 46 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun 1974)
4. Anak yang belum dewasa, belum pernah melangsungkan perkawinan, ada di
bawah kekuasaan orang tua (pasal 47 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974).
5. Orang tua mewakili anak di bawah umur dan belum pernah kawin mengenai
segala perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan (pasal 47 ayat (2) UU
Nomor 1 Tahun 1974).

Kewajiban yang ketiga disebut dengan alimentasi. Alimentasi adalah


kewajiban dari seorang anak untuk memberikan nafkah terhadap orang tuanya
manakala sudah tua5.

5
Subekti 2001. Pokok Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT. Intermasa

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dijelaskan hukum keluarga berasal dari terjemahan kata
familierecht (belanda) atau law of familie (inggris). Istilah keluarga dalam arti
sempit adalah orang seisi rumah, anak istri, sedangkan dalam arti luas keluarga
berarti sanak saudara atau anggota kerabat dekat. Dan adapun hukum
kekeluargaan menurut hukum perdata adalah aturan yang mengatur mengenai
keluarga,yang mana di dalam keluarga tersebut banyak mengatur masalah
perkawinan, hubungan dan hak serta kewajiban suami istri dalam sebuah rumah
tangga, keturunan, perwalian, pengampuan.
Dan Adapun sumber hukum dalam hukum keluarga tersebut ada dua
macam, yaitu sumber hukum tertulis dan tidak tertulis. Sedangkan Ruang lingkup
dalam hukum keluarga itu meliputi: perkawinan, perceraian, harta benda dalam
perkawinan, kekuasaan orang tua, pengampuan, dan perwalian. Namun di dalam
bagian hukum keluarga hanya difokuskan pada kajian perkawinan, perceraian, dan
harta benda dalam perkawinan.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangannya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang sudi mau dan memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Apeldoorn, Van. 1985. Pengantar Ilmu Hukum, cetakan X. Jakarta: Pradnya


Paramita
HS, Salim. 2009. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), cetakan VI. Jakarta,:
Sinar Grafika
_____ Undang-Undang Perkawinan Di Indonesia. Surabaya: Arkola
Subekti, R, Dan R. Tjitrosudibio, 2006. kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
cetakan ke-37. Jakarta: Pradnya Paramita
Subekti 2001. Pokok Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT. Intermasa

Anda mungkin juga menyukai