Anda di halaman 1dari 11

HADIST TENTANG TUJUAN DAN ESENSI PERKAWINAN

Diajukan Untuk Menenuhi Tugas


Mata Kuliah Hadist Ahkam

Dosen Pengampu
H. M. Syarif Dibaj, Lc. M.Sy

Oleh Kelompok: 2

Zainal Ilmi : 21.11.1226


Namda Nurrahman : 21.11.1293

PROGRAM STUDI AHWAL ALSYAKHSIYYAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
MARTAPURA
2021
KATA PENGANTAR

Pernikahan merupakan sunah nabi yang sangat dianjurkan pelaksanaannya


bagiumat islam. Pernikahan adalah suatu peristiwa yang fitrah, dan sarana paling
agungdalam memelihara keturunan dan memperkuat antar hubungan antar sesama
manusiayang menjadi sebab terjaminnya ketenangan cinta dan kasih saying.
Bahkan Nabi pernah melarang sahabat yang berniat untuk meninggalkan nikah
agar bisamempergunakan seluruh waktunya untuk beribadah kepada Allah,karena
hidupmembujang tidak disyariatkan dalam agama oleh karena itu,manusia
disyariatkanuntuk menikah.Dibalik anjuran Nabi kepada umatnya untuk menikah,
pastilah ada hikmah yang bisa diambil. Diantaranya yaitu agar bisa menghalangi
mata dari melihat hal-hal yang tidak di ijinkan syara’ dan menjaga kehormatan
diri dari jatuh pada kerusakanseksual.Islam sangat memberikan perhatian terhadap
pembentukan keluarga hinggatercapai sakinah, mawaddah, dan warahmah dalam
pernikahan. Dalam makalah ini, pemakalah akan membahas tentang pernikahan
baik dari segi pengertian, hukum,rukun, syarat, dan lain-lainnya berdasarkan
hadits Nabi.

Martapura, 18 Februari 2022

Penulis
Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1


B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Tujuan Perkawinan............................................................................... 2
B. Esensi Perkawinan................................................................................ 5
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembuatan makalah ini didasari dengan adanya pemberian tugas
pembuatan makalah dari bapak dosen H. M. Syarif Dibaj, Lc. M.Sy yang
membahas Hadist Tentang Tujuan Dan Esensi Perkawinan.

B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Perkawinan
2. Esensi Perkwinan

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk saling mempelajari Hadist tentang tujuan pwekawinan dan esensi
perkawinan.
2. Untuk mengetahui pembahasan hadist tentang tujuan dan esensi perkawinan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Perkawinan
1. Menyempurnakan separuh agama.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah
SAW bersabda:

ِ َّ‫ فَ ْليَت‬، ‫ِإ َذا تَ َز َّو َج ال َع ْب ُد فَقَ ْد َك َّم َل نَصْ فَ ال ِّد ْي ِن‬
ِ ْ‫ق هللاَ فِي النِّص‬
‫ف البَاقِي‬
Artinya: “Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan
separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang
lainnya.” (HR. Al Baihaqi)

2. Menikah lebih akan menjaga kemaluan


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ْ‫صنُ لِ ْلفَر‬
‫ج َو َم ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع‬ َ ْ‫ص ِر َوَأح‬
َ َ‫ب َم ِن ا ْستَطَا َع ِم ْن ُك ُم ْالبَا َءةَ فَ ْليَتَ َز َّوجْ فَِإنَّهُ َأغَضُّ لِ ْلب‬
ِ ‫يَا َم ْع َش َر ال َّشبَا‬
‫فَ َعلَ ْي ِه بِالصَّوْ ِم فَِإنَّهُ لَهُ ِو َجا ٌء‬
Artinya: “Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah, maka
menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih
menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah
karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.” (HR. Bukhari no. 5065
dan Muslim no. 1400)

3. Mengikuti sunah para rasul


Dari Abu Ayyub Radhiyallahu anhu, ia menuturkan bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُّ ‫ َوالتَّ َع‬،‫ اَ ْل َحيَـا ُء‬: َ‫َأرْ بَ ٌع ِم ْن سننِ ْال ُمرْ َسلِ ْين‬
‫ َوالنِّ َكا ُح‬،ُ‫ َوال ِّس َواك‬،ُ‫طر‬
Artinya: “Ada empat perkara yang termasuk Sunnah para Rasul: rasa-
malu, memakai wewangian, bersiwak, dan menikah.” (HR. At-Tirmidzi
no. 1086)

2
Tujuan perkawinan menurut agama islam ialah untuk memenuhi
petunjuk agama dalam rangka mendirikan kelurga yang harmonis,
sejahtera,dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban
anggotakelurga sejahtera, artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin
dikrenakanterpenuhinya kebutuhan hidup lahir dan batinnya, sehingga
timbullahkebahgiaan yakni kasih sayang antara anggota
keluarga.Sebenarnya tujuan perkawinan itu dapat dikembangkan menjadi
limayaitu :
a. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.
b. Memenuhi hajat manusia untuk dapat menyalurkan syahwatnya
danmenumpahkan kasih sayangnya.
c. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan
dankerusakan.
d. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima
hak dankewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh
harta kekayaan yang halal.
e. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang
tentramatas dasar cinta dan kasih sayang
Pernikahan adalah awal sebuah keluarga dan merupakan komitmen
seumur hidup. Tujuan nikah memberi rasa tanggung jawab dan lebih dari
sekadar penyatuan fisik. Menikah juga merupakan persatuan spiritual dan
emosional. Tujuan menikah dapat mencerminkan kesatuan Allah SWT
dengan umatnya.

Pernikahan adalah salah satu media untuk mengembangkan


keturunan dan penyaluran insting untuk melakukan relasi seksual.
Pernikahan dalam Islam dinilai sebagai sebuah ikatan yang kokoh dan
sebuah komitmen yang menyeluruh terhadap kehidupan, masyarakat dan
manusia untuk menjadi seseorang yang terhormat.

3
Tujuan nikah dalam Islam yang paling utama adalah menjalankan
perintah Allah.
Seseorang yang menikah dianggap telah menyempurnakan
ibadahnya. Menikah diibaratkan sebagai separuh ibadah. Ini sesuai dengan
hadis yang berbunyi:
"Barangsiapa menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh
ibadahnya (agamanya). Dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah SWT
dalam memelihara yang sebagian sisanya." (HR. Thabrani dan Hakim).

Tujuan menikah ini sudah banyak disebutkan masyarakat. Tujuan


utama pernikahan dalam Islam ialah menjauhkan dari perbuatan maksiat.
Ini merupakan sunah yang dianjurkan oleh Rasulullah. Berikut hadisnya:
"Menikah adalah sunnahku, barangsiapa yang tidak mengamalkan
sunnahku, bukan bagian dariku. Maka menikahlah kalian, karena aku
bangga dengan banyaknya umatku (di hari kiamat)." (HR. Ibnu Majah no.
1846, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 2383).

Ikatan suci yang bermanfaat dalam menjaga kehormatan diri, serta


terhindar dari hal-hal yang dilarang agama. Menikah membantu
membentengi diri dari perbuatan keji dan merendahkan martabat, salah
satunya zina. Ini sesuai dengan hadis yang berbunyi:
"Wahai para pemuda, jika kalian telah mampu, maka menikahlah.
Sungguh menikah itu lebih menentramkan pandangan dan kelamin. Bagi
yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa bisa menjadi tameng
baginya." (HR. Bukhari No. 4779).

4
B. Esensi Perkawinan
Erat kaitannya dengan kebiasaan, jika ada prosesi akad nikah maka
biasanya dilanjutkan dengan resepsi pernikahan.
Namun hal ini telah diluruskan oleh keadaan. Menyadarkan
masyarakat jika resepsi pernikahan bukan sebuah keharusan. Meskipun
tidak sedikit pula yang mengambil kesempatan untuk menyegerakan, agar
terhindar dari resepsi pernikahan yang biayanya juta-jutaan.
Perkawinan merupakan suatu peristiwa hukum yang sangat penting
bagi manusia. Suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh sepasang insan
yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
Jika masyarakat paham esensi dari perkawinan, maka sudah seharusnya
tidak ada pertanyaan “kapan kawin?” di setiap perjumpaan.
Ikatan lahir batin tersebut sangat tergantung dari pasangan yang
ingin melangsungkan perkawinan. Maka dari itu, pertanyan “kapan
kawin?” bukan pertanyaan yang relevan untuk ditanyakan. Karena hal
tersebut bersifat pribadi dari dua insan yang akan melangsungkan
perkawinan.

Perkawinan juga bukan persoalan musim-musiman. Biasanya hal


tersebut dapat ditemukan setelah hari-hari besar. Salah besar jika laki-laki
dan perempuan berangkat untuk melangsungkan perkawinan dengan
alasan musim kawin atau alasan aneh lainnya.

Bahwasanya perkawinan dilangsungkan bukan karena adanya


paksaan atau agar terhindar dari omongan-omongan. Tetapi dilangsungkan
karena ingin menjalankan perintah Allah SWT dan sunah nabi.
Rasulullah SAW bersabda, "Nikahilah wanita yang subur dan penyayang
sebab dengan jumlah kalian yang banyak aku akan berbangga di hadapan
para nabi pada hari Kiamat." (HR. Ahmad dan ath-Thabrani).

5
Hadits yang menganjurkan untuk menikah adalah sebagaimana
berikut ini:
Umar bin Hafsh bin Ghiyats telah menceritakan kepada kami:
Bapakku telah menceritakan kepada kami: A'masy telah menceritakan
kepada kami, dia berkata: Umarah telah menceritakan kepadaku: Dari
Abdurrahman bin Yazid, dia berkata: Aku masuk bersama Al-Qamah dan
Al-Ashwad ke dalam rumah Abdullah, lalu Abdullah berkata: Kami para
pemuda pernah bersama Nabi Shallallahu'Alaihi Wasallam, maka
Rasulullah SAW bersabda kepada kami: Wahai para pemuda, barangsiapa
yang mempunyai kemampuan, maka hendaklah dia menikah, karena
sesungguhnya nikah dapat menjaga pandangan dan memelihara kemaluan
dan barang siapa yang tidak mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena
sesungguhnya puasa itu adalah benteng baginya." (HR. Bukhari no. 5066).

Orang yang menikah dengan niat untuk menjaga kesucian diri dari
berbagai maksiat, maka dia berhak mendapatkan pertolongan dari Allah
SWT. Sebagaimana termaktub dalam hadits berikut:

"Quutaibah telah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Al-Laits


telah menceritakan kepada kami: Dari Muhammad bin 'Ajlan dari Sa'id
dari Abu Hurairah: Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Tiga
golongan yang merupakan hak atas Allah 'Azza Wajalla untuk membantu
mereka yaitu Sahaya yang mengadakan perjanjian pembebasan dirinya
yang ingin menunaikan kewajibannya, orang yang menikah ingin menjaga
kesucian dirinya, dan orang yang berjihad di jalan Allah." (HR. Nasa'i no.
3215).

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melangsungkan pernikahan merupakan saling mendapat kewajiban serta
bertujuan mendapatkan keturunan, karena pernikahan termasuk pelaksanaan
agama, maka di dalamnya terkandung adanya tujuan/maksud mengharapkeridhaan
Allah SWT. Rasulullah sendiri menganjurkan menikah bagi kita yangsudah
mampu untuk berkeluarga karena menikah merupakan sunnah beliau dan nikah
menjaga pandangan serta kemaluan kita. Adapun beberapa kriteria dalam memilih
jodoh yaitu: berdasarkan agamanya, keturunannya, kekayaannya dan
kecantikannya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Asy Shidiqy, Teuku Muhammad Hasbi. 2003.Mutiara Hadits 5. Semarang : PT.


PustakaRizki Putra
Usman, Achmad. 1996.Hadist Ahkam.Surabaya : Al-Ikhlas
As Subkhi, Ali Yusuf . Fiqh Keluarga. Jakarta : Amzah,2010.
An-Nawawi, Muhyidin. 1995.Shahih Muslim ‘Ala Syarhin Nawawi.Beirut, Lebanon: Dar
al-Koto al-Ilmiyah.
Prof. Wahbah az Zuhaili dalam Kitab Fiqhul Islam wa Adillatuhu juz 9.

Anda mungkin juga menyukai