Secara umum, syarat benda itu dapat diwakafkan ketika berupa benda yang memiliki
keabadian manfaat yang dapat diambil berulang-ulang. Sifatnya tidak berupa benda yang
langsung habis. Sebagai misal makanan atau minuman. Kedua benda ini tidak bisa diwakafkan
karena sifatnya yang langsung habis ketika dimakan atau diminum.
Lagian nggak mungkin lah orang mewakafkan bakso semangkuk, bakwan sepiring, es
buah sebaskom. minyak wangi sebotol. dan lain sebagainya. Kalau kita memberikan makanan,
minuman, minyak wangi atau benda lain yang sifatnya dapat habis seketika kepada orang lain,
maka disebut sedekah biasa. Sementara kalau wakaf itu, bendanya harus utuh dan manfaatnya
dapat diambil secara berulang-ulang. Dalam undang- undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf
bahwa wakaf itu harus dapat diambil manfaat selamanya atau dalam jangka waktu tertentu.
Bagaimana dengan wakaf uang? Bukankah uang sifatnya lentur, bisa muncul tiba-tiba,
sekaligus bisa hilang dalam sekejab.
Ya memang betul uang itu sifatnya mobile atau lentur. Namun, dalam pelaksanaan wakaf,
uangnya tetap tidak boleh berkurang seperti karakter wakaf lainnya dengan cara memelihara
keabadiaan nilal nominalnya. Oleh karena itu, wakaf uang harus dikelola secara transparan untuk
dinvestasikan pada produk-produk LKS dan/atau instrumen Syariah. (PP No. 42 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan Undang-undang tentang Waket Pasal 48 ayat (2)).
Bagaimana jika dalam pengelolaannya dilakak di luar bank Syariah dan terjadi lost atau
kerugian dalam PP tersebut Pasal 48 ayat (5) telah mengatur bahwa pengelolaan di luar bank
Syariah harus mengasuransikan dengan asuransi Syariah. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya kerugian yang dapat mengurangi, atau bahkan menghilangkan aset wakaf.
Berhubungan dengan wakaf tunal, ada beberapapendapat yang bisa kita ambil.
1. Imam Bukhari menyebutkan bahwa Imam Azh Zhuhri (wafat 124H) berpendapat boleh
mewakafkan dinar dan dirham. Caranya ialah menjadikan dinar dan dirham tersebut sebagai
modal usaha, kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf.
2. Dr. Az-Zuhaili juga menyebutkan memperbolehkannya sebagai pengecualian karena sudah
banyak dilakukan masyarakat, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud
ra, yang berbunyi. "Apa yang dipandang kaum muslimin itu baik. dipandang baik juga oleh
Allah"
Syarat Penerima Wakaf (Mauquf 'alaih)
Wakaf harus dimanfaatkan dalam batas-batas yang sesuai dan diperbolehkan syariat
Islam. Pada dasamya, wakal adalah amal kebaikan yang mendekatkan diri manusia kepada
Tuhannya. Karena itu mauquf 'alaih haruslah pihak yang berbuat kebajikan. Para ulama fikih
sependapat bahwa infaq kepada pihak yang berbuat kebajikan inilah yang membuat wakaf
menjadi ibadah yang mendekatkan manusia kepada Tuhannya.
Syarat manajemen:
1. Punya jiwa leadership yang OK. Jiwa kepemimpinan itu penting karena terkait dengan
pengelolaan harta umat dan manajemen SDM.
2. Visioner. Maksudnya memiliki konsep untuk pengembangan masa depan.
3. Cerdas intelektual sosial dan pemberdayaan. Tentu kecerdasan sangat penting. karena untuk
meme cahkan berbagai persoalan diperlukan kejelian dan kecepatan peroanganan.
4. Profesional dalam bidang pengelolaan harta. Ya, kalau belum memiliki pengalaman dalam
pengelolaan harta takut amburadul.
Syarat bisnis:
1. Mempunyai keinginan. Tentu keinginan dalam pengelolaan. Bahasa sederhananya memiliki
semangat.
2. Mempunyai pengalaman dan atau siap untuk magang. Pengalaman merupakan salah satu poin
penting. Tanpa pengalaman dikhawatirkan bekerja tidak optimal.
3. Punya ketajaman untuk melihat peluang usaha seperti seorang enterpreneur. Hmm... kira-kira
siap nggak ya jadi Wakif atau Nazhir?
2 Wakaf Khairi
Wakaf yang peruntukkannya secara tegas untuk keagamaan dan kepentingan masyarakat
luas. Seperti wakaf yang diserahkan untuk kepentingan pembangunan masjid, sekolah, jembatan,
kuburan, pantiasuhan yatim piatu, dan lain sebagainya yang berupa wakaf konsumtif Sedangkan
yang produktif itu terdiri dari berbagai jenisnya.
Hal yang membedakan dengan yang konsumtif adalah pola pengelolaannya, seperti
wakaf tanah yang dikelola secara produktif, tanah wakaf yang diatasnya dibangun usaha-usaha
produktif, wakaf uang yang dikelola pada produk-produk Syariah dan jenis wakaf produktif
lainnya.