Anda di halaman 1dari 6

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Fiqih


B. Kegiatan Belajar : KB 1 Hukum Zakat (KB 1/2/3/4)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

Konsep (Beberapa istilah


1
dan definisi) di KB 1

1.ZAKAT TANAH UNTUK DISEWAKAN


a) Pengertian Zakat Hasil Tanah
Secara bahasa zakat mempunyai arti suci, tumbuh, berkembang
dan berkah. Adapun istilahnya, zakat adalah suatu harta tertentu
yang wajib dikeluarkan oleh orang-orang yang beragama Islam
dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya.

Zakat tanah adalah zakat yang langsung dihasilkan oleh tanah


berupa tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan buah. Hasil tersebut
dapat berupa makanan pokok, seperti nasi, kurma, gandum; atau
buah-buahan, seperti jeruk, anggur, semangka, atau dalam bentuk
sayur-sayuran, seperti mentimun, buncis, bawang, dan lain
sebagainya.
b) Dasar Hukum Zakat Hasil Tanah
Dasar hukum kewajiban mengeluarkan zakat dari tanah yang
disewakan adalah :

 QS : -An’am: 141
‫ع‬ َ ‫ٱلز ۡر‬ َّ ‫ت َوٱلنَّ ۡخ َل َو‬ ٖ ‫ت َوغ َۡي َر َمعۡ ُرو َّٰ َش‬ ٖ َّ‫ِي أَنشَأ َ َج َّٰن‬
ٖ ‫ت َّمعۡ ُرو َّٰ َش‬ ٓ ‫۞وه َُو ٱلَّذ‬ َ
‫ش ِب ٖ ٖۚه كُلُواْ ِمن ث َ َم ِر ِٓۦه‬ َّٰ
َ َ ‫ش ِب ٗها َوغ َۡي َر ُمت‬ َّٰ
َ َ ‫ٱلر َّمانَ ُمت‬ ُّ ‫ٱلز ۡيتُونَ َو‬ ُ
َّ ‫ُم ۡخت َ ِلفًا أكُلُ ۥهُ َو‬
ٖۚ
َ‫صا ِدِۦه َو ََل تُسۡ ِرفُ ٓواْ إِنَّ ۥهُ ََل ي ُِحبُّ ۡٱل ُمسۡ ِرفِين‬ َ ‫إِذَآ أ َ ۡث َم َر َو َءاتُواْ َحقَّ ۥهُ يَ ۡو َم َح‬
Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang mulia
dan yang tidak mulia, pohon-pohon kurma, tumbuh-tumbuhan
yang buah-buahannya bermacam-macam, zaitun dan delima yang
serupa bentuk dan warnanya, serta tidak sama rasanya. Makanlah
buah-buahan itu ketika sedang memanen dan membayarkan zakat
pada saat memanen. Dan jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS. al-An'am : 141)

 Hadits Nabi SAW

Artinya: “Tanaman yang tumbuh di air dengan menggunakan alat,


zakatnya lima persen. Sedangkan tanaman yang diairi dengan air
hujan sepuluh persen.” (HR.Muslim)

c) Pemberian Zakat Hasil Tanah


Zakat hasil bumi harus dikeluarkan zakatnya setiap panen, tidak
berlaku syarat haul (bahkan satu tahun) di dalamnya. Jika dalam
satu tahun ada dua kali panen, maka zakatnya juga dua kali lipat.

Ketentuan bahwa zakat dari tanah yang disewakan harus


membayar zakat tidak menjadi masalah jika tanah tersebut
langsung ditanami oleh pemiliknya. Namun jika tanah tersebut
disewakan kepada orang lain, maka hal ini akan menimbulkan
permasalahan, mengenai siapa yang wajib mengeluarkan zakat
atas hasil tanah yang disewakan tersebut. Menanggapi hal ini, para
ulama berbeda pendapat:
• Menurut Jumhur Ulama, yang wajib mengeluarkan zakat atas
hasil tanah yang disewa adalah penyewa. Mereka beralasan
karena yang dikeluarkan zakatnya adalah hasil tanahnya, bukan
tanahnya.
• Menurut pendapat Abu Hanifah dan pengikutnya, pemilik
tanahlah yang wajib mengeluarkan zakat. Alasannya karena
karena tanah itulah hasil diperoleh.
• Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam At-Tsauri, Imam Ibnu Mubarak
dan Imam Ibnu Abu Thaur berpendapat bahwa yang wajib
mengeluarkan zakat adalah penyewa tanah, pendapat ini sejalan
dengan pendapat yang pertama titik.
2. JASA PENGHASILAN ZAKAT (PROFESIONAL)
a) Pengertian Zakat Profesi
Dalam terminologi Arab, zakat penghasilan dan profesi lebih
populer dengan sebutan zakatu kasb al-amal wa al-mihan al-
hurrah atau zakat penghasilan dari pekerjaan dan profesi bebas.

Secara bahasa, profesi berarti suatu bidang pekerjaan yang


didasarkan pada pendidikan keahlian berupa keterampilan dan
profesi tertentu. Adapun istilahnya, profesi adalah suatu pekerjaan
yang memerlukan pengetahuan, keahlian, dan kecerdasan.

Yusuf al-Qaradawi berpendapat bahwa profesi adalah suatu


pekerjaan atau usaha yang menghasilkan uang atau kekayaan,
baik pekerjaan atau usaha itu dilakukan sendiri, tanpa bergantung
pada orang lain, atau dengan bergantung pada orang lain, seperti
pemerintah, perusahaan swasta, atau perorangan dengan
memperoleh upah, gaji. , atau honorarium.

Jadi, zakat profesi adalah zakat hasil pekerjaan yang menjadi


keahlian seseorang yang diperoleh melalui proses pendidikan
seperti dokter, dosen, pengacara, pilot, dan guru, atau pekerjaan
lain yang menghasilkan uang atau kekayaan.

b) Dasar Hukum Zakat Profesi


Penggagas zakat profesi ini adalah Syekh Yusuf Qardhawi dalam
bukunya Fiqh Az Zakah yang cetakan pertamanya terbit pada
tahun 1969. Namun rupanya Yusuf Qardhawi dalam hal ini
dipengaruhi oleh dua ulama lainnya yaitu Syekh Abdul Wahhab
Khallaf dan Syekh Abu. Zahra.

Dalil yang dijadikan landasan zakat profesi adalah QS. al-Baqarah:


267.

‫س ۡبت ُ ۡم‬
َ ‫ت َما َك‬ َ ‫ٓٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓواْ أَن ِفقُواْ ِمن‬
ِ َ‫طيِ َّٰب‬

Artinya: “Carilah penghidupan dari hasil usaha baikmu.” (QS. al-


Baqarah : 267)

c) Ketentuan Zakat Profesi


Para ulama berbeda pendapat mengenai ketentuan zakat profesi:
• Abdurrahman Hasan, Imam Abu Zahra, dan Abdul Wahab Khallaf
berpendapat bahwa nisab zakat profesi minimal lima wasaq atau
300 sha' (sekitar 930 liter atau 653 kg). Persentase zakatnya
disamakan (diqiyaskan) dengan zakat pertanian yang diairi dengan
menggunakan alat (mesin), yaitu sebesar 5% untuk setiap gaji atau
honorarium.
• Jumhur ulama sepakat bahwa nisab zakat profesi adalah 93,6
gram emas murni yang diambil dari penghasilan bersih setelah
seluruh biaya hidup dikeluarkan. Kelebihan ini dihitung selama satu
tahun, kemudian dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5% setiap
bulannya.
• Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa zakat profesi sama
dengan zakat rikaz (barang temuan), sehingga tidak ada syarat
nisabnya dan persentase penerimaannya adalah 20 persen.
• Dalam fatwa MUI tanggal 7 Juni 2003 disebutkan bahwa segala
bentuk pendapatan halal wajib mengeluarkan zakat dengan syarat
mencapai nishab dalam waktu satu tahun, yaitu emas 85 gram.
Pendapatan zakat dapat dikeluarkan pada saat diterimanya jika
nishabnya mencukupi. Jika tidak mencapai nishab, maka seluruh
pendapatan dikumpulkan selama satu tahun; maka zakat
dikeluarkan jika penghasilan bersihnya mencukupi nishab.

3. ZAKAT PRODUKTIF
a) Pengertian Zakat Produktif
Zakat produktif adalah zakat yang diberikan kepada penerimanya
(mustahik) sebagai modal untuk melakukan kegiatan ekonomi
dalam bentuk usaha. Tujuan zakat ini adalah untuk membangun
dan mengembangkan taraf perekonomian dan produktivitas para
mustahik, khususnya bagi mereka yang hidup dalam kemiskinan.

b) Ide Zakat Produktif


Ide pengembangan zakat sebagai modal usaha muncul ketika
fokus perhatian dilakukan secara cermat bahwa tidak semua
fuqara dan juru masak adalah orang-orang yang memiliki
keterbatasan kekuatan fisik, namun diantara mereka banyak pula
yang memiliki kesehatan fisik dan keterampilan yang dapat
dikembangkan, tapi mereka tidak punya modal.

c) Prospek Zakat Produktif


Prospek kedepannya, zakat yang diperoleh dari hasil usaha ini
memiliki peluang yang cerah jika dikelola dengan baik dan
profesional. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan melalui
pengembangan potensi sumber daya mustahiq yang cukup
banyak.

4. PENYALURAN ZAKAT PEMBANGUNAN MASJID


a) Kelompok Mustahiq Zakat
Para ulama jumhur sepakat bahwa mustahiq zakat terdiri dari
delapan asnaf menurut penjelasan QS. al-Taubah: 60.

‫علَ ۡي َها َو ۡٱل ُم َؤ َّلفَ ِة قُلُوبُ ُه ۡم َو ِفي‬


َ َ‫ين َو ۡٱل َّٰ َع ِملِين‬
ِ ‫س ِك‬ َ َّٰ ‫صدَ َّٰقَتُ ِل ۡلفُ َق َرآ ِء َو ۡٱل َم‬
َّ ‫۞ ِإنَّ َما ٱل‬
‫ع ِلي ٌم‬
َ ُ‫ٱَّلل‬ ِ ِۗ َّ َ‫ضة ِمن‬
َّ ‫ٱَّلل َو‬ ٗ َ ‫س ِبي ِل فَ ِري‬
َّ ‫ٱَّلل َو ۡٱب ِن ٱل‬ِ َّ ‫س ِبي ِل‬ َ ‫ب َو ۡٱل َّٰ َغ ِر ِمينَ َوفِي‬ ِ ‫ٱلرقَا‬ ِ
‫يم‬ٞ ‫َح ِك‬
Artinya: “Sedekah adalah hak orang miskin, orang miskin, amil
zakat, mualaf, budak, orang yang terlilit hutang, di jalan Allah, dan
orang yang sedang dalam perjalanan (musafir). Sebagai kewajiban
yang timbul dari Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (QS. at-Taubah : 60)

Delapan kelompok (mustahiq) zakat sebagaimana disebutkan


pada ayat di atas, adalah:
• Fuqara, yaitu orang yang tidak mempunyai harta dan pekerjaan
yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
• Masakin, yaitu orang yang mempunyai pekerjaan namun hasilnya
tidak dapat mencukupi kebutuhannya.
• Amilin, yaitu orang yang bekerja mengumpulkan zakat (panitia
zakat).
• Muallaf, yaitu orang yang baru masuk Islam namun keimanannya
masih lemah.
• Riqab, yaitu orang yang hidupnya tidak mandiri, dikuasai oleh
tuannya.
• Gharim, yaitu orang yang berhutang kepada orang lain.
• Sabilillah, yaitu orang yang berperang di jalan Allah.
• Ibnu Sabil, yaitu orang yang melakukan perjalanan dengan tujuan
yang baik, bukan karena kemaksiatan.

b) Hukum Zakat Pembangunan Masjid


Dalam Al-Qur’an surat at-Taubah ayat 60, pembangunan dan
pemugaran masjid tidak termasuk dalam mustahiq zakat. Oleh
karena itu, untuk menentukan hukum zakat pembangunan masjid,
para ulama melakukan ijtihad. Menurut Mahmud Syltut, istilah
sabilillah berarti kemaslahatan ummat yang manfaatnya kembali
kepada umat Islam seperti pembangunan masjid, rumah sakit,
peralatan pendidikan, dan lain sebagainya.

Menurut Shaltut, zakat diperbolehkan untuk pembangunan masjid


dengan syarat masjid tersebut merupakan satu-satunya masjid di
suatu desa, atau untuk pembangunan masjid baru karena masjid
yang tersedia sudah tidak mencukupi lagi untuk menampung
jamaah. Menurut Shaltut, makna sabilillah dapat disimpulkan
mengenai terpeliharanya kedudukan materiil dan rohani suatu
bangsa termasuk masjid.

Terdapat fatwa MUI Nomor 001 Tahun 2015 tentang pemanfaatan


dana zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf untuk pengadaan fasilitas
yang bermanfaat dan mendesak bagi kemaslahatan masyarakat
seperti sarana air bersih dan sanitasi. Fatwa tersebut merupakan
produk hukum baru terkait penyaluran dana zakat. Hal ini dilandasi
dengan mengambil maslahah untuk kemaslahatan umat dan
menghindari kerugian yang terjadi di berbagai daerah.
1. Bentuk dan macam-macam zakat dalam Islam dengan melihat
mustahiq:
• Konsumen tradisional
Daftar materi pada KB • Konsumen kreatif
2
yang sulit dipahami • Penghasilan tradisional
• Kreatif yang produktif
2. Pengertian sabilillah menurut Mahmud Syaltut, al-Maraghi,
Yusuf Qardhawi, dan Sayyid Sabiq.

Daftar materi yang sering 1. Zakat konsumsi tradisional dan konsumsi kreatif
3 mengalami miskonsepsi 2. Zakat produktif tradisional dan produktif kreatif
dalam pembelajaran 3. Sabilillah dan Ibnu Sabil

Anda mungkin juga menyukai