Anda di halaman 1dari 3

Tuntunan Praktis Zakat Fitrah

Kewajiban bagi setiap Muslim saat Idul Fitri adalah menunaikan zakat fitrah. Kewajiban rukun
Islam yang keempat ini mulai berlaku sejak tahun kedua hijriah tepat sebelum disyariatkannya
kewajiban puasa Ramadhan. Baik dalam Al-Qur’an dan hadits, banyak sekali dijelaskan tentang
kewajiban membayar zakat. Salah satunya adalah firman Allah swt berikut,

  َ‫ُوا َم َع ٱل ٰ َّر ِك ِعين‬


ْ ‫وا ٱل َّز َك ٰوةَ َو ۡٱر َكع‬
ْ ُ‫صلَ ٰوةَ< َو َءات‬ ْ ‫ َوَأقِي ُم‬   
َّ ‫وا ٱل‬
Artinya, “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 43)   Dalam hadits, perintah itu tergambar dari salah satunya sabda
Rasulullah berikut,
  ‫ح ِّج‬ َّ ‫ َو ِإقَ ِام ال‬،ِ‫ َشهَا َد ِة َأ ْن اَل ِإلهَ ِإاَّل هللاُ َو َأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬:‫س‬
َ ‫ َو‬،‫ َو ِإ ْيتَا ِء ال َّز َكا ِة‬،‫صاَل ِة‬ ٍ ‫بُنِ َي اِإْل ْساَل ُم َعلَى َخ ْم‬
‫ رواه البخاري و مسلم‬. َ‫ضان‬
َ ‫صوْ ِم َر َم‬ ِ ‫ ْالبَ ْي‬.  
َ ‫ َو‬،‫ت‬
Artinya: "Islam dibangun di atas lima perkara: persaksian bahwa tiada tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, pergi haji, dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR Bukhari dan Muslim) (Musthafa Sa’id al-
Khin, Al-Fiqhul Manhaji ‘ala Madzhabil Imamisy Syafi’i, t.t: juz II, h. 11).

Hukum Menunaikan Zakat Fitrah


Sebagaimana dikemukakan di atas berikut dalil Al-Qur’an dan haditsnya, membayar zakat
hukumnya wajib sesuai kesepakatan ulama bagi orang yang telah memenuhi kriteria, yaitu;
beragama Islam, merdeka (bukan hamba sahaya), dan memiliki makanan pokok pada saat Idul
Fitri (untuk siang dan malamnya). Hal ini berlaku baik bagi laki-laki, perempuan, anak kecil,
orang dewasa, orang merdeka, ataupun hamba sahaya (yang muba’adh).

Waktu Menunaikan Zakat Fitrah


Waktu pengeluaran zakat fitrah dibagi menjadi lima, berikut pembagian dan penjelasannya
masing-masing:  
1. Wajib, yaitu seseorang menemukan bagian dari bulan Ramadhan dan bagian dari bulan
Syawal. Sehingga, orang yang meninggal dunia sebelum matahari terbenam pada malam
satu Syawal tidak terkena kewajiban zakat karena tidak menemukan bagian dari bulan
Syawal. Demikian juga bayi yang baru lahir setelah terbenamnya matahari malam satu
Syawal karena tidak menemukan bagian dari bulan Ramadhan.  
2. Diutamakan, yaitu setalah terbit fajar pada pagi hari hadi raya Idul Fitri sampai sebelum
dilaksanakannya shalat Id. Lebih utama lagi ditunaikan setelah shalat fajar.   Boleh, yaitu
terhitung sejak memasuki awal bulan Ramadhan.  
3. Makruh, yaitu membayar zakat setelah shalat Id sampai terbenamnya matahari. Kecuali
jika untuk suatu kemaslahatan seperti menunggu seorang kerabat atau orang faqir yang
shalih untuk diberikan kepadanya.  
4. Haram, yaitu membayar zakat sehari setelah hadi raya Idul Fitri tanpa adanya uzur
(kendala yang dimaklumi). Jika ada uzur semilsal belum harta untuk dizakatkan baru
tersedia atau sulit menemukan mustahiq (penerima zakat), maka boleh, akan tetapi
statusnya sebagai qadha dan tidak berdosa.

Takaran Zakat Fitrah


Masing-masing orang wajib mengeluarkan makanan pokok (di Indonesia umumnya adalah beras,
sebagian lainnya sagu, gandum, atau lainnya) sebesar satu sha’ (sekitar 2,7 sampai 3.0 kilogram).

Niat Zakat Fitrah


Niat merupakan sesuatu yang wajib dilakukan dalam menunaikan zakat fitrah. Niat disyaratkan
berada dalam hati, dan dianjurkan untuk melafalkannya semata untuk memantapkan.
1. Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri  
 ‫سي ﻓَﺮْ ﺿًﺎ ِﻪﻠﻟِ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ‬ ْ ِ‫ْﺖ َأ ْﻥ ُأ ْﺧ ِﺮ َﺝ ﺯَ َﻛﺎﺓَ ْﺍﻟﻔ‬
ْ ‫ﻄ ِﺮ ﻋ َْﻦ ﻧَ ْﻔ‬ ُ ‫ ﻧَ َﻮﻳ‬ 
Nawaitu an ukhrija zakâtal fithri ‘an nafsî fardhan lillâhi ta’âlâ  
Artinya, “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri, fardhu karena Allah
Ta‘âlâ.”  
2. Niat Zakat Fitrah untuk Istri  

Nawaitu an ukhrija zakâtal fithri ‘an zaujatî fardhan lillâhi ta’âlâ  


Artinya, “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk istriku, fardhu karena Allah Ta‘âlâ.”  
3. Niat Zakat Fitrah untuk Anak Laki-laki  

Nawaitu an ukhrija zakâtal fithri ‘an waladî (sebutkan nama) fardhan lillâhi ta’âlâ  
Artinya, “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak laki-lakiku…. (sebutkan nama),
fardhu karena Allah Ta‘âlâ.”  
4. Niat Zakat Fitrah untuk Anak Perempuan  

Nawaitu an ukhrija zakâtal fithri ‘an bintî (sebutkan nama) fardhan lillâhi ta’âlâ  
Artinya, “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak perempuanku…. (sebutkan nama),
fardhu karena Allah Ta‘âlâ.”  
5. Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Keluarga  
 ‫ي ﻧَﻔَﻘَﺎﺗُﻬُ ْﻢ ﺷَﺮْ ﻋًﺎ ﻓَﺮْ ﺿًﺎ ِﻪﻠﻟِ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ‬ ْ ِ‫ْﺖ ﺃَ ْﻥ ﺃُ ْﺧ ِﺮ َﺝ ﺯَ َﻛﺎﺓَ ْﺍﻟﻔ‬
ْ ِ‫ﻄ ِﺮ َﻋنِّ ْي َﻭﻋ َْﻦ َﺟ ِﻤﻴ ِْﻊ َﻣﺎ ت َْلزَ ُﻣن‬ ُ ‫ ﻧَ َﻮﻳ‬ 
Nawaitu an ukhrija zakâtal fithri ‘annî wa ‘an jamî’i mâ talzamunî nafaqâtuhum fardhan
lillâhi ta’âlâ  
Artinya, “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku dan seluruh orang yang nafkahnya
menjadi tanggunganku, fardhu karena Allah Ta‘âlâ.”  
6. Niat Zakat Fitrah untuk Orang yang Diwakilkan  

Nawaitu an ukhrija zakâtal fithri ‘an (sebutkan nama) fardhan lillâhi ta’âlâ  
Artinya, “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk… (sebutkan nama spesifik), fardhu
karena Allah Ta‘âlâ.”

Penerima Zakat Fitrah


Zakat fitrah didistribusikan kepada salah satu dari delapan golongan penerima (mustahiq) yang
sudah ditetapkan dalam Islam, yaitu fakir, miskin, amil (petugas zakat), muallaf (orang baru
masuk Islam), budak, orang yang terlilit utang, orang yang sedang dalam jalan Allah, dan orang
yang sedang dalam perjalanan jauh yang bukan maksiat.

Doa saat Menerima Zakat Fitrah


Bagi penerima zakat, dianjurkan untuk mendoakan pemberi zakat agar apa yang telah diberinya
mendapat balasan pahala dari Allah swt dan harta yang dimilikinya mendapat keberkahan. Di
antara contoh doa tersebut adalah seperti di bawah ini:
  ‫ﻚ ﻃَﻬُﻮْ ﺭًﺍ‬
َ َ‫ﻙ ﻓِ ْﻴ َﻤﺎ ﺍَ ْﺑﻘَﻴْﺖَ َﻭ َﺟ َﻌﻠَﻪُ ﻟ‬ َ َ‫ َﻭﺑ‬، َ‫ﺁﺟ َﺮﻙ ﻪﻠﻟﺍُ ﻓِ ْﻴ َﻤﺎ ﺍَ ْﻋﻄَﻴْﺖ‬
<َ ‫ﺎﺭ‬ َ  
Âjarakallâhu fî mâ a’thaita wa bâraka fî mâ abqaita wa ja’alahu laka thahûran  
Artinya, “Semoga Allah memberikan pahala atas apa yang engkau berikan, dan semoga Allah
memberikan berkah atas harta yang kau simpan dan menjadikannya sebagai pembersih bagimu.”
(Habib Hasan Ahmad Muhammad al-Kaf, Taqrîrâtus Sadîdah, 2003: 418-420) Wallhu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai