Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH DIWAJIBKANNYA ZAKAT

Di bulan Ramadan, umat Islam tidak hanya diwajibkan untuk berpuasa tetapi juga
diwajibkan untuk meluangkan harta, untuk orang kurang mampu dalam bentuk zakat fitrah.
Awal mula kewajiban Zakat tersebut disyariatkan dalam Islam Pada masa nabi, zakat fitrah
tidak serta merta diwajibkan di bulan Ramadan. Selama 13 tahun hidup di Mekah sebelum
hijrah, Nabi Muhammad telah 13 kali mengalami Ramadan, yaitu dimulai dari Ramadan
tahun ke-41 kelahiran Nabi yang bertepatan bulan Agustus 610 M, hingga Ramadan tahun
ke-53 dari kelahirannya yang bertepatan dengan bulan April tahun 622 M.
Namun, selama waktu itu belum disyariatkan kewajiban mengeluarkan zakat fitrah
bagi kaum muslimin. Demikian juga dengan Idul Fitri.Perintah zakat sendiri memang ada,
namun belum ada ketentuan spesifik terkait dengan waktu dan waktu kadarnya. Penjelasan
ini bisa dilihat pada tafsir Ibnu Katsir pada ayat 20 surah Al-Muzzammil.

Artinya, "Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri (shalat)


kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula)
segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang.
Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia
memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-
Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang
lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan
Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an dan laksanakanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa
saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah
sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah
ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Perintah zakat mulai diberlakukan setelah Nabi hijrah ke Madinah, dan menetap
selama 17 bulan di sana turunlah ayat 183-184 surat Al-Baqarah, tepatnya pada bulan
Syakban tahun ke-2 H.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al Baqarah: 183)
“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak
hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan
seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah
yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS Al
Baqarah: 184)
Ayat inilah yang menjadi dasar disyariatkannya shaum bulan Ramadan. Tak lama
setelah itu, dalam bulan Ramadan tahun itu pula mulai diwajibkan zakat kepada kaum
muslimin. Hal ini berdasarkan pada hadits, “Rasulullah saw memerintahkan kepada kami
untuk mengeluarkan shadaqatul fithr (zakat fitrah) sebelum perintah zakat (zakat harta). “
(HR Nasa’i)
Demikian juga seperti yang diterangkan oleh Ibnu Umar. “Dari Ibnu Umar, sesungguhnya
Rasulullah saw. telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadhan atas orang-orang
sebesar 1 sha’ kurma, atau 1 sha’ gandum, wajib atas orang merdeka, hamba sahaya, laki-
laki dan perempuan, dari kaum muslimin.” (HR. Muslim)
Dalam hadist ini disebut secara tegas bahwa kadar zakat fitrah adalah sati sha’ bahan
makanan. Sha’adalah ukuran takaran bukan timbangan
Ukuran takaran sha’ yang berlaku di zaman Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasalam
adalah sha’ masyarakat Madinah yang setara dengan 4 mud. Satu mus adalah ukuran satu
cakupan penuh dua telapak tangan normal yang digabungkan.
Di aceh terutama di kabupaten Bener Meriah kesepakatan ulama ada yang 2 kilo
setengah ada juga 3 kilo itu zakat fitrah perjiwanya/ perorang.
Satu sha’ berarti 3 kilo, maka untuk lebih aman, zakat fitrah yakni 3 kilogram lebih
baik dari pada kurang.
Zakat inilah yang kemudian populer dengan sebutan zakat fitrah. Selanjutnya,
ditetapkan pula perintah zakat harta (zakat mal) sebagai penambah zakat fitrah yang telah
diperintahkan sebelumnya. Sebagian ulama berpendapat bahwa perintah ini juga turun pada
tahun kedua hijriah. Ibnu Katsir menjelaskan hal ini pada tafsir surah Al-An’am ayat 141.
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,
pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buabnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah baknya di hari memetik hasilnya
(dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. 6: 141) 

Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri


ْ ِ‫ْﺖ ﺍَ ْﻥ ﺍُ ْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯ َﻛﺎﺓَ ْﺍﻟﻔ‬
َ‫ﻄ ِﺮ ﻋ َْﻦ ﻧ‬ ُ ‫ْﻔ ِﺴ ْﻰ ﻓَﺮْ ﺿًﺎ ِﻪﻠﻟِ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ ﻧَ َﻮﻳ‬
“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri, fardu karena Allah Ta‘âlâ.”

Niat Zakat Fitrah untuk Istri


ْ ِ‫ْﺖ ﺃَ ْﻥ ﺃُ ْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯ َﻛﺎﺓَ ْﺍﻟﻔ‬
‫ﻄ ِﺮ ﻋ َْﻦ َﺯﻭْ َﺟﺘِ ْﻲ ﻓَﺮْ ﺿًﺎ ِﻪﻠﻟِ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ‬ ُ ‫ﻧَ َﻮﻳ‬
“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk istriku, fardu karena Allah Ta‘âlâ.”

Niat Zakat Fitrah untuk Anak Laki-laki


ْ ِ‫ْﺖ ﺃَ ْﻥ ﺃُ ْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯ َﻛﺎﺓَ ْﺍﻟﻔ‬
‫ﻄ ِﺮ ﻋ َْﻦ َﻭﻟَ ِﺪﻱْ … ﻓَﺮْ ﺿًﺎ ِﻪﻠﻟِ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ‬ ُ ‫ﻧَ َﻮﻳ‬
“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak laki-lakiku…. (sebutkan nama), fardu
karena Allah Ta‘âlâ.”

Niat Zakat Fitrah untuk Anak Perempuan


ْ ِ‫ْﺖ ﺃَ ْﻥ ﺃُ ْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯ َﻛﺎﺓَ ْﺍﻟﻔ‬
‫ﻄ ِﺮ ﻋ َْﻦ ﺑِ ْﻨﺘِ ْﻲ … ﻓَﺮْ ﺿًﺎ ِﻪﻠﻟِ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ‬ ُ ‫ﻧَ َﻮﻳ‬
“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak perempuanku…. (sebutkan nama), fardu
karena Allah Ta‘âlâ.”

Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Keluarga


ْ ِ‫ْﺖ ﺃَ ْﻥ ﺃُ ْﺧ ِﺮ َﺝ ﺯَ َﻛﺎﺓَ ْﺍﻟﻔ‬
‫ﻄ ِﺮ َﻋﻨِّ ْﻰ َﻭﻋ َْﻦ َﺟ ِﻤﻴ ِْﻊ َﻣﺎ ﻳَ ْﻠﺰَ ُﻣﻨِ ْﻰ ﻧَﻔَﻘَﺎﺗُﻬُ ْﻢ ﺷَﺮْ ﻋًﺎ ﻓَﺮْ ﺿًﺎ ِﻪﻠﻟِ ﺗَ َﻌ َﺎﻟﻰ‬ ُ ‫ﻰﻧ ََﻮﻳ‬
“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku dan seluruh orang yang nafkahnya menjadi
tanggunganku, fardu karena Allah Ta‘âlâ.”

Niat Zakat Fitrah untuk Orang yang Diwakilkan


ْ ِ‫ْﺖ ﺃَ ْﻥ ﺃُ ْﺧ ِﺮ َﺝ ﺯَ َﻛﺎﺓَ ْﺍﻟﻔ‬
‫ﻄ ِﺮ ﻋ َْﻦ‬ ُ ‫…)ﻧ ََﻮﻳ‬..( ‫ﻓَﺮْ ﺿًﺎ ِﻪﻠﻟِ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ‬
“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk… (sebutkan nama spesifik), fardu karena Allah
Ta‘âlâ.”

Saat menerima zakat fitrah, seorang penerima disunnahkan mendoakan pemberi zakat dengan
doa-doa yang baik. Doa bisa dilafalkan dengan bahasa apa pun. Di antara contoh doa tersebut
adalah seperti di bawah ini:
‫ َﻭﺑَﺎ َﺭﻙَ ﻓِ ْﻴ َﻤﺎ ﺍَ ْﺑﻘَﻴْﺖَ َﻭ َﺟ َﻌﻠَﻪُ ﻟَﻚَ ﻃَﻬُﻮْ ًﺭ‬، َ‫ﺁﺟ َﺮﻙ ﻪﻠﻟﺍُ ﻓِ ْﻴ َﻤﺎ ﺍَ ْﻋﻄَﻴْﺖ‬
َ
“Ajrokallohu Fiimaa A’thoita Wa Baaroka Fiimaa Abqoita Wa Ja’alahu Laka Thohuuron”
Artinya :”Semoga Allah memberi pahala kepadamu apa yang telah engkau berikan , semoga
Allah menjadikannya mensucikan bagimu , semoga Allah memberkahimu apa yang masih
kau sisakan.”

Wasalam

Anda mungkin juga menyukai