Anda di halaman 1dari 6

Niat Zakat Fitrah, Hukum, Besarnya dan Waktu

Mengeluarkan
Oleh
Muchlisin BK

Zakat fitrah adalah ibadah maaliyah yang menyertai dan menyempurnakan puasa
Ramadhan. Bagaimana niat zakat fitrah, kapan waktu mengeluarkan dan berapa
besarnya? Berikut ini pembahasannya.

Pengertian Zakat Fitrah


Terkadang ada yang mempertanyakan mengapa disebut zakat fitrah padahal dalam
hadits dipakai istilah zakat fithri. Dua istilah tersebut sama-sama boleh digunakan.
Karena dalam riwayat Imam Syafi’i dan ulama lainnya dipakai istilah tersebut.

Secara bahasa, al fitrah (‫ )الفطرة‬artinya adalah asal penciptaan. Menurut Ibnu


Qutaibah, dinamakan zakat fitrah ( ‫ )َز َك اة اْلِفْط َر ِة‬karena zakat ini adalah zakat untuk
badan dan jiwa.

Dalam hadits, istilah yang Rasulullah gunakan adalah zakat fithri ( ‫)َز َك اِة اْلِفْط ِر‬. Secara
bahasa, Al Fithr (‫ )الفطر‬artinya adalah berbuka. Dinamakan zakat fitri karena zakat ini
wajib dikeluarkan sebab berakhirnya puasa Ramadhan.

Secara istilah, zakat fitrah atau zakat fitri adalah ibadah maaliyah (harta) yang wajib
dikeluarkan disebabkan berakhirnya puasa Ramadhan. Ini sedikit berbeda
dengan pengertian zakat yang umumnya mengacu pada zakat mal.

Hukum Zakat Fitrah


Hukum zakat fitrah adalah wajib bagi setiap muslim baik pria maupun wanita, kecil
atau dewasa, dan budak maupun merdeka. Perintah yang mewajibkannya turun pada
tahun 2 hijriyah, di tahun yang sama dengan turunnya perintah kewajiban puasa
Ramadhan dan peristiwa perang Badar.

Hukum ini berdasarkan hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu:

‫ َأْو َص اًعا ِم ْن َش ِعيٍر‬، ‫َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا – صلى هللا عليه وسلم – َف َر َض َز َك اَة اْل ِفْط ِر َص اًعا ِم ْن َت ْم ٍر‬
‫ ِمَن اْل ُمْس ِلِميَن‬، ‫ َذ َك ٍر َأْو ُأْن َث ى‬، ‫ َع َلى ُك ِّل ُحٍّر َأْو َع ْبٍد‬،
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mewajibkan zakat fitri sebanyak satu
sha’ kurma atau satu sha’ gandum kepada setiap orang merdeka maupun budak,
laki-laki maupun wanita, dari kalangan kamu muslimin. (HR. Bukhari)

‫ِم ْن َر َمَض اَن َع َلى ُك ِّل َن ْف ٍس ِمَن اْل ُمْس ِلِميَن‬ ‫ْط‬ ‫َأ‬
‫ َف َر َض َز َك اَة اْل ِف ِر‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّن َر ُسوَل ِهَّللا‬
‫َت ْم ٍر َأْو َص اًعا ِم ْن َش ِعيٍر‬ ‫ُحٍّر َأْو َع ْبٍد َأْو َر ُج ٍل َأِو اْم َر َأٍة َص ِغيٍر َأْو َك ِبيٍر َص اًعا ِم ْن‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mewajibkan zakat fitri dari Ramadhan
kepada seluruh jiwa kaum muslimin baik orang merdeka maupun budak, laki-laki
maupun wanita, anak kecil maupun orang dewasa sebanyak satu sha’ kurma atau
satu sha’ gandum. (HR. Muslim)
Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, ulama
Hanifiyah berpendapat bahwa yang wajib mengeluarkan zakat ini adalah yang
memiliki harta satu nisab yang lebih dari kebutuhan pokoknya (tempat tinggal,
pakaian, kendaraan, peralatan rumah tangga serta kebutuhan keluarga).

Namun menurut jumhur ulama, zakat ini wajib atas orang yang memiliki makanan
pokok untuk dirinya dan orang yang ia nafkahi di malam Idul Fitri dan ketika Idul
Fitri. Bahkan menurut madzhab Maliki, zakat fitrah tetap wajib meskipun ia harus
berhutang. Asalkan yakin bisa melunasi.

Zakat fitri ini wajib dikeluarkan oleh setiap jiwa (kullu nafs). Karenanya, seorang
ayah harus mengeluarkan zakat ini untuk anak-anaknya yang masih kecil dan bayi,
seorang kepala keluarga mengeluarkan zakat ini untuk orang yang ia nafkahi. Jika
suami atau kepala keluarga sudah membayarkan zakat ini, istri atau anggota
keluarga tidak perlu membayar sendiri.

Niat Zakat Fitrah


Dalam bab Zakat buku Fikih Manhaji Madzhab Syafi’i, Syaikh Mushtofa Al Bugho
menulis satu sub bab khusus berjudul Hukum Niat ketika Mengeluarkan Zakat.

Seorang muzakki wajib berniat ketika membayarkan zakatnya. Hal ini untuk
membedakannya dengan pembayaran jenis lain seperti kafarat sumpah atau infaq.
Ketentuan ini berdasarkan hadits yang sangat populer, “Sesungguhnya perbuatan itu
tergantung pada niat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jika muzakki membayar langsung zakatnya, maka ia niat zakat ketika hendak
menyerahkan zakat itu kepada mustahiq. Boleh juga ia niat zakat ketika memisahkan
bagian zakat dengan hartanya yang lain.

Adapun ketika ia menyerahkan zakat kepada pemerintah atau lembaga amil zakat,
maka ia harus niat zakat ketika menyerahkannya kepada pemerintah atau lembaga
amil zakat.

Semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafadzkan niat bukanlah
suatu syarat. Artinya, tidak harus melafadzkan niat.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, menurut


jumhur ulama selain madzhab Maliki, melafadzkan niat hukumnya sunnah dalam
rangka membantu hati menghadirkan niat.

Sedangkan dalam madzhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena
tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Berikut ini lafadz niat zakat fitrah beserta tulisan latin artinya.

1. Niat Zakat untuk Diri Sendiri


Jika seseorang mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya sendiri, maka lafadz niatnya
adalah sebagai berikut:

‫َﻧ َﻮْﻳُﺖ َأْﻥ ُأْﺧ ِﺮَﺝ َﺯ َﻛ ﺎَﺓ ﺍْﻟ ِﻔْﻄِﺮ َﻋ ْﻦ َﻧ ْﻔ سْي َﻓ ْﺮًﺿﺎ ِهَّلِل َﺗ َﻌ ﺎَﻟﻰ‬
(Nawaitu an ukhrija zakaatal fithri ‘an nafsii fardhol lillaahi Ta’aalaa)
Artinya: Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri, fardhu karena Allah
Ta’ala

2. Niat Zakat untuk Anak Laki-laki


Jika seorang kepala keluarga mengeluarkan zakat fitrah untuk anaknya, terutama
yang masih kecil dan belum bisa berniat sendiri. Maka lafadz niat zakat fitrah untuk
anak laki-laki adalah sebagai berikut:

‫َﻧ َﻮْﻳُﺖ َﺃْﻥ ُﺃْﺧ ِﺮَﺝ َﺯ َﻛ ﺎَﺓ ﺍْﻟ ِﻔْﻄِﺮ َﻋ ْﻦ َﻭ َﻟِﺪْﻱ … َﻓ ْﺮًﺿﺎ ِهَّلِل َﺗ َﻌ ﺎَﻟﻰ‬
(Nawaitu an ukhrija zakaatal fithri ‘an waladii … fardhol lillaahi Ta’aalaa)

Artinya: Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak laki-lakiku…. (sebutkan
nama), fardhu karena Allah Ta’ala

3. Niat Zakat untuk Anak Perempuan


Jika seorang kepala keluarga mengeluarkan zakat fitrah untuk anaknya, terutama
yang masih kecil dan belum bisa berniat sendiri. Maka lafadz niat zakat fitrah untuk
anak perempuan adalah sebagai berikut:

‫َﻧ َﻮْﻳُﺖ َﺃْﻥ ُﺃْﺧ ِﺮَﺝ َﺯ َﻛ ﺎَﺓ ﺍْﻟ ِﻔْﻄِﺮَﻋ ْﻦ ِﺑْﻨِﺘْﻲ … َﻓ ْﺮًﺿﺎ ِهَّلِل َﺗ َﻌ ﺎَﻟﻰ‬
(Nawaitu an ukhrija zakaatal fithri ‘an bintii … fardhol lillaahi Ta’aalaa)

Artinya: Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak perempuanku…. (sebutkan
nama), fardhu karena Allah Ta’ala

Baca juga: Niat Sholat Idul Fitri

Waktu Mengeluarkan
Para ulama sepakat bahwa zakat fitrah wajib dikeluarkan pada akhir Ramadhan.
Namun, mereka berbeda pendapat mengenai batas waktu itu.

Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan, menurut Imam Ahmad, Imam Syafi’i
dalam qaul jadid dan satu riwayat Imam Malik, waktu wajibnya adalah ketika
terbenamnya matahari pada malam Idul Fitri karena saat itulah waktu berbuka puasa
Ramadhan.

Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dalam qaul qadim dan satu
riwayat Imam Malik, waktu wajibnya adalah ketika terbit fajar pada hari raya Idul
Fitri.

Perbedaan ini berpengaruh pada bayi yang lahir pada malam Idul Fitri sebelum terbit
fajar, apakah ia wajib dikeluarkan zakat fitrahnya atau tidak. Menurut golongan
pertama, wajib zakat fitrah wajib karena ia lahir setelah waktu diwajibkan. Menurut
golongan kedua, zakat fitrahnya tidak wajib karena ia lahir sebelum waktu
diwajibkan.

Jika waktu wajib zakat ini adalah akhir Ramadhan, bolehkah membayarkannya lebih
awal? Menurut jumhur ulama, boleh mengeluarkan satu hari atau dua hari sebelum
hari raya Idul Fitri. Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu biasa mengeluarkan zakat
ini sehari atau dua hari sebelum Idul Fitri.

Menurut madzhab Syafi’i, boleh mengeluarkan zakat fitrah sejak awal Ramadhan.
Sedangkan menurut madzhab Hanafi, boleh mengeluarkannya sebelum bulan
Ramadhan.

Yang harus menjadi perhatian, batas akhir mengeluarkan zakat fitrah adalah
sebelum Sholat Idul Fitri. Jika mengeluarkannya setelah sholat id, ia menjadi
sedekah biasa.

‫َم ْن َأَّد اَه ا َق ْب َل الَّص َالِة َف ِه َى َز َك اٌة َم ْق ُبوَلٌة َو َم ْن َأَّد اَه ا َب ْع َد الَّص َالِة َف ِه َى َص َد َق ٌة ِمَن الَّصَد َق اِت‬
“Barangsiapa yang menunaikan zakat fithri sebelum sholat id maka zakatnya
diterima. Dan barangsiapa yang menunaikannya setelah sholat maka itu hanya
dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” (HR. Abu Daud dan Ibnu
Majah; hasan)

Baca juga: Minal Aidin Wal Faizin

Besarnya Zakat Fitrah


Seperti tercantum pada hadits di atas, besarnya zakat fitrah adalah satu sha’
gandum atau satu sha’ kurma atau satu sha’ makanan pokok lainnya. Sayyid Sabiq
menjelaskan dalam Fiqih Sunnah, satu sha’ sama dengan empat mud yakni sekitar
3,33 liter.

Jika ditimbang, satu sha’ setara dengan sekitar 2,7 Kg. Majelis Ulama Indonesia
(MUI) menganjurkan untuk menggenapkannya menjadi 3 Kg sehingga lebih aman.

Yang paling berat adalah menurut Imam Abu Hanifah, yaitu satu sha’ setara dengan
3,8 Kg. Sedangkan yang paling ringan adalah menurut Madzhab Hambali, yaitu 1
sha’ setara dengan 2,176 Kg atau dibulatkan menjadi 2,2 Kg. Karenanya banyak
ulama di Indonesia yang berpendapat pertengahan keduanya yakni 2,5 Kg.

Syaikh Abdurrahman Al Juzairi menjelaskan, bahan makanan pokok yang dikeluarkan


sebagai zakat ini harus dibersihkan dari kulit dan batangnya. Sehingga ketika orang
berzakat, ia memberikan beras bukan memberikan padi.

Orang yang biasa memakan makanan yang lebih rendah dari kebiasaan masyarakat,
misalnya ia makan nasi dari beras sedangkan masyarakat biasa memakan gandum,
maka ia mengeluarkan zakat fitrah seperti yang ia makan jika hal itu karena
keterbatasan ekonominya. Namun jika itu karena kekikirannya, ia harus
mengeluarkan zakat ini sesuai makanan yang biasa dimakan masyarakat.

Baca juga: Puasa Tidak Sah Sebelum Bayar Zakat Fitrah?

Zakat Fitrah dengan Uang


Bolehkah mengeluarkan zakat fitrah dengan uang, bukan dalam bentuk bahan
makanan pokok? Imam Abu Hanifah memperbolehkannya. Yakni dengan
memberikan uang senilai satu sha’ bahan makanan pokok.
“Namun jika yang diberikan orang yang berzakat itu berupa gandum, maka cukup
setengah sha’” terang Imam Abu Hanifah seperti dikutip Sayyid Sabiq dalam Fiqih
Sunnah.

Mengapa boleh memberikan zakat fitrah dengan uang, Syaikh Wahbah Az Zuhaili
menjelaskan hujjah Madzhab Hanafi, karena hakikatnya yang wajib adalah
mencukupkan orang fakir miskin dari meminta-minta. Hal itu berdasarkan sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

‫َذ ْل‬ ‫َأ‬


‫ْغ ُنوُه ْم ِفى َه ا ا َي ْو ِم‬
“Cukupkan mereka (dari meminta-minta) pada hari seperti ini.” (HR. Daruquthni)

“Mencukupkan orang fakir miskin dari meminta-minta dapat tercapai dengan


memberinya harga (uang). Bahkan itu lebih sempurna dan mudah karena lebih dekat
untuk memenuhi kebutuhan. Dengan demikian maka jelaslah teks hadits tersebut
mempunyai illat (sebab) yakni al ighna’ (mencukupkan)” demikian hujjah Madzhab
Hanafi.

Sedangkan menurut jumhur ulama, tidak boleh mengeluarkan zakat fitrah dengan
uang karena Rasulullah mengeluarkan zakat ini dengan makanan pokok.

“Membayar zakat fitrah dengan harga jenis makanan-makanan tersebut, maka tidak
boleh menurut jumhur. Hal itu berdasarkan perkataan Umar bin Khattab, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha’ kurma dan
satu sha’ gandum.” Jika berpaling dari ketentuan itu maka ia telah meninggalkan
kewajiban,” tulis Syaikh Wahbah Az Zuhaili.

Jadi, tidak boleh membayar zakat ini dengan uang secara mutlak. Sebab di zaman
Rasulullah juga sudah ada uang tetapi beliau dan para sahabat tidak memberikan
uang sebagai zakat fitrah. Adapun hadits yang menjadi hujjah Madzhab Hanafi
tersebut, derajatnya dipersoalkan oleh banyak ulama.

Namun jika kita membayar kepada lembaga zakat dalam bentuk uang dan telah ada
kesepakatan (akad) bahwa nantinya lembaga zakat itu memberikan kepada mustahik
dalam bentuk makanan pokok, maka ini boleh.

Berapa Rupiah Besar Zakat Fitrah?


Berapa besarnya zakat fitrah dengan uang? Masing-masing lembaga zakat memiliki
standar sendiri. Tiap lembaga zakat juga punya ketentuan berapa Kg beras dan
berapa Rupiah kurs beras per Kg.

Berikut ini besaran zakat fitrah Ramadhan 1443 (2022 M) dari sejumlah lembaga
amil zakat yang kami himpun dari website resmi masing-masing, urut dari yang
paling kecil hingga paling besar Rupiahnya:

LAZ Ummul Quro Rp. 30.000,-


Kotak Amal Indonesia (KAI) Rp. 35.000,-
Rp. 35.000,- (2,5 Kg beras medium) Rp. 45.000,- (2,5 Kg
NU Care – LazisNu
beras premium)
Lembaga Manajemen Infaq
Rp. 36.000,-
(LMI)
Nurul Hayat Rp. 37.000,-
Badan Amil Zakat Nasional
Rp. 40.000,-
(Baznas)
Global Zakat Rp. 40.000,- (2,5 Kg beras)
Yatim Mandiri Rp. 40.000,- (3 Kg beras)
Lazismu Rp. 45.000,- (2,5 Kg beras)
Dompet Dhuafa Rp. 50.000,- (termasuk infaq operasional)
Demikian pembahasan lengkap zakat fitrah mulai dari pengertian, hukum, niat,
waktu, hingga besarnya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin
BK/BersamaDakwah]

Anda mungkin juga menyukai