Daftar Isi
Pelajaran 1 ...................................................................................................................................3
Pelajaran 2 ..................................................................................................................................6
Pelajaran 3 .................................................................................................................................11
Pelajaran 4 ................................................................................................................................14
Pelajaran 5 ................................................................................................................................16
Pelajaran 6 ................................................................................................................................18
Pelajaran 7 ................................................................................................................................21
PELAJARAN 1
Sebagai seorang muslim yang dalam kesehariannya tak lepas dari aturan
agama, maka kita dituntut untuk mengetahui hukum dari setiap ritual yang kita
lakukan agar ritual yang kita lakukan sesuai aturan.
Dalam kesempatan kali ini kita akan membahas tentang salah satu materi yang
biasa kita hadapi setiap tahunnya; yaitu masalah zakat fitrah. Zakat fitrah
bukanlah ritual yang asing bagi kita, hanya saja mungkin kita perlu mengetahui
beberapa masalah terkait zakat fitrah ini. Di antara materi terpenting dalam
masalah zakat fitrah adalah apakah kita harus mengeluarkan zakat fitrah
dengan menggunakan makanan pokok? Atau bolehkah kita menggantinya
dengan membayarkannya dengan uang?.
Pada dasarnya membayar zakat fitrah menurut madzhab Syafii hanya boleh
dengan makanan pokok sebagai mana dijelaskan dalam kitab Al-yaqut An-
nafiis:
1 Al-Yaquut An-Nafiis, Al-Habib Ahmad bin Umar Asy-syathiri, Cet. Darul Minhaj
ِ "كنَّا نُخ ِر ُجها على َعه ِد َر: دري َر ِض َي الل ُه عنه قال
سول الله صلَّى ُ عن أبي سعي ٍد
ِّ الخ
بيب والأ ِقط" )رواه
َ وال َّز، وكان طعا ُمنا التَّم َر والشَّ عي َر،الله عليه وسلَّم صا ًعا ِمن طعا ٍم
(البخاري ومسلم
Artinya: Dari Abu Said Al-Khudri RA: “kami mengeluarkan zakat di masa
Rasulullah SAW sebanyak satu Shaa’ makanan, dan makanan pokok kami pada
saat itu adalah kurma, sereal (barli), kismis dan keju padat”. (HR. Bukhori dan
Muslim).
و ُطعم ًة للمساكينِ فمن أداها قبل الصلاة فهي،للصائِ ِم ِم َن اللَّغ ِو وال َّرف َِث
َّ ال ِفطرِ؛ ُطهر ًة
(زكاة مقبولة ومن أداها بعد الصلاة فهي صدقة من الصدقات )رواه أبو داود
Artinya: Dari Abdullah bin Abbas RA: “Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat
fitr sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dan ucapan yang sia-sia dan
perkataan yang keji serta sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Dan
barang siapa yang melaksanakannya sebelum dilaksanakannya sholat Ied, maka
itu adalah zakat yang diterima, dan barang siapa yang melaksanakannya setelah
shola ied, maka itu hanya sekedar shodaqoh sunnah dari sekian jenis shodaqoh”.
(HR. Abu Daud)
2 Minhaj Ath-Thalibiin, Al-Imam Yahya bin Syarof An-nawawi. Hal. 184, cet. Darul Minhaj.
Dua hadits di atas dengan jelas menjelaskan kepada kita bahwa para sahabat
membayarkan zakat fitrahnya dengan makanan pokok (sebagaimana dijelaskan
di hadits pertama) dengan tujuan bisa dijadikan makanan bagi orang-orang
miskin (sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang ke dua), sehingga dapat kita
pahami bahwa membayar zakat fitrah dengan uang tidak sah menurut
madzhab Syafii.
وعند، ما هو أكثر قيمة للفقراء؛ ولهذا عنده تجزئ القيمة:وعند الإ مام أبي حنيفة
لا تجزىء: وقال أبو إسحاق،البصري والثوري يقولان بجواز القيمة كلإ مام أبي حنيفة
3Syarah Al-Yaqut An-Nafis, Al-Allamah Al-Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar Asy-syathiri, Cet.
Daarul Minhaj, Hal. 284.
فلو فقد السليم من الدنيا فهل يخرج الموجود أو:وقال على قوله يلزمه إخراج السليم
وتوقف فيه شيخنا وقال. والثاني قريب:ننتظر وجود السليم أو يخرج القيمة فيه نظر
الأقرب الثالث أخذا لما تقدم فيما لو فقد الواجب من أسنان الزكاة من أنه يخرج
PELAJARAN 2
4Hasyiah Habib Ahmad bin Umar Asy-syathiri ‘ala Al-Bughyah, Al-Habib Ahmad bin Umar Asy-syathiri,
cet. Darul Dhiya, Hal. 781 Juz. 1
Para ulama kontemporer banyak mendiskusikan masalah ini bahkan tak sedikit
di antara mereka yang menuliskan makalah, jurnal, dan buku yang membahas
masalah ini, dan tak sedikit pula dari mereka yang memberikan kelonggaran
dengan memfatwakan bolehnya membayar zakat fitrah dengan uang.
Ulama yang membolehkan membayar zakat fitrah dalam bentuk uang pada
umumnya mereka merujuk kepada pendapat dari madzhab Hanafi yang secara
nyata membolehkan membayar zakat fitrah dalam bentuk uang sebagaimana
dijelaskan oleh Asy-syekh Ahmad bin Muhammad bin Ash-shiddiq Al-Ghumari:
، الحسن البصري: منهم،وأما إخراج المال فهو قول جماعة من الصحابة والتابعين
" أدركتهم وهم يعطون في صدقة الفطر: سمعت أبا إسحاق يقول:عن زهير قال
5Tahqiqul Aamaal fi ikhrooj zakatil fithr bil maal, Al-Muhaddits Ahmad bin Muhammad bin Shidiq Al-
Ghumari, cet. Daar Al-Bashoir Hal. 20
6 Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah Juz 2 Hal. 398
"وأبو إسحاق هذا هو عمرو بن:- قلت – أي أحمد بن محمد بن الصديق الغماري
– عبد الله السبيعي من الطبقة الوسطى من التابعين أدرك عليا – ك ّرم الله وجهه
Aku berkata (Syekh Ahmad bin Muhammad bin Shiddiq Al-Ghumari): “Dan Abu
Ishaq adalah Amer bin Abdullah As-sabi’I, ia adalah tingkatan pertengahan dari
kalangan Tabiin, bertemu dengan Ali bin Abi Thalib AS dan beberapa orang
sahabat, dan ia meriwayatkan dari mereka, dan benar (valid) apa yang
disampaikan bahwa membayar zakat fitrah dengan uang itu dipraktekan oleh
mereka di zaman mereka”.7
قال معاذ رضي الله عنه لأهل اليمن ائتوني بعرض ثياب خميص أو لبيس في الصدقة
مكان الشعير والذرة أهون عليكم وخير لأصحاب النبي صلى الله عليه وسلم بالمدينة
()رواه البخاري
Artinya: Muadz bin Jabal RA berkata kepada penduduk Yaman: “berikanlah
kepadaku barang berupa baju atau pakaian dalam zakat kalian sebagai
pengganti dari sereal dan jagung, dan itu lebih meringankan kalian dan lebih
baik bagi para sahabat Rasulullah SAW di Madinah”. (HR. Bukhori).8
7Tahqiqul Aamaal fi ikhrooj zakatil fithr bil maal, Al-Muhaddits Ahmad bin Muhammad bin Shidiq Al-
Ghumari, cet. Daar Al-Bashoir Hal. 23
8 Shohih Bukhori, Al-Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhori. Cet. Jam’iyyatul Makniz Al-Islami. Hal, 273
عن ثمامة أ ّن أنسا رضي الله عنه حدّثه أ ّن أبا بكر رضي الله عنه كتب له التي أمر الله
رسوله صلى الله عليه وسلم ومن بلغت صدقته بنت مخاض وليست عنده وعنده بنت
لبون ف ٕانها تقبل منه ويعطيه المصدق عشرين درهما أو شاتين ف ٕان لم يكن عنده بنت
(مخاض على وجهها وعنده ابن لبون ف ٕانه يقبل منه وليس معه شيء )رواه البخاري
Artinya: Dari Tsumamah bahwasanya Anas bin Malik RA meriwayatkan
kepadanya bahwa Abu Bakar RA menuliskan untuknya apa yang Allah SWT
perintahkan kepada Rasul Nya: “dan barang siapa yang zakatnya telah sampai di
bintu makhoodh9 namun ia tak memilikinya dan ia hanya memiliki bintu labuun
maka membayar zakat hewan peliharaan dengan bintu labun10 pun diterima
dan yang berzakat memberikan 20 dirham atau dua ekor kambing, dan jika ia
tak memiliki bintu makhodh yang sesuai dan ia hanya memiliki ibn labun maka
zakatnya diterima (sah) sedangkan ia tak memiliki apa-apa. (HR. Bukhori)
Syekh Abdullah bin Shiddiq Al-Ghumari mengomentari hadits ini: “dan hadits ini
dengan jelas menyatakan bahwa boleh membayar zakat dengan uang (harga)
sebagai pengganti dari yang wajib ia bayarkan”.11
Beliau pun melanjutkan: “Jika hadits di atas telah pasti dalam membahas
masalah zakat, maka hadits tersebut pun mencakup masalah membayar zakat
fitrah dengan uang; karena tidak ada perbedaan sama sekali, dan sebagaimana
harga bisa berbentuk barang maka ia juga bisa berbentuk uang, bahkan uang
adalah asal dari setiap harga”.12
Jika kita membayar zakat fitrah dengan uang lalu bagaimana dengan hadits
yang menyebutkan bahwa di antara tujuan zakat fitrah adalah untuk
memberikan makanan kepada para fakir miskin?
Tahqiqul Aamaal fi ikhrooj zakatil fithr bil maal, Al-Muhaddits Ahmad bin Muhammad bin Shidiq Al-
11
Tahqiqul Aamaal fi ikhrooj zakatil fithr bil maal, Al-Muhaddits Ahmad bin Muhammad bin Shidiq Al-
12
Mengeluarkan zakat dengan uang bukan berarti menafikan tujuan utama dari
zakat fitrah itu sendiri yang di antaranya adalah memberi makan bagi fakir
miskin, karena dengan uang pun fakir miskin bisa membeli makanan dan
mengolahnya sesuai dengan kemampuannya, sehingga tujuan dari zakat fitrah
itu sendiri masih bisa tercapai.
Bolehkah kita yang bermadzhab Syafii mengikuti madzhab Hanafi dalam hal ini,
dan adakah aturan-aturannya?
Dalam hal ini ulama berbeda pendapat; di antara mereka ada yang
membolehkan secara mutlak mengikuti madzhab Hanafi; dalam artian boleh
membayar zakat dengan uang tanpa harus mengikuti nishobnya madzhab
Hanafi (membayar zakat dengan uang mengikuti madzhab Hanafi, nishobnya
dengan nishob Syafii), hal ini dikarenakan bahwa ulama terkemuka dari
kalangan madzhab Syafii pun ada yang memfatwakan bolehnya membayar
zakat dengan uang meski tidak dalam keadaan darurat, meskipun fatwa ini
tidak bisa dikatakan sebagai representasi madzhab, dan beliau adalah Al-Imam
Syihabuddin Ar-romli.
Namun ada juga ulama yang mensyaratkan bahwa jika ingin mengeluarkan
zakat fitrah dengan uang, maka ia harus mengikuti aturan nishobnya madzhab
Hanafi. (dan demi kehatia-hatian dalam hal ini kami menyarankan bagi yang
ingin membayar zakat fitrah dengan uang agar mengikuti nishobnya madzhab
Hanafi).
PELAJARAN 3
AM AL AN SUNNAH DI H A R I R AYA I E DU L F I T R I
1. Menyemarakkan Takbir
ِ شَ ۡه ُر َر َم َض َان ٱلَّ ِذ ۤی أُنزِلَ فِی ِه ٱ ۡلق ُۡر َءا ُن ُهدࣰى لِّلنَّا
ٰ س َو َب ِّی َنـٰ ࣲت ِّم َن ٱ ۡل ُهد
َى َوٱ ۡلف ُۡرق ۚ َِان َف َمن شَ ِه َد
ِیضا أَ ۡو َع َل ٰى َس َف ࣲر َف ِع َّد ࣱة ِّم ۡن أَیَّا ٍم أُ َخ ۗ َر ُیرِی ُد ٱللَّ ُه بِ ُك ُم َ ِمن ُك ُم ٱلشَّ ۡه َر َف ۡل َی ُص ۡم ۖ ُه َو َمن ك
ً َان َمر
ٱ ۡل ُی ۡس َر َو َلا ُیرِی ُد بِ ُك ُم ٱ ۡل ُع ۡس َر َو لِ ُت ۡك ِم ُلو۟ا ٱ ۡل ِع َّد َة َو لِ ُت َك ِّب ُرو۟ا ٱللَّ َه َع َل ٰى َما َه َدىٰ ُك ۡم َو َل َعلَّ ُك ۡم
َ َت ۡش ُك ُر
(185 :ون )البقرة
Artinya: Bulan Ramadhan adalah bulan yang Allah SWT turunkan di dalamnya
Al-quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas dari petunjuk tersebut
dan sebagai pembeda (antara yang hak dan yang bathil) maka barang siapa di
antara kalian telah melihat hilal hendaknya ia berpuasa. Dan barang siapa yang
sakit atau dalam perjalanan maka hendaknya ia ganti di hari yang lain. Allah
menginginkan kemudahan bagi kalian dan tak menginginkan kesulitan bagi
kalian, dan Allah menginginkan agar kalian melengkapi jumlah puasa dan
mengagungkan Allah atas apa yang ia tunjukan kepada kalian dan agar kalian
bersyukur. (Al-Baqoroh: 185)
1. Takbir Mursal
At-Tariiroot As-sadiidah, Al-Allaamah Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith, cet. Darul Ulum Islamiyyah,
13
Hal. 343.
Waktunya dimulai dari terbenamnya matahari pada malam hari raya dan
berakhir pada saat imam sholat Ied melakukan takbirotul ihrom
2. Takbir Muqoyyad
Takbir ini adalah takbir yang terikat oleh waktu; karena hanya dilakukan
selesai melaksanakan sholat; baik itu sholat wajib, sunnah, tunai, qodho,
bahkan selepas sholat jenazah. Dan takbir jenis ini hanya ada di hari raya
Iedul Adha saja.
3. Melaksanakan sholat ied di masjid (jika muat) dan wanita yang haidh ikut
hadir di luar masjid mendengarkan khutbah
أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نخرج ذوات الخدور يوم:أ ّن أم عطية قالت
" يا: ليشهدن الخير ودعوة المسلمين قال فقالت امرأة: قال. فالح ّيض: قيل،العيد
تلبسها صاحبها طائفة من: قال."رسول الله إن لم يكن لإ حداهن ثوب كيف تصنع؟
14 Sunan Abu Daud, Sulaiman bin Asy’ats, Abu Daud As-sijistani. Cet. Markaz Makniz, Hal. 192
Namun harus diperhatikan bahwa bagi wanita yang ingin menghadiri shola tied
dan harus menutup auratnya dan tidaik berpenampilan yang mengundang
syahwat dengan tetap bagi setiap muslim menjaga pandangannya dari yang
haram.
5. Mandi sunnah hari raya (waktunya dimulai dari pertengahan malam hari raya).
إ ّن أول ما: "خطبنا النبي صلى الله عليه وسلم يوم النحر قال:عن البراء بن عازب قال
8. Menuju tempat sholat ied dengan berjalan kaki dan dan pulang melalui jalan
lain yang lebih dekat
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يغدو
15 Shohih Bukhori, Muhammad bin Ismail Al-Bukhori. Cet. Markaz Makniz, Hal. 183.
PELAJARAN 4
َ )ق ُۡل بِف َۡضلِ ٱللَّ ِه َو بِ َر ۡح َم ِت ِهۦ َف ِب َذ ٰلِ َك َف ۡل َی ۡف َر ُحو۟ا ُه َو َخ ۡی ࣱر ِّم َّما َی ۡج َم ُع
(ون
Artinya: Dan katakanlah Hai Muhammad, dengan anugerah dan kasih sayang
Allah lah hendaknya kalian berbahagia, dan itu lebih baik dari yang selama ini
mereka kumpulkan
Jika kita melihat ayat-ayat Al-quran di atas maka jelas sekali bahwa ucapan
selamat hari raya adalah sebuah anjuran yang sudah seharusnya kita lakukan
dan tidak bertentangan dengan aturan-aturan Al-quran. Karena dari jika kita
perhatikan setiap ucapan selamat hari raya mengandung tiga unsur yang
menjadi anjuran dalam Al-quran:
Oleh karena itu para ulama menganjurkan ucapan seperti ini sebagaimana
diungkapkan oleh Al-Imam Al-Khathib Asy-syarbini:
(وأجاب الشهاب ابن حجر بعد اطلاعه على ذلك )التهنئة بالعيد والأعوام والأشهر
باب ما روي في قول: واحتج له بأن البيهقي عقد لذلك بابا فقال،بأنها مشروعة
وساق ما ذكر من أخبار وآثار، تقبل الله منا ومنك:الناس بعضهم لبعض في العيد
16 Mughni Al-Muhtaj, Al-Imam Al-Khatib Asy-syarbini. Cet: Darul Hadits. Hal, 689 Juz. 1
17 Hasyiyah Syarwani Ala Tuhfah, Al-Imam Abdul Hamid Asy-syarwani, cet. Daarul Hadits Hal. 409. Juz. 3
tangan dengan wanita yang bukan mahrom dan juga sebaliknya. Namun tetap
sunnah menjawab ucapan selamat hari raya dari lawan jenis dengan ungkapan:
تقبل الله منا ومنكم أحياكم الله لأمثاله ك ّل عام وأنتم بخير
PELAJARAN 5
:رسول الل ِه صلَّى الل ُه عليه وسلَّم ِعيدَينِ اجتم َعا في يوم؟ قال
ِ شهدت مع
َ ٔ ا: قال،أرق َم
18 Sunan Abu Daud, Sulaiman bin Asy’ats, Abu Daud As-sijistani. Cet. Markaz Makniz, Hal. 183
Hadits ini dijadikan dalil oleh sebagian umat muslim untuk meninggalkan
kewajiban jumat jika sudah melakukan shola tied apabila ied bertepatan dengan
hari jumat. Namun, pendapat mayoritas ulama dari 4 madzhab: Hanafi, Maliki,
Syafii dan Hambali menyatakan bahwa hadits ini adalah bentuk keringanan bagi
mereka yang hadir sholat ied (dan yang tidak menghadiri sholat ied makai a
tetap wajib melaksanakan sholat jumat) dan berasal dari luar kota Madinah yang
sekiranya jika mereka kembali ke rumah mereka selepas sholat ied maka akan
menyulitkan mereka jika mereka harus kembali untuk melaksanakan sholat
jumat sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-imam Bukhori:
و َمن أ َح َّب أ ْن َي ْر ِج َع ف َق ْد أ ِذن ُْت،ف َمن أ َح َّب أ ْن َي ْن َت ِظ َر ال ُج ُم َع َة ِمن أ ْهلِ ال َع َوالِي َف ْل َي ْن َت ِظ ْر
19 Mughni Al-Muhtaj, Al-Imam Al-Khatib Asy-syarbini. Cet: Darul Hadits. Hal, 614 Juz. 1
PELAJARAN 6
من:عن أبي أيوب الأنصاري رضي الله عنه أ ّن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال
(صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر )رواه مسلم
Artinya: Dari Abu Ayyub Al-anshori RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barang
siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian ia melanjutkannya dengan berpuasa
6 hari di bulang Syawal maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa
sepanjang tahun (HR. Muslim)
Puasa sunnah Syawal mulai bisa dilakukan di tanggal 2 Syawal, hal ini
dikarenakan haram hukumnya berpuasa di tanggal 1 Syawal.
عن أبي عبيد قال شهدت العيد مع عمر فبدأ بالصلاة قبل الخطبة ثم قال إن رسول
الله صلى الله عليه وسلم نهى عن صيام هذين أما يوم الأضحى فتأكلون من لحم
Puasa Syawal bisa dilakukan selama enam hari berturut-turut dan juga bisa
dilakukan selama enam hari dengan terpisah. Dan dengan berakhirnya bulan
Syawal maka selesai pula lah kesunnahannya meskipun tetap disunnahkan
mengqodho puasa sunnah tersebut di luar bulan Syawal;
B. Qodho atau puasa sunnah Syawal terlebih dahulu? Atau bisa dilakukan
secara bersamaan?
Para ulama telah menjelaskan masalah ini yang secara umum kesimpulannya
adalah bahwa sah hukumnya menggabungkan puasa qodho dengan puasa
sunnah Syawal. Al-Imam Abdurrahman Masyhur mengatakan:
)من فتاوى الكردي( ظاهر حديث "وأتبعه ستا من شوال" وغيره من الأحاديث:مسألة
لكن ص ّرح ابن حجر بحصول أصل،عدم حصول الست إذا نواها مع قضاء رمضان
الثواب لا كماله إذا نواهما كغيرها من عرفة وعاشوراء بل رجح الرملي حصول أصل
ثواب سائر التطوعات مع الفرض و إن لم ينوها ما لم يصرفه عنها صارف كأن قضى
رمضان في شوال وقصد قضاء الست من ذي القعدة ويسن صوم الست و إن أفطر في
رمضان
Pembahasan: (dikutip dari fatwa Syekh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi: yang
nampak dari hadits “dan ia lanjutkan dengan puasa 6 hari di bulan Syawal” dan
hadits yang lain adalah bahwa tidak adanya pahala puasa 6 hari Syawal bagi
yang melaksanakannya berbarengan dengan qodho Ramadhan, hanya saja Ibnu
Hajar Al-Haitami secara terang-terangan mengatakan bahwa asal pahala puasa
20 Busyro Al-Kariim, Syekh Said bin Muhammad Ba’isyn, Cet. Darul Fikr. Hal. 490
Syawal (bukan kesempurnaan pahala Syawal) bisa didapatkan bagi orang yang
meniatkan qodho Ramadhan bersamaan dengan puasa Syawal, sebagaimana
jika ia meniatkan puasa qodho berbarengan dengan puasa arofah dan asyuro.
Bahkan Syamsudin Ar-ramli mengunggulkan pendapat yang mengatakan
bahwa asal pahala puasa sunnah bisa didapati dengan membarenginya dengan
puasa fardhu (seperti qodho dan nadzar) meskipun ia tak meniatkan puasa
sunnah tersebut selagi tak ada hal yang mengalihkannya kepada yang lain
seperti jika ia berniat akan mengqodo puasa Ramadhan di bulan Syawal dan
mengqodho Syawal di bulan dzul qo’dah. Dan sunnah puasa 6 hari di bulan
Syawal meskipun bagi orang yang tidak berpuasa di bulan Ramadhan.21
• Puasa 6 hari di bulan Syawal sunnah dilakukan baik bagi yang berpuasa di
Ramadhan atau tidak
• Jika dilakukan secara bersamaan maka menurut Ibnu Hajar harus meniatkan
keduanya jika ingin mendapatkan pahala sunnah Syawal, dan menurut
Syamsudin Ar-ramli cukup meniatkan yang wajib saja.
Bughya Al-Mustarsyidin, Al-Imam Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur. Hal. 833. Cet.
21
Daar El-dhya
PELAJARAN 7
B. Hal-hal yang mewajibkan qodho tanpa fidyah; seperti orang yang pingsan,
sakit yang masih mungkin sembuh, orang yang melakukan perjalanan
panjang(dengan jarak yang dibolehkan untuk tidak berpuasa), ibu hamil dan
menyusui yang khawatir akan terjadi bahaya pada dirinya dan pada janin dan
balitanya, orang yang lupa niat dan orang yang sengaja membatalkan puasa
yang bukan dengan jima’ (hubungan intim).
C. Hal-hal yang menwajibkan fidyah tanpa qodho: Lansia dan orang yang
sakitnya kronis dan sulit sembuh
D. Tidak wajib qodho juga fidyah: orang yang gila tanpa sengaja
22 . At-Taqrirot As-sadiidah, Al-Habib Zen bin Ibrahim bin Smith, cet. Daarul Ulum Islamiyah, Hal. 455
5. Orang yang sudah jelas baginya bahwa hari ke tiga puluh di bulan syaban
adalah sudah masuk ramadhan
1. Lebih patuh kepada Allah SWT di hari-hari setelah ramadhan, hal ini karena
tujuan dari perintah puasa adalah agar menjadi pribadi yang bertakwa. Allah
SWT berfirman:
2. Istiqomah dalam setiap amal baik yang ia lakukan di bulan ramadhan. Al-
Imam Muhammad Mutawalli Asy-sya’rawi berkata: “Yang hak adalah bahwa
engkau tidak dituntut untuk istiqomah pada bulan ramadhan saja karena
Allah SWT memilih bulan ramadhan sebagai waktu bagimu untuk berlatih
istiqomah sehingga keistiqomahan tersebut menyebar di seluruh masa
hidupmu. Karena ketika Allah memilih seorang Rasul, memilih satu tempat
dan waktu, maka tujuannya bukan hanya sekedar menunjukan sosok, waktu
dan tempat tersebut akan tetapi agar Rasul, tempat dan waktu itu
menyebarkan pengaruh positif dari pilihan Allah SWT.23
3. Selalu diberikan taufik oleh Allah dan kemudahan untuk melakukan amal
sholeh yang lain. Al-imam Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata saat ia menjelaskan
hikmah puasa sunnah syawal: sesungguhnya mengulang puasa setelah
23 Tafsir Sya’rawi, Al-Imam Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, cet. Daar Al-Nur. Hal. 90 Juz. 2
Lathaaiful Ma’aarif fima limawaasimil ‘aam mina wazhooif, Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali, cet. Darul
24