Anda di halaman 1dari 7

GOLONGAN FI SABILILLAH DALAM ZAKAT

Mata kuliah: hukum zakat dan wakaf


Dosen pengampu:
Ust. Dr. Mohammad Ghozali, M.A.

Di susun oleh:
Muhammad Imam Aulia 422021321091

FAKULTAS SYARIAH
HUKUM EKONOMI SYARIAH/ 5
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
TAHUN 1444 H/ 2023 M
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Zakat adalah suatu kewajiban bagi umat Islam yang telah ditetapkan dalam
Al-Quran, Sunnah nabi, dan Ijma’ para ulama. Zakat merupakan salah satu rukun
Islam yang selalu disebutkan sejajar dengan shalat. Inilah yang menunukkan betapa
pentingnya zakat sebagai salah satu rukun Islam. Bagi mereka yang mengingkari
kewajiban zakat maka telah kafir, Jika ada yang menentang adanya zakat, harus
dibunuh hingga mau melaksanakannya.1
Zakat merupakan rukun ketiga dari rukun Islam sebagaimana dalam Hadis
Rasulullah: Islam dibangun di atas lima pilar, yaitu syahadat bahwa tiada tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
puasa Ramadhan, menunaikan haji ke Baitullah bagi orang yang mampu.
Pengulangan perintah zakat dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa kewajiban zakat
itu merupakan salah satu kewajiban agama yang harus diyakini. Para ulama
menjelaskan beberapa tingkatan manusia dalam kaitannya dengan pengetahuannya
tentang zakat.2
Mereka berkata orang yang mengingkari kewajiban zakat karena tidak tahu,
misalnya, baru saja memeluk Islam, atau tinggal di daerah terpencil yang jauh dari
kota dan tidak menemukan jalan untuk mencapai ke pusat-pusat ilmu karena jaraknya
yang terlalu jauh, atau tidak ada ulama yang datang ke daerah itu untuk memberikan
pengetahuan tentang zakat, orang itu tidak dinilai kufur. Tetapi ia harus berusaha
untuk mengetahui. Para ulama yang tidak datang mendidik itulah yang bertanggung
jawab.
Sebaliknya apabila orang yang ingkar zakat itu seorang muslim dan menjadi
penduduk negara Islam dan jalan untuk mengetahui tentang kewajiban zakat terbuka,
maka tidak ada alasan baginya untuk tidak tahu. Para ulama menyatakan, dia
termasuk orang yang murtad. Sebab dalil wajibnya zakat sangat jelas dan tegas
disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist.

1
Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ekonomi Zakat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1.
2
Muhammad Abu Zahrah, Zakat dalam Perspektif Sosial, (Jakarta: Pustaka Firdaus,1995), h. 19.
PEMBAHASAN
A. Pengertian zakat
Menurut Bahasa, zakat di ambil dari Bahasa Arab, kata zakā, yang berarti
suci, tumbuh dan berkembang. menurut Ibnu Hajar Al-‘asqalani sesuai tinjauan
syariat, maka itulah yang akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan pada
harta termasuk pula dalam perdagangan dan pertanian dan pahala
yakni membersihkan atau mensucikan.
Sedangkan menurut terminologi syariah, zakat berarti sebagian harta yang
wajib diserahkan kepada orang-orang tertentu (fakir, miskin, mualaf, orang yang
terlilit hutang, sabilillah, memerdekakan budak, orang dalam perjalanan, dan amil
zakat) dalam waktu tertentu.
Definisi zakat juga tertuang dalam Undang-undang No 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat. Disebutkan pada Pasal 1, zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya sesuai dengan syariah Islam.
Adapun secara istilah, makna zakat dalam syariat Islam ialah arti seukuran
tertentu beberapa jenis harta, yang wajib diberikan kepada golongan-golongan
tertentu, dengan syarat-syarat yang tertentu pula. Wajib dikeluarkan bagi seorang
Muslim yang berakal, baligh, dan merdeka. Zakat adalah kewajiban rutin tahunan
yang harus dikeluarkan atas dasar standar tertentu dalam batas waktu yang
ditentukan. Penyaluran zakat hanya untuk pihak penerima (mustahik) dengan kriteria
yang terbatas yakni 8 golongan (ashnaf).
Zakat merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan umat Islam,
khususnya bagi orang-orang yang beriman maupun juga bagi umat manusia secara
keseluruhan3 dan zakat sesungguhnya adalah rukun Islam yang menekankan pada
keshalehan sosial. Artinya orang yang berzakat dengan baik, dengan ikhlas, insya

3
Didin Hafidhuddin.”Harta Berkah dan Bertambah”(Jakarta: Gema Insani), 2007. h.75.
Allah dia akan menjadi orang yang secara pribadi adalah orang yang saleh, juga
secara sosial dia adalah orang yang saleh.
zakat yang diberikan kepada mustahiq dengan secara langsung untuk
kebutuhan konsumsi sehari-hari, seperti pembagian zakat fitrah berupa beras dan
uang kepada fakir miskin setiap idul fitri atau pembagian zakat mal secara langsung
oleh para muzakki kepada mutahiq yang sangat membutuhkan karena ketiadaan
pangan atau karena mengalami musibah. Pola ini merupakan program jangka pendek
dalam mengatasi permasalahan umat.4
B. Pengertian fii sabilillah
Yang termasuk dalam kelompok fi sabilillah ini ialah para pejuang yang
berperang di jalan Allah yang tidak digaji oleh markas komando mereka karena yang
mereka lakukan hanyalah berperang. Allah swt. Berfirman:

‫إّن اهلل حيّب اّلذين يقاتلون يف سبيله صّف ا كأهنم بنيان مرصوص‬
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya
dalam barisan yang teratu seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh (QS. 61:4)
Menurut jumhur ulama, orang-orang yang berperang di jalan Allah di beri
bagian zakat agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, meskipun mereka itu
kaya karena sesungguhnya orang-orang yang berperang itu adalah untuk
kepentingan orang banyak. Adapun orang-orang yang digaji oleh markas komando
mereka, tidak diberi bagian zakat sebab mereka memiliki gaji tetap yang dapat
dipakai untuk memenuhi segala kebutuhan mereka, dan mereka tidak memerlukan
bagian itu.
C. Landasan dari Al-quran dan hadist
Kewajiban berzakat selalu diulang-ulang dalam Al-Qur’an, sehingga
pengetahuan tentang zakat menjadi pengetahuan wajib dalam agama, maka tidak
terdapat peluang untuk mengingkarinya. Tidak ada alasan untuk tidak mengetahuinya.

4
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat. (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 314.
Orang yang mengingkari kewajiban zakat berarti mendustakan kitab Allah dan
sunnah Rasulullah.

‫ْۗم ّٰل ِمَس‬ ‫ْۗم ِا‬ ‫ِهِل‬ ‫ِم‬


‫ُخ ْذ ْن َاْم َوا ْم َص َدَقًة ُتَطِّه ُرُه ْم َوُتَزِّك ْيِه ْم َهِبا َو َص ِّل َعَلْيِه َّن َص ٰل وَتَك َس َك ٌن ُهَّل َوال ُه ْيٌع‬
)103 :‫ (الّتوبة‬.‫َعِلْيٌم‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. (QS. At-taubah: 103)

)43 :‫ (البقرة‬. ‫َوَأِقيُم وا الَّصاَل َة َوَآُتوا الَّزَك اَة َواْرَك ُعوا َمَع الَّراِكِعَني‬
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang
yang ruku’. (QS. Al Baqarah: 43)
Dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 60 disebutkan ada delapan asnaf yang
berhak menerima zakat. Dalam istilah lain, penerima zakat juga disebut mustahik.
Mereka adalah fakir, miskin, amil, mualaf, riqab, gharimin, fisabilillah, dan ibnu
sabil. Allah SWT berfirman:
‫ِم‬ ‫ِب‬ ‫ىِف‬ ‫َّل ِة‬ ‫ِاَمَّنا الَّص َد ٰق ِلْلُفَق ۤاِء اْل ٰس ِكِنْي ِم ِل‬
‫َواْلٰع َنْي َعَلْيَه ا َواْلُم َؤ َف ُقُل ْو ُبُه ْم َو الِّرَق ا َواْلٰغ ِر َنْي َوْيِف‬ ‫ُت َر َو َم‬
)60 :‫(التوبة‬.‫َس ِبْيِل الّٰلِه َواْبِن الَّس ِبْيِۗل َفِرْيَض ًة ِّم َن الّٰلِهۗ َوالّٰل ُه َعِلْيٌم َح ِكْيٌم‬
Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil
zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya,
untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang
sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana. (At-Taubah: 60)
‫ هَا ِة َأْن َال ِإل ِإَّال ا َأْن َّم ا وُل اِهلل ِإقَاِم الَّص َالِة ِإ تَاِء‬: ‫اِإل َال َلى ْمَخٍس‬
‫َو ْي‬ ‫َو‬ ‫َه ُهلل َو َحُم ًد َرُس‬ ‫َش َد‬ ‫ُبَيِن ْس ُم َع‬
)‫الَّزَك اِة َو َص وِم َرَم َض اَن َوَح ِّج (مّتفق عليه‬
Islam dibangun di atas lima perkara: syahadat bahwa tidak ada Rabb yang
haq selain Allâh dan bahwa Muhammad adalah utusan Allâh, menegakkan shalat,
menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan haji ke Baitullah bagi siapa yang
mampu (Muttafaqun ‘alaihi)
D. Fungsi zakat bagi fii sabilillah
Salah satu manfaat zakat bagi penerima zakat (mustahik) adalah dapat
membantu beban perekonomian. dimana ketika mustahik menerima zakat, maka
dengan zakat tersebut ia akan lebih mudah dalam mencukupi kebutuhan
perekonomiannya, semisalnya bahan pangan ataupun yang lain sebagainya.
Manfaat zakat juga mampu membantu menaikkan derajat finansial bagi para
penerimanya (mustahik). Zakat yang disalurkan oleh para muzakki tak selamanya
berupa harta berupa benda, hasil pertanian, pertambangan ataupun lain sebagainya.
Namun, zakat juga dapat disalurkan melalui bentuk uang.
Selain membantu meringankan beban ekonomi dan menaikkan derajat
finansial bagi penerima nya, manfaat lain dari zakat yang dapat dirasakan oleh para
penerima nya adalah lebih meningkatkan rasa syukur terhadap Allah SWT. Karena
dengan menerima zakat maka mustahik akan merasa bahwasannya zakat yang ia
terima itu adalah salah satu bagian dari karunia dan rezeki Allah yang diberikan
kepadanya melalui perantara para muzakki dan amil zakat.
Menurut jumhur ulama, orang-orang yang berperang di jalan Allah di beri
bagian zakat agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, meskipun mereka itu
kaya karena sesungguhnya orang-orang yang berperang itu adalah untuk kepentingan
orang banyak. Adapun orang-orang yang digaji oleh markas komando mereka, tidak
diberi bagian zakat sebab mereka memiliki gaji tetap yang dapat dipakai untuk
memenuhi segala kebutuhan mereka, dan mereka tidak memerlukan bagian itu.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ekonomi Zakat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006), h. 1.

Muhammad Abu Zahrah, Zakat dalam Perspektif Sosial, (Jakarta: Pustaka


Firdaus,1995), h. 19.

Didin Hafidhuddin.”Harta Berkah dan Bertambah”(Jakarta: Gema Insani), 2007.


h.75.

Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat. (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 314.

Anda mungkin juga menyukai