Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur pokok
bagi tegaknya syariat Islam. Zakat merupakan suatu ibadah yang paling penting,
kerap kali dalam Al-Qur’an Allah menerangkan zakat beriringan dengan
menerangkan sholat. Pada delapan puluh dua tempat Allah menyebut zakat
beriringan dengan urusan shalat ini menunjukan bahwa zakat dan shalat
mempunyai hubungan yang rapat sekali dalam hal keutamaannya shalat
dipandang seutama-utama ibadah badaniyah zakat dipandang seutama-utama
ibadah maliyah.
Islam dibangun di atas lima landasan: Syahadat bahwa tiada Tuhan selain
Allah, dan Muhamad utusan Alah, menegakan sholat, menunaikan zakat,
puasa ramadhon dan haji." (QS: Bukhori, Muslim).
Ini menunjukkan bahwa zakat merupakan bagian penting dalam kehidupan
umat Islam. Bahkan pada masa Khalifah Abu Bakar As-Siddiq orang-orang
yang enggan berzakat diperangi sampai mereka mau berzakat. Itu karena
kewajiban berzakat sama dengan kewajiban mendirikan sholat. Kewajiban
zakat atas muslim adalah di antara kebaikan Islam yang menonjol dan
perhatianya terhadap urusan para pemeluknya, hal itu karena begitu banyak
manfaat zakat dan betapa besar kebutuhan orang-orang fakir kepada zakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka pembahasan makalah ini akan
difokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut:
a. Apa itu zakat?
b. Apa saja dasar hukum pelaksanaan zakat?
c. Apa saja tujuan dan rukun zakat?
d. Apa saja macam-macam zakat?
e. Bagaimana tata cara mengeluarkan zakat?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat
Secara bahasa Zakat diartikan sebagai bertambah dan meningkat. 1 Jika
diucapkan, zaka al-zar’, yang artinya adalah tanaman itu tumbuh dan bertambah.
Jika diucapakan zakat al-nafaqah, artinya nafakah yang tumbuh dan berkembang
jika diberkati. 2Hal ini memiliki artian bahwa segala sesuatu yang bertambah
kuantitasnya atau meningkat kadarnya maka hal tersebut disebut zakat. Selain itu
zakat menurut istilah agama Islam berarti “ kadar harta yang tertentu, yang
diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat”. 3
Pengertian zakat dalam konteks sederhana adalah memberi bantuan harta dalam
jumlah yang telah ditetapkan kepada orang miskin.4

Pengertian zakat menurut syara’ yaitu kadar dari harta tertentu yang wajib
dikeluarkan secara syara’ kepada sekelompok orang tertentu.5Mazhab Maliki
mendefinisikan bahwa zakat adalah mengeluarkan sebagian yang khusus dari
harta yang khusus pula dan telah mencapai nishabnya kepada orang-orang yang
berhak menerimanya. Dengan syarat bahwa kepemilikan atas harta tersebut penuh
dan mencapai hawl (setahun), bukan barang tambang dan bukan pertanian.6
Sedangkan menurut Mahzab Hanafi mendefinisikan bahwa zakat adalah upaya
menjadikan sebagian harta tertentu sebagai milik orang yang khusus (mustahiqq),
ditentukan oleh syariat karena Allah.7
Dari penuturan diatas, zakat menurut penuturan fuqaha, dimaksudkan sebagai
“penunaian”, yaitu penunaian dari harta yang wajib dizakati. Zakat pula

1
Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Ath-Thayyar, Fiqih Ibadah: Fatwa Fadhilatus
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (Surakarta: Media Zikir, 2010), 96.
2
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat: Kajian Berbagai Mahzab (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 82.
3
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007), 192.
4
Yusuf Al-Qaradlawi, Ibadah dalam Islam (Surabaya: PT BINA ILMU, 1998), 434.
5
Ath-Thayyar, Fiqih Ibadah: Fatwa Fadhilatus Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin,
96.
6
Al-Zuhayly, Zakat: Kajian Berbagai Mahzab, 83.
7
Ibid.

2
dimaksudkan sebagai bagian harta tertentu dan yang diwajibkan oleh Allah untuk
diberikan kepada orang-orang fakir.8

Jadi relevansi antara pengertian zakat menurut bahasa dan syara’ adalah zakat
yang dikeluarkan dapat mengurangi harta namun sesungguhnya zakat justru
menambah harta. Zakat dapat menambah harta seseorang yang mengeluarkannya
menjadi lebih berkah karena dia mau melaksanakan kewajiban dari Allah. Allah
bahkan menjamin tidak akan berkurang harta orang yang berzakat.

QS. At-Taubah [9] : 103


‫صدَقَة أَم َٰ َو ِل ِهم ِمن ُخذ‬ َ ُ ‫ص ِل ِب َها َوتُزَ ِكي ِهم ت‬
َ ‫ط ِه ُرهُم‬ َ ‫صلَ َٰوتَكَ ِإن ۖ َعلَي ِهم َو‬
َ ‫سكَن‬
َ ‫س ِميع َوٱّللُ ۗ ل ُهم‬
َ ‫َع ِليم‬
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

QS. Al-Mujadila [58] : 13


‫صدَ َٰقَت نَج َو َٰى ُكم يَدَى َبينَ تُقَ ِد ُموا أَن َءأَشفَقتُم‬ َ ‫ٱلزك ََٰوةَ َو َءاتُوا ٱلصلَ َٰوة َ فَأَقِي ُموا َعلَي ُكم ٱّللُ َوت‬
َ ۚ ‫َاب فعَلُوا ََت لَم فَإِذ‬
‫سولَ ۥهُ ٱّللَ َوأ َ ِطيعُوا‬
ُ ‫تَع َملُونَ بِ َما َخبِير َوٱّللُ ۚ َو َر‬
Artinya : “Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu
memberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka
jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi taubat kepadamu maka
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
QS. Al-Baqarah [2] : 110
‫صير تَع َملُونَ بِ َما ٱّللَ إِن ۗ ٱّللِ ِعندَ ت َِجدُوهُ خَير نََِم ِِلَنفُ ِس ُكم تُقَ ِد ُموا َو َما ۚ ٱلزك ََٰوة َ َو َءاتُوا ٱلصلَ َٰوة َ َوأَقِي ُموا‬
ِ ‫َب‬
Artinya : “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa
saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada
sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”
QS. Al-Baqarah [2] : 277

8
Ibid., 85.

3
‫ت َو َع ِملُوا َءا َمنُوا ٱلذِينَ إِن‬ َٰ ‫َو َل َعلَي ِهم خَوف َو َل َربِ ِهم ِعندَ أَج ُرهُم لَ ُهم ٱلزك ََٰوة َ َو َءات َُوا ٱلصلَ َٰوة َ َوأَقَا ُموا‬
ِ ‫ٱلص ِل َٰ َح‬
‫يَحزَ نُونَ هُم‬
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal
saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.”
Dari dalil-dalil diatas, Allah memerintah orang untuk berzakat beriringan
dengan perintah menuanikan shalat. Dapat kita ketahui betapa utamanya
melaksanakan zakat. Allah bahkan menjamin rizki hamba-Nya tidak akan
berkurang walaupun ia mengurangi hartanya untuk berzakat. Allah akan
melapangkan rizkinya melaui jalan yang tidak disangkanya.
B. Dasar Hukum Pelasanaan Zakat
1. Dasar Hukum Islam
Zakat dalam kedudukannya pada agama samawi sejak dahulu sangat penting
karena zakat sebagai suatu perbuatan baik kepada kaum dhuafa’ dan menyantuni
orang miskin.9 Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Hukum
pelaksanaan zakat dalam islam adalah fardu’ain bagi orang yang telah memenuhi
syarat-syarat berzakat. Zakat oleh Rasulullah mulai diwajibkan pada tahun kedua
hijriyah. Hukum zakat ditetapkan berdasarkan dalil-dalil: (i) Al-Qur’an, (ii) As-
Sunnah, dan (iii) Ijma’ (kesepakatan ummat).

Zakat adalah kewajiban bagi kaum muslim. Kewajiban berzakat sudah tidak
dapat ditawar lagi, akan menjadi kafir orang yang menolaknya, menjadi fasiq
orang yang enggan membayarnya, dan boleh diperangi orang yang memerangi
kaum muslimin untuk menunaikan zakat.10 Jadi, barangsiapa mengingkarinya
maka sama saja dia telah mengingkari perintah Allah dan Rasul-Nya. Ada
pengecualian bagi masyarakat yang tinggal di daerah tertinggal yang minim
pengetahuan agamanya sehingga ia tidak tahu tentang zakat.Mereka wajib diberi
tahu oleh orang yang sudah tahu tentang ilmu agama. Bagi mereka yang sudah

9
Al-Qaradlawi, Ibadah dalam Islam, 441.
10
Ibid., 442.

4
mengetahui kewajiban zakat damun masih bersikeras tidak mau menunaikan zakat
maka mereka dianggap kafir dan murtad.
Pada zaman Khalifah Abu Bakar As-Shidiq pernah menyiapkan pasukan untuk
menyerang siapa saja yang memerangi kaum muslimin untuk berzakat. “ Demi
Allah akan kuperangi siapa saja yang memisahkan antara solat dan zakat. Demi
Allah, jika mereka menghalangiku untuk memungut zakat ternak mereka, niscaya
akupun akan memerangi mereka. 11

QS. Al-Ma'idah [5] : 12

۞ ‫عش ََر نَ ِقيبا ۖ َوقَا َل ٱّللُ ِإنِى َم َع ُكم ۖ لَ ِئن‬ َ ‫َولَقَد أ َ َخذَ ٱّللُ ِمي َٰث َقَ َبنِ ٓى ِإس َٰ َٓر ِءي َل َو َبعَثنَا ِمن ُه ُم ٱثنَى‬
‫سنا‬َ ‫عزرت ُ ُمو ُهم َوأَق َرضت ُ ُم ٱّللَ َقرضا َح‬ ُ ‫أَقَمت ُ ُم ٱلصلَ َٰوة َ َو َءات َيت ُ ُم ٱلز َك َٰوة َ َو َءا َمنتُم ِب ُر‬
َ ‫س ِلى َو‬
‫سيِـَٔاتِ ُكم َو َِلُد ِخلَن ُكم َج َٰنت ت َج ِرى ِمن ت َحتِ َها ٱِلَن َٰ َه ُر ۚ فَ َمن َكفَ َر بَعدَ َٰذَلِكَ ِمن ُكم‬ َ ‫عن ُكم‬ َ ‫ِل ُ َك ِف َرن‬
‫س َوآ َء ٱلسبِي ِل‬
َ ‫ضل‬ َ ‫فَقَد‬

Artinya: “Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani


Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah
berfirman: "Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu
mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan
kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik
sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan
Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka
barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat
dari jalan yang lurus”.

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa diberi harta oleh Allah, lalu dia tidak
menunaikan (kewajiban) zakatnya, pada hari kiamat hartanya dijadikan untuknya
menjadi seekor ular jantan aqra’ (yang kulit kepalanya rontok karena dikepalanya
terkumpul banyak racun), yang berbusa dua sudut mulutnya. Ular itu dikalungkan
(di lehernya) pada hari kiamat. Ular itu memegang (atau menggigit tangan pemilik

11
Ibid.

5
harta yang tidak berzakat tersebut) dengan kedua sudut mulutnya, lalu ular itu
berkata,’Saya adalah hartamu, saya adalah simpananmu’. (HR Bukhari)

C. Tujuan dan Rukun Zakat


1. Tujuan Zakat
a. Untuk Membersihkan/menyucikan jiwa pemberi zakat dari sifat tercela
seperti kikir, individualisme, dsb.
b. Untuk membersihkan harta benda yang tidak 100% halal baik dari cara
perolehannya yang kurang wajar atau masih ada hak milik orang lain.12
c. Selain itu, zakat juga bertujuan untuk mengimbangi antara si miskin dan
si kaya. Hal ini di buktikan dengan ketentuan yang Allah berikan bagi
siapa saja yang wajib menerima dan siapa saja yang wajib memberi.

Allah berfirman dalam surah az-Zariyat ( Q.S. 51 ) ayat 19 :


ِ ‫تيراذل) ِمو ُرح َمالَ َو ِلئآِسل ََِلقٌّ َح م ِه‬: ١٩
‫ال َومََ ا ي ِف َو‬
Artinya : Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta, dan orang miskin yang tidak meminta. (Q.S. Az-Zariyat : 19)

2. Rukun Zakat
Rukun zakat adalah mengeluarkan sebagian dari nisab(harta) yang dengan
melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadiakannya sebagai milik orang
fakir dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada
wakilnya yakni imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat.13
D. Macam-Macam Zakat
1. Zakat Fitrah
a. Pengertian Zakat Fitrah
Menurut pengertian syara’ adalah zakat yang dikeluarkan oleh seorang
muslim dari sebagian hartanya kepada orang-orang yang membutuhkan untuk
mensucikan jiwanya serta menambal kekurangan yang terdapat pada
puasanya seperti perkataan yang kotor dan perbuatan yang tidak ada gunanya.

12
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selkta Hukum Islam (Jakarta: PT Toko Gunung
Agung, 1997), 241.
13
Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar Rahman, 1001 Masalah Dan Solusinya (Jakarta:
Pustaka Cerdas Zakat, 2003), 97.

6
Ibnu Qutaibah mengatakan : zakat fitrah adalah zakat jiwa yang di ambil dari
kata “fitrah” yang merupakan asal kejadian.14

b. Syarat wajib zakat fitrah


1. Islam
2. Adanya kelebihan makanan untuk kebutuhan sendiri dan orang-orang
yang berada dalam tanggungan nafkahnya pada malam hari raya dan
ketika hari raya.
3. Mendapati bagian akhir ramadhan dan bagian awal bulan syawal.

Termasuk dalam kategori orang yang wajib dikeluarkan zakat fitrahnya


adalah istri, meskipun ia telah berstatus talak raj’I atau dalam status talak
ba’in namun ia sedang hamil. Yang terpenting ia tidak melakukan
durhaka.
Sebagaimana halnya istri, suami juga berkewajiban mengeluarkan zakat
fitrah orang tua dan anak-anak yang kebutuhan hidup sehari hari mereka
ia tanggungi.

Zakat fitrah tidak wajib pada sesuatu yang terjadi setelah matahari terbenam
(dihari terakhir bulan ramadhan), seperti melahirkan anak, nikah, masuk islam,
namun ia juga tidak gugur lantaran sesuatu yang terjadi setelah matahari terbenam
seperti kematian, talak, menjadi kaya, walaupun sebelum ia mampu
menunaikannya ia tetap wajib zakat pada waktu yang telah diwajibkan.
Seandainya harta itu lenyap sebelum mampu menunaikannya maka gugurlah
kewajibannya.

14
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahab Syyed Hawas, Fiqh Ibadah (Jakarta: AMZAH,
2009), 395.

7
c. Waktu Pembayaran Zakat Fitrah
1. Waktu Boleh
Yaitu pada permulaan Ramadan, mengingat sudah terpenuhinya sebab
pertama diantara dua sebab di wajibkannya zakat, yaitu Ramadan dan idul
fitri. Boleh kiranya mendahulukan salah satunya atas yang lain.
2. Waktu Wajib
Yaitu akhir ramadhan dan awal syawal.
3. Waktu Utama
Yaitu setelah sholat subuh dan sebelum sholat idul fitri
4. Waktu Makruh
Setelah sholat idul fitri, meskipun memang disunahkan mengakhirinya untuk
menunggu orang yang dekat seperti tetangga selama belum terbenam
matahari.
5. Waktu Haram
Yaitu waktu yang dilarang untuk menunda-nunda waktu pembayaran zakat
fitrah, yaitu akhir hari raya idul fitri ketika matahari telah terbenam.

2. Zakat Binatang Ternak


a. Zakat kambing baru wajib dizakatkan apabila pemilik memiliki sedikitnya
40 ekor kambing. Di bawah jumlah ini tidak wajib dizakatkan.

Jumlah kambing Besar zakat


40-120 1 ekor kambing (2th) atau domba (1th)
121-200 2 ekor kambing/domba
201-300 3 ekor kambing/domba
301-400 4 ekor kambing/domba
401-500 5 ekor kambing/domba

Selanjutnya, setiap jumlah itu bertambah 100 ekor maka zakatnya bertambah 1 ekor.

b. Zakat Sapi dan kerbau baru wajib dizakatkan apabila pemilik memiliki
sedikitnya 30 ekor sapi. Di bawah jumlah ini tidak wajib dizakatkan.
Jumlah sapi Besar zakat
30-39 1 ekor sapi jantan/betina tabi'
40-59 1 ekor sapi jantan/betina musinnah'

8
60-69 2 ekor sapi jantan/betina tabi'
70-79 1 ekor sapi musinnah dan 1 ekor tabi'
80-89 2 ekor sapi musinnah
90-99 3 ekor tabi' (sapi berumur satu tahun atau
memasuki tahun kedua)
100-109 2 ekor tabi' dan 1 ekor musinnah (sapi
berumur satu tahun atau memasuki tahun ketiga)
110-119 2 ekor musinnah dan 1 ekor tabi'
120-129 3 ekor musinnah atau 4 ekor tabi'
130-160 s/d >setiap 30 ekor, 1 tabi' dan setiap 40 ekor, 1 musinnah
Selanjutnya setiap jumlah itu bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor tabi'.
Dan jika setiap jumlah itu bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor
musinnah.
c. Zakat nisab unta adalah 5 ekor, di bawah jumlah itu peternak tidak wajib
mengeluarkan Zakat atas ternak tersebut.
Jumlah unta Besar zakat
5-9 1 ekor kambing
10-14 2 ekor kambing
15-19 3 ekor kambing
20-24 4 ekor kambing
25-35 1 ekor bintu makhad betina (unta genap 1 tahun sampai 2 tahun)
36-45 1 ekor bintu labun (genap 2 tahun masuk 3 tahun)
46-60 1 ekor hiqqoh (genap 3 tahun masuk 4 tahun)
61-75 1 ekor jadz'ah (genap 4 tahun masuk 5 tahun)
76-90 2 ekor bintu labun
91-120 2 ekor hiqqoh
121-129 3 ekor bint labun
130-139 1 ekor hiqqah dan 1 ekor bint labun
140-149 2 ekor hiqqah dan 1 ekor bint labun
150-159 3 ekor hiqqah
160-169 4 ekor bint labun
170-179 3 ekor bint labun dan 2 ekor hiqqah
180-189 2 ekor bint labun dan 2 ekor hiqqah
190-199 4 ekor hiqqah
200-209 4 ekor bint labun dan 1 ekor hiqqah
210-219 3 ekor bint labun dan 2 ekor hiqqah
220-229 2 ekor bint labun dan 3 ekor hiqqah
230-239 1 ekor bint labun dan 4 ekor hiqqah
240-249 Dan seterusnya mengikuti kelipatan di atas.

9
3. Zakat Emas dan Perak
Adapun nisab emas sebesar 20 Dinar emas (85 gram), dengan haul selama
satu tahun dan kadar 2,5%. Artinya bila seorang muslim memiliki emas sebesar
setidaknya 20 Dinar emas (85 gram) selama satu tahun ia wajib membayar zakat
sebesar 2,5% dari jumlah emasnya tersebut minimal 1/2 Dinar[1].
a. Emas yang tidak terpakai
Yang termasuk dalam kategori ini adalah emas yang tidak digunakan sehari-
hari baik sebagai perhiasan atau keperluan lain (disimpan).
Contoh perhitungan zakatnya sebagai berikut: Fulan memiliki 100 gram
emas tak terpakai, setelah genap satu tahun maka ia wajib membayar zakat setara
dengan 100 X 2,5 % = 2,5 gram emas. Jika harga emas saat itu adalah Rp 100.000
per gram maka ia dapat membayar dengan uang sebanyak 2,5 X 100.000 = Rp
250.000.
b. emas terpakai
Emas yang dipakai adalah dimaksudkan dalam kondisi wajar dan jumlah
tidak berlebihan. Atas bagian yang terpakai tersebut, tidak diwajibkan membayar
zakat.
Contoh perhitungan zakatnya sebagai berikut: Seorang wanita mempunyai
emas 120 gr, dipakai dalam aktivitas sehari-hari sebanyak 15 gr. Maka zakat emas
yang wajib dikeluarkan oleh wanita tersebut adalah 120 gr – 15 gr = 105 gr. Bila
harga emas Rp 70.000,- maka zakat yang harus dikeluarkan sebesar : 105 x
70.000 x 2,5 % = 183.750
c. Perak
Nisab perak adalah 200 Dirham (595 gram), haul selama satu tahun dan kadar
2,5% atau sekurang kurangnya 5 Dirham. Adapun tatacara perhitungannya sama
dengan zakat emas.

4. Zakat hasil pertanian


Zakat hasil pertanian merupakan salah satu jenis zakat maal, objeknya meliputi
hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian,
umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan,
dedaunan.

10
A. NISAB
Nisab hasil pertanian adalah 5 wasq atau setara dengan 750 kg. Apabila
hasil pertanian termasuk makanan pokok, seperti beras, jagung, gandum, kurma,
dll, maka nishabnya adalah 750 kg dari hasil pertanian tersebut. Pendapat lain
menyatakan 815 kg untuk beras dan 1481 kg untuk yang masih dalam bentuk
gabah.[1][2]
Akan tetapi, jika hasil pertanian itu bukan merupakan bagian dari makanan
pokok, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga, dll, maka nisabnya
disetarakan dengan nilai nisab dari makanan pokok yang paling umum di daerah
(negeri) tersebut (di negeri kita = beras/sagu/jagung/ubi/singkong).
B. Kadar
zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan, atau
sungai/mata/air, maka 10%, apabila diairi dengan cara disiram / irigasi (ada biaya
tambahan) maka zakatnya 5%.
Dari ketentuan ini dapat dipahami bahwa pada tanaman yang disirami
zakatnya 5%. Artinya 5% yang lainnya didistribusikan untuk biaya pengairan.
Imam Az Zarqoni berpendapat bahwa apabila pengolahan lahan pertanian
diairidengan air hujan (sungai) dan disirami (irigasi) dengan perbandingan 50;50,
maka kadar zakatnya 7,5% (3/4 dari 1/10).
Pada sistem pertanian saat ini, biaya tidak sekadar air, akan tetapi ada
biaya lain seperti pupuk, insektisida, dll. Maka untuk mempermudah perhitungan
zakatnya, biaya pupuk, insektisida dan sebagainya diambil dari hasil panen,
kemudian sisanya (apabila lebih dari nishab) dikeluarkan zakatnya 10% atau 5%
(tergantung sistem pengairannya).

Waktu pengeluaran
Zakat ini dikeluarkan setiap kali panen dan telah sampai nisab, tanpa menunggu
haul.

11
E. Syarat-Syarat Zakat
1. Syarat Wajib Zakat
Syarat wajib zakat yaitu kefardhuan dari zakat. Adapun syarat wajib zakat
adalah15 :
a. Merdeka
Menurut kesepakatan para ulama para budak tidak diwajibkan zakat.
Menurut jumhur, hal ini dikarenakan tuannyalah yang memiliki harta
hambanya, jadi yang menanggungnya dalah tuan dari pemilik budak
b. Baligh dan Berakal
Menurut mahzab Hanafi, baloigh dan berakal merupakan suatu syarat. Jadi,
anak-anak kecil dan orang gila tidak wajib untuk berzakat. Namun menurut
jumhur, keduanya bukan merupoakan syarat. Jadi, zakat anak kecil dan
orang gila dikeluarkan oleh wali yang menanggungnya. Didasari pada hadis
yang diriwayatkan Tirmidzi dari ‘Amr ibn Syu’aib, dari bapaknya, dari
kakeknya, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallama berkhutbah di
hadapan manusia. Didalam khutbahnya, beliau bersabda:

ُ ‫ي يَتِيما لَهُ َمال فَليَت ِجر فِي ِه َول يَت ُركهُ َحتى ت َأ ُكلَهُ الصدَقَة‬
َ ‫أَل َمن َو ِل‬

“Ketahuilah, siapa yang mengasuh seorang yatim yang memiliki harta,


hendaknya harta itu diperdagangkannya dan tidak membiarkannya begitu
saja sehingga habis dimakan sedekah.” Status hadis ini dha’if. An-Nawawi
menilainya dha’if di dalam al-Majmu’ (5/301). Di dalam Dha’if at-Tirmidzi
pun, al-Albani juga menilainya dha’if. Hadis semakna juga ada yang
diriwayatkan melalui Umar radhiyallahu ‘anhu oleh al-Baihaqi. An-
Nawawi mengakui keshahihan hadis tersebut sebagaimana dalam al-Majmu’
(4/178). Ia berkata, “Isnad-nya sahih.”

15
Al-Zuhayly, Zakat: Kajian Berbagai Mahzab, 98.

12
c. Kepemilikan harta telah mencapi setahun, menurut hitungan komariyah
Menurut ijma’ para tabi’in dan fuqaha, tahun yang dihitung adalah tahun
komariyah . Menurut mahzab Hanafi, nisab yang dimaksudkan harus
sempurna antara dua sisi tahun, baik pada pertengahan tahun tersebut
terdapat bulan yang dinisabkan atau tidak.
Mazhab Maliki berpendapat tibanya masa setahun menjadi zakat emas,
perak, perdangan dan binatang ternak. Namun, ia tidak menjadi syarat bagi
zakat barang tambang, barang temuan, tanaman biji-bijian yang
menghasilkan minyak.
Menurut mazhab Syafi’i, seperti halnyamazhab Maliki sampainya masa
setahun menjadi syarat zakat uang, perdagangan, dan binatang, Tetapi, tidak
menjadi syarat bagi zakat buah-buahan , tanaman, barang tambang, dan
barang temuan
Menurut mazhab Hanbali, masa setahun sebagai syarat untuk zakat emas,
perak, binatang ternak, dan barang dagangan. Untuk buah-buahan, tanaman,
barang tambang, barang temuan tidak berlaku syarat tersebut.
2. Syarat Sah Zakat
a. Niat
b. Tamlik ( memindahkan kepemilikan harta kepada penerimanya)
F. Waktu Wajib Zakat Dan Waktu Wajib Pelaksanaannya
1. Waktu Wajib Zakat
Para fuqoha telah menyepakati bahwa zakat wajib dikeluarkan segera setelah
syarat-syaratnya terpenuhi. Barang siapa yang berkewajiban untuk
mengeluarkan zakat dan mampu mengeluarkannya, dia tidak boleh menunda-
nunda untuk melakukan zakat. Jika dia menundanya, dia akan berdosa kecuali
jika memang ada uzur.16

16
Ibid., 119.

13
2. Waktu Wajib Pelaksanaannya
Zakat ditunaikann sesuai dengan jenis harta yang terkena wajib zakat yaitu: 17
a. Zakat harta berupa emas, perak, barang dagangan, dan binatang ternak
yang digembalakan dibayarkan setelah sempurnanya hawl dalam satu
tahun.
b. Zakat tanaman dan buah-buahan dibayarakan ketika berulangnya masa
panen, walupun masa panen itu terjadi berulang kali dalam satu tahun.
Terdapat perbedaan pendapat dalam hal ini. Abu Hanifah dan Zafar
berpendapat bahwa zakat ini wajib dikeluarakan ketika muncul buah-
buahan dan selamat dari pembusukan walaupun buah-buahan tersebut
belum belum layak panen.dengan catatan, jumlahnya memenuhi batas
yang bisa dimanfaatkan.
Menurut al-Darir Maliki, zakat buah-buahan wajib dikeluarkan
ketika buah tersebuh telah baik, sudah layak dimakan, dan tidak
memerlukan pengairan lagi, tidak dikeringkan, tidak dipanen, tidak
dibersihkan.
Mahzab Syafi’i berpendapat bahwa zakat buah-buahan wajib
dikeluarkan ketika ia telah layak dan bijinya telah padat karena pada saat
itu, buah-buahan tersebut telah tumbuh smepurna.
Sedangkan Mahzab Hanbali berpendpaat bahwa seperti halnya
mazhab Syafi’i bahwa zakat itu wajib dikeluarkan ketika biji-bijian telah
gemuk, jika tanaman itu tanaman biji-bijian. Sudah layak dimakan jika
itu buah-buahan.
c. Dalam pandangan mazhab Hanafi dan Hanbali, madu wajib dikeluarkan
zakatnyaketika ia telah wajibuntuk dizakati. Zakat barang tambang
dikeluarkan ketika ia telah dikeluarkan dari bumi. Zakat fitrah selain
mahzab Hanafi, dikeluarkanb ketika matahari terbenam pada malam Hari
Raya Idul Fitri.

17
Ibid., 120.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur
pokok bagi tegaknya syariat Islam. Zakat merupakan suatu ibadah yang paling
penting, kerap kali dalam Al-Qur’an Allah menerangkan zakat beriringan dengan
menerangkan sholat. Pada delapan puluh dua tempat Allah menyebut zakat
beriringan dengan urusan shalat ini menunjukan bahwa zakat dan shalat
mempunyai hubungan yang rapat sekali dalam hal keutamaannya shalat
dipandang seutama-utama ibadah badaniyah zakat dipandang seutama-utama
ibadah maliyah.
Islam dibangun di atas lima landasan: Syahadat bahwa tiada Tuhan selain
Allah, dan Muhamad utusan Alah, menegakan sholat, menunaikan zakat, puasa
ramadhon dan haji." (QS: Bukhori, Muslim).

B. SARAN
Sebagai seorang Muslim atau yang beragama islam, sebaiknya kita
mengetahui macam-macam sujud itu sendiri dan setelah mengetahui dan
mempelajarinya, kita harus mempraktekkannya dalam kehidupan kita sehari-hari
dan dimanapun kita berada. Kemudian setiap melakukan suatu perbuatan
didahului niat kita karena Allah SWT karena tanpa niat karena Allah, maka akan
sia-sia apa yang kita lakukan.
Semoga kita senantiasa ingat untuk selalu bersyukur atas kepada kita. Amin
nikmat yang diberikan Allah SWT.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Nuruddin, Zakat Sebagai Instrumen Kebijakan Fiskal, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006.
Al-Zuhayly, Wahbah, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Cet. 6, Bandung: PT.
Remaja Rosdyakarya, 2005.
An-Nabahan, M. Faruq, Sistem Ekonomi Islam, Cet. 3, Yogyakarta: UII Press,
2002.

16

Anda mungkin juga menyukai