PESONA INDAH
AKHLAKUL
KARIMAH
PBA’20 Present
ii
Sebuah Karya Tulis Persembahan Mahasiswi
Pendidikan Bahasa Arab STAI ASSUNNAH Deli
Serdang STAMBUK 2020 Angkatan 9
Kisah-Kisah Golden Story yang di Terjemahkan dari
Buku Akhlakul Muslim
Karya Syeikh Hisyam bin Qushoy
iii
KATA PENGANTAR
iv
Sa’diah, S. Pd.I, sebagai dosen pengampu mata kuliah
Akhlak yang bukan hanya menyampaikan ilmu pada
kami, akan tetapi juga mendidik kami agar menjadi
muslimah yang berakhlak mulia. Semoga beliau dan
keluarga selalu berada dalam lindungan Allah .
Aamiin.
Memiliki akhlak yang mulia tentu saja
merupakan cita-cita seluruh umat Islam. Bagaimana
tidak, dengan kemuliaan akhlaknya ia dapat
menjalani hidup di dunia dengan tenang, begitu juga
di akhirat. Allah juga menjanjikan surga kepada
hamba-Nya yang berakhlak mulia dan menjadi salah
satu tujuan mengapa Rasulullah diutus,
sebagaimana beliau bersabda,
v
menerapkannya. Sebagian lagi hanya
menerapakannya di waktu–waktu tertentu, bahkan
ada yang tidak menerapkannya sama sekali. Maka
bagaimana dengan surga dan menjalani hidup dengan
tenang sesuai yang diimpikannya jika dia tidak
mempunyai usaha untuk menggapainya.
Pada situasi kali ini bukan hanya dalil dan
nasehat-nasehat yang menjadi solusi. Seperti kisah-
kisah para Nabi dan orang-orang saleh terdahulu
yang mengandung hikmah yang bisa kita suguhkan
untuk meningkatkan iman sehingga tergeraklah hati
untuk menerapkan akhlak mulia.
Maka kehadiran karya tulis ini semoga bisa
menjadi jalan keluar untuk kita semua dan menjadi
sarana untuk menuai ladang pahala yang tumbuh
dengan subur, aamiin.
Akhir kata, tak ada gading yang tak retak.
Sebagai manusia yang tak luput dari segala kesalahan
kami memohon maaf apabila pembaca menemukan
cacat dalam penulisan karya tulis ini. Semoga karya
vi
tulis ini semakin berkembang sehingga dapat hadir
dalam versi yang lebih baik lagi.
vii
DAFTAR ISI
viii
BERIKAN AMANAH KEPADA AHLINYA ..................... 33
What’s Amanah?................................................................. 33
Kakbah dan Amanah......................................................... 33
Keutamaan Orang yang Menjaga Amanah ............... 35
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA ................................. 38
Pengertian Berbakti pada Orang Tua ........................ 38
Kisah Nabi Isma’il yang Berbakti Kepada Orang
Tuanya ................................................................................... 38
Kisah Tiga Pemuda yang Terjebak di Dalam Gua .. 40
Cara Berbakti Kepada Orang Tua yang Sudah Tiada
................................................................................................... 42
Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua ................... 43
HIDUP TENANG DENGAN SIFAT QONA’AH .............. 46
Tamak Berujung Petaka .................................................. 48
Ummul Mu’minin Aisyah.................................................. 50
Nasehat Nabi Kepada Hakim . ............................. 51
Sifat Qona’ah Salman Al-Farisi ................................ 54
SAHABAT YANG ZUHUD DAN TAAT DALAM
BERIBADAH ............................................................................ 56
Jangan Berlebihan Dalam Ketaatan ............................ 59
Apakah yang Dimaksud Dengan I’tidal? ................... 60
ix
SAUDARIKU, MULIAKANLAH ORANG LAIN
NISCAYA ALLAH AKAN MEMULIAKANMU ............... 62
Saudariku Tahukah Kalian Apa Arti Kemulian Itu?
................................................................................................... 63
ITSAR .......................................................................................... 66
Apa Itu Itsar? ....................................................................... 67
Keutamaan Itsar ................................................................. 68
Lawan Dari Sifat Itsar....................................................... 68
Kisah-Kisah Para Sahabat Tentang Itsar .................. 69
ISLAMNYA KAUM DAUSAN .............................................. 75
Pemimpin Tertinggi dan Kemurahan Hati ............... 78
Kemurahan Hati Mengalahkan Dengki ..................... 79
BERLEMAH LEMBUT DAN BERKASIH SAYANG..... 83
Berlemah Lembut Ala Rasulullah ............................ 83
Anjuran Berkasih Sayang dan Berlemah Lembut . 84
ADILMU MEMULIAKANMU.............................................. 87
Adil Itu Tak Pandang Bulu.............................................. 87
Keadilan Umar bin Khattab ...................................... 90
Amputasi Akibat Mencuri ............................................... 92
RASA MALU ............................................................................. 98
SETIA ....................................................................................... 100
x
Apa Itu Setia? .................................................................... 100
Kesetian Khadijah ..................................................... 103
MUSYAWARAH ................................................................... 106
Lantas Apasih Musyawarah Itu? ............................... 109
SYUKUR ADALAH KUNCI KEBAHAGIAAN ............. 111
Jangan Sampai Kufur! .................................................... 111
Jangan Sampai Kufur Karena Musibah,
Bersyukurlah Seperti Syukurnya Abu Qilabah ... 117
MENJAGA LISAN ................................................................. 126
Cacian Itu Perbuatan Setan ......................................... 126
Jagalah Lisan!.................................................................... 127
‘IFFAH ...................................................................................... 130
Apa Sih ‘Iffah Itu (Menjaga Kehormatan)? ............ 137
Keutamaan Sifat ‘Iffah ................................................... 144
KETAWADHUAN PEMIMPIN-PEMIMPIN ISLAM . 148
Apa Sih Tawadhu’ Itu?................................................... 148
Kisah Khalifah Umar Bin Abdul Aziz ....................... 149
Kisah Abu Bakar As-Siddiq .................................... 150
Kisah Umar bin Khattab ......................................... 152
Kisah Salman Al-Farisi . ........................................... 155
MULIAKAN DAN ENGKAU AKAN DIMULIAKAN . 159
xi
Apa Arti Kemuliaan? ...................................................... 159
Kemuliaan Allah ........................................................ 161
Kisah Rib’i dan Rustum panglima Persia ........ 161
Sikap Harun Ar-Rasyid dalam Memuliakan Ilmu 163
MENYEMBUNYIKAN AIB SAUDARAMU BAGAIKAN
MENGHIDUPKAN SATU ORANG YANG TELAH MATI
.................................................................................................... 167
KEBERANIAN....................................................................... 171
Apa Itu Keberanian? ...................................................... 171
Kisah Umar bin Khattab .......................................... 171
Keberanian Rasulullah ............................................. 172
Keberanian Para Sahabat ........................................ 174
‘Amru bin Al-Jamuh .............................................. 175
Ali bin Abi Thalib ................................................... 175
Abdullah bin Rawahah ........................................ 176
Khalid bin Walid .................................................... 177
Abu Dzar ................................................................... 178
Sahabiyat-Sahabiyat Nabi ................................. 178
Anak-Anak Para Sahabat ......................................... 179
INDAHNYA MEMAAFKAN .............................................. 182
Kisah Lelaki Saleh yang Pemaaf ................................ 182
xii
Kisah Pemaafnya Nabi Yusuf .............................. 183
Kisah Rasulullah yang Memaafkan Orang yang
Hendak Membunuhnya ................................................ 185
Kisah Rasulullah yang Memaafkan Seorang
Wanita ................................................................................. 186
Kami Adalah Tamumu .................................................. 187
xiii
1
IKHLAS
Ikhlas adalah mengerjakan segala sesuatu
hanya mengharap rida dan pahala Allah . Agar lebih
memahami tentang ikhlas, yuk simak kisah berikut
ini.
2
menyerupai sosok lelaki tua, “Kemanakah kamu ingin
pergi wahai Pemuda?”, tanya iblis dengan
mengejutkan pemuda itu.
“Aku ingin pergi untuk menebang pohon yang
kini sedang disembah oleh manusia dari selain Allah”,
jawab pemuda itu dengan penuh Amrah yang masih
menyala-nyala.
“Aku tidak akan membiarkanmu untuk
menebangnya”, sambung iblis.
Setelah dialog yang cukup panjang, Iblis dan
pemuda itu saling berkelahi. Ternyata kemenangan
berpihak kepada pemuda saleh itu.
Iblis berkata, “Aku ingin memberikanmu
penawaran yang baik untukmu, kamu faqir dan kamu
juga tidak memiliki harta, maka kembalilah kepada
kaUmmu dan urungkan niatmu untuk menebang
pohon itu, sebagai imbalannya aku akan
memberikanmu dua dinar setiap harinya.”
Setelah berpikir panjang, pemuda ini pun
terjerat dalam perangkap iblis dengan menerima
tawaran tersebut.
3
Di hari pertama, pemuda tersebut
mendapatkan dua dinar, begitu juga hari kedua, akan
tetapi di hari ketiga dia tidak mendapatkan dua
dinar. Karena hal ini, Amrah pemuda itu langsung
memuncak tak terkendali ia langsung mengambil
kapaknya, “Kali ini aku akan benar-benar menebang
pohon itu”, ujarnya dengan berselimut Amrah.
Iblis kembali menemuinya dengan
menyerupai sosok lelaki tua, “Kemana kamu ingin
pergi wahai Anak Muda?”, sahut iblis mengejutkan.
“Aku igin menebang pohon itu”, balas pemuda
itu dengan Amrahnya. “Kamu tidak akan bisa, karena
aku akan menghentikanmu”, balas iblis.
Mereka saling berkelahi dan bergulat hingga
kemenangan diraih oleh iblis. “Wahai laki-laki tua
bagaimana kamu bisa mengalahkanku kali ini?
Padahal kemarin aku yang mengalahkanmu!”, ketus
pemuda itu dengan tampang kesal.
“Hahaha.... kamu tidak menyadarinya wahai
Pemuda? Hahah.. mari mendekat akan ku beritahukan
yang sebenarnya. Wahai Pemuda sesungguhnya
4
kemarin Amrahmu semata-mata karena Allah dan
perbuatanmu itu ikhlas semata-mata hanya untuk
mempertahankan agama Allah maka Allah
menjagamu dari perangkapku, namun kali ini
Amrahmu bukan karna Allah melainkan karena kamu
tidak mendapatkan dua dinar dariku. Maka mudah
saja bagiku untuk mengalahkanmu, haha..”, balas iblis
dengan kegirangan.
Inilah kisah tentang terjerumusnya orang
beriman ke dalam jerat-jerat iblis. Hanya karena
materi dan kenikmatan dunia yang tak seberapa iblis
mampu mengalahkan pria tersebut. Semoga Allah
senantiasa mempermudahkan kita dalam
memperbaiki niat dan menyelimuti hati kita dengan
keihklasan.
5
Kemudian di susul oleh seorang lelaki yang berhijrah
dengan maksud menikahi Ummu Qais. Mengetahui
hal ini Nabi bersabda, “Sesungguhnya amal-amal
itu tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap
orang tergantung pada apa yang diniatkan. Barang
siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya,
maka hijrahnya itu sampai kepada Allah dan
Rasul-Nya dan barang siapa yang hijrahnya karena
dunia yang hendak didapatkan atau karena wanita
yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa
yang dituju.” (Mutafaqun ‘Alaihi).
6
Orang yang ikhlas adalah orang yang
menjadikan amalannya murni hanya untuk
Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan yang lain dan tidak
riya’ dalam beramal.
Lawan dari ikhlas adalah isyrak, yang berarti
menyekutukan. Ikhlas dan lawannya ini berkenaan
dengan tujuan atau niat seseorang. Niat adalah
sesuatu yang mengacu kepada berbagai macam
respon yang membangkitkan. Apabila faktor
pembangkit amal perbuatan hanya satu, maka
perbuatan itu disebut ikhlas dalam kaitannya
dengan apa yang diniatkan, yaitu Allah. Dan
apabila faktor pembangkit tersebut ada dua atau
lebih, maka sudah bisa dikategorikan bahwa
tanda-tanda tidak ikhlas telah muncul di dalam
hatinya.
Orang yang ikhlas disebut sebagai mukhlish.
Faktor pembangkit lain dalam amal yang bisa
merusak keikhlasan yaitu; riya’ (pamer), sum’ah
7
(ingin didengar orang) dan ‘ujub (membangga-
banggakan diri sendiri).
Dan orang yang menyekutukan amal disebut
musyrik.
8
9
KESABARAN YANG SESUNGGUHNYA
Suatu hari Nabi Muhammad melawati
sebuah pemakaman. Nabi melihat sesosok wanita
sedang menangis di sisi kuburan itu, ternyata wanita
itu sedang menangisi anaknya yang baru saja
dimakamkan. Kemudian Nabi menghampirinya,
“Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah engkau
wahai Muslimah”, pesan Nabi kepada wanita itu.
“Diam dan enyahlah engkau dari sisiku dan
jangan campuri urusanku. Sesungguhnya engkau tidak
mengetahui apa yang sedang aku rasakan dan engkau
tidak merasakan apa yang aku rasakan”, bentak
wanita itu dengan nada histeris.
Nabi pun berpaling dan meninggalkannya
dengan kesabaran dan tanpa balasan sepatah kata
pun. Usut punya usut, ternyata wanita itu tidak
mengetahui bahwa yang menghampirinya adalah
Nabi Muhammad . Sontak saja orang-orang yang
berada di sekitarnya pun terkejut dengan hal itu,
kemudian dengan segera mereka mengabarkan
10
kepada wanita itu bahwa yang mengahampirinya
baru saja adalah sosok Nabi Muhammad .
Ia pun terkejut dan tertampar malu. Sesegera
mungkin ia menghampiri Rasulullah di
kediamannya, dengan berkerudung rasa malu ia
meminta maaf kepada Rasulullah atas apa yang
telah ia ucapkan.
“Maafkan saya ya Rasulullah, sesungguhnya
saya tidak mengetahui bahwa yang menghampiri saya
adalah engkau wahai Rasullah”, pinta wanita itu
dengan sekelut penyesalannya.
Dengan kebijaksanaan dan kelembutan
hatinya, Rasulullah memaafkan wanita itu dan
bersabda,
“Kesabaran yang sesungguhnya adalah di awal
seseorang tertimpanya musibah.” (H.R Bukhari
Muslim).
Keluarga Yasir
Kisah kedua datang dari keluarga yang
terkenal dengan kesabaran dan ketegarannya dalam
11
berpegang teguh pada tali agama Allah, yakni
keluarga Yasir .
Berita keislaman Amr bin Yasir serta Ayah
dan Ibunya telah tersebar dan diketahui oleh
orang-orang kafir. Orang-orang kafir sangat
membenci Islam, sehingga jika mereka menemukan
muslim di sekitaran mereka, mereka tak segan untuk
menyiksa dan mengazabnya habis-habisan.
Pada saat itu Islam belum terlalu kuat dan
dakwah pun masih disampaikan secara sembunyi-
sembunyi. Orang-orang kafir dengan Amrahnya yang
membara menyelusuri wilayah mereka untuk
memburu keluarga Yasir. Setelah mereka temukan,
kemudian mereka menyiksa keluarga Yasir dengan
siksaan yang pedih. Mereka memakaikan pakaian
besi pada keluarga Yasir, kemudian menjemur
mereka di tengah teriknya panas matahari. Tentu saja
hal ini dapat membakar sekujur tubuh secara
perlahan dan ini sangat mematikan.
12
Jika Yasir beserta keluarganya tidak
meninggalkan Islam dan keluar dari Islam, orang-
orang kafir tidak akan berhenti menyiksa mereka.
Padahal sah-sah saja jika keluarga Yasir
mengatakan telah kafir dan keluar dari Islam, namun
pada hakikatnya hati mereka masih beriman penuh
kepada Allah dan Rasul-Nya. Hal ini diperbolehkan
jika dalam keadaan sangat membahayakan seperti
ini. Namun, karena keimanan dan kesabaran keluarga
Yasir sangat luar biasa, mereka tak ingin murtad
walau hanya sedetik pun dan mereka tak ingin
mengucapkan kalimat yang membuat mereka
murtad walau hanya untuk menghindari siksaan
dunia, mereka lebih memilih ganjaran pahala dan
surga yang telah Allah siapkan di akhirat kelak.
Kemudian lewatlah Nabi dan Beliau
melihat betapa perihnya siksaan yang dialami
keluarga Yasir, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir,
sebab surga disisi kalian.” (H.R Hakim) doa sekaligus
semangat Nabi untuk keluarga Yasir.
13
Begitulah kesabaran keluarga Yasir, tak goyah
walau siksaan bertubi-tubi memanah. Keimanan
mereka yang tak ciut walau harus berjumpa dengan
maut. Hingga syahidlah Ayah dan Ibu Amr bin Yasir
. dan Amr bin Yasir juga syahid pada salah
peperangan yang terjadi setelah kejadian ini. Dan
pada akhirnya keluarga Yasir adalah orang-orang
yang mendapatkan kabar gembira yaitu surga.
14
hinaan, cacian, pertentangan secara keras pun Nabi
dapatkan dari para tetangganya yang kafir. Ada yang
mengganggunya dengan melemparkan kotoran di
depan rumahnya, melemparinya dengan kotoran saat
dalam perjalan pulang dari masjid dan masih banyak
lagi. Namun Nabi menghadapinya dengan
kesabaran bukan membalas dengan balasan yang
semisal.
Abdullah bin Mas'ud berkata tentang
kesabaran Nabi Muhammad dalam menghadapi
gangguan yang menimpanya, “Aku seperti melihat
kemiripan antara Nabi dengan Nabi-Nabi Allah
yang lainnya. Kaumnya melemparinya dengan batu
sampai wajahnya berdarah-darah kemudian ia
membersihkan darah dari wajahnya dan berdoa
kepada Allah, “Ya Allah ampunilah kaumku,
sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (H.R
Bukhari Muslim).
Allah telah menggambarkan kesabaran
para Nabi di dalam firman-Nya, Q.S Al-Anbiya: 85-86 :
15
ٓ ََۡ ۡ ُ َۡ َ ََۡ ّٞ ّ ُ ۡ ۡ َ َ َ ۡ َ َ ۡ
ۡحخ ٌَِا ۖٓ إِن ُُه َ ك ّو َِي ٱمصَِٰب
وأدخننَُٰه ِِف ر٨٥ ييِِ ِِۖإَوشمَٰعِيل ِإَودرِيس وذا ٱمكِؿ ِل
16
Rasul-Rasul ulul azmi yaitu:
Nabi Nuh
Nabi Ibrahim
Nabi Musa
Nabi Isa
Nabi Muhammmad
Allah juga menceritakan kisah tentang Nabi
Ayub di dalam Al-Quran:
ۡ ّ َ ۡ َۡ َ ۡ َ ٗۡ َ َ ۡ ُ َ
ٱۡضب ةٍِِّۦ َوَل َت ٌَدۗۡ إًِا َو َج ۡدنَٰ ٍُ َصاة ِ ٗر ۚا ن ِۡع َه ٱم َع ۡت ُد إًِ ٍُ ٓۥ
ِ ضؼرا ؾ
ِ وخذ بِيدِك
ّٞ أَو
٤٤ اب
17
atau kayu lainnya, lalu ia memukulkannya sekali pukul
kepada istrinya. (Sesungguhnya Kami dapati dia
seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba)
adalah Nabi Ayub. (Sesungguhnya dia amat taat)
kepada Allah.”
Nabi Ayub merupakan seorang laki-laki
yang memiliki banyak harta dan istri. Kemudian Allah
mengujinya dengan apa yang telah dimilikinya
dengan menghilangkan semuanya (anak dan istri)
dari sisinya dan Allah timpakan kepadanya penyakit
kulit yang penyakit itu tidak pernah ada orang yang
mengalaminya sebelumnya ataupun setelahnya.
Nabi Ayub hanya bisa berbaring di atas
tempat tidur saja tidak bisa melakukan sesuatu yang
lain selama beberapa tahun lamanya tetapi Nabi
Ayub melewati penderitaan itu dengan yakin
bahwa hal ini telah ditetapkan Allah. Lisannya selalu
basah dengan dzikir kepada Allah dan hatinya selalu
bersyukur kepada Allah, tidak ada yang menetap di
sisinya kecuali hanya satu Istrinya, yaitu Rahma yang
18
merawat Nabi Ayub dengan penuh kesabaran dan
kesetiaan.
Ketika tidak ada lagi kebutuhan pokok untuk
untuk dimakan maka Rahma, Istrinya menjual
sebagian perabotan rumahnya untuk dijual agar
mendapatkan makanan yang bisa dimakan.
Setelah mendapatkan makanan Rahma
memberikan kepada Nabi Ayub , sebelum
memakannya Nabi Ayub bertanya padanya, “Dari
mana kamu mendapatkan ini?”
“Aku menjual sebagian perabotan rumah kita”,
jawab Rahma.
Nabi Ayub memastikan terlebih dahulu
makanan tersebut baru kemudian ia memakannya.
Pada suatu hari tidak ada lagi perabotan yang
bisa dijual untuk mendapatkan sepotong roti. Rahma
mencoba mencari pekerjaan agar bisa memiliki gaji
yang nantinya dipergunakan untuk membeli
makanan. Namun, sayang orang-orang tidak ada yang
menerima Rahma karena takut tertular penyakit yang
sedang diderita Nabi Ayub . Rahma pun tak
19
kehabisan akal, ia mencukur rambutnya dan
menjualnya.
“Dari mana kamu mendapatkan roti ini?”, lagi-
lagi Nabi Ayub menanyakan kehalalan makanan
yang di dapat istrinya, karena Nabi Ayub tahu
bahwa kondisi keluarganya saat ini sedang
kesusahan, sehingga sulit untuk mendapatkan
makanan. Ia tidak ingin keluarganya memakan harta
yang haram.
Betapa terkejutnya Nabi Ayub hatinya
teriris ketika melihat Rahma istrinya menyingkap
kerudungnya dan melihat bahwa rambut istrinya itu
sudah tidak ada lagi. Istrinya rela menjual rambutnya
demi memberi sepotong roti untuk suaminya.
“Ya Allah sesungguhnya aku sedang ditimpa
kesusahan”, doa Nabi Ayub kepada Allah .
20
ketaatannya. Secara mengejutkan, tiba-tiba saja
memancar air dari bekas hentakan kaki Nabi Ayub .
21
namun masih mampu kokoh di atas kesabaran dan
berpegang teguh pada tali agama Allah . Baru
terkena duri sedikit saja, lisan kita mengeluh tanpa
ragu. Nastaghfirullahal ‘adzhiim.
22
23
BUAH KEJUJURAN
24
seorang alim ulama untuk mendapatkan nasihat dan
wejangan darinya tentang bagaimana cara untuk
meninggalkan maksiat yang sering dia lakukan.
Alim ulama itu pun memerintahkannya untuk
meninggalkan perkataan dusta dan selalu berkata
jujur dalam setiap hal. Pemuda ini pun berjanji untuk
selalu berkata jujur dalam setiap hal.
Singkat cerita, suatu hari pemuda ini berniat
untuk meminum khamr. Ketika gelas yang berisi
khamr hampir menyentuh bibirnya tiba-tiba ia
teringat dengan janjinya kepada Alim ulama tersebut.
“Apa yang harus aku katakan kepada Alim jika
dia bertanya kepadaku? Apakah kamu telah meminum
khamr wahai Pemuda? Apakah aku harus berbohong
kepada alim?.. Oh tidak.. Aku tidak akan pernah
meminum khamr ini lagi selamanya”, ujar pemuda itu
dalam hatinya.
Pada hari berikutnya, pemuda ini ingin
melakukan maksiat yang lain tetapi ia teringat
dengan janjinya kepada Alim untuk selalu berkata
25
jujur sehingga ia membatalkan niatnya untuk
melakukan kemaksiatan tersebut.
Begitulah seterusnya, setiap kali pemuda ini
ingin bermaksiat, ia menahan dirinya dari
kemaksiatan tersebut sampai ia benar-benar menjaga
janjinya kepada Alim untuk selalu berkata jujur.
Seiring dengan berjalannya waktu, pemuda ini
menjadi pemuda yang bersih jiwanya dan jauh dari
segala macam kemaksiatan dikarenakan
kesungguhan serta keteguhannya dalam menjaga
janjinya yaitu selalu berkata jujur dalam setiap hal.
Buah Kebohongan
26
Dusta ialah perkataan yang menyelisihi
kebenaran dan tidak sesuai dengan realita yang
terjadi. Dusta merupakan salah satu sifat orang-orang
munafik, Nabi Muhammad pernah bersabda yang
artinya, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga:
apabila ia berkata ia berdusta, apabila ia berjanji ia
tidak menepati dan apabila ia dipercaya ia
mengkhianati.” (Muttafaqun `Alaihi).
27
Ia terus melakukan akting tenggelam ini,
sampai pada suatu ketika ombak pantai meninggi
tanpa ada aba-aba. Benar saja, anak lelaki itu pun
tergulung ombak, membuatnya hampir tenggelam.
Dengan sungguh-sungguh ia berteriak meminta
tolong kepada teman-temannya. Tetapi sangat
disayangkan, kebohongannya telah menghancurkan
rasa percaya teman-temannya.
“Ah, akting yang sangat bagus”, gerutu teman-
temannya dalam hati. Mereka pun acuh, tak
memperdulikannya seolah tak terjadi apa-apa.
Mereka menyadari bahwa si anak lelaki itu benar-
benar tenggelam sampai datang seseorang yang
berlari ke arahnya untuk menolongnya.
Pada akhirnya anak lelaki itu pun berhasil
diselamatkan.
“Sungguh Allah telah menghukumku karena
kebohonganku. Aku berjanji untuk tidak akan
berbohong lagi setelah ini”, ucapnya dengan penuh
kesungguhan. Setelah kejadian tersebut anak lelaki
ini pun tidak pernah berbohong lagi.
28
29
IHSAN
30
Ibnu Umar berkata, “Sesungguhnya kita
berada di tempat yang tuanmu tidak melihat kita,
maka juallah satu kambing kepadaku dan katakan
kepada tuanmu, bahwasanya serigala telah
memakannya.”
“Apabila tuanku tidak melihat kita, maka
bagaimana dengan Allah”, balas anak ini dengan
penuh rasa pengawasan dan rasa takut kepada Allah
.
Sontak Abdullah bin Umar takjub
dibuatnya. Lalu dia pergi menemui tuan pemilik
kambing itu dan membelinya, Abdullah juga membeli
anak kecil itu dari tuannya dan membebaskanya.
31
32
BERIKAN AMANAH KEPADA AHLINYA
What’s Amanah?
Amanah ialah menunaikan segala hak dan
kewajiban serta menjaganya. Setiap muslim harus
memberikan atau menunaikan hak muslim lainnya.
Yuk simak kisah berikut agar amanah semakin
mendarah daging dalam diri kita.
33
kunci kakbah pada saat itu) dan meminta kunci
tersebut darinya, dengan berpindahnya kunci kakbah
dari tangan Utsman bin Thalhah ke tangan Rasulullah
, maka sempurnalah penaklukkan kakbah.
Kemudian Rasulullah masuk ke dalam kakbah dan
berdiri di depan kakbah seraya berkata :
“Tiada ilah yang berhak disembah selain Allah
Yang Maha Esa, janji Allah itu pasti, hanya Allah yang
mampu menolong hamba-Nya dan hanya Allah yang
mampu mengahancurkan musuh-musuhNya.”
Setelah itu Rasulullah duduk di dalam
Masjid Alharam yang diiringi dengan kedatangan Ali
bin Abi Thalib. Dengan posisinya yang masih
berdiri, beliau berkata kepada Rasulullah ,
“Wahai Rasulullah, jadikanlah salah satu di
antara kami yang menjadi penanggung jawab kiswah
kakbah dan penanggung jawab air zam-zam.”
“Dimanakah ‘Utsman bin Tholhah?”, tanya
Rasulullah kepada Ali bin Abi Thalib . Para
34
sahabat pun segera menghadap Rasulullah dengan
membawa Utsman bin Tholhah bersama mereka.
“Wahai Utsman ambillah kuncimu ini, karena
hari ini merupakan hari mengabdi dan kesetiaan”
[siroh Ibnu Hisyam], ujar Rasulullah kepada
Utsman .
Kemudian Allah menurunkan firman-Nya
Q.S An-Nisa : 58 yang artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk
memberikan amanah kepada ahlinya.”
Begitulah cara Rasulullah menolak tawaran
Ali bin Abi Thalib untuk memegang kunci kakbah,
membagikan air zam-zam dan melayani orang-orang
yang berhaji. Rasulullah memberikan kunci kakbah
kepada Utsman bin Tholhah sebagai bentuk ketaatan
terhadap perintah Allah dengan memberikan
amanah kepada ahlinya.
35
Ketika seseorang berpegang teguh terhadap
amanah yang diembannya, maka Allah
memberikan kebaikan terhadapnya dan
sungguh, Allah memuji hamba-Nya yang
menunaikan amanah.
Di akhirat kelak orang yang menunaikan
amanahnya dengan baik, akan mendapatkan
kemenangan dengan rida Rabb-Nya, serta
surga Allah yang luasnya seluas langit dan
bumi. Allah hadiahkan semua ini kepada
hamba-hamba-Nya yang bertakwa.
36
37
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
38
“Wahai Anakku! Sesungguhnya aku bermimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah
pendapatmu!” (Q.S Ash-Shaffat : 102).
Isma’il pun menjawab dengan penuh
kepercayaan sebagai orang yang beriman dengan
rahmat Allah dan rida dengan takdirnya,
“Wahai Ayahku! Lakukanlah apa yang
diperintahkan Allah kepadamu, insyaallah engkau
akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (Q.S
Ash-Shaffat : 102).
Seperti itulah berbaktinya Isma’il kepada
39
Allah berfirman:
”Dan kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar” (Q.S Ash-Shaffat : 107).
40
mendapati keduanya telah tertidur. Aku tidak ingin
membangunkan keduanya dan aku tidak ingin
memberikan susu tersebut kepada seorang pun dari
anakku sebelum kedua orang tuaku meminumnya.
Aku menunggu keduanya dengan memegang
susu tersebut di tanganku. Aku menunggu kedua orang
tuaku terbangun dari tidurnya sampai terbit fajar dan
anak-anakku menangis karena mereka sangat lapar
dan mereka merengek di kakiku sampai ayahku
tebangun dan dia meminum susu tersebut.
Wahai Rabb kami, jika dengan perbuatan ku
tersebut semata-mata untuk mengharapkan rida-Mu,
maka berilah jalan keluar kepada kami yang berada di
dalam gua ini.”
Kemudian batu tersebut bergeser sedikit demi
sedikit dan mereka bertiga bisa keluar dari gua
teresebut. (Kisah ini diambil dari Hadis Muttafaqun
‘Alaih).
41
Cara Berbakti Kepada Orang Tua yang Sudah
Tiada
Mendoakan dan meminta ampunan
untuk mereka kepada Allah .
Menepati janji-janji yang telah mereka
buat.
Berbuat baik kepada teman-teman dan
sanak kerabat orang tua.
Sebagaimana Hadis Rasulullah,
dikisahkan ada seorang pemuda dari bani Salamah
datang kepada Nabi, dia berkata, “Wahai
Rasulullah, apa yang bisa ku lakukan untuk bisa
berbakti kepada kedua orang tuaku setelah kematian
keduanya? .”
Rasulullah menjawab, “Iya. Salat untuk
keduanya (doa), ampunan untuk keduanya,
menunaikan janji-jani mereka setelah kematian
mereka, memuliakan teman-teman mereka dan
menyambung tali silaturahim yang tidak tersambung
kecuali dengan keduanya.” (HR. Ibnu Majah).
42
Allah juga menganjurkan kepada setiap
muslim untuk memperbanyak doa untuk kedua orang
tua di setiap waktu.
Allah berfirman:
ۡ ُ َُ ََۡ َ ۡ ُۡ َ َ َ َ ۡ ۡ َ َ
ُ ٱۡل َِص
٤١ اب ربٌا ٱػؿِر ِِل وم ِو َٰ ِلي ول ِنىم ِوٌ ِني وِم قوِم
43
sisi Allah. Allah telah menjadikan berbakti
kepada orang tua itu amalan yang paling agung dari
amalan-amalan yang lainnya dan Allah
menyukainya.
Rasulullah pernah ditanya tentang ini:
“Amalan apa yang paling Allah sukai?”, kemudian
Rasulullah bersabda, “Salat tepat waktu”,
kemudian dia bertanya lagi, “Kemudian apa?”,
Rasulullah bersabda, “Berbakti kepada orang tua”,
kemudian dia bertanya lagi, “Kemudian apa?”,
Rasulullah bersabda, “jihad di jalan Allah”
(Muttafaqun ‘alaih).
Di antara keutamaan tersebut adalah:
Rida Allah tergatung rida
orang tua.
Surga dibawah kaki ibu.
Kedudukannya seperti orang yang
berjihad.
Diberikan anak-anak yang berbakti
kepada orang tuanya
44
Semoga kita selalu diberi kemudahan dalam
urusan dan selalu mendapat rida Allah atas
perbuatan kita kepada kedua orang tua kita. Amiin
Allahumma amiin.
45
46
HIDUP TENANG DENGAN SIFAT QONA’AH
[ وقنعو هللا بما أتاه ]رواه مسلم, ورزق كفافا,قد أفلح من أسلم
“Telah menang orang-orang yang telah masuk
Islam dan telah di cukupkan rezekinya dan Allah
memberi rasa qona’ah kepadanya dengan apa yang
telah di berikan kepadanya.” [H.R. Muslim].
Lawan dari sifat qona’ah adalah tamak. Tamak
adalah sifat yang buruk, dimana sifat ini adalah selalu
merasa kurang atas apa yang telah diberikan
kepadanya, sebanyak apapun harta atau kenikmatan
yang di suguhkan kepadanya, dia tidak akan pernah
puas, malah semakin iri dan hasad ketika mengetahui
kelebihan yang ada pada orang lain.
47
Berikut ini adalah beberapa kisah tentang
ruginya orang-orang yang memiliki sifat tamak dan
beruntungnya orang-orang yang berhias diri dengan
sifat qona’ah.
48
menunggunya, sehingga dia bisa menikmati harta
karun tersebut sendiri (tanpa dua orang sahabatnya).
Dia berinisiatif untuk membeli racun kemudian
memasukkannya ke dalam makanan yang telah di
belinya.
Di sisi lain, dua orang sahabatnya juga sepakat
untuk membunuhnya, ketika dia telah kembali dari
kota untuk membeli makanan, sehingga mereka
dapat menikmati dan membagi rata harta karun
tersebut berdua saja.
Lelaki yang diutus untuk membeli makanan
itu pun kembali, dengan senyum sumringahnya ia
membawa makanan beracun dan dengan semangat
yang membara bahagia bukan kepalang ia
melancarkan aksinya untuk meracuni dua orang
sahabatnya itu dan di sisi lain, kedua sahabatnya juga
sedang berbahagia ria dengan rencana yang sudah
mereka susun rapi sejak tadi. Benar saja, aksi kedua
sahabatnya itu berjalan dengan mulus. Setelah
mereka berhasil membunuhnya mereka pun duduk
menikmati santapan makanan beracun yang dibawa
49
temannya tadi. Dan pada akhirnya mereka berdua
pun mati karena makanan beracun tadi. Tak ada
satupun dari mereka yang menikmati harta karun
tersebut, bahkan mereka meninggal disebabkan sifat
mereka yang tamak. Seperti inilah akhir hayat dan
balasan bagi orang-orang yang tamak (rakus). Harta
karun tak didapat, maut datang merapat.
50
melihat hal ini dan bertanya-tanya, “Apa ini?” “Aku
menyimpan satu keranjang anggur ini untuk kita
makan”, jawab Pembantu itu dengan rasa tak
bersalahnya. “Apakah satu atau dua tangkai anggur
ini tidak cukup untuk?”, tegas Ummul Mu’minin.
Betapa sederhananya beliau, terutama dalam
hal makanan. Tidak takut kelaparan akan hari esok,
sebab beliau menggantungkan segala kepada Allah
.
51
lembutan, kebijaksanaan dan kewibawaannya
berbicara kepada Hakim bin Hizam,
“Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini adalah
buah yang manis (manusia itu menyukai harta itu
sebagaimana mereka menyukai buah-buahan yang
manis dan lezat), maka jika mereka mengambil harta
itu dengan kemurahan hati (tanpa meminta-minta
dan rakus) keberkahanlah baginya dan barang siapa
yang mengambilnya dengan hawa nafsunya maka
tidak ada keberkahan baginya, dia seperti
memakannya dan tak pernah kenyang, sesungguhnya
tangan di atas lebih baik daripada tangan dibawah.”
[Muttafaqun ‘Alaih].
Mendengar hal ini pun Hakim sadar dan
berjanji kepada Nabi untuk tidak mengambil
sesuatu apapun dari siapapun selamanya sampai
maut menjemput.
Abu Bakar As-siddiq pernah
memerintahkan untuk memberikan harta dari
ghanimah (harta hasil rampasan perang) kepada
Hakim bin Hizam sebagai jatahnya, Namun Hakim
52
bin Hizam menolak pemberian tersebut. Karena
memegang teguh janji yang pernah ia ucapkan
kepada Nabi . Kemudian ketika Umar
menjabat sebagai khalifah, Umar kembali
memanggil Hakim bin Hizam untuk memberinya
harta ghanimah sebagai jatahnya dan lagi-lagi Hakim
menolaknya dan Umar bekata,
“Wahai Orang-Orang Muslimin, aku bersaksi
atas Hakim bahwa aku menawarkan kepadanya
haknya yang telah Allah berikan kepadanya bagian
dari harta perang ini, namun dia menolak untuk
menerimanya.”
Dan seperti itulah hakim yang terus
memegang teguh janjinya kepada Nabi dan tetap
istiqomah berhias diri dengan sifat qona'ahnya. Ia
belajar dari nasehat Nabi untuk tidak meminta-
minta kepada siapapun, hingga akhirnya ia rela
melepaskan haknya dan ia menjalani hidupnya
dengan hasil jerih payah usahanya sendiri.
53
Sifat Qona’ah Salman Al-Farisi
Salman Al-Farisi pernah menjadi seorang
gubernur di salahsatu kota dan gajinya sebanyak
5000 dirham ia sedekahkan sepenuhnya. Ia membeli
daun kurma seharga satu dirham, kemudian ia
menganyamnya dan menjualnya dengan harga 3
dirham. Ia bersedekah dengan satu dirham dari hasil
penjualannya itu dan membeli makanan untuk
keluarganya dengan satu dirham yang lainnya
kemudian satu dirham sisanya ia gunakan untuk
membeli daun kurma yang baru untuk dianyam dan
dijual kembali.
Itulah beberapa kisah orang-rang yang selalu
merasa cukup dengan apa yang diberikan Allah
kepadanya, walaupun yang diberikan Allah
hanya sedikit, namun sejatinya jika kita terus
menanamkan sifat qona’ah dalam diri, rezeki yang
sedikit akan terasa berlimpah. Sebaliknya jika sifat
tamak yang dibiasakan maka sebanyak apapun rezeki
yang diberikan Allah akan selalu terasa kurang.
Sekarang kita hanya punya dua pilihan, mau hidup
54
tenang dengan sifat qonaah, atau hidup sesak dengan
sifat tamak di dalam diri.
Oleh : Firda Zulaikha
55
56
SAHABAT YANG ZUHUD DAN TAAT DALAM
BERIBADAH
57
Ummu Darda’ tampak lusuh dengan
pakaian yang sangat sederhana.
“Wahai Ummu Darda’, apa yang terjadi
padamu? Dan mengapa engkau berpakaian seperti
ini?”, tanya Salman Al-Farisi kepada Ummu Darda’.
Lalu Ummu Darda’ menjawab, “Lihatlah
saudaramu Abu Darda’, dia telah meninggalkan
perkara dunia dan dia sama sekali tidak
memperhatikan aku sebagai istrinya. Dia
memperbanyak ibadah dan salat, berpuasa di siang
hari dan qiyamul lail (salat malam) di malam hari.”
Melihat kezuhudan Abu Darda’, Salman
Al-Farisi menasehatinya. Beliau berkata,
“Sesungguhnya Rabbmu memiliki hak atasmu yang
harus kamu tunaikan dan dirimu punya hak atasmu
yang harus kamu tunaikan, anggota tubuhmu pun
memiliki hak untuk istirahat dan keluargamu punya
hak atasmu yang harus kau tunaikan.”
Ketika Rasulullah mendengar hal ini, beliau
membenarkan perkata Salman .
58
Jangan Berlebihan Dalam Ketaatan
Ada tiga orang yang datang ke rumah Nabi .
Mereka bertanya tentang ibadah Nabi . Lalu setelah
mereka diberitahukan (tentang ibadah Rasulullah )
mereka berkata, “Kita ini tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan Nabi , Nabi telah
diberikan ampunan atas semua dosa-dosanya baik
yang telah lewat maupun yang akan datang.”
Kemudian salah seorang dari mereka
mengatakan, “Adapun saya, saya akan salat malam
selama-lamanya.” Lalu yang lainnya berkata, “Adapun
saya, sungguh saya akan puasa terus menerus tanpa
berbuka.” “Sedangkan saya akan menjauhi wanita,
saya tidak akan menikah selamanya”, sambung yang
lainnya.
Mendengar hal ini, Rasulullah mendatangi
mereka, kemudian bersabda, “Benarkah kalian yang
telah berkata begini dan begitu? Demi Allâh!
Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut
kepada Allah dan paling taqwa kepada-Nya di
antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku juga
59
berbuka (tidak puasa), aku salat (malam) dan aku
juga tidur dan aku juga menikahi wanita. Maka,
barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia
tidak termasuk golonganku.” [H.R Bukhari].
60
amalannya, baik itu dalam beribadah, beramal,
berinfaq, serta bersikap sederhana di dalam makan
dan minum. Setiap muslim menunaikan apa-apa yang
wajib dan sunnah sesuai dengan kesanggupannya.
61
62
SAUDARIKU, MULIAKANLAH ORANG LAIN
NISCAYA ALLAH AKAN MEMULIAKANMU
63
Muawiyah mengirimkan harta sebanyak
180 ribu dirham kepada Ummul Mukminin Aisyah .
Aisyah pun menerima harta tersebut kemudian
menyedekahkan semuanya tanpa tersisa sedikitpun
dan saat itu Aisyah dalam keadaan berpuasa.
Kemudian Aisyah memerintahkan pelayannya
untuk menghidangkan makanan untuk dimakan
ketika tiba waktu berbuka. Dengan segera sang
Pelayan lalu menghidangkan roti dan zaitun.
Kemudian sang Pelayan berkata, “Tidak
bisakah engkau membeli daging walau dengan
sedirham harta yang kamu miliki pada hari ini, agar
daging tersebut bisa kita hidangkan untuk berbuka?”
Begitulah sosok seorang Ummul Mukminin
Aisyah yang menyedekahkan harta dalam jumlah
yang begitu banyak hingga lupa untuk menyisihkan
sedikitpun dari hartanya walau satu dirham untuk
membeli daging supaya bisa dinikmati ketika
berbuka puasa.
Dalam kisah lain disebutkan bahwa pada
suatu hari Umar bin Khattab memberikan
64
hartanya kepada Rasulullah untuk disedekahkan
kepada orang-orang yang membutuhkan, kemudian
Rasulullah berkata, “Apa yang kamu tinggalkan
untuk keluargamu wahai Umar?”
Umar menjawab, “Aku meninggalkan setengah
dari hartaku untuk mereka.”
Pada kesempatan yang lain, Abu bakar
datang kepada Rasulullah untuk
menyedekahkan seluruh hartanya kepada orang-
orang yang membutuhkan, kemudian Rasulullah
bertanya, “Apa yang kamu tinggalkan untuk anak-
anakmu wahai Abu Bakar?”
Abu Bakar pun menjawab, “Aku tinggalkan
Allah dan Rasulnya untuk mereka.”
65
66
ITSAR
67
Keutamaan Itsar
Allah memuji orang-orang yang itsar dan
menjadikan mereka golongan orang-orang yang
beruntung. Sebagaimana firman Allah :
َ َ َ َ ۡ ۡ َ َ َ َ ۡ َ َ ُّ ُ ۡ ۡ َ
َي ُدون ِِف َ َ ۡ وي َت َتِ ُءو ٱل َار َو ِ َو
َ ٱّل
ِ ٱۡلومَٰي وِي قتن ِ ُِه ُيِتِن وي َاجر إَِل ُِه وَل
ِ
ّٞ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َ َ ۡ ُ َ ٰٓ َ َ َ ُ ۡ ُ َ ْ ُ ُ ٓ ّ ٗ َ َ ۡ
اصث ۚ َو َوي ُص ُدورَِِه حاجث مِىا أوحِا ويمذ ِرون لَع أًؿصِ ُِه ولِ َكن ة ِ ُِه خص
َ ۡ ۡ ُ َ َ َُ َۡ ُ َ
٩ صٍِۦ ؾأ ْو ٰٓلئِك َ ُه ٱل ُىؿن ُِحِن
ِ وُِق شح نؿ
68
manusia adalah mendahulukan kepentingan orang
lain dan mencintai sesama.
69
Hisyam pun mengisyaratkan Hudzaifah untuk
pergi ke arahnya dengan membawa air. Bertolaklah
Hudzaifah ke arah pria itu dan mendapatinya telah
wafat. Dan Hudzaifah pun kembali menemui Hisyam,
sayangnya ia medapatinya telah wafat. Dan ia
kembali menemui keponakannya, ternyata
keponakannya juga sudah wafat.
Mereka semua telah mendahulukan
saudaranya daripada dirinya sendiri. Inilah contoh
itsar para sahabat dengan seteguk air.
Kisah kedua, Datanglah seorang perempuan
kepada Rasulullah dan ia memberikan hadiah
syal. Rasulullah pun memakainya karena memang
Rasulullah sedang membutuhkannya.
Ketika itu seorang sahabat melihat syal
tersebut dan memintanya, "Wahai Rasulullah,
Sungguh bagus syal ini, berikanlah kepadaku.” Nabi
pun melepaskannya dan memberikannya.
Berkata seorang sahabat kepada laki-laki itu ,
"Sungguh bagus sekali engkau, Rasulullah
memakainya dan membutuhkannya. Dan engkau
70
memintanya padahal kau tahu Rasulullah tidak
menolak seorangpun.”
Laki-laki tersebut menjawab, "Demi Allah,
sungguhnya aku tidaklah memintanya kecuali untuk
ku kenakan sebagai kafanku.”
Kisah ketiga, pada suatu hari datang seorang
lelaki lapar meminta makanan kepada Rasulullah
yang sedang berada di dalam masjid. Rasulullah
menyuruh lelaki tersebut untuk datang ke
rumah Beliau dan mencari makanan disana,
tetapi lelaki tersebut tidak mendapatkan apapun
selain air putih.
Rasulullah berkata, “Barang siapa yang
bersedia menjamu lelaki ini pada malam ini, maka
Allah akan menyayanginya.”
Kemudian salah seorang lelaki dari kaum
Anshar menjawab, “Aku bersedia wahai Rasulullah.”
Lelaki itu pun seorang pria tadi lapar tadi ke
rumahnya.
71
Setibanya di rumah, lelaki Anshar bertanya
kepada istrinya, “Apakah kita punya sesuatu untuk
dihidangkan?”
Istrinya menjawab “Tidak, hanya ada sedikit
makanan untuk kedua anak kita.”
Ternyata lelaki Anshar tidak memiliki
makanan yang cukup di rumahnya kecuali sedikit
sekali, yang tadinya akan diberikan kepada kedua
anaknya yang juga sedang kelaparan. Lelaki Anshar
kemudian memerintahkan istrinya untuk
mengalihkan perhatian kedua anaknya dari makanan
dan menidurkan mereka.
Pada saat bersamaan lelaki Anshar
mempersilahkan lelaki yang lapar tadi untuk masuk
ke rumahnya dan mematikan lampu. Lelaki Anshar
kemudian menghidangkan makanan kepada lelaki
tersebut dan menemaninya seolah-olah lelaki Anshar
ikut makan bersamanya sampai ia merasa kenyang.
Makanan itu habis dan tidak ada yang tersisa
untuk lelaki Anshar dan keluarganya yang lapar.
72
Keesokan paginya lelaki Anshar dan tamunya
semalam pergi menemui Rasulullah, Beliau
berkata kepada lelaki Anshar, “Sesungguhnya
Allah merasa takjub atas perlakuanmu dan istrimu
terhadap tamu kalian malam tadi.”
Allah menurunkan ayat yang berkaitan
dengan peristiwa ini dalam surah Al-Hasyr ayat
kesembilan, yang artinya:
“Dan orang-orang yang mendahulukan
kepentingan orang lain atas dirinya sendiri walaupun
ia sangat membutuhkannya.”
Dalam kisah yang lain disebutkan, Abi Al-
Hasan Al-Anthoki pernah berkumpul bersama lebih
dari 30 orang pemuda dan mereka hanya memiliki
sedikit makanan. Bersama mereka hanya ada
sepotong roti yang tidak cukup untuk mereka semua.
Kemudian mereka memotong roti tersebut
menjadi potongan-potongan kecil. Kemudian mereka
mematikan lampu dan duduk bersama untuk makan.
Beberapa waktu kemudian lampu dihidupkan dan
ternyata potongan-potongan roti tersebut masih utuh
73
dan tidak berkurang sedikitpun. Dan ternyata
penyebabnya adalah setiap mereka tidak mengambil
potongan roti karena ingin mendahulukan
saudaranya yang lain untuk makan, mereka semua
melakukan hal yang sama dan mereka tidak
memakan apapun.
74
75
ISLAMNYA KAUM DAUSAN
76
“Hancurkan mereka, binasakan mereka”, sorak
ramai orang-orang di sekitaran Nabi . Tidak di
ragukan lagi bahwa doa Nabi sangatlah
mustajab. Dengan keteladan yang ada pada diri
Rasulullah dan dengan segala akhlak mulia yang
tertanam dalam diri Rasulullah, beliau tidak
mendoakan keburukan dan kehancuran untuk kaum
Dausan, namun sebaliknya, beliau malah mendoakan
kebaikan untuk mereka, “Ya Allah berilah petunjuk
bagi kaum Dausan dan datangkanlah dari kalangan
mereka orang-orang yang saleh”, [Muttafaqun Ilaihi],
pinta Nabi kepada Allah untuk kaum Dausan.
Setelah kejadian itu, semangat Attufail dalam
berdakwah tak luntur malah semakin menggelora. Ia
berkeinginan untuk mendakwahi suku Dausan untuk
yang kedua kalinya. Tidak disangka, atas kuasa Allah
semua orang yang berasal dari suku Dausan
menerima Islam dan mereka semuanya masuk Islam.
Beginilah bentuk dari kemurahan hati Nabi .
Nabi tidak mendoakan keburukan bagi kaum
Dausan karena telah menolak Islam, tetapi Nabi
77
malah mendoakan kebaikan bagi mereka. Allahu
Akbar.
78
Beginilah kemurahan hati seorang khalifah
telah mendahului amarahnya dan beranggapan biasa
saja ketika dikatakan gila di tempat umum oleh lelaki
yang mencelanya. Umar bin Abdul Aziz tidak
menggunakan kekuasaan dan kekuatannya untuk
membalas orang yang menghinanya.
79
Dua orang lelaki itu terus mengikuti Al-Ahnaf dari
belakang dan terus mencaci tanpa henti. Ketika
hampir sampai di dekat gang tempat tinggal Al-Ahnaf,
kemudian Al-Ahnaf berhenti dan mengatakan pada
dua lelaki itu, “Jika kalian ingin mengatakan sesuatu
kepadaku, maka katakanlah sekarang. Karena jika
orang-orang yang ada di sekitar gang ini mendengar
cacianmu padaku, mereka akan membalas kalian dan
mengamuk massakan kalian.”
Di lain waktu yang berbeda, ada kaum yang
sengaja mengutus dua orang lelaki untuk mencaci
dan mencela Al-Ahnaf. Seperti sebelum-sebelumnya,
Al-Ahnaf hanya diam, acuh tak acuh, tak perduli dan
tidak merespon, hanya menganggapnya angin yang
sedang lalu lalang saja. Dua lelaki itu terus saja
mencaci Al-Ahnaf hingga datang waktu makan siang.
Ketika makanan telah datang, Al-Ahnaf
berkata, “Nah.. ini dia makan siang kita telah tiba, jika
kalian ingin makan maka ikutlah denganku.” Sontak
saja mereka berdua terkejut bukan kepalang berbalut
malu bukan main. Mereka mencaci Al-Ahnaf habis-
80
habisan namun Al-Ahnaf malah bersikap baik dan
menawarkan makan siang bersama pula. Karna malu
yang tak tertahankan ini akhirnya mereka berdua
pergi meninggalkan Al-Ahnaf dan tempat itu dengan
rasa malu yang tak dapat lagi diungkapkan dengan
kata-kata.
Begitulah kisah-kisah teladan dari para
tauladan mulia ummat manusia. Semoga kita bisa
mengamalkan sifat murah hati ini dan berhias diri
dengannya.
81
82
BERLEMAH LEMBUT DAN BERKASIH
SAYANG
83
memukulinya. Namun Rasulullah melarang
mereka, “Biarkan dia sampai menyelesaikan hajatnya ,
kemudian basuhlah dengan satu ember air ketempat
yang terkena air kencingnya, sesungguhnya aku diutus
kepada kalian untuk mempermudah kalian, aku tidak
diutus untuk mempersulit kalian.” (H.R Bukhari)
Lelaki Badui itu merasa kesal dengan para
sahabat, karena ingin memukulinya. Sedangkan ia
belum mengetahui hukum atas perbuatan yang ia
lakukan. Kasih sayang dan kelembutan hati
Rasulullah meluluhkan hatinya, hingga tak ada rasa
dongkol terhadap Rasulullah sedikit pun.
84
dirinya sendiri dalam suatu perkara, kecuali perkara
yang telah diharamkan Allah, maka tahanlah suatu
perkara hanya karena Allah.”
Rasulullah juga menyampaikan kepada
para sahabatnya bahwasanya, “Permudahlah dan
jangan menyulitkan dan sampaikanlah kabar gembira
dan bukanlah kabar buruk.” (Muttafaqun ‘Alaihi).
85
86
ADILMU MEMULIAKANMU
87
si pencuri itu seorang dari keturunan orang kecil,
lapisan bawah dan rakyat jelata, ia dijatuhi hukuman
potong tangan.
Sewaktu hukuman potong tangan bagi
perempuan itu akan dilaksanakan, para keluarga dan
kerabatnya berusaha mencari jalan meminta
ampunan kepada Nabi agar hukuman itu jangan
sampai ditegakkan. Mereka menyampaikan
permohonan dan permintaanya itu melalui perantara
Usamah bin Zaid . Dikarenakan Usamah bin Zaid
adalah anak dari Zaid bin Haritsah yang paling
disayangi oleh Nabi . Lalu Usamah bin Zaid
dengan segera menghadap Nabi dan
mengemukakan segala yang diharapkan oleh
keluarga perempuan tersebut. Setelah mendengar
permintaan Usamah bin Zaid , raut wajah Nabi
berubah seraya bersabda, "Apakah kamu akan
membicarakan kepadaku tentang hukum dari hukum-
hukum Allah Ta'ala? Apakah kamu akan menolong
orang yang melanggar hukum Allah Ta'ala?”
88
Karena mendengar jawaban Nabi yang
sedemikian kerasnya serta melihat raut wajah beliau
terlihat sangat marah, Usamah bin Zaid berkata,
"Ampuni aku atas kelancanganku ya Rasulullah.”
"Aku telah memaafkan dan mengampuni setiap
permusuhan yang dilakukan terhadap diriku dan
permusuhan yang dilakukan orang kafir. Tetapi
terhadap pelanggaran hukum-hukum Allah, aku tidak
berhak memberi ampun", kata Rasulullah.
Pada sore harinya, Nabi berdiri di hadapan
khalayak ramai sambil berkhutbah, "Wahai segenap
manusia! Sesungguhnya tidak lain yang
membinasakan orang-orang terdahulu sebelum kamu
ialah apabila orang terpandang di antara mereka
mencuri, mereka membiarkannya dan apabila orang
yang lemah di antara mereka mencuri, mereka
menetapkan hukuman di atasnya. Demi zat yang
menguasai diri Muhammad di tangan kekuasaan-Nya,
sekiranya Fathimah binti Muhammad yang
mencuri, pasti aku akan memotong tangannya.”
89
Keadilan Umar bin Khattab
Kisah kedua terjadi pada masa pemerintahan
khalifah Umar bin Khattab . Pada suatu hari datang
seorang pemuda dari Mesir menemui Umar bin
Khattab , ia berkata, "Ya Amirul mu'minin,
sesungguhnya aku berlomba dengan anaknya Amru
bin Ash ke Mesir dan aku mengalahkannya, kemudian
dia memukulku dengan sebuah tongkat dan dia
berkata padaku, "Aku adalah anak seorang yang
mulia.”
Kemudian Umar bin Khattab menuliskan
sebuah surat kepada Amru bin Ash, “Jika telah sampai
kepadamu suratku ini maka datanglah engkau beserta
anakmu menghadap kepadaku.”
Sesampainya Amru bin Ash beserta anaknya
kehadapan khalifah Umar , khalifah Umar
memberikan sebuah tongkat kepada pemuda Mesir
itu. Ia berkata, "Pukullah anak dari orang yang mulia
ini seperti dia memukulmu.”
Di waktu yang berbeda, seorang pemuda dari
kalangan terpandang bangsa Arab memeluk Islam.
90
Suatu saat ia pergi untuk menunaikan haji dan saat ia
mengelilingi kakbah, tiba-tiba saja bajunya terinjak
oleh seorang lelaki, lalu dengan spontan ia memukul
wajah lelaki itu dengan pukulan yang kuat.
Lelaki itu pun tak terima, kemudian ia pergi
menghadap khalifah Umar bin Khattab untuk
mengadukan kezaliman yang ia dapatkan. Dengan
sifat keadilan yang tertanam dalam diri khalifah
Umar , khalifah Umar memerintahkan
pengawalnya untuk menghadirkan pemuda yang
memukul itu ke hadapannya.
Ketika pemuda tersebut datang, khalifah Umar
memerintahkan lelaki yang dipukul itu untuk
melakukan qishash dengan memukul pemuda itu
sama seperti pukulan yang dilakukan pemuda
tersebut terhadapnya.
"Apakah sama aku dan dia dalam hal ini?",
tanya lelaki itu keheranan. Khalifah Umar
manjawab, "Ya, sesungguhnya Islam telah
menyetarakan antara kalian.”
91
Amputasi Akibat Mencuri
Kisah selanjutnya tentang seorang lelaki dan
hakim. Pada suatu hari, seorang lelaki beranjak dari
laut menuju kerumahnya seusai menangkap ikan. Ia
mendapatkan ikan-ikan yang sangat besar sehingga
ia pun merasa senang. Saat di perjalanan, ia bertemu
dengan hakim di kota itu. Sang hakim melihat ikan-
ikan yang dibawa oleh lelaki itu. Ia menginginkannya
lalu mengambilnya secara paksa dari lelaki itu. Lelaki
itu pun merasa sangat sedih dan terzalimi, lalu ia
menengadahkan tangannya kelangit, mengadu
kepada Allah -Rabbnya-, meminta kepada-Nya agar ia
membalas perbuatan hakim yang zalim tersebut.
Sedangkan si Hakim kembali ke istananya
dengan riang gembira bersama ikan hasil
rampasannya.
Lalu ia memberikan ikan tersebut kepada
pembantunya agar dimasak menjadi menu untuknya.
Ketika ia memberikan ikan-ikan tersebut, tiba-tiba
salah satu ikan menggigit jarinya dan ia berteriak
histeris sekuat mungkin meminta pertolongan.
92
Tak lama kemudian, didatangkanlah dokter
untuk memeriksa dan mengobatinya. Parahnya ikan
tersebut ternyata beracun. Sehingga dokter
mengabarkan bahwa racun telah menyebar
keseluruh jari-jemari tangannya. Dan tidak ada jalan
lain untuk menyembuhkannya selain dengan
mengamputasi jari-jemarinya agar racun tidak
tersebar ke lengan tangannya. Setelah jarinya
dipotong, sang Hakim kembali merasakan sakit pada
lengannya dan beberapa bagian tubuhnya yang lain.
Seketika ia teringat bahwa ia pernah
mengambil ikan dari seorang lelaki miskin secara
paksa. Ia pun pergi mencari lelaki tersebut. Ketika ia
menemui lelaki itu, ia pun bersimpuh meminta maaf
atas sikapnya dan meminta keridaan dari si Pemilik
Ikan agar Allah menyembuhkan tangannya.
Dengan kesabaran dan kebesaran hatinya, ia
memaafkan sang hakim. Maka Allah pun
menyembuhkan kedua tangan hakim itu.
93
Kisah selanjutnya terjadi pada masa khalifah
Ali bin Thalib . Dikisahkan pula pada zaman
khalifah Ali bin Abi Thalib bahwasannya pada
suatu hari beliau berselisih dengan seorang Yahudi
tentang baju perang yang ada ditangan orang Yahudi
tersebut. Ali berkata bahwa baju perang itu
miliknya, begitupun si Yahudi mengaku bahwa itu
miliknya sehingga dialah yang lebih berhak.
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk
membawa permasalahan ini ke hakim kota Madinah
saat itu.
“Apa permasalahan kalian?”, tanya hakim ke
Yahudi dan Ali.
“Wahai Hakim, baju besi ini adalah milikku,
akan tetapi orang Yahudi ini mengatakan bahwa itu
miliknya yang ia beli di pasar yahudi. Aku merasa aku
tidak pernah menjual baju besi ini ataupun
menghadiahkannya kepada seorang pun”, ulas Ali
dengan penuh percaya diri.
“Tidak wahai Hakim, baju besi ini milikku”,
sahut Yahudi tak mau kalah.
94
“Apakah kamu memiliki dua orang saksi yang
akan bersaksi untukmu?”, tanya hakim kepada Ali .
“Ya wahai Hakim, Husain anakku dan Qanbar
pembantuku”, jawab Ali mempertegas.
“Akan tetapi wahai Khalifah, kesaksian
seorang anak bagi ayahnya tidak berlaku, apakah
engkau memiliki saksi lain?”, kata hakim tersebut.
“Aku tidak memiliki saksi selain mereka
berdua”, tegas Ali .
Oleh karena itu, hakim pun memutuskan
bahwa baju besi tersebut milik si Yahudi. Terkejutlah
orang Yahudi tersebut.
“Aku berselisih dengan seorang khalifah Islam,
lalu kami mendatangi hakim kaum muslimin pula. Dan
sang hakim malah memenangkan aku daripada
khalifah dan khalifah juga rida dengan keputusan
tersebut. Sesungguhnya engkau benar wahai Amirul
mukminin, baju besi ini adalah milikmu, ia terjatuh
ketika engkau pulang dari suatu peperangan dan aku
mengambilnya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang
berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah
95
hamba-Nya dan utusan-Nya”, jelas Yahudi dengan
kekagumannya dengan keadilan dalam agama Islam.
Maka si Yahudi ini pun masuk Islam karena
melihat keadilan pemimpin Islam dan kemuliaan hati
khalifah Ali . Khalifah Ali pun menghadiahkan
baju besinya kepada lelaki Yahudi tersebut sebagai
hadiah keislamannya.
Oleh karena itu, dari kisah-kisah diatas dapat
disimpulkan bahwa adil adalah perbuatan seimbang,
tidak condong pada salah satu pihak dan
mengabaikan pihak lainnya, serta memberikan
kepada setiap orang hak-haknya dan mengambil
darinya apa-apa yang bukan haknya.
96
97
RASA MALU
98
99
SETIA
َ ُ َۡ َ َ ً َ ُ َ
٩١ . ٱّلل َق ۡعن ُه َوا تؿ َعنِن َعن ۡيك ۡه كؿِيًل ۚ إِن
100
Allah sebagai saksimu. Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat.” (QS. An-Nahl:
91).
Anas bin An-Nadhr bersedih dikarenakan dia
tidak hadir ketika perang Badar. Kemudian dia
berkata, “Ya Rasulullah Aku tidak ikut serta dalam
peperangan melawan kaum musyrikin untuk pertama
dianjurkan untuk perang, sesungguhnya Allah
dan Nabi yang menjadi saksi untukku dalam
peperangan melawan kaum musyrikin.”
Beginilah perjuangan Anas bin Nadhr dalam
menyemangati dirinya dengan tekadnya untuk ikut
perang melawan kaum musyrikin, karena
harapannya yang besar dengan pahala yang didapat
dalam peperangan Badar.
Kemudian terjadi perang Uhud. Kaum
muslimin pun bersemangat untuk ikut serta di
dadalamnya. Kemudian Anas berkata kepada Said bin
Mu’adz, “Wahai Said bin Mu’adz , demi Jannah dan
Rabb nya Nadhr, sesungguhnya angin syurga tersebut
tidak akan didapat tanpa peperangan uhud ini.”
101
Anas menerobos peperangan itu dengan
memerangi kaum musyrikin dengan semangat juang
yang membara dan kerinduan atas surga, ia
memerangi kaum Musyrikin dengan penuh
kesungguhan sampai beliau gugur dijalan Allah.
Kemudian beliau ditemukan oleh para
sahabat dengan 80 tusukan luka, baik itu luka
pukulan ataupun bekas luka akibat pedang dan tidak
ada yang tau bahwa beliau adalah Anas bin Nadhr
kecuali saudara perempuannya dengan mengetahui
tanda pada jari-jemarinya. (Muttafaqun ‘Alaih).
Allah menurunkan firman-Nya yang
artinya:
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-
orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan
kepada Allah. Di antara mereka ada yang gugur dan
dintara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan
mereka sedikitpun tidak mengubah janjinya.” (Q.S. Al-
Ahzab: 23).
102
Kesetian Khadijah .
Sayyidah Khadijah adalah istri yang
103
Mendengar hal itu Rasulullah sangat marah,
kemudian Rasullullah berkata kepadanya, “Sungguh
Allah tidak akan mengganti wanita sebaik dia,
mempercayaiku ketika seluruh manusia kufur
kepadaku dan mempercayaiku ketika semua manusia
mendustakanku dan memberikanku wasiat ketika
manusia meremehkanku dan Allah telah
mengaruniakannya anak kepadaku yang itu tidak ada
pada istri-istriku yang lain.” (H.R. Ahmad).
Dan seperti inilah kesetiaan Rasulullah
kepada istrinya Khadijah . Belajarlah dari
kesetiaannya Ummul Mukminin yang selalu berada di
sisi Rasulullah kapan pun dan bagaimanapun
keadaannya.
104
105
MUSYAWARAH
Sebelum perang Badar berlangsung,
Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat
agar pergi bersama-sama ke medan peperangan
dengan keberanian.
Miqdad bin Aswad berkata, “Ya
Rasulullah, sesungguhnya kami tidak akan
mengatakan sebagaimana yang dikatakan bani Israil
kepada Nabi Musa, ‘Pergilah engkau dan Rabbmu
untuk berperang dan cukuplah bagi kami untuk
menetap disini .’ Akan tetapi kami pergi dan ikut serta
bersamamu.”
Hati Rasulullah menjadi lapang setelah
mendengar kalimat dari para sahabat. Kemudian
Rasulullah memerintahkan mereka untuk keluar
berperang.
Ketika dalam perjalan menuju tempat
peperangan, para sahabat sampai di tempat dekat
dengan sumur Badar.
106
Berkatalah Hubab bin Mundzir , “Ya
Rasulullah, apakah ini adalah tempat yang Allah
turunkan kepadamu? dan kita tidak bisa maju atau
pun mundur. Apakah ini sesuatu yang Allah
perintahkan atau hanya strategi perang?”
Rasulullah menjawab, “Ini hanya strategi
perang.”
Kemudian Hubab berkata, “Ya Rasulullah, ini
bukan lah tempat yang tepat.”
Hubab menunjukkan kepada Nabi untuk
memerintahkan para sahabat agar mendekat ke
sumur Badar. Kemudian para pasukan Muslimin
minum dari sumur dan mereka melarang pasukan
Kafir untuk minum di sumur itu juga. Rasulullah
pun rida dengan pendapatnya dan kemudian
melakukannya.
Kisah selanjutnya tentang ratu Balqis. Dahulu
kala, Balqis ratu Saba hidup pada masa Nabi
Sulaiman. Kaum ratu Balqis adalah orang-orang
yang terkenal pintar dan berakal, namun sayang nya
mereka menyembah matahari.
107
Sampailah berita tentang keadaan kaum ratu
Balqis ini kepada Nabi Sulaiman . Kemudian Nabi
Sulaiman mengirimkan surat kepada ratu Balqis
108
melapangkan dadanya dan memberinya hidayah
Islam.
109
110
SYUKUR ADALAH KUNCI KEBAHAGIAAN
“Ujian tak selamanya berupa musibah dan
kekurangan, namun terkadang anugerah pun
merupakan bagian dari ujian.”
111
Mendengar jawaban itu, Malaikat pun mengusap
kulit si Penderita lepra hingga penyakit itu hilang darinya
dengan izin Allah . Warnanya seketika berubah menjadi
indah dan kulitnya menjadi mulus. Betapa terkejutnya
penderita lepra itu, ia pun langsung melompat
kegirangan.
Malaikat kembali bertanya, "Lalu, harta apa yang
paling kamu sukai?”
"Unta", jawabnya bersemangat.
Malaikat kembali mengabulkan keinginan
pemuda itu, ia memberinya unta hamil yang gemuk.
"Semoga Allah memberikanmu keberkahan melalui
unta itu", ucap Malaikat sebelum beranjak pergi.
Malaikat melanjutkan tugasnya. Kali ini ia
mendatangi laki-laki berkepala gundul. Sebagaimana yang
dilakukannya pada si Penderita lepra, Malaikat juga
bertanya pada si Gundul, "Hal apa yang paling kamu
sukai?", tanya Malaikat.
"Rambut yang bagus", jawab si Gundul. "Sebab
orang-orang menjauhiku karena keadaan itu", lanjutnya.
112
Malaikat pun mengusap kepala si Gundul.
Bagaikan sulap, kepala itu tiba-tiba ditumbuhi rambut
yang begitu indah. Betapa bahagianya kini dia memiliki
rambut indah di kepalanya.
"Harta apa yang paling kamu sukai?", Malaikat
bertanya lagi.
"Sapi", jawab laki-laki yang kini berambut indah
itu.
Sesuai permintaannya, Malaikat memberinya sapi
yang bunting. Sebelum beranjak, Malaikat mendoakannya
“Semoga pada sapi itu terdapat keberkahan untukmu.”
Usai bertemu kedua pemuda tersebut, Malaikat
kembali menjumpai seorang pemuda yang tidak bisa
melihat. Sebagaimana sebelum-sebelumnya, ia bertanya,
“Apa yang paling kamu sukai?”
“Andaikan Allah mengembalikan penglihatanku,
sehingga dengan penglihatan itu aku dapat melihat
manusia”, jawab si Buta.
Malaikat lalu mengusap mata pemuda tersebut
dan Allah segera mengembalikan penglihatannya
seperti semula.
113
Dalam sekejap, pemuda itu mampu melihat
manusia dan seluruh keindahan dunia. Ia pun merasa
bahagia tak terkira.
“Harta apa yang paling kamu sukai?”, Malaikat
kembali bertanya.
“Kambing”, jawab si Pria yang saat itu sudah bisa
melihat.
Malaikat juga memberinya kambing yang bunting.
Waktu berlalu, hewan-hewan yang dimiliki ketiga
laki-laki itu berkembang biak. Makin hari kian banyak.
Hingga masing-masing dari mereka memiliki lembah
untuk menggembala.
Setelah memberikan nikmat pada tiga laki-laki
bani Israil itu, Allah kembali mengutus Malaikat
dalam wujud manusia.
Pertama, Malaikat mendatangi mantan penderita
lepra dengan wujud sebagai manusia pengidap gatal dan
berkulit rusak.
Malaikat bertanya, “Saya orang miskin, bekalku
sudah habis dalam perjalanan. Sungguh, aku tidak bisa
hidup hingga hari ini kecuali karena Allah. Maka, aku
114
memohon kepadamu, demi orang yang telah memberimu
warna dan kulit yang bagus, juga harta berupa unta,
maukah kamu memberiku bekal agar aku dapat
meneruskan perjalananku ini?”
“Sesungguhnya aku punya hak-hak yang harus aku
tunaikan.” Pungkir lelaki yang dulu pernah mengidap
penyakit serupa.
“Tunggu! tunggu! Sepertinya aku mengenalmu.
Bukankah dulu kamu berpenyakit lepra? Bukankah dulu
orang-orang menjauhimu, sedang kamu dalam keadaan
fakir, lalu Allah memberimu harta?” Kata Malaikat yang
sedang bersandiwara itu.
“Oh tentu tidak, aku memiliki semua ini dari harta
warisan turun menurun”, ucapnya mengelak.
“Seandainya kamu berdusta, semoga Allah
mengembalikanmu pada keadaanmu yang semula”, tutur
Malaikat sebelum beranjak pergi.
Kemudian Malaikat mendatangi orang kedua
dengan wujud laki-laki berkepala gundul. Ia menanyakan
pertanyaan yang sama seperti pada mantan penderita
lepra. Namun, sebagaimana orang sebelumnya laki-laki
115
yang dulu gundul itu juga mengelak dan enggan
menolong sang Malaikat.
“Seandainya kamu berbohong, semoga Allah
mengembalikan keadaanmu seperti sedia kala”, ujar
Malaikat sebelum meninggalkannya.
Kemudian Malaikat mendatangi mantan pria buta
dengan wujud manusia tanpa kemampuan melihat dan
memandang.
Ia berkata, “Sungguh, aku ini orang miskin, bekalku
sudah habis dalam perjalanan. Tidaklah aku bisa hidup
hingga hari ini kecuali karena Allah. Maka aku memohon
kepadamu, demi Dzat yang telah mengembalikan
penglihatanmu, juga memberimu harta berupa kambing,
apakah kamu mau memberiku bekal agar aku dapat
meneruskan perjalananku ini?”
Berbeda dengan dua lelaki sebelumnya, pria yang
satu ini tampak iba dan tidak tega melihat keadaan orang
yang mendatanginya. Sebab, ia pun pernah merasakan
penderitaan luar biasa akibat mengidap penyakit yang
sama.
116
“Dahulu aku adalah orang buta, lalu Allah
mengembalikan penglihatanku. Dulu aku juga seorang
fakir, lalu Allah memberikanku kecukupan. Oleh karena itu,
ambillah hartaku sesukamu. Demi Allah, aku tidak akan
menghalangimu mengambil apapun selama kamu
mengambilnya karena Allah.” Ucap si laki-laki yang dulu
buta itu.
Mendengar jawaban pria ketiga itu, Malaikat pun
berkata, “Peganglah hartamu, sesungguhnya kalian sedang
diuji dan Allah telah rida kepadamu dan murka pada
kedua temanmu.”
117
berada di padang pasir tersebut untuk melihat apa
yang ada di dalamnya, kemudian aku melihat seorang
lelaki. Namun bukan lelaki biasa. Kondisi lelaki ini
sedang berbaring dengan tangan dan kakinya
bengkak, telinganya sulit mendengar, matanya buta
dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang
berbicara.
Dari lisannya itulah dia mengucapkan, ‘Ya
Allah berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri
nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku.
Dan Engkau sangat muliakan aku dari ciptaan-Mu
yang lain.’
Kemudian aku pun menemuinya dan berkata
kepada orang itu, “Wahai saudaraku, nikmat Allah
mana yang engkau syukuri?”
Kemudian lelaki pemilik kemah itu menjawab,
“Wahai saudara, diamlah. Demi Allah, seandainya
Allah datangkan lautan, niscaya laut tersebut akan
menenggelamkanku atau gunung api yang pasti aku
akan terbakar atau dijatuhkan langit kepadaku yang
118
pasti akan meremukkanku. Aku tidak akan
mengatakan apapun kecuali rasa syukur.”
Aku kembali bertanya, “Bersyukur atas apa?”,
Lelaki pemilik kemah itu menjawab lagi,
“Tidakkah engkau melihat Dia telah
menganugerahkan aku lisan yang senantiasa berzikir
dan bersyukur. Disamping itu, aku juga memiliki anak
yang waktu salat ia selalu menuntunku ke masjid dan
ia pula yang menyuapiku. Namun sejak tiga hari ini
dia tidak pulang kemari. Bisakah engkau menolongku
dengan mencarinya?”
Aku pun menyanggupinya dan pergi untuk
mencari anaknya. Setelah beberapa saat mencari, aku
mendapati jenazah yang sedang dikelilingi oleh singa.
Ternyata anak lelakinya itu sudah dimakan oleh singa.
Aku pun bingung bagaimana caraku untuk
mengatakannya kepada lelaki pemilik kemah itu. Aku
pun kembali dan berkata kepadanya, “Wahai
saudaraku, sudahkah engkau mendengar kisah
tentang Nabi Ayub?”
Lelaki itu menjawab, “Iya, aku tahu kisahnya.”
119
Kemudian aku bertanya lagi, “Sesungguhnya
Allah telah memberinya cobaan dalam urusan
hartanya. Bagaimana jika keadaan anakmu itu sama
seperti yang dikisahkan, bagaimana engkau
menghadapi musibah.”
Ia menjawab, “Ia menghadapinya dengan
sabar.”
Aku kembali bertanya, “Wahai saudaraku,
Allah telah menguji Ayub dengan kefakiran.
Bagaimana keadaanya?”
Ia menjawab, "Ia bersabar.”
Aku kembali bertanya, “Ia pun diuji dengan
tewasnya semua anak-anaknya, bagaimana
keadaannya?”
Ia menjawab, “Ia tetap bersabar.”
Aku kembali bertanya, “Ia juga diuji dengan
penyakit di badannya, bagaimana keadaannya?”
Ia menjawab dan balik bertanya, “Ia tetap
bersabar. Sekarang katakan padaku di mana anakku?”
Kemudian aku berkata,
“Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara
120
gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam dan
dimakan oleh binatang buas, semoga Allah
melipatgandakan pahala bagimu dan menjadikan mu
orang yang sabar.”
Kemudian Lelaki pemiliki kemah ini
mengatakan, “Alhamdulillah, yang Dia tidak
meninggalkan keturunan bagiku yang bermaksiat
kepada Allah sehingga ia diazab di neraka.”
Kemudian ia menarik napas panjang lalu
meninggal dunia. Aku pun membaringkannya dan
melipatkan kedua tangannya dan berpikir apa yang
harus aku perbuat. Aku sendirian dan bagaimana aku
mengurus jenazah ini.
Kemudian aku tutupi dengan jubahku dan
beberapa saat kemudian lewat empat orang laki-laki
mengendarai kuda.
Mereka berkata, “Wahai saudara, apa yang
terjadi padamu?”
Kemudian aku pun menceritakan kepada
mereka apa yang telah aku alami dan aku meminta
121
bantuan kepada mereka untuk mengurus jenazah
lelaki ini. Mereka bertanya, “Siapa dia?”
Lalu aku menjawab, “Aku juga tidak
mengenalnya, dia dalam keadaan sakit dan
memprihatinkan.”
Kemudian keempat lelaki ini meminta untuk
membuka penutup wajahnya, karena mungkin
salahsatu dari mereka mengenalnya.
Ketika aku membuka penutup wajahnya, tiba-
tiba mereka tersentak, lalu mencium dan
menangisinya dan berkata, “Subhanallah, wajah yang
senantiasa bersujud kepada Allah. Mata yang selalu
menunduk atas apa yang diharamkan Allah. Tubuhnya
selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan
tidur.”
Aku pun bertanya, “Kalian kenal dengan lelaki
ini?”
Mereka menjawab, “Engkau tidak
mengenalnya?”
Aku menjawab bahwa aku tidak tau siapa
lelaki ini. Kemudian mereka berkata,
122
“Ini adalah Abu Qilabah, sahabat dari Ibnu Abbas.
Laki-laki ini, pernah diminta oleh khalifah untuk
menjadi seorang hakim. Namun, ia menolak jabatan
tersebut.”
Perlu diketahui bahwa jabatan hakim atau
qadhi ini adalah suatu jabatan khusus, di mana
mereka akan mengatur hukum dan menentukan
hukum di antara manusia. Ini merupakan jabatan
yang mulia pada saat itu. Namun, Abu Qilabah
menolaknya dan pergi ke wilayah Mesir hingga wafat
dalam keadaan seperti ini.
Kemudian Abdullah bin Muhammad bersama
empat laki-laki tadi pun memandikan, mengafani dan
menyalatkannya, sebelum akhirnya memakamkan
beliau.
Dikatakan dalam kisah lain bahwa Abu
Qilabah ini adalah sahabat Rasulullah yang
terakhir pada masa itu, sehingga khalifah ingin
menjadikannya seorang hakim. Wallahu a’lam.
123
Dari kisah Abu Qilabah ini kita bisa belajar
bagaimana mensyukuri apa pun yang kita miliki dan
tetap bersabar dengan apa yang menimpa kita.
124
125
MENJAGA LISAN
126
sahabatnya. Kemudian Abu Bakar berdiri dan
bertanya kepada Rasulullah , “Apakah engkau
marah kepadaku ya Rasulullah? Sampai engkau
berdiri?”
Rasulullah menjawab, “Telah turun Malaikat
dari langit dan mengingkari apa yang dikatakan
(celaan) lelaki itu terhadapmu, namun ketika engkau
membalas celaan terhadapmu, setan telah hadir di
sisimu, sehingga aku tidak akan duduk di suatu majelis
yang setan juga duduk di dalamnya.”
Jagalah Lisan!
Kisah selanjutnya datang dari Ummul
Mukminin, Aisyah . Waktu itu ia duduk bersama
127
itu akan berubah menjadi keruh.” balasan Rasulullah
atas ucapan Aisyah.
Hal ini menunjukkan bahwa apa yang di
katakan Ummul Mukminin Aisyah adalah suatu
kalimat yang sangat buruk maknanya, sehingga
mampu merusak sesuatu yang baik jadi buruk. Bak
kata pepatah “racun setetes merusak susu sebelangak.”
128
129
‘IFFAH
130
dalam dirinya, sehingga ia memerintahkan istrinya
untuk memuliakan Nabi Yusuf dan
memperlakukannya dengan perlakuan yang baik.
Hari-hari berlalu, Nabi Yusuf pun tumbuh
menjadi seorang pemuda yang kuat dan tampan.
Siapapun yang melihat ketampanannya akan
terpesona seketika. Begitupun yang terjadi dengan
istri raja Mesir, ia terpikat dan tergila-gila ketika
melihat ketampanan paras wajah Nabi Yusuf .
Kemudian setan mulai bekerja dengan
membuat perangkap dengan mengirimkan was-was
kepada istri sang raja untuk berbuat maksiat kepada
Allah dengan Nabi Yusuf . Istri sang raja tak
131
kuat dan mempersiapkan dirinya agar Nabi Yusuf
terpikat olehnya. Kemudian ia memanggil Nabi
Yusuf untuk masuk ke dalam kamarnya, akan
َ ۡ َ َ َِ ّب أ َ ۡح َص َي َو ۡر
٢٣ ايۖٓ إًِ ٍُۥ َل ُقؿن ُِح ٱمظَٰن ُِىِن
َ َ َ
ٓ ّ اذ ٱّللِۖٓ إًِ ٍُۥ َر وع
ِ
132
“Aku berlindung kepada Allah untuk memenuhi
apa yang engkau inginkan dan engkau minta,
walaupun engkau telah mengunci pintu-pintu, maka
sesungguhnya Allah mengetahui mata-mata yang
berkhianat dan apa yang tersembunyi di dalam hati”,
seru Nabi Yusuf kepada istri sang raja.
Kisah selanjutnya datang dari tiga orang laki-
laki yang pergi bersafar ke suatu tempat. Saat dalam
perjalanan mereka merasakan lelah yang cukup
lumayan, sehingga mereka masuk kedalam gua yang
ada di suatu gunung dan berniat untuk beristirahat
dan bermalam disana. Saat mereka sedang asyik
beristirahat, melemaskan urat-urat yang tegang,
meluruskan kaki yang kaku akibat kelelahan selama
perjalanan, tiba-tiba batu yang besar jatuh dan
menutup pintu gua tersebut sehingga mereka tidak
dapat keluar.
Sontak saja mereka terkejut bukan kepalang.
Namun dengan keimanan yang ada di dalam hati
mereka, mereka meyakini bahwa kejadian itu
semata-mata adalah takdir Allah yang tidak lain dan
133
tidak bukan adalah teguran sekaligus azab dari Allah
atas dosa-dosa yang pernah mereka lakukan dahulu,
juga ujian untuk mereka agar mereka menyadari
kesalahan-kesalahan mereka di masalalu.
Mereka pun menyadari hal itu. Kemudian
setiap orang dari mereka berdoa kepada Allah
agar dengan tertimpanya peringatan dari Allah
ini mereka menjadi sadar dan berubah menjadi
orang mulia dan menjaga kehormatannya.
Salah seorang dari mereka bertawassul
kepada Allah dengan suatu perbuatan baik yang
pernah ia lakukan, salah seorang lelaki dari mereka
berkata,
“Aku memiliki sepupu perempuan dan aku
mencintainya dengan sangat, kecantikannya, sifatnya
dan semua yang ada pada dirinya, kemudian pernah
suatu saat aku mengajaknya bermaksiat kepada Allah,
sepupu perempuan ku tadi pun menolak nya dengan
keras, sampai suatu ketika sepupuku itu membutuhkan
uang, datanglah ia kepada ku meminta pinjaman
uang, maka aku berkata padanya, “aku tidak akan
134
memberikanmu pinjaman uang sampai engkau
menyerahkan dirimu padaku.” Kemudian sepupuku
tadi pergi meninggalkanku dan mencari pinjaman
uang kepada orang lain. Ternyata Sepupuku tadi tidak
mendapatkan orang yang dapat memberikannya
pinjaman uang. Kemudian sepupuku tadi kembali
kepadaku dengan perasan yang sangat berat untuk
meminjam uang kepadaku.”
Dengan sangat terpaksa perempuan ini setuju
terhadap persetujuan dari sepupu laki-lakinya itu
dengan menyerahkan dirinya kepada anak paman
nya itu. Tersebab posisinya yang sangat
membutuhkan uang untuk suatu kebutuhan. Ketika
anak pamannya tadi akan mendekati dirinya untuk
bermaksiat kepada Allah, perempuan ini berkata,
“Bertakwalah kepada Allah wahai sepupuku dan
ingatlah kehormatanmu dan kesucianmu wahai anak
pamanku, takutlah pada Allah dan azab-Nya.”
Terus-menerus perempuan ini berkata seperti
ini berharap agar sepupunya tadi sadar dan
bertaubat kepada Allah dan kembali kepada
135
jalan yang benar, maka dengan izin Allah
sadarlah sepupu nya tadi dan kembali ke jalan
Allah .
Lelaki itu pun memberikan uang yang
dibutuhkan sepupu perempuannya tadi tanpa perlu
meyerahkan dirinya kepadanya. Kemudian lelaki ini
bertaubat dan beristighfar kepada Allah atas apa
yang telah ia lakukan kepada sepupunya.
Lelaki itu pun bertawassul kepada Allah
dengan keikhlasan yang pernah ia lakukan
kepada sepupu perempuannya. Begitupun dengan
teman-temannya yang lain, mereka meminta dan
mendekatkan diri kepada Allah (bertawassul) dengan
amalan-amalan saleh yang pernah mereka lakukan,
sehingga bergeraklah batu yang menutupi pintu gua
itu dan terbukalah pintu gua sedikit demi sedikit.
Pada akhirnya mereka semua dapat keluar dari gua
itu dengan selamat.
Allah menyelamatkan mereka dari
kematian di gua tersebut dan Allah
menganugrahi mereka dengan sifat menjaga
136
kehormatan diri (‘iffah), sehingga atas izin Allah
mereka semua selamat dari maut. Kisah ini diambil
dari Hadis Muttafaqun ‘Alaih.
Apa Sih ‘Iffah Itu (Menjaga Kehormatan)?
‘Iffah adalah menjauhi yang haram dan
meminta-meminta kepada manusia.
‘iffah sendiri ada bermacam-macam
bentuknya, yakni:
‘Iffah jiwa.
Seorang muslim hendaknya menjaga
kehormatan tangannya, kakinya, telinganya, matanya
dan kemaluannya dari yang haram dan tidaklah
syahwat seorang muslim dapat mengalahkannya.
Nabi Muhammad mengajak para pemuda untuk
menikah agar dapat menjaga kehormatannya dan
mengajak bagi yang belum mampu menikah untuk
berpuasa dan beribadah, agar dapar menundukkan
pandangannya dan menjaga kemaluannya.
‘Iffah tubuh.
Seseorang wajib untuk menjaga dan menutup
auratnya dan menjauhi hal-hal yang dapat
137
menyingkap auratnya dan bagi laki-laki hendaknya
menutup auratnya antara badan sampai kedua lutut
dan bagi wanita muslimah hendaknya menutup
auratnya dengan hijab, Islam mengharamkan kepada
setiap muslim untuk memandang wanita yang bukan
mahramnya.
‘Iffah dari harta yang bukan miliknya.
Seorang muslim suci dari harta yang bukan
miliknya dan tidaklah seorang muslim mengambil
sesuatu barang yang bukan miliknya. Telah
dikisahkan kepada kita kisah khalifah Umar bin
Khattab yang menjaga dirinya dari harta yang
bukan miliknya, salah seorang mentri dari daerahnya
yang mengadukan tentang permasalahan negaranya,
setelah selesai mentri itu mengadu tentang negara
tempatnya mengabdi, masuklah mereka pada
pembicaraan privasi tentang mereka dan bukan
tentang negara, maka Umar bin Khattab meminta
berhenti terlebih dahulu dari pembicaraan mereka,
kemudian khalifah Umar bin Khattab berdiri dan
mematikan lampu (teplok) dan menghidupkan lampu
138
yang lain, terkejutlah si Mentri atas perbuatan
khalifah Umar.
“Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya lampu
yang telah engkau matikan bukanlah sebuah aib,
lantas mengapa engkau mematikannya?” tanya sang
Mentri dengan nada heran.
“Lampu yang telah aku matikan tadi memakai
minyak dari uang kaum muslimin, maka ketika kita
berbicara tentang negara aku menghidupkan lampu
tadi, kemudian setelah kita selesai berbicara tentang
permasalahan negara aku mematikan lampu dari
uang kaum muslimin dan aku menyalakan lampu yang
minyak nya dari harta ku sendiri.” Tegas khalifah
Umar dengan bijaksana.
Kisah ini menunjukan kepada kita bahwa
begitu sucinya diri khalifah Umar bin Khattab
dari harta yang bukan miliknya walaupun dari
hal yang begitu kecil beliau sangat peduli terhadap
itu.
Begitulah seharusnya seorang muslim jika ia
memelihara harta anak yatim, maka ia menjaga
139
dirinya dari memakan harta anak yatim dan
mempergunakan harta itu untuk kebutuhan anak
yatim tersebut. Walaupun ia mampu untuk memakan
harta tersebut maka ia tidak akan mengambil sedikit
pun dari harta itu. Allah berfirman:
“Barang siapa (di antara pemelihara itu)
mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari
memakan harta anak yatim itu).” (QS. An-Nisa: 6).
Sahabat yang mulia, Abdurrahman bin Auf
telah mencontohkan kepada kita contoh yang sangat
baik dalam menjaga dirinya dari harta orang lain.
Ketika itu ia berhijrah ke Madinah Al-Munawwarah
dan Rasulullah mempersaudarakan
Abdurrahman dengan Sa’ad bin Rabi’ . Berkata
Sa’ad kepada Abdurrahman, “Sesungguhnya aku
adalah orang yang paling banyak hartanya di
kalangan Anshar. Ambillah separuh hartaku itu
menjadi dua. Aku juga mempunyai dua istri. Maka
lihatlah mana yang engkau pilih, agar aku bisa
menceraikannya. Jika masa iddahnya sudah habis,
maka nikahilah ia”, kemudian Abdurrahman
140
menjawab, “Semoga Allah melimpahkan keberkahan
untumu, keluargamu dan hartamu. Lebih baik
tunjukkan saja kepadaku mana pasar kalian?” lalu
mereka menunjukkan kepadanya pasar Bani
Qainuqa’. (HR. Bukhari).
Dan Abdurrahaman pun pergi ke pasar
untuk berniaga dan memperoleh keuntungan yang
besar dari hasil penjualannya.
‘iffah dalam makan dan minum.
Seorang muslim menjaga kehormatan dirinya
dengan menjauhkan dirinya dari suapan yang haram
ke dalam perutnya. Karena barang siapa yang
memakan suapan yang haram ke dalam mulutnya,
maka Allah tidak akan menerima amalan ibadahnya
selama 40 hari dan setiap daging yang tumbuh dari
sesuatu yang haram maka neraka lebih berhak
untuknya.
Allah berfirman:
ُ ك ُروا ْ ِّللِ إن ُك
ُ ۡ َ ۡ ُ َٰ َ ۡ َ َ َ َٰ َ ّ َ ْ ُُ ْ ُ َ َ
ٌخ ۡه إِو ُاه ِ ج وا رزقنكه وٱش ِ ِوي َء َاوٌِا ُكِا وِي طيِب
َ يأ ُّق َُا ٱّل
ٰٓ
َ َ
١٧٢ ت ۡع ُت ُدون
141
“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah
di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan
kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-
benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-
Baqarah : 172).
Rasulullah memerintahkan kepada kita
untuk makan dari yang halal. Beliau menjelaskan
bahwa makanan yang paling utama ialah yang
berasal dari kerja keras dan jerih payahnya sendiri.
Nabi bersabda, "Tidaklah seseorang
memakan makanan yang lebih baik dari makan hasil
usahanya sendiri. Sesungguhnya Nabiyullah Daud
dulunya makan dari hasil kerja tangannya.” (HR.
Bukhari).
Demikianlah, dikarenakan pada harta yang
halal terdapat kehormatan dan kemuliaan dan pada
harta yang haram terdapat kehinaan dan akan
menjerumuskan ke dalam neraka.
Menjaga kehormatan diri dalam ucapan.
Seorang muslim menjaga dirinya dari
perbuatan mencela dan mencaci dan ia tidak berkata
142
kecuali perkataan yang baik. Allah menyifati kaum
muslimin dengan perkataan-Nya:
َ ۡ َو َُ ُد ٓوا ْ إ ِ َِل ٱمط ّيب و َِي ۡٱم َو ِۡ ِل َو َُ ُد ٓوا ْ إ ِ َ َِٰل صِ َر َٰ ِط
٢٤ ٱۡل ِىي ِد ِ ِ
143
Seorang muslim menjaga kehormatannya dari
meminta-minta kepada manusia dan sungguh Allah
telah memuji orang-orang miskin yang tidak
meminta-minta kepada manusia karena besarnya
sifat ‘Iffah mereka. Allah berfirman:
ٗ َۡ َ َ َُ َۡ َ ۡ ُ َ ُُ َۡ ُّ َ َ ٓ َ ۡ َ ُ َ ۡ
٢٧٣ ...ۡلافاِ ٱۡلاَِل أػٌ ِيا َء وِي ٱتلعؿ ِؽ تع ِرفُه بِصِيمَُٰه َل يسٔنِن ٱنلاس إ...
144
Oleh karena itu Rasulullah berdoa kepada
Allah :
اللَّهُ َّم إِنِّي أَسْأَلُكَ ْالهُدَى َوالتُّقَى َو ْال َعفَافَ َو ْال ِغنَى
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk,
ketaqwaan, keterjagaan dan kekayaan.” (HR. Muslim).
Rasulullah , bersabda, “Tujuh golongan
yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di
mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: Imam
yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dewasa
dalam beribadah kepada Allah, seseorang yang
hatinya bergantung ke masjid, dua orang yang saling
mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-
Nya dan berpisah karena-Nya, seorang laki-laki yang
diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai
kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-
benar takut kepada Allah’, seseorang yang bersedekah
dengan satu sedekah lalu ia menyembunyikannya
sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang
disedekahkan tangan kanannya, serta seseorang yang
145
berzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia
meneteskan air matanya.” (Muttafaqun ‘Alaih).
Allah memuji hamba-hamba-Nya yang
beriman dan menjaga kemaluannya dan kehormatan
dirinya dari yang haram. Allah berfirman:
َ َ ۡ َ َ َ َ َۡ ۡ ََۡ ََ
ج أوۡ َمَٰ ٌُ ُُ ۡه ؾإِن ُُ ۡه
َ ُ َٰ َ ۡ
ٰٓ إَِل٥ ِن ُُ ۡ ُ َ َ
ِ َٰلَع أزو
ج ُِه أو وا منك ج ُِه حؿِظ
ِ وٱّلِوي َه م ِؿرو
َ ُ ۡ ُ َ َ ُ َ َ َ ٓ َٰ َ َ ۡ َ َ َ ۡي َمنُِو
ُ ۡ َغ
٧ غ َو َرا َء ذَٰل ِك ؾأ ْو ٰٓلئِك َ ُه ٱم َعادون فى ِي ٱبخ٦ ِني
146
147
KETAWADHUAN PEMIMPIN-PEMIMPIN
ISLAM
148
Berikut ini adalah beberapa kisah tentang
ketawadhu’an para pendahulu kita dari kalangan
shalafussaleh, di antaranya:
149
“Ketika aku berdiri memperbaiki lampu aku
adalah Umar dan ketika aku kembali memperbaiki
lampu aku juga tetap sebagai Umar, perbuatanku
memperbaiki lampu tersebut tidak akan mengurangi
apapun dari ku dan sesungguhnya sebaik-baik
manusia di sisi Allah adalah yang tawadhu’.”
150
walaupun beliau telah menjadi seorang khalifah
kaum muslimin.
Pada kisah berikutnya, Abu Bakar pergi ke
sebuah gubuk milik wanita tua yang fakir, karna
gubuk itu terlihat kotor, Abu Bakar pun menyapu
gubuk wanita tersebut dan merapikannya. Bukan
hanya itu, ternyata Abu Bakar As-Siddiq juga
menyiapkan makanan untuk wanita tersebut serta
memberikan hal-hal yang dibutuhkan oleh wanita
tersebut.
Dikisah lainnya, dikisahkan bahwa ketika Abu
Bakar As-Siddiq keluar untuk mengantarkan
pasukan muslimin yang dipimpin oleh Usamah bin
Zaid dalam rangka memerangi pasukan Romawi,
ketika itu Usamah berada di atas hewan
tunggangannya dan khalifah Abu-Bakar berjalan
kaki.
Melihat hal ini, Usamah pun berkata kepada
khalifah Abu Bakar , “Wahai khalifah, naiklah
151
bersamaku di atas tunggangan atau aku yang turun
untuk berjalan kaki bersama mu.”
“Demi Allah, saya tidak akan naik keatas
tunggangan dan kamu tidak akan berjalan kaki
bersama saya, apa susahnya bagiku untuk
membiarkan kakiku berdebu di jalan Allah sebentar
saja.” Balas khalifah Abu Bakar dengan penuh
kethawadhu’annya.
152
agar tetap menyala sampai makanan tersebut
matang.
Umar bin Khattab tidak akan pulang dari
rumah wanita tersebut sampai semua anak-anak
wanita tersebut makan dengan tenang sampai
kenyang.
Bukan hanya cerita di atas yang tertulis oleh
pena sejarah tentang ketawadhu’an Umar bin
Khattab, akan tetapi masih banyak kisah lain
yang menggambarkan ketawadhu’an Umar bin
Khattab , yaitu:
Dikisahkan bahwa ada seorang laki-laki dari
Paris datang dengan membawa sebuah surat dari
Kisra (Raja Persia) untuk khalifah Umar bin Khattab
. Ketika lelaki tersebut memasuki kota Madinah ia
bertanya-tanya kepada penduduk Madinah tentang
dimana istana khalifah Umar . Penduduk Madinah
pun memberitahunya bahwa khalifah Umar bin
Khattab tidak memiliki istana. sontak saja ia
terkejut, “Seorang pemimpin ummat muslim tidak
153
memiliki istana? Ah, yang benar saja..”, bisiknya dalam
hati.
Kemudian pergilah lelaki tersebut bersama
salah seorang kaum muslimin untuk
menunjukkannya tentang keberadaan sang khalifah.
Ketika mereka berdua sedang mencari khalifah di
sekitar Madinah, mereka melihat sosok lelaki tidur di
bawah pohon, kemudian lelaki muslim tadi berkata
kepada utusan dari raja Persia, “Ini dia pemimpin
kaum muslimin Umar bin Khattab.”
Kini keheranannya terhadap khalifah Umar
bin Khattab pun semakin menjadi-jadi,
“Pemimpin yang kuat dan hebat yang berhasil
menaklukan kerajaan Persia dan meruntuhkan
kekuasaan Romawi, tetapi tidur dibawah pohon?
Wah, semakin membingungkan”, bisik utusan raja
Persia itu dalam hatinya.
Kemudian lelaki tersebut berkata kepada
Umar bin Khattab, “Engkau telah mengadili
perkara dengan adil, sehingga engkau pun menjadi
154
aman dan karena rasa aman tersebut engkau pun
tertidur wahai Umar.”
Betapa sederhana dan tawadhu’nya khalifah
Umar bin Khattab , seorang khalifah besar,
pemimpin ummat dan salah satu orang yang di jamin
masuk surga, namun beliau tidak malu dan gengsi
untuk tidur di bawah pohon.
155
menghadapi mizan (timbangan amal), jika amal
baikku lebih berat maka aku menjadi orang mulia,
namun jika amal baikku ringan maka aku akan
menjadi orang yang tercela.”
Ketika orang lain sibuk membangga-
banggakan dirinya masing-masing dengan kelebihan
dan kekuatan yang mereka punya, namun tidak
dengan Salman Al-Farisi , ia tetap kokoh di atas
ketawadhu’an nya dan tak gentar dengan pujian dan
sanjungan orang lain.
Begitulah para salaf terdahulu dalam
memandang nikmat yang Allah berikan kepada
mereka, tidak menjadi orang yang sombong ketika
Allah anugerahkan banyak kelebihan dan tidak
menjadi orang yang semena-mena ketika Allah
limpahkan kekuasaan. Karena mereka
menyadari sebuah nikmat jika dihadapi dengan sifat
tawadhu’ (tidak sombong akan hal tersebut ) maka
nikmat tersebut tetap menjadi nikmat, namun jika
kita menyambut nikmat tersebut dengan
kesombongan, maka ia akan menjadi petaka bagi kita.
156
Karena pada hakikatnya semua yang ada di dunia ini
adalah amanah dan cobaan bagi setiap orang.
Semoga Allah memberi hidayah kepada
kita agar dapat berakhlak mulia seperti para salaf
terdahulu.
157
158
MULIAKAN DAN ENGKAU AKAN
DIMULIAKAN
Apa Arti Kemuliaan?
Kemuliaan adalah tinggi namun bukan
meninggikan diri, serta jauh dari celaan dan remehan
orang lain. Allah telah memerintahkan kita untuk
menjadi orang-orang yang mulia, tidak menghinakan
dan tidak pula hina (tunduk pada seseorang), karena
ketundukkan hanyalah kepada Allah semata.
Seorang muslim wajib memuliakan agamanya
dan Rabbnya dan meminta kemuliaan dengan rida
Allah . Telah dikatakan bahwa, “Barang siapa
meminta kemulian tidak dengan ketaatan kepada
Allah, maka Allah akan menghinakannya.”
Umar bin Khattab berkata, “Ketika kami
dihina, maka Allah memuliakan kami dengan Islam
dan jika kami mencari kehormatan dengan selain
Allah, Maka Allah akan menghinakan kami.”
Merasa hina di hadapan Allah adalah suatu
kemuliaan dan merasa hina di hadapan manusia
159
adalah kehinaan yang sesungguhnya. Dan dikatakan
juga bahwa, “Barangsiapa meminta kemuliaan dengan
selain ketaatan kepada Allah maka Allah akan
menghinakannya.”
Benarlah yang dikatakan seorang penyair
ketika dia menyamakan kehinaan seorang hamba
dengan kematian. Dalam syairnya ia berpesan,
Barang siapa yang terbiasa menghina maka ia
akan terhina.
Seperti halnya mayit yang tidak bisa
merasakan sakit.
Dalam syair lain dikatakan,
Jika kamu belum mengetahui hakikat dirimu.
Kamu akan terhina dan orang-orang akan
menghinakanmu.
Maka muliakanlah dirimu walaupun sempitnya
tempat tinggalmu.
Wajib bagimu untuk memuliakan dirimu dan
mintalah kedudukan untuk dirimu
160
Kemuliaan Allah
Allah sang Maha Mulia dan Bijaksana. Dia
memberikan kemuliaan kepada siapapun yang di
kehendaki-Nya dan menjauhkan kemuliaan itu dari
siapa pun yang Dia kehendaki pula.
“Katakanlah (Muhammad) Wahai Tuhan
pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada
siapapun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan
siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau
Mahakuasa atas segala sesuatu.” ( Q.S Al-Imran : 26)
Allah berfirman:
”Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah,
Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi
orang-orang munafik itu tidak mengetahui.” (Q.S Al-
Mu’minun: 8).
161
meminta berunding untuk melakukan perdamaian
dengan kaum Muslimin. kemudian Sa’ad bin Abi
Waqash pun mengirimkan panglima muslimin dari
salah satu kalangan sahabat yang mulia yaitu Rib’i bin
Amir untuk menerima permintaan itu.
Dengan segera Rabi’i bin Amir pergi
menuju kerajaan Persia. Setelah sampai, Rib’i pun
masuk ke dalam istana bersama kuda tunggangannya.
Mereka berjalan diatas permadani yang mewah
dengan langkah tegap yang menunjukkan
kewibawaan dan mengangkat wajah menunjukkan
sikap percaya diri. Ketika prajurit dari kaum Persia
melihat apa yang dilakukan Rib’i tersebut, ia meminta
Rib’i untuk turun. Namun Rib’i menolak permintaan
tersebut seraya berkata dengan penuh kemuliaan,
“Aku mendatangi kalian bukan dari kemauanku
sendiri, namun kalianlah yang mengundangku, Jika
kalian rela dengan hal itu maka terimalah, jika tidak
maka aku akan pulang.”
162
Maka dengan terpaksa prajurit Persia
menerima hal itu dengan perasaan yang sangat kesal
yang dirundung amarah.
Ketika Rib’i menemui panglima kaum Persia
(Rustum). Beliau menawarkan pilihan kepadanya
untuk masuk Islam, membayar upeti atau perang di
antara mereka.
“Wahai panglima, Allah mengutus kami untuk
mengeluarkan manusia dari penghambaan dan
peribadatan kepada makhluk menuju
peribadatan/penghambaan kepada Allah dan
mengeluarkan mereka dari kejahatan agama-agama
(selain Islam) kepada keadilan islam, juga
mengeluarkan mereka dari sempitnya dunia kepada
luasnya akhirat.” Seru Rib’i.
163
“Anda harus mengunjungi kami, sehingga anak-
anak kami (Al-Amin dan Al-Mamun) dapat mendengar
dari Anda Al-Muwatta (buku yang mana Imam malik
mengumpulkan Hadis didalamnya).” Pinta khalifah
Harun kepada Imam Malik.
Lalu Imam Malik pun berkata, “Semoga Allah
memuliakanmu wahai Amirul Mukminin,
Sesungguhnya ilmu ini datang dari rumah kalian, jika
kalian memuliakan ilmu maka kalian akan mulia dan
jika kalian menghinakan ilmu maka kalian akan hina.
Ilmu tidak datang dengan sendirinya kecuali kita yang
mendatanginya.”
”Anda benar”. Sambung khalifah Harun Ar-
Rasyid.
Setelah mendapatkan wejangan dari Imam
Malik, khalifah Harun Ar-Rasyid pada akhirnya
memerintahkan anak-anaknya untuk mendatangi
majelis ilmu Imam Malik, “Pergilah kalian ke masjid
untuk mendengarkan ilmu bersama orang-orang
disana.”
164
Imam Malilk berkata, “Dengan syarat mereka
harus duduk di majelis sampai akhir pembelajaran di
majelis selesai dan tidak mendahului orang-orang
untuk pulang.”
Khalifah pun menyetujui syarat tersebut. Tak
peduli ia seorang khalifah atau rakyat jelata, ia tetap
memulikan ilmu. Ia menyuruh anak-anaknya untuk
mendatangi majelis ilmu bukan malah mendatangkan
orang yang berilmu kerumahnya untuk mengajari
anak-anaknya. Begitulah salah satu cara memuliakan
ilmu ala khalifah Harun Ar-Rasyid.
165
166
MENYEMBUNYIKAN AIB SAUDARAMU
BAGAIKAN MENGHIDUPKAN SATU ORANG
YANG TELAH MATI
167
hukuman yang tepat bagi mereka”, timpal sang
Sekretaris.
Kemudian Utbah berkata, “Celakalah,
Jangan lakukan itu, Sesungguhnya aku pernah
mendengar Rasulullah bersabda, “Barang siapa
yang melihat aib saudaranya lalu ia menutupi aib
tersebut, maka ganjaran baginya seperti ia
menghidupkan orang yang sudah mati.”
Dalam kisah lain, dikisahkan bahwa Umar bin
Al-Khattab sedang duduk dalam majelis
bersama para sahabat. Di dalam majelis tersebut
terdapat Jarir bin Abdullah .
Tiba-tiba penciuman mereka disibukkan oleh
bau busuk, ternyata bau itu berasal dari kentut salah
seorang di antara mereka. Kemudian Umar
berinisiatif untuk memerintahkan si Pelaku Kentut
untuk berdiri lalu pergi berwudhu.
Dengan kecerdasannya Jarir berkata kepada
Umar, “Wahai Amirul Mu’minin, lebih baik engkau
menyuruh semua orang yang berada disini untuk
berwudhu.”
168
Pendapat Jarir sangat cemerlang sehingga
khalifah Umar pun merasa senang atas saran dari
Jarir dan berkata kepadanya, “Semoga Allah
merahmatimu, engkau pernah menjadi pemimpin yang
paling baik pada masa Jahiliyah dan semoga
engkaulah sebaik-baik pemimpin pada masa Islam
pula.”
169
170
KEBERANIAN
171
Umar pun bertanya kepadanya, “Loh,
mengapa?".
Lelaki itu pun menjawab, “Karena engkau
telah memberikan kami baju yang pendek itu
(gantung), lalu engkau egois dengan memakai baju
yang panjang ini.”
Kemudian Umar pun menyuruh anaknya
Abdullah untuk membantah perkataan lelaki ini dan
menjelaskan kepadanya apa yang terjadi sebenarnya.
Berdirilah Abdullah bin Umar untuk
mengumumkan dan menjelaskan bahwa ia telah
menanggalkan pakaiannya untuk ayahnya agar cukup
untuk menutupi kaki ayahnya. Akhirnya, lelaki itu
pun percaya dan tak enggan lagi untuk menaati Umar
, “Sekarang katakanlah, kami mendengar dan kami
menaati.”
Keberanian Rasulullah
Kisah pertama, pada suatu malam, penduduk
Madinah mendengar suara keras yang membuat
mereka ketakutan. Orang-orang pun segera bergegas
menuju ke sumber suara tersebut. Di tengah
172
perjalanan, mereka bertemu dengan Rasulullah
yang hendak kembali pulang. Ternyata Beliau
sudah lebih dahulu mengetahui sumber suara
tersebut. Kemudian, Beliau dengan gagah berani
berkata kepada mereka, "Janganlah takut.. janganlah
takut.” [Muttafaqun ‘Alaihi].
Kisah kedua, para sahabat dahulu ketika
perang berkecamuk mereka berlindung di belakang
punggung Nabi dan menjadikan beliau di bagian
depan. Mengenai hal ini Ali berkata, “Dahulu kami
ketika perang berkecamuk, kami berlindung dibalik
Rasulullah . Tak seorang pun dari kami yang lebih
dekat kepada musuh kecuali beliau.”
Al-Barra’ juga menyepakati hal ini, “Dahulu
ketika perang berkecamuk, kami berlindung dibalik
Rasulullah dan sesungguhnya orang yang beranilah
yang selalu dikedepankan.”
Pada perang Hunain saat kaum Muslimin
tercerai-berai, sebagian besar dari mereka melarikan
diri dan sebagian lagi terbunuh. Rasulullah bahkan
173
masih tetap tegar pada posisinya dan tak
tergoyahkan, menebas dengan pedangnya ke arah
kanan dan kiri sambil memanggil dengan suara keras,
“Aku adalah Nabi yang tidak pernah berdusta, aku
adalah anak Abdul Muththalib.”
Mendengar seruan tersebut, seketika
keberanian kembali merasuki jiwa kaum muslimin.
Mereka kembali memfokuskan perhatian ke
sekeliling Rasulullah hingga akhirnya mereka
memperolah kemenangan.
Beginilah Rasulullah menjadi orang yang
paling berani dan para sahabat pun belajar
keberanian dari beliau. Mereka adalah pemimpin-
pemimpin cerdas yang menjadi panutan dalam
pengorbanan dan tebusan.
174
‘Amru bin Al-Jamuh
Anak-anaknya melarangnya untuk ikut turun
ke medan perang, karena ia tidak mampu berjalan
disebabkan kakinya yang pincang. Ia pun berkata
kepada mereka, “Demi Allah, sungguh aku ingin
menginjak surga dengan kakiku yang pincang ini.”
Ia segera meminta izin kepada Rasulullah
untuk ikut berperang, Rasulullah pun
mengizinkannya. Maka ia pun berangkat ke medan
perang dan berperang dengan keberanian hingga
menjadi syahid di jalan Allah .
175
Abdullah Bin Rawahah
Dia adalah seorang sahabat Nabi yang mulia
yang berjihad di jalan Allah , syahid pada
peperangan Mu’tah, sebelum syahid di medan perang
Abdullah bin Rawahah memberikan semangat
dengan berkhutbah untuk dirinya agar tetap
semangat dalam menghadapi medan perang yang
akan dihadapinya dan dia berkata, “Saya bersumpah
wahai diri ini turunlah kamu menghadapi peperangan
ini. Saya mengetahui kamu menyukai surga. Wahai
diri di dalam peperangan kalau tak terluka kalau tak
terbunuh. Ini adalah kesempatan agar bisa syahid di
jalan Allah . Kamu telah berharap dengannya dan
kami pun memberikannya. Setelah kamu melakukan
kedua perkara tersebut maka kami
menghadiahkannya.”
Abdullah bin Rawahah berharap agar
syahid di medan perang dan Abdullah bin Rawahah
menginginkan agar bisa menyususl sahabat-
sahabatnya Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abi
Thalib -para syuhada di perang Mu’tah-
176
Pada saat terjadinya peperangan, Abdullah
bin Rawahah mendapatkan musibah yang baik
hingga Abdullah bin Rawahah syahid di jalan
Allah dan mendapatkan balasan dari Allah
surga seperti yang didapatkan para syuhada yang
lainnya.
177
Abu Dzar
Abu Dzar adalah seorang yang pemberani
dalam amar ma’ruf nahi mungkar, dia adalah seorang
yang dermawan yang selalu berinfak kepada fakir
miskin. Dia menyeru orang-orang yang kaya agar
menyedekahkan dan mengeluarkan zakat harta
mereka, yang mana dalam harta yang mereka miliki
tersebut adalah ada hak orang-orang miskin.
“Wahai orang-orang yang mengumpulkan
hartanya baik berupa emas, perak dan mereka tidak
mau menginfakkan hartanya maka orang-orang
tersebut akan mendapatkan balasan berupa akan di
setrika kening dan punggungnya di neraka pada hari
kiamat kelak”, seru Abu Dzar.
Sahabiyat-Sahabiyat Nabi
Sahabiyat-sahabiyat , mereka dikenal
dengan keberaniaan yang mereka miliki. Sebagian
mereka ada yang ikut serta dalam peperangan
melawan kaum musyrikin, sebagian mereka ada yang
menyiapkan bekal makanan, minuman dan menjadi
178
perawat bagi pasukan yang terkena serangan dari
kaum musyrikin.
Dan yang paling masyhur di antara mereka
seperti Sayyidah Ummu 'Imarah Nusaibah binti Ka’ab,
Sayyidah Ummu ‘Atiyah Al-Anshariah, Sayyidah
Ummu Sulaim, Sayyidah Laila Al-Ghifari dan lainnya
.
Suatu hari bertemulah salah satu shahabiyat
yakni Khaulah binti Tsa’labah dengan Amirul
179
Diceritakan pada suatu hari Umair bin Abi
Waqas sewaktu masih kecil, Umair bin Abi Waqas
diam-diam ikut serta di dalam barisan pasukan
hingga dia tidak terlihat.
Dulu sewaktu kecil Umair bin Abi Waqas
meminta kepada Rasulullah untuk ikut serta tetapi
Rasulullah menyuruhnya untuk pulang hinga ia
merasakan kesedihan. Rasulullah pun
menoleransinya agar ikut serta dalam peperangan
dengan syarat dia masih di dalam pengawasan para
pasukan lainnya.
180
181
INDAHNYA MEMAAFKAN
182
“Wahai guru yang baik, wahai orang yang beradab,
kembalilah dengan apa yang Allah katakan dalam
firman-Nya.”
Lelaki saleh itu berkata, “Apa yang Allah
katakan?”
Pembantu berkata, “Allah telah berkata, demi
orang-orang yang menahan marahnya”,
“Aku telah menahan marahku", sahut lelaki
saleh itu.
“Demi orang-orang yang memaafkan
manusia”, timpal sang Pembantu.
“Saya telah memaafkanmu”, jawab lelaki saleh
itu dengan rona penyesalan di wajahnya.
“Allah mencintai orang-orang yang berbuat
kebaikan”, ulas sang Pembantu dengan rona
sumringah di wajahnya.
Dan lelaki saleh itu berkata, “Engkau aku
bebaskan dengan mengharap rida Allah”.
183
saudara-saudara beliau, karena sifat hasad mereka
terhadap Nabi Yusuf , yang mana mereka
menganggap bahwa ayah mereka lebih mencintai
Nabi Yusuf daripada mereka.
Mereka pun membuang Nabi Yusuf ke
dalam sumur agar mereka terbebas dari Nabi Yusuf
. Dengan berjalannya waktu, Allah menjadikan
Nabi Yusuf sebagai raja dan hakim sehingga dia
memiliki kekuatan dan kekuasaan setelah di
selamatkan oleh raja Mesir.
Pada musim paceklik datanglah saudara-
saudara Nabi Yusuf kepadanya untuk meminta biji-
bijian seperti gandum dan makanan lainnya untuk
kaumnya. Mereka tidak tahu bahwa raja tersebut
adalah saudara mereka Yusuf, namun Nabi Yusuf
mengetahui mereka dan Nabi Yusuf tidak
memberitahu akan dirinya.
Mereka berulang kali meminta kepada Nabi
Yusuf , hingga akhirnya Nabi Yusuf
memberitahu saudara-saudaranya, sehingga mereka
184
pun ingat apa yang telah mereka lakukan terhadap
Nabi Yusuf . Akan tetapi Nabi Yusuf menemui
mereka dengan penuh maaf dan memaafkan dengan
sebaik-baik maaf.
Allah berfirman:
“Tidak ada celaan terhadapmu pada hari
ampunan Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”
185
dari tangannya, maka Rasulullah pun langsung
mengambil pedang tersebut dan berkata kepada
lelaki kafir tersebut, “Sekarang siapa yang akan
menghalangiku darimu?”
“Jadilah orang yang baik wahai saudaraku”,
ujar lelaki itu dengan rona wajah ketakutan.
Rasulullah pun memaafkan lelaki kafir
tersebut. (Muttafaqun Alaih).
186
“Mengapa kamu melakukan hal seperti ini?”,
tanya Rasulullah .
“Saya ingin membunuhmu”, jawab wanita itu.
“Allah tidak rida dengan apa yang kamu
lakukan”, balas Rasulullah .
Para sahabat ingin sekali membunuh wanita
yahudi tersebut, berkata salah satu sahabat, “Wahai
Rasulullah apakah boleh saya membunuhnya?”
Rasulullah berkata, “Jangan, aku telah
memaafkannya.” [H.R. Bukhari dan Muslim].
187
“Kami telah makan dan minum dan kami
seperti tamu bagimu, lalu apakah yang akan kamu
lakukan terhadap tamumu?, Apakah kau akan
membunuh tamumu?”.
Ma’an berkata, “Saya telah memaafkan kalian
semua.”
Begitu indahnya memaafkan, Allah
sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang
pemaaf. Begitu besar hati mereka, seberat apapun
masalah yang menimpa mereka, karena besarnya
cinta mereka kepada Allah , mereka merelakan dan
mengikhlaskan masalah tersebut berlalu dan lebih
mencari rida Allah yang lebih abadi dan
berpahala tanpa batas. Itulah kisah-kisah dari orang-
orang yang pemaaf. Indahnya memaafkan sebab
dapat menghalau permusuhan.
Oleh: Salmiarti
188
"Menghiasi diri dengan akhlakul karimah,
menjadi pengikut serta penegak sunnah
Rasulullah memang bukanlah hal yang
mudah, sebab surga tak didapat dengan
berleha-leha. Namun jangan lupa, tak ada
lelah yang sia-sia, jika semua karena Allah
insyaAllah akan terhitung ibadah dan
berbuahkan pahala."
-Arum Wirahayuningsih-
189
"Seseorang akan terbebas dari sesuatu
yang tidak ia ketahui ilmunya. Namun jika
ia mengetahuinya maka tidak ada
keringanan baginya. Kini saatnya
menerapkan aksi dari ilmu yang sudah
didapatkan hari ini."
-Linda Meutia-
190
Buku ini menyajikan kisah-kisah golden story
yang penuh hikmah. Kisah-kisah nyata yang terjadi
pada zaman para Nabi, sahabat dan tabi'in, yang
diambil dari beberapa riwayat perawi Hadis.
Mengajarkan kita betapa pentingnya akhlak
al-karimah. Kisah ini membuat kita bercermin siapa
kita di antara salafus saleh dan membuat kita
bertanya dimana kedudukan kita di antara mereka.
Mendorong kita untuk lebih bersemangat dalam
menghiasi diri dengan akhlakul karimah.
Buku ini adalah jawaban untuk kita yang
hidup di zaman penuh fitnah dan sedang berusaha
menggapai rida dan surga-Nya.
191