Anda di halaman 1dari 298

FIKIH PRAKTIS

ANDA BERTANYA,
USTADZ MENJAWAB

Wahyudi Sarju Abdurrahim


Judul : Anda Bertanya, Ustadz Menjawab
Penulis : Wahyudi Sarju Abdurrahim, Lc., M.M.
Editor : Mush’ab Bahrah, Lc.

Desain Cover : Puji Fauziah Sophia

Tata Letak : Mush’ab Bahrah, Lc.


ISBN:
Diterbitkan oleh: CV Al Muflihun Publishing Yogyakarta

ii
Persembahan

Buku ini aku persembahkan untuk mereka yang


sangat aku cintai; kedua orang tuaku, istriku dan
anak-anakku. Semoga Allah Swt senantiasa
melimpahkan rahmat dan ampunan kepada mereka.



iii
iv
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt.


atas karunia yang diberikan kepada kita semua.
Salawat beserta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad Saw.
Masyarakat secara umum mempunyai dua tingkatan,
pertama kalangan intelektual dan kedua masyarakat
awam. Pembagian ini berlaku untuk seluruh cabang
ilmu, tidak terkecuali juga ilmu-ilmu keislaman. Ada
ulama yang menguasai ilmu keislaman secara
mendalam, ada juga orang awam yang mengenal
hukum Islam ala kadarnya.
Dalam berinteraksi dengan dua kelompok tersebut
tentu mempunyai perbedaan. Jika berinteraksi
dengan ulama, yang dibutuhkan adalah kajian
mendalam baik dari sisi permasalahan yang
diangkat, dalil, istidlal hingga solusi alternatif yang
ditawarkan. Jadi ia sifatnya kajian akademisi.
Hanya saja, model kajian seperti ini tidak layak
untuk diterapkan bagi masyarakat awam. Mereka
tentu akan kebingungan membaca kajian mendalam
yang terkesan sangat rumit. Bagi ulama pun, tidak
diperkenankan memberikan materi yang sangat
njelimet kepada masyarakat awam ini. Memberikan
ilmu kepada orang yang tidak mempunyai kesiapan
mental, bukan solusi, namun justru bisa
menimbulkan fitnah.

v
Masyarakat awam hanya butuh kajian yang sifatnya
praktis. Jika ada pertanyaan atas suatu persoalan,
cukup diberi jawaban yang simpel dan sederhana
serta mudah ditangkap. Jika perlu, berikan dalil.
Bahkan terkadang dalil pun tidak perlu. Karena
banyak dari mereka, yang tidak mengerti apa itu
dalil.
Dari sini tidak heran jika kemudian kita membaca
sebagian kitab kuning hanya memberikan pendapat
para Imam Mazhab dan tidak memberikan dalil serta
sistem istidlalnya. Ini bisa kita lihat misalnya dalam
kitab I’ânatut Thâlibîn karya Utsman bin Syatha al-
Bakri. Kitab tersebut hanya berisikan fatwa dan
pendapat para imam saja. Beda lagi ketika kita
membaca kitab Majmû’ karya Imam Nawawi atau
kitab al-Umm karya Imam Syafii. Di sana kita akan
menemukan persoalan beserta dalil dan sistem
istidlalnya.
Barangkali akan ada yang bertanya terkait buku ini,
mengapa hanya ada pertanyaan, hukum dan dalil? Itu
pun kadang dalilnya hanya satu. Kadang tidak
disertai perbedaan pendapat di kalangan ulama dan
sistem tarjih. Benar, memang tujuan penulisan buku
ini bukan untuk kalangan intelektual yang butuh
kajian mendalam. Buku ini, sesungguhnya berasal
dari letupan pertanyaan yang kemudian diberi
jawaban secara praktis.
Buku ini pada awalnya adalah materi yang biasa
penulis sampaikan ketika ada pertanyaan, lalu

vi
dipublish di telegram @kajian sang pencerah. Dalam
jangka waktu sekitar 6 bulan, ternyata pertanyaan
yang masuk sudah cukup banyak. Dari sini, ada
usulan untuk mendokumentasikan materi tersebut
dalam bentuk buku. Dengan demikian, akan banyak
orang yang bisa mengambil manfaatnya.
Saya secara pribadi mengucapkan banyak
terimakasih kepada Tim Sang Pencerah, yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk
menjadi narasumber dalam telegram tersebut. Saya
juga mengucapkan banyak terimakasih kepada istri
saya, yang selalu setia dan sabar mendampingi saya
dalam menuntut ilmu. Juga kepada anak-anak saya,
semoga mereka semua mendapatkan barakah dari
Allah Swt.
Tentu dalam buku ini masih banyak kekurangan.
Kami sangat berharap agar ada masukan konstruktif
sehingga ke depan, buku ini akan lebih baik. Semoga
Allah Swt selalu memberikan barakahnya kepada
kita semua. Aamiin
Cairo, 12 Syawal 1437 H
17 Juli 2016 M

al-Faqir ilallah
Wahyudi Abdurrahim

vii
viii
Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................... v


Daftar Isi ............................................................... ix

1. Tahukah Kenapa Khutbah Jum’at


Dilakukan Sebelum Shalat? ............................. 1
2. Apakah Arisan itu Sama dengan
Tradisi Jahiliyah (Azlam)? .............................. 5
3. Apakah Boleh Beli Emas secara Kredit?.......... 7
4. Supir Taxi Shalatnya Boleh Jamak atau
Tidak? ............................................................11
5. Tentang Derajat Hadis Qudsi Dibanding
al-Quran .........................................................15
6. Dahulukan Suami atau Orang Tua? ................17
7. Bolehkah Makan Ikan Kanibal? ......................19
8. Rumusan Rukun Islam dan Rukun Iman
dari Mana Ya? ................................................21
9. Lafal Zikir yang Disukai Rasulullah Saw .......25
10. Apa Hukum Mengambil Manfaat dari
Bank Konvensional? ......................................29
11. Ternyata Amanah Itu Sangat Berat .................35
12. Shalat Jenazah Bakda Ashar ...........................37
13. Bolehkan Menyingkat Ucapan Salam .............39
14. Mengapa Tidak Alfiyah binti Malik? ..............41
15. Pusing! Rezekiku Mampet Segitu Saja ...........43
16. Autis Haruskah Shalat? ..................................47
17. Makan Hidangan Orang Kristen .....................49
18. Menikahi Dua Saudara Tiri Sekaligus.............51
19. Mengapa Hari Kiamat Disebut at-Taghâbun ..53

ix
20. Lafal Adzan Ketika Hujan .............................. 55
21. Peringatan Maulid Bidah Tidak? .................... 57
22. Waktu Hujan, Kesempatan Untuk Doa ........... 59
23. Jabat Tangan Setelah Shalat Bidah? ............... 61
24. Etika Menuntut Ilmu ...................................... 63
25. Tips Jualan Baju Seksi Agar Tidak Kena
Dosa .............................................................. 65
26. Makan Dari Makanan Natalan ........................ 67
27. Aplikasi Android, Pdf, Google
Bolehkah Menjadi Rujukan Agama? .............. 69
28. Mengikuti Ritual Natal untuk Studi
Lapangan ....................................................... 71
29. Dalam al-Quran Minuman Surga Disebutkan
Susu, Jahe, Madu dan Khamr. Es Kelapa Muda
Kenapa Tidak Disebut? .................................. 73
30. Memperingati Tahun Baru Masehi ................. 77
31. Shalat sambil Membaca Mushaf ..................... 79
32. Sekuntum Bunga Untukmu Muhammadiyah . 81
33. Bersyukur itu Harta Tak Ternilai .................... 85
34. Foto Pre-Wedding Boleh Tidak? .................... 89
35. Bahaya Sifat Sombong ................................... 91
36. Belajar untuk Sabar ........................................ 93
37. Sudahkah Anda Riya Hari Ini?
Berhati-hatilah Terhadapnya .......................... 97
38. Bagi Jomblowan Jangan Galau ..................... 101
39. Bolehkah Warga Menolak Pemakaman
Jenazah Teroris? .......................................... 103
40. Tanpa Berislam, Masih Adakah Peluang
Bagi Non-Muslim Masuk Surga? ................. 105

x
41. Saya Suka Merokok, Bagaimana
Hukumnya ya? ............................................. 109
42. Selalu Ingin Berbuat Baik, Tapi
Tidak Kesampaian, Apakah Dapat Pahala? ... 113
43. Saya Menyentuh Najis, Batalkah Wudhu
Saya? ........................................................... 115
44. Bagaimana Hukum Parpol dalam Islam? ......117
45. Lanjutan tentang Kebolehan Membaca
Mushaf Ketika Shalat ................................... 121
46. Adakah Dalil tentang Azab Alam Kubur? ..... 123
47. Kenapa Kita Harus Husnuzhan kepada
Sesama? ....................................................... 127
48. Berdosakah Orang yang Tidak Bisa
49. Membaca al-Quran secara Tartil? ................. 131
50. Dapat Angpao/ Hadiah Haruskah Keluar
Zakat? .......................................................... 135
51. Apakah Babi Najis? ......................................137
52. Orang Tua Percaya Mitos Kehamilan
Haruskah Ditaati? ......................................... 141
53. Menyentuh Najis, Mani dan Wadi
Wudhunya Batal atau Tidak? ........................ 143
54. Allah Maha Kuasa, Mengapa Manusia
Tidak Diciptakan Beriman Semua? .............. 145
55. Ingin Adzan Namun Hanya Bisa
dengan Cengkok Jawa .................................. 149
56. Ibnu Hazm: Orang yang Menuntut Ilmu
Syariat untuk Tujuan Dunia akan Binasa ......151
57. Bolehkah Shalat Jamaah Hanya Berdua
Laki-laki dan Perempuan Bukan Mahram? ... 153
58. Orang Non Islam Dilarang Masuk Mekkah... 157

xi
59. Sedang Gundah? Yuk Obati dengan
Sering Berdzikir Pagi dan Petang ................. 161
60. Perintah Lurus dan Rapat Shaf Ketika
Shalat ........................................................... 167
61. Apakah Bersentuhan dengan Istri Membatalkan
Wudhu: Telaah 4 Mazhab Fikih ................... 171
62. Pendapat Ulama Klasik Terkait Mengetahui
Waktu Gerhana dengan Ilmu Astronomi ...... 177
63. Hukum Bertakziyah Orang Kafir .................. 183
64. Haruskah Bermazhab? Sepintas tentang
Mazhab dalam Pemikiran Islam ................... 187
65. Al-Khawarizmi: Tokoh Aljabar Muslim
Menemukan Rumus Matematika tentang
Manusia ....................................................... 191
66. Hukum Kotoran Babi dan Sapi Apakah
Najis?........................................................... 195
67. Hukum Posisi Imam Lebih Tinggi
dari Makmum .............................................. 199
68. Benarkah Dalil al-Quran Menyatakan
‘Hawa’ Manusia Pertama? ........................... 203
69. Hukum Shalat Fardhu di Belakang Imam
yang Shalat Sunnah ...................................... 207
70. Benarkah Iblis Termasuk Golongan
Malaikat yang Membangkang?..................... 209
71. Samakah Beban Syariat Jin dengan
Manusia? ..................................................... 213
72. Mengetahui Beda Jin, Syetan dan Iblis
Menurut Islam .............................................. 217
73. Samakah Beban Syariat Jin dengan
Manusia? Bagian II ...................................... 223

xii
74. Adakah Mubaligh dari Bangsa Jin untuk
Kalangan Jin? ............................................... 227
75. Hukum Puasa Mutlak ................................... 231
76. Apakah Anak Zina Ada Hak Nafkah dari
Ayah?........................................................... 233
77. Doa Minta Miskin, Boleh Tidak? ................. 235
78. Zaman Modern, Warisan Laki-laki
dan Perempuan Sama?.................................. 239
79. Bagaimana Iblis Menjerumuskan Adam?......241
80. Cerai Itu Bagaimana? ................................... 247
81. Di Islam Ada Dosa Turunan Tidak? ............. 251
82. Pemerkosa Harusnya Dihukum Apa? ...........253
83. Shalat Tahajud Setelah Shalat Witir
Hukumnya Bagaimana?................................ 257
84. Mengapa Selain Nabi Muhammad Saw
Doanya Hanya Alaihissalam? ....................... 259
85. Hukum Potong Rambut Gaya Punk .............. 261
86. Waris dengan Wasiat Orang Tua Boleh
Tidak? .......................................................... 263
87. Bahaya Riya ................................................. 267
88. Hasad Itu Apa? ............................................. 271
89. Saat Fatwa Keluar Bukan dari Pakarnya ....... 275
90. Hukum Khutbah dengan Bahasa Daerah ....... 277
91. Hukum Mentato Tubuh ................................ 281

Biografi Penulis .................................................. 283

xiii
xiv
Tahukah Kenapa Khutbah Jum’at
Dilakukan Sebelum Shalat?

Jamaah D1: Ustadz kenapa khutbah Jum’at


dilakukan sebelum shalat? Akan tetapi pada shalat
Ied, khutbah dilakukan setelah shalat?

Ust. Wahyudi Abdurrahim, Lc.: Dulu khutbah


Jum’at dilakukan setelah shalat Jum’at seperti halnya
shalat Ied. Pada suatu hari, selagi dilaksanakan shalat
Jum’at, datanglah kafilah dagang. Jamaah Jum’at
akhirnya bubar. Mereka berburu dagangan, baik
untuk dijual atau untuk kebutuhan sendiri.

Terkait hal ini, terdapat riwayat Jabir disebutkan


sebagai berikut:

‫بينما النبي صلى هللا عليه وسلم يخطب يوم الجمعة قائما إذ‬
‫قدمت عير فابتدرها أصحاب رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫حتى لم يبق إال اثنا عشر رجال أنا فيهم وأبو بكر وعمر‬
‫ وإذا رأوا تجارة أو لهوا إلى آخر السورة‬:‫فأنزل هللا تعالى‬

Artinya: “Ketika Rasulullah Saw berkhutbah pada


hari Jum’at, tiba-tiba datanglah rombongan unta
(pembawa dagangan), maka cepat-cepatlah sahabat
Rasulullah Saw mengunjunginya sehingga tidak
tersisa lagi (sahabat yang mendengarkan khutbah)
kecuali 12 orang. Yaitu saya (Jabir), Abu Bakar dan
Umar termasuk mereka yang tinggal. Maka Allah

1
Swt pun menurunkan ayat: “wa idzâ ra'au tijâratan
au lahwan” sampai akhir surat.” (HR. Bukhari,
Muslim, Ahmad dan Tirmidzi)

Lalu turunlah ayat berikut ini:

‫ارة ً أ َ ْو لَ ْه ًوا ا ْنفَضُّوا ِإلَ ْي َها َوت ََركُوكَ قَائِ ًما قُ ْل َما‬
َ ‫َو ِإذَا َرأ َ ْوا تِ َج‬
َ‫الر ِازقِين‬ ‫ارةِ َو ه‬
‫َّللاُ َخي ُْر ه‬ َ ‫َّللا َخي ٌْر مِنَ الله ْه ِو َو ِمنَ التِ َج‬
ِ ‫ِع ْندَ ه‬

Artinya: “Dan apabila melihat perniagaan atau


permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya
dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri
(berkhutbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah
adalah lebih baik daripada permainan dan
perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi
rezeki.” (QS. al-Jumuah: 11)

Selesai shalat, dipersilahkan untuk mencari karunia


Allah, bahkan hamba Allah dianjurkan untuk
bertebaran di muka Bumi, dengan menjalankan
berbagai aktivitasnya masing-masing.

ْ ‫ص َالةِ ِم ْن يَ ْو ِم ْال ُج ُمعَ ِة فَا‬


‫سعَ ْوا‬ ‫ِي ِلل ه‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الهذِينَ آ َمنُوا إِذَا نُود‬
)9( َ‫َّللا َوذَ ُروا ْال َب ْي َع ذَ ِلكُ ْم َخي ٌْر لَكُ ْم ِإ ْن كُ ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمون‬
ِ ‫ِإلَى ِذ ْك ِر ه‬
‫ض َوا ْبتَغُوا ِم ْن فَض ِْل‬ ِ ‫ص َالة ُ فَا ْنتَش ُِروا فِي ْاْل َ ْر‬ ‫ت ال ه‬ ِ ُ‫فَإِذَا ق‬
ِ َ‫ضي‬
)10( َ‫يرا لَعَلهكُ ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬ َ ‫َّللا َواذْكُ ُروا ه‬
ً ِ‫َّللا َكث‬ ِ‫ه‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila


diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari

2
Jum`at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat
Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila
telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah
kamu di muka Bumi; dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu
beruntung.” (QS. al-Jumuah: 9-10)

Setelah peristiwa itulah, khutbah diawalkan. Baru


setelah usai khutbah, dijalankan shalat Jumat. Untuk
Idul Fitri atau Idul Adha, waktu khutbah seperti
semula tidak berubah. Jadi shalat terlebih dahulu
kemudian khutbah. Wallahu a'lam

3
4
Apakah Arisan itu Sama dengan
Tradisi Jahiliyah (Azlam)?

Jamaah D2: Ustadz, tanya lagi ya. Apakah arisan itu


sama dengan azlam?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Mulai dari azlam


terlebih dahulu. Azlam itu tradisi Jahiliyah. Jika
mereka akan safar, mereka akan pergi ke dukun lalu
dukun akan menuliskan tiga kata di tiga kertas:
1. Kertas pertama bertuliskan: kerjakan
2. Kertas kedua: jangan kerjakan
3. Kertas ketiga: lalai

Kertas lalu ditutup dan diundi:


1. Jika yang keluar kata "kerjakan", maka mereka
akan melakukan safar. Ini artinya perjalanan mereka
tidak ada masalah.
2. Jika yang keluar kata: "jangan kerjakan", maka
mereka tidak akan safar. Hal ini dikhawatirkan jika
tetap safar akan ada bahaya.
3. Jika yang keluar kata "lalai", maka diundi ulang
sampai yang keluar kerjakan atau jangan kerjakan.

Perbuatan seperti ini haram karena percaya dengan


selain Allah.

Arisan adalah kelompok orang yang mengumpulkan


uang secara teratur pada tiap-tiap periode tertentu.
Setelah uang terkumpul, salah satu dari anggota
5
kelompok akan keluar sebagai pemenang. Penentuan
pemenang biasanya dilakukan dengan jalan
pengundian, namun ada juga kelompok arisan yang
menentukan pemenang dengan perjanjian. Arisan itu
seperti menabung, hanya sifatnya berjamaah.
Hukumnya boleh.

Jadi arisan berbeda dengan azlam yang diharamkan.


Wallahu a'lam

6
Apakah Boleh Beli Emas
secara Kredit?

Jamaah D2: Ustadz, tanya lagi ya. Ada orang yang


rencananya mau nikah, dan rencananya mas
kawinnya dengan cincin emas. Dibelinya tidak
kontan, tapi nyicil, apakah pembelian cincin emas
secara nyicil (meskipun tanpa adanya penambahan
harga dari kesepakatan awal) atau tidak kontan itu
termasuk Riba?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Untuk jual beli emas


dengan sistem kredit ini ada dua pendapat. Ada yang
membolehkan dan ada yang melarang. Kedua-
duanya menggunakan dalil yang sama, yaitu sabda
Rasulullah Saw berikut:

‫صلهى‬ ِ ‫سو ِل ه‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْن َر‬ َ ُ‫ع ْنه‬ ‫ي ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫س ِعي ٍد ْال ُخد ِْري ِ َر‬َ ‫ع ْن أ َ ِبى‬ َ
ْ
‫ َوالب ُُّر‬،‫ض ِة‬ ْ
‫ضة بِال ِف ه‬ ُ ْ
‫ َوال ِف ه‬،‫ب‬ ‫ه‬
ِ ‫َب بِالذ َه‬ ‫ه‬
ُ ‫سل َم قَا َل ”الذه‬ ‫ه‬ َ
َ ‫عل ْي ِه َو‬ ‫ه‬
َ ُ‫َّللا‬
‫ ِمثْال‬،‫ح‬ ِ ‫ َو ْال ِم ْل ُح بِا ْل ِم ْل‬،‫ َوالت ه ْم ُر ِبالت ه ْم ِر‬،‫ير‬ ‫ير بِال ه‬
ِ ‫ش ِع‬ ُ ‫ش ِع‬ ‫ َوال ه‬،‫بِ ْالب ُِر‬
‫اآلخذ ُ َو ْال ُمعْ ِطي‬ ِ ،‫ فَ َم ْن زَ ادَ أ َ ِو ا ْست َزَ ادَ فَقَدْ أ َ ْر َبى‬،ٍ‫ َيدًا ِب َيد‬،‫ِب ِمثْ ٍل‬
‫س َوا ٌء‬َ ‫فِي ِه‬

Artinya: “Dari Abu Sa’id al Hudriy dari Rasulullah


Saw beliau bersabda: “Emas dengan emas, perak
dengan perak, gandum dengan gandum, jawawut/
gandum dengan jawawut/ gandum, kurma dengan
kurma, dan garam dengan garam. Semisal dengan
semisal, kontan dengan kontan. Maka barang siapa
7
yang menambah atau minta tambahan sungguh dia
telah melakukan riba, orang yang mengambil dan
orang yang memberi di dalam riba itu sama saja.”
(HR. Muslim)

Pendapat pertama: Hukum jual beli emas secara


kredit haram dan bagian dari riba. Alasannya karena
syarat jual beli emas harus taqâbudh (kontan) meski
tidak ada penambahan harga.

Pendapat kedua: Hukum jual beli emas secara kredit


boleh dengan alasan sebagai berikut:
Jika ia menukar atau membeli emas dengan emas,
maka ia harus sepadan dan tidak boleh salah satu
berlebih. Jika ada yang berlebih masuk dalam riba
fadhl yang terlarang.

Yang harus digarisbawahi adalah bahwa zaman nabi,


emas menjadi mata uang. Membeli emas juga
dengan mata uang emas atau perak. Jadi tatkala
seseorang membeli emas dengan uang dinar, itu
sama halnya menukar emas dengan emas.

Lantas bagaimana hukumnya? Menurut Imam Malik,


Ibnu Taimiyah dan Ibmul Qayim bahwa tatkala emas
sudah dibentuk seperti cincin, gelang dan lain
sebagainya, maka emas sudah jadi barang. Di sini
boleh membeli emas dengan mata uang emas dan
ada berlebih. Kelebihannya tadi adalah upah pembeli

8
atas usaha pembuatan emas ke barang-barang itu
seperti gelang dan semacamnya.

Jadi kelebihan uang dari pembeli, bukan karena


membeli emas dengan sistem tafadhul, tapi karena
upah pembentukan.

Untuk saat ini, umumnya emas sudah jadi barang.


Kita membeli emas tidak lagi dengan mata uang
emas (dinar), tapi dengan mata uang lain yang
nilainya sudah ditentukan negara. Para ulama
menyebut jenis uang seperti ini dengan fulus.

Karena emas sudah menjadi barang, maka membeli


emas dengan sistem kredit hukumnya boleh. Fatwa
ini berpijak dari pendapat Imam Malik, Ibnu
Taimiyah dan Ibnul Qayim di atas. Ini pula fatwa
yang dirajihkan oleh lembaga fatwa Mesir. Saya
memilih pendapat kedua tersebut, yaitu
membolehkan pembelian emas secara kredit.
Wallahu a'lam

9
10
Supir Taxi Shalatnya
Boleh Jamak atau Tidak?

Jamaah: Seorang yang merantau kerja di Jakarta


sebagai supir taksi, bolehkah shalat dijamak? Mohon
jawaban ust. Wahyudi. Matur nuwun.

Ustadz Wahyu Abdurrahim: Prinsipnya, jika kita


sedang dalam perjalanan jauh, dibolehkan untuk
melakukan shalat jamak dan qashar. Hal ini
berdasarkan firman Allah Swt berikut ini:

ُ ‫علَ ْيكُ ْم ُجنَا ٌح أ َ ْن ت َ ْق‬


َ‫ص ُروا ِمن‬ َ ‫ض فَلَي‬
َ ‫ْس‬ ِ ‫ض َر ْبت ُ ْم ِفي ْاْل َ ْر‬ َ ‫َو ِإذَا‬
‫ص َالةِ ِإ ْن ِخ ْفت ُ ْم أ َ ْن يَ ْفتِنَكُ ُم الهذِينَ َكفَ ُروا‬
‫ال ه‬

Artinya: “Dan apabila kamu bepergian di muka


Bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqashar
shalatmu, jika kamu takut diserang orang-orang
kafir.” (QS. an-Nisa: 101)

َ‫ص ِحبْتُ َرسُول‬ َ :َ‫َّللا ب ِْن عُ َم َر رضي هللا عنهما قَال‬ ِ ‫ع ْب ِد ه‬َ ‫ع ْن‬ َ
‫علَى َر ْك َعتَي ِْن‬ ‫َّللا صلى هللا عليه وسلم فَ َكانَ ال يَ ِزيد ُ فِي ال ه‬
َ ‫سفَ ِر‬ ِ‫ه‬
. َ‫ َوأَبَا بَ ْك ٍر َوعُ َم َر َوعُثْ َمانَ َكذَلِك‬,

Artinya: “Dari Ibnu Umar ra dia berkata: “Aku


pernah menemani Rasulullah Saw dalam
perjalanannya dan beliau tidak pernah mengerjakan
shalat lebih dari dua rakaat. Demikian juga yang

11
dilakukan oleh Abu Bakar, Umar dan Utsman ra.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Soal safar ini terjadi khilaf di antara para ulama, baik


dari sisi jarak maupun batas tinggal. Perbedaan
muncul karena tidak ada dalil yang pasti dan punya
satu makna terkait safar ini. Untuk waktu safarnya,
berikut pendapat para ulama:

Batas safar selama 4 hari. Jika ia datang dan tinggal


di suatu wilayah, maka hari ke-5, ia sudah dianggap
bukan musafir. Jadi tidak ada shalat jamak dan
qashar baginya.

Dalilnya adalah bahwa waktu haji wada' Rasulullah


Saw tinggal di Mekkah selama 4 hari melakukan
shalat qashar.

Syafiiyah dan Malikiyah: Batas safar selama 3 hari.


Jika ia datang dan tinggal di suatu wilayah, maka
hari ke-4, ia sudah dianggap bukan musafir. Jadi
tidak ada shalat jamak dan qashar baginya.

Hanafiyah: Batas safar selama 15 hari. Jika ia datang


dan tinggal di suatu wilayah, maka hari ke-16, ia
sudah dianggap bukan musafir. Jadi tidak ada shalat
jamak dan qashar baginya.

Ibnu Taimiyah: Asal seseorang tidak berniat untuk


tinggal di suatu tempat, maka selama itu pula ia

12
dianggap musafir. Contoh: Saya ke Mesir untuk
berdagang. Selama saya berniat tidak akan menetap,
maka saya tetap musafir. Namun jika sudah
mendapat tempat yang cocok, lalu saya berniat untuk
menetap, maka saya sudah bukan lagi musafir.

Dalil: Rasulullah Saw ketika haji Wada’ tinggal di


Mekkah selama 4 hari dan selalu mengqashar shalat.
Waktu Fathul Makkah beliau tinggal di Mekkah
selama 19 hari dan mengqashar shalat. Selama 20
hari di Tabuk, beliau mengqashar shalat.

Ini menunjukkan bahwa tidak ada batas tertentu


terkait safar.

Dalil safar sifatnya umum, maka selama orang


melakukan safar dan tidak ada niat untuk menetap, ia
tetap dianggap musafir.

Saya memilih pendapat Ibnu Taimiyah. Jadi, orang


luar Jakarta yang kerja di Jakarta, termasuk supir
taxi, namun sudah punya tempat tinggal, dia
dianggap muqim. Tidak ada jamak qashar di sini.
Namun jika ia pulang pergi dengan batas jarak yang
sudah memenuhi syarat safar, shalatnya boleh
dijamak dan qashar. Wallahu a'lam

13
14
Tentang Derajat Hadis Qudsi
Dibanding al-Quran

Jamaah D1: Ustadz apa itu hadis qudsi? Apa


perbedaan hadis qudsi dengan al-Quran? Dan
bagaimana kedudukan hadis qudsi tersebut dalam
dalil hukum agama kita?

Ustadz Wahyu Abdurrahim: Ayyuhal ikhwan. Bisa


dikatakan bahwa hadis qudsi adalah firman Allah.
Bukankah al-Quran juga firman Allah? Lantas apa
bedanya al-Quran dengan hadis qudsi?

Berikut perbedaan sederhana antara keduanya:


1. Al-Quran merupakan kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui
perantara malaikat Jibril.

Sedang hadis qudsi merupakan kalam Allah yang


diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, kadang
melalui perantara malaikat Jibril, kadang Allah
memberikan ilham langsung kepada Nabi
Muhammad Saw.

2. Al-Quran qath’iy tsubût, karena seluruhnya


mutawatir. Membacanya merupakan bagian dari
ibadah (muta’abbid bi tilâwatihi). Setiap huruf
dalam bacaan, akan diberi pahala.

15
Hadis ada yang shahih, dhaif dan maudhu’.
Membacanya tidak dianggap sebagai ibadah. Dengan
kata lain dalam setiap huruf yang dibaca tidak ada
pahala kebaikan.

3. Al-Quran dibagi menjadi surat, ayat dan juz. Lafal


dan maknanya dari Allah.
Hadis Qudsi tidak dibagi-bagi seperti al-Quran. Dan
maknanya dari Allah dan lafalnya dari Rasul.

4. Al-Quran: Mereka yang ingkar terhadap al-Quran


dianggap kafir. Tidak boleh meriwayatkan dengan
makna secara substantif.
Hadis Qudsi: Mereka yang ingkar tidak dianggap
kafir. Dan boleh meriwayatkan dengan makna secara
substantif.

5. Al-Quran: Allah menantang orang untuk dapat


menandingi al-Quran
Hadis Qudsi: Allah tidak menantang orang untuk
membuat seperti hadis Qudsi.

Lantas bagaimana memaknai hadis qudsi kaitannya


dengan sumber hukum dalam Islam? Sebagaimana
hadis pada umumnya, maka jika ia derajatnya shahih
atau maqbul, maka bisa dijadikan sandaran dalam
beribadah. Wallahu a'lam

16
Dahulukan Suami atau Orang Tua?

Jamaah: Ustadz, seorang istri, jika suami


memerintahkan sesuatu. tapi di waktu yang sama ibu
juga minta bantuan. Kira-kira, lebih didahulukan
siapa ya? Terima kasih.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Bagi seorang wanita


yang belum menikah, maka orang tua lebih berhak
untuk ditaati. Namun ketika ia telah menikah, maka
taat kepada suami merupakan kewajiban dan harus
diutamakan melebihi orang tuanya. Syaratnya, suami
tidak memerintahkan kepada maksiat. Dengan dalil
sabda Rasulullah Saw:
ِ ‫صيَ ِة ْالخَا ِل‬
‫ق‬ ٍ ‫عةَ ِل َم ْخلُو‬
ِ ‫ق فِي َم ْع‬ َ َ‫ال‬
َ ‫طا‬

Artinya: “Tidak ada kewajiban taat kepada makhluk


dalam bermaksiat kepada al-Khâliq (Maha
Pencipta).” (HR. Bukhari)

Terkait kewajiban istri yang harus taat suami,


Rasulullah Saw bersabda:
ُ‫ قَالَ لَ ْو ُك ْنت‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ع ِن النهبِ ِى‬ َ َ ‫ع ْن أَبِى ه َُر ْي َرة‬
َ
َ َ ْ َ َ َ َ
‫آم ًرا أ َحدًا أ ْن يَ ْس ُجد َ ْل َح ٍد ْل َم ْرتُ ال َم ْرأة َ أ ْن ت َ ْس ُجدَ ِلزَ ْو ِج َها‬ ِ

Artinya: “Dari Abu Hurairah, Nabi Saw bersabda:


“Andai boleh kuperintahkan seseorang untuk
bersujud kepada orang lain, tentu kuperintahkan
seorang istri untuk bersujud kepada suaminya.” (HR.
Tirmidzi)
17
ْ ‫صن‬
‫َت‬ َ ‫ َو َح‬،‫ش ْه َرهَا‬ َ ‫ت‬ ْ ‫صا َم‬َ ‫ َو‬،‫س َها‬ َ ‫ت ْال َم ْرأَة ُ خ َْم‬ ِ ‫ص َل‬
َ ‫ِإذَا‬
ْ ‫ب ْال َجنه ِة شَا َء‬
‫ت‬ ِ ‫ت ِم ْن أَي ِ أَب َْوا‬
ْ َ‫ دَ َخل‬،‫ت بَ ْعلَ َها‬
ْ ‫ع‬َ ‫طا‬َ َ ‫ َوأ‬،‫فَ ْر َج َها‬

Artinya: “Apabila seorang wanita mengerjakan


shalat lima waktunya, mengerjakan puasa di bulan
Ramadhan, menjaga kemaluannya dan mentaati
suaminya, maka ia akan masuk Surga dari pintu
mana saja yang ia inginkan.”

َ‫وم َوزَ ْو ُج َها شَا ِهد ٌ ِإ هال ِبإِذْنِ ِه َو َال ت َأْذَن‬ َ ‫ص‬ ُ َ‫ت‬ ‫َال يَ ِح ُّل ِل ْل َم ْرأَةِ أ َ ْن‬
ُ‫غي ِْر أ َ ْم ِر ِه فَإِنهه‬
َ ‫ع ْن‬ َ ‫ت ِم ْن نَفَقَ ٍة‬ ْ َ‫َو َما أ َ ْنفَق‬ ‫فِي بَ ْيتِ ِه إِ هال بِإِذْنِ ِه‬
ْ ‫ي َُؤدهى ِإلَ ْي ِه ش‬
‫َط ُر ُه‬

Artinya: "Tidak boleh (haram) bagi wanita untuk


berpuasa sementara suaminya ada di sisinya kecuali
dengan izinnya. Istri juga tidak boleh memasukkan
orang ke dalam rumahnya kecuali dengan izin
suaminya. Dan harta yang ia nafkahkan bukan
dengan perintahnya, maka setengah pahalanya
diberikan untuk suaminya." (HR. Bukhari)

Lebih baiknya, bisa menyeimbangkan antara


keduanya. Suami juga mengerti kebutuhan mertua.
Namun jika memang terpaksa, misal adanya
kebutuhan di waktu yang sama, maka suami lebih
didahulukan. Wallahu a'lam

18
Bolehkah Makan Ikan Kanibal?

Jamaah D1: Assalamu’alaikum ustadz. Mau tanya,


hukum makan ikan laut yang bertaring atau ikan
makan ikan (termasuk ikan kanibal) itu bagaimana?
Haramkah? Terima kasih.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Semua binatang yang


hidup di laut, apapun jenis hewannya hukumnya
halal, meski ia bertaring atau ikan makan ikan.

Dalilnya sebagai berikut:

‫عا لَكُ ْم‬ َ ‫حْر َو‬


ً ‫ط َعا ُمهُ َمت َا‬ َ ‫أ ُ ِح هل لَكُ ْم‬
ِ َ‫ص ْيد ُ ْالب‬

Artinya: "Dihalalkan bagimu binatang buruan laut


dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai
makanan yang lezat bagimu…" (QS. al-Maidah: 96)

Juga sabda Rasulullah Saw berikut:

ُّ‫ور َما ُؤهُ ْال ِحل‬ ‫ ه َُو ه‬:‫َّللا صلى هللا عليه وسلم‬
ُ ‫الط ُه‬ ِ ‫فَقَا َل َرسُو ُل ه‬
ُ‫َم ْيتَتُه‬

Rasulullah Saw bersabda: “Airnya (laut) suci dan


bangkainya halal.” (HR. Malik) Wallahu a'lam

19
20
‫‪Rumusan Rukun Islam dan‬‬
‫?‪Rukun Iman dari Mana Ya‬‬

‫‪Jamaah D1: Ustadz mau tanya, sejarah rumusan‬‬


‫?‪rukun Islam dan rukun iman itu bagaimana ya‬‬

‫‪Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Banyak dalil baik dari‬‬


‫‪al-Quran maupun sunnah Nabi Saw yang sering‬‬
‫‪dijadikan pegangan para ulama dalam merumuskan‬‬
‫‪rukun Islam dan rukun iman. Di antaranya adalah‬‬
‫‪hadis Jibril yang sangat terkenal. Di situ secara‬‬
‫‪gamblang Rasulullah Saw menerangkan apa itu‬‬
‫‪Islam, iman dan ihsan.‬‬

‫‪Bunyi hadis lengkapnya sebagai berikut:‬‬

‫س ِع ْندَ‬ ‫ضا قَا َل‪َ :‬ب ْين ََما نَحْ نُ ُجلُ ْو ٌ‬ ‫ع ْنه ُ أ َ ْي ً‬ ‫ي هللا ُ َ‬ ‫ض َ‬ ‫ع َم َر َر ِ‬‫ع ْن ُ‬ ‫َ‬
‫علَ ْينَا َر ُج ٌل‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫سلم ذَاتَ يَ ْو ٍم ِإذ طلَ َع َ‬ ‫ه‬ ‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫صلى هللاُ َ‬ ‫ه‬ ‫َرسُ ْو ِل هللاِ َ‬
‫علَ ْي ِه أَث َ ُر‬‫ش ْع ِر‪ ,‬الَ ي َُرى َ‬ ‫س َوا ِد ال ه‬ ‫ش ِد ْيد ُ َ‬ ‫ب َ‬ ‫اض الثِيَا ِ‬ ‫ش ِد ْيد ُ بَيَ ِ‬‫َ‬
‫صلهى هللاُ‬ ‫س ِإلَى النه ِبي ِ َ‬ ‫َ‬
‫سفَ ِر َوالَ يَ ْع ِرفُهُ ِمنها أ َحد ٌ‪َ ,‬حتهى َجلَ َ‬ ‫ال ه‬
‫ض َع َكفه ْي ِه عَلَى‬ ‫سلهم‪ ,‬فأ َ ْسنَدَ ُر ْكبَت َ ْي ِه إِلَى ُر ْكبَت َ ْي ِه‪َ ,‬و َو َ‬ ‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫َ‬
‫اإل ْسالَ ِم‪ ,‬فَقَا َل َرسُ ْو ُل ِ‬
‫هللا‬ ‫ع ِن ِ‬ ‫ي َ‬ ‫فَ ِخذَ ْي ِه‪َ ,‬و قَا َل‪ :‬يَا ُم َح همد ُ أ َ ْخبِ ْرنِ ْ‬
‫سلهم‪ :‬ا َ ِإل ْسالَ ُم أ َ ْن ت َ ْش َهدَ أ َ ْن الَ ِإ لَهَ ِإاله هللاُ َو أ َ هن‬ ‫صلهى هللاُ َ‬
‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫َ‬
‫الز َكاة َ‪َ ,‬وت َ ُ‬
‫ص ْو َم‬ ‫ي ه‬ ‫ُ‬
‫صالة َ‪َ ,‬وتؤْ تِ َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫ُم َح همدًا َرسُ ْو ُل هللاِ‪َ ,‬وت ِق ْي ُم ال ه‬
‫صدَ ْقتُ ‪.‬‬ ‫س ِب ْيالً‪ .‬قَا َل‪َ :‬‬ ‫طعْتَ ِإلَ ْي ِه َ‬ ‫ضانَ ‪َ ,‬وت َ ُح هج ْال َبيْتَ ِإ ِن ا ْست َ َ‬ ‫َر َم َ‬
‫ان‪ ,‬قَالَ ‪:‬‬ ‫اإل ْي َم ِ‬
‫ع ِن ِ‬ ‫ص ِدقُهُ‪ .‬قَا َل‪ :‬فَأ َ ْخ ِب ْرنِ ْي َ‬ ‫فَ َع ِج ْبنَا لَهُ يَ ْسئَلُهُ َويُ َ‬
‫اآلخ ِر‪َ ,‬و تُؤْ ِمنَ‬ ‫ِ‬ ‫أ َ ْن بِاللِ‪َ ,‬و َمالَئِ َكتِ ِه‪َ ,‬وكُتُبِ ِه‪َ ,‬و ُرسُ ِل ِه‪َ ,‬و ْاليَ ْو ِم‬
‫ع ِن‬ ‫ي َ‬ ‫صدَ ْقتَ ‪ .‬قَا َل‪ :‬فَأ َ ْخ ِب ْرنِ ْ‬ ‫ِب ْالقَد ِْر َخي ِْر ِه َو ش َِر ِه‪ .‬قَالَ ‪َ :‬‬
‫‪21‬‬
ُ‫هللا َكأَنهكَ ت ََراهُ َفإ ِ ْن لَ ْم ت َ ُك ْن ت ََراهُ فَإِنهه‬ َ َ‫ أ َ ْن ت َ ْعبُد‬:‫ قَا َل‬,‫ان‬ ِ ‫س‬ َ ْ‫اإلح‬ِ
ْ
‫ َما ال َم ْسؤ ُْو ُل َع ْن َها‬:‫ع ِة قَا َل‬ َ ‫سا‬‫ع ِن ال ه‬ َ ‫ي‬ َ
ْ ِ‫ فَأ ْخبِ ْرن‬: َ‫ قَال‬. َ‫يَ َراك‬
‫ أ َ ْن ت َ ِل َد‬: َ‫ قَال‬,‫ارا ِت َها‬
َ ‫ع ْن أ َ َم‬َ ‫ي‬ ْ ‫ فَأ َ ْخ ِب ْر ِن‬:‫ قَا َل‬.‫سا ِئ ِل‬ ‫ِبأ َ ْعلَ َم ِمنَ ال ه‬
‫اء‬
ِ ‫ش‬ ‫عا َء ال ه‬ َ ‫ َوأ َ ْن ت ََرى ْال ُحفَاة َ ْالعُ َراة َ ْال َعالَةَ ِر‬,‫اْل َ َمةُ َربهت َ َها‬
,‫ يَا عُ َم ُر‬: َ‫ ث ُ هم قَال‬,‫ فَلَبِثْتُ َم ِليًّا‬, َ‫طلَق‬ َ ‫ ثم ا َ ْن‬,‫ان‬ ِ َ‫ي ْالبُ ْني‬ ْ ِ‫ط َاولُ ْونَ ف‬ َ َ ‫يَت‬
‫ فَإِنههُ ِجب ِْر ْي ُل‬:‫ قَا َل‬.‫س ْولُهُ أ َ ْعلَ ُم‬
ُ ‫ هللاُ َو َر‬: ُ‫سا ِئل؟ قُ ْلت‬ ‫ي َم ِن ال ه‬ ْ ‫أَتَد ِْر‬
.‫أَت َاكُ ْم يُ َع ِل ُمكُ ْم ِد ْينَكُ ْم‬

Artinya: Dari Umar bin Khathab ra, suatu ketika


kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Saw,
tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki
mengenakan pakaian yang sangat putih dan
rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-
tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di
antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di
hadapan nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut
nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua
paha nabi, kemudian ia berkata: “Hai, Muhammad!
Beritahukan kepadaku tentang Islam.”

Rasulullah Saw menjawab, “Islam adalah: Engkau


bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan
benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya
Muhammad adalah rasul Allah; Menegakkan shalat;
Menunaikan zakat; Berpuasa di bulan Ramadhan;
Dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika
engkau telah mampu melakukannya.”

Lelaki itu berkata, ”Engkau benar.”

22
Maka kami heran, dia yang bertanya dan dia juga
yang membenarkannya. Kemudian ia bertanya lagi:
“Beritahukan kepadaku tentang Iman.”

Nabi Saw menjawab, “Iman adalah: Engkau beriman


kepada Allah; Malaikat-Nya; Kitab-kitab-Nya; Para
rasul-Nya; Hari Akhir; Dan beriman kepada takdir
Allah yang baik dan yang buruk.”

Dia berkata, “Engkau benar.”

Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang


ihsan.”

Nabi Saw menjawab, “Hendaklah engkau beribadah


kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya.
Kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya
Dia melihatmu.”

Lelaki itu berkata lagi: “Beritahukan kepadaku kapan


terjadi Kiamat?”

Nabi Saw menjawab, “Yang ditanya tidaklah lebih


tahu daripada yang bertanya.”

Dia pun bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku


tentang tanda-tandanya.”

23
Nabi Saw menjawab, “Jika seorang budak wanita
telah melahirkan tuannya; Jika engkau melihat orang
yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin
papa) serta pengembala kambing telah saling
berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang
menjulang tinggi.”

Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun


terdiam, sehingga Nabi Saw bertanya kepadaku,
“Wahai Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya
tadi?”

Aku menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih


mengetahui.”

Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang


mengajarkan kalian tentang agama kalian.” (HR.
Muslim)

Dari sini para ulama berkesimpulan bahwa siapapun


yang mengingkari salah satu rukun Islam atau rukun
iman, maka ia telah kafir. Wallahu a'lam

24
Lafal Zikir yang
Disukai Rasulullah Saw

Jamaah D3: Tanya ustadz, lafal dzikir apa saja yang


paling baik? Terima kasih.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Dzikir yang paling


baik adalah mengucapkan kalimat berikut:

‫ َوهللاُ أ َ ْك َب ُر‬،ِ‫ َو َال إِلَهَ إِ هال هللا‬،ِ‫ َو ْال َح ْمد ُ ِ هّلِل‬،ِ‫سُ ْب َحانَ هللا‬

Dalilnya cukup banyak, dengan redaksi yang


berbeda-beda. Namun kalimatnya berkisar antara
ungkapan-ungkapan di atas. Di antaranya adalah
sabda Rasulullah Saw berikut ini:

َ‫ض ُل ْال َكالَ ِم بَ ْعد‬ َ ‫ أ َ ْف‬:‫َّللا صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل ه‬:َ‫قَال‬
: َ‫ض ُّركَ بِأَيِ ِه هن بَدَأْت‬ ُ َ‫آن الَ ي‬ ِ ‫ى ِمنَ ْالقُ ْر‬ َ ‫ َو ِه‬،‫آن أ َ ْربَ ٌع‬ ِ ‫ْالقُ ْر‬
.‫َّللاُ أ َ ْك َب ُر‬ ‫ َوالَ ِإلَهَ ِإاله ه‬،ِ‫ َو ْال َح ْمد ُ ِ هّلِل‬،‫َّللا‬
‫ َو ه‬،ُ‫َّللا‬ ِ ‫سُ ْب َحانَ ه‬

Bersabda Rasulullah Saw: “Kalimat yang paling baik


setelah al-Quran ada empat. Ia bagian dari al-Quran,
terserah kalian mau memulai dari mana, yaitu:
Subhânallâh wal hamdu lillâh wa lâ ilâha illallâh
wallâhu akbar.” (HR. Bukhari)

Juga hadis Rasulullah Saw berikut:

25
ِ ‫ ث َ ِقي َلت‬،‫الرحْ َم ِن‬
‫َان‬ ‫َان ِإ َلى ه‬ِ ‫ َح ِبيبَت‬،‫ان‬ ِ ‫س‬ ِ ‫علَى‬
َ ‫الل‬ َ ‫َان‬ ِ ‫َان َخ ِفيفَت‬
ِ ‫َك ِل َمت‬
‫َّللا ْالعَ ِظ ِيم‬
ِ ‫ سُ ْب َحانَ ه‬،ِ‫َّللا َوبِ َح ْم ِده‬
ِ ‫ سُ ْب َحانَ ه‬:‫ان‬ِ َ‫فِي ْال ِميز‬

Rasulullah Saw bersabda: “Dua kalimat yang ringan


di bibir, berat di timbangan, dan dicintai oleh Yang
Maha Penyayang yaitu: Subhânallâh wa bihamdih,
subhânallâhil ‘azhîm.” (HR. Bukhari Muslim)

Juga hadis berikut:

‫ َوأ َ ْرفَ ِع َها‬،‫ َوأ َ ْز َكاهَا ِع ْندَ َم ِلي ِككُ ْم‬،‫أ َ َال أ ُ ْخ ِب ُركُ ْم ِب َخي ِْر أ َ ْع َما ِلكُ ْم‬
‫ َو َخي ٍْر لَكُ ْم‬،‫ق‬ ِ ‫ب َو ْال َو ِر‬ ِ ‫اء الذه َه‬
ِ ‫ط‬ َ ‫ َو َخي ٍْر لَكُ ْم ِم ْن إِ ْع‬،‫ِلدَ َر َجاتِكُ ْم‬
‫عد هُوكُ ْم فَتَض ِْربُوا ِرقَا َب ُه ْم َو َيض ِْربُونَ ِرقَا َبكُ ْم؟‬ َ ‫ِم ْن أ َ ْن ت َْلقَ ْوا‬
‫ع هز َو َج هل‬ َ ِ‫ِذ ْك ُر هللا‬

Artinya: “Maukah aku beritahukan kepada kalian


tentang sebaik-baik amalan kalian, yang paling
bersihnya di hadapan Tuhan kalian, yang paling
mengangkat derajat kalian dan lebih baik bagi kalian
daripada menginfakkan emas dan perak dan lebih
baik daripada kalian berhadapan dengan musuh
kalian lalu kalian menebas leher mereka dan mereka
menebas leher kalian? Kemudian mereka menjawab:
Mau wahai rasulullah. Kemudian beliau Saw
bersabda: Berdzikirlah kepada Allah.” (HR.
Tirmidzi)

26
Juga hadis berikut ini:

‫الذ ْك ِر َال ِإلَهَ ِإ هال‬ َ ‫ أ َ ْف‬:‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
ِ ‫ض ُل‬
.ِ‫اء ْال َح ْمد ُ ِ هّلِل‬
ِ ‫ع‬ َ ‫َّللاُ َوأ َ ْف‬
َ ُّ‫ض ُل الد‬ ‫ه‬

Rasulullah Saw bersabda: “Sebaik-baik dzikir adalah


“lâ ilâha illallâh”, dan sebaik-baik doa adalah
“alhamdulillâh”. (HR. Tirmidzi) Wallahu a'lam.

27
28
Apa Hukum Mengambil Manfaat
dari Bank Konvensional?

Jamaah D3: Assalamu’alaikum ustadz, mau tanya.


Apa hukum kerja di bank konvensional yang
berkaitan dengan riba? Saya pernah beberapa baca
artikel kalau kerja di bank itu hukumnya haram?
Kira-kira dosa apa yang akan didapat apabila
seseorang bekerja di bank konvensional?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Wa'alaikumussalam.


Ini masalah sensitif. Goal utama adalah mari kita
umat Islam berbenah meninggalkan riba dalam
skema makro maupun mikro ekonomi kita. Namun
juga tidak dengan lantas serta merta menolaknya
dengan frontal karena ada beberapa hal yang terkait
dengan situasi dan kondisi umat. Sedikit demi sedikit
kita uraikan.

Semua ulama sepakat bahwa riba hukumnya haram,


sesuai dengan firman Allah Swt:

‫الربَوا ا ِْن كُ ْنت ُ ْم‬ َ ‫يَايُّ َها اله ِذىْنَ أ َ َمنُ ْوا التهقُ ْوا هللاَ َوذَ ُر ْوا َمابَ ِق‬
ِ َ‫ي مٍ ن‬
َ‫ُمؤْ ِم ِنيْن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,


bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa
riba (yang belum dipungut), jika kamu orang yang
beriman.” (QS. al-Baqarah: 278)

29
‫اط ِل‬ ْ ِ‫اس ب‬
ِ َ‫االب‬ ِ ‫ع ْنه ُ َوا َ ْك ِل ِه ْم ا َ ْم َوا َل النه‬
َ ‫الربَوا َوقَدْ نُ ُه ْوا‬ ِ ‫َوا َ ْخ ِذ ِه ُم‬
َ ‫َوا َ ْعتَدْنَا ِل ْل َك ِف ِريْنَ ِم ْن ُه ْم‬
َ ‫عذَابًا‬
‫ع ِل ْي ًما‬

Artinya: “Dan disebabkan karena mereka memakan


riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta
orang dengan jalan yang batil. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang kafir di antara
mereka itu siksa yang pedih.” (QS. an-Nisa: 161)

ُ‫ِي َيت َ َخ ُّبطُه‬


ْ ‫الر َبوا َال َيقُ ُم ْونَ ِإال َك َما َيقُ ْو ُم الهذ‬ ِ َ‫ا َ هل ِذيْنَ َيأْكُلُ ْون‬
‫الربَوا َواَ َحله‬ِ ‫طنُ ِمنَ ْال َم ِس ذَلِكَ ِبأَنه ُه ْم قَالُو اِنه َما ْالبَ ْي ُع ِمثْل‬ َ ‫ش ْي‬‫ال ه‬
ِ ‫هللاُ ْالبَ ْي َع َو َح هر َم‬
‫الربَوا‬

Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil)


riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan lantaran tekanan
penyakit jiwa (gila). Keadaan mereka yang demikian
itu disebabkan mereka berkata (berpendapat),
bahwa sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah Swt telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba...” (QS. al-Baqarah: 275)

Semua ulama sepakat bahwa kita dilarang membantu


perbuatan riba sesuai dengan hadis Rasulullah:

‫ َحدهثَنِي‬، ٌ‫ َحدهثَنَا ِس َماك‬،‫ُز َهي ٌْر‬ ‫ َحدهثَنَا‬،‫س‬ َ ُ‫َحدهثَنَا أَحْ َمد ُ بْنُ يُون‬
َ‫ َل َعن‬:َ‫ قَال‬،‫ع ْن أ َ ِبي ِه‬
َ ،ٍ‫َم ْسعُود‬ ‫َّللاِ ب ِْن‬ َ ُ‫الرحْ َم ِن بْن‬
‫عبْ ِد ه‬ ‫ع ْبد ُ ه‬ َ
30
ِ ‫سله َم آ ِك َل‬
ُ‫ َو ُمؤْ ِكلَه ُ َوشَا ِهدَه‬،‫الربَا‬ َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ ِ ‫َرسُو ُل ه‬
َ ‫َّللا‬
ُ‫َو َكاتِبَه‬

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ahmad


bin Yunus, telah menceritakan kepada kami Zuhair,
telah menceritakan kepada kami Simak, telah
menceritakan kepadaku Abdurrahman bin Abdullah
bin Mas’ud, dari ayahnya, ia berkata; Rasulullah
Saw melaknat orang yang makan riba, orang yang
memberi makan riba, saksinya dan penulisnya.”
(HR. Abu Dawud)

Lantas, bagaimana dengan orang yang bekerja di


bank konvensional yang mengandung unsur riba? Di
sini ada beberapa pendapat:

Ulama Saudi seperti Syaikh Utsaimin, Syaikh bin


Baz, termasuk Lajnah Daimah Saudi mengharamkan
secara mutlak bekerja di bank konvensional yang
berinteraksi dengan riba.

Dewan Fatwa Mesir (Dâr Iftâ` Mishriyyah)


berpendapat bahwa jika ia bekerja langsung terkait
dengan perkara riba, seperti para pengambil
kebijakan, maka hukumnya haram. Jika ia bekerja
tidak berkaitan langsung dengan riba, seperti satpam,
maka hukumnya boleh.

Dr. Yusuf al-Qardhawi: Menurutnya bahwa sistem


interaksi di bank konvensional tidak bisa

31
digeneralisir riba. Memang ada pembiayan yang
sifatnya ribawi, namun banyak juga yang halal,
seperti penyimpanan barang, layanan produk dan
jasa kepada masyarakat yang non riba, dan lain
sebagainya.

Jika bank konvensional digeneralisir riba dan haram,


kemudian memberikan fatwa haram bagi mereka
yang bekerja di bank, sikap seperti ini justru akan
merugikan umat Islam sendiri.

Bank-bank yang mempunyai fungsi sentral tersebut,


bisa dikuasai non muslim, dan dalam pembiayaan
akan diarahkan kepada mereka. Jika demikian, maka
yang rugi adalah umat Islam sendiri. Dengan
pertimbangan ini, maka Yusuf al-Qardhawi
berkesimpulan bahwa bekerja di bank konvensional
hukumnya boleh.

Beliau sedikit memberi catatan agar para pekerja itu


memang karena untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Jika ia pengampu kebijakan, ia ada niatan baik agar
dapat mempengaruhi kebijakan perbankan supaya
sesuai dengan prinsip syariat.

Dengan alasan yang dikemukakan tersebut secara


lebih rasional dan realistis. Oleh karena itu, saya
memilih pendapat beliau. Apalagi bank mempunyai
posisi yang strategis lainnya seperti pembiayaan
infrastruktur, investasi produktif, kemudahan jasa

32
dan lain sebagainya. Bank juga punya fungsi lain
seperti bank sentral yang mempunyai fungsi untuk
melaksanakan dan menetapkan kebijakan moneter,
mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, mengatur dan mengawasi kerja bank-
bank.

Dengan fungsi yang sangat sentral ini, umat tidak


boleh hanya sekadar menjadi penonton. Jika semua
undur diri, maka yang dirugikan adalah umat Islam
sendiri. Di sini yang berlaku adalah kaedah berikut:

‫المفسدة الصغيرة تُغتفر من أجل المصلحة الكبيرة‬

Artinya: Diampuni melaksanakan mafsadat yang


lebih kecil demi meraih maslahat yang lebih besar.

‫تقدم المصلحة الكبيرة على المصلحة الصغيرة‬

Artinya: Mendahulukan maslahat besar daripada


maslahat kecil. Wallahu a'lam

33
34
Ternyata Amanah Itu Sangat Berat

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Tahukah anda bahwa


dulu, langit Bumi seisinya ditawari Allah untuk
mengemban amanah namun mereka menolak?
Tahukah Anda mengapa mereka menolak?

Itu karena beban amanah yang terlalu berat.

Tahukah anda bahwa tatkala mereka menolak, lalu


Allah menawarkannya ke manusia dan ia langsung
menerima?

Sayangnya kebanyakan manusia itu lalai, zalim dan


masa bodoh. Amanah yang sangat berat itu adalah
beban syariat yang saat ini berada di pundak Anda.

Jika anda dapat menjalankan amanah dengan baik,


selamatlah anda di dunia dan akhirat. Jika anda lalai,
celakalah anda di dunia dan akhirat.

Ingatlah firman Allah berikut ini:

َ‫ض َو ْال ِج َبا ِل فَأ َ َبيْن‬


ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ِ ‫س َم َاوا‬ ‫ع َلى ال ه‬ َ ‫ضنَا ْاْل َ َمانَ َة‬
ْ ‫ع َر‬ َ ‫ِإنها‬
‫ظلُو ًما‬ َ َ‫سا ُن ِإنههُ َكان‬ َ ‫اإل ْن‬ِ ْ ‫أ َ ْن يَحْ ِم ْلنَ َها َوأ َ ْشفَ ْقنَ ِم ْن َها َو َح َملَ َها‬
ً ‫َج ُه‬
‫وال‬

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan


amanah kepada langit, Bumi dan gunung-gunung,

35
maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu
dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. al-
Ahzab: 72) Wallahu a'lam.

36
Shalat Jenazah Bakda Ashar

Jamaah D1: Tanya ustadz, apakah boleh shalat


jenazah bakda ashar?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Shalat jenazah bakda


ashar atau bakda subuh dibolehkan, karena ia shalat
dengan sebab tertentu.

Dalilnya sebagai berikut:

ُ‫ أ َ ْخبَ َرنَا ابْن‬: َ‫ َقال‬،‫ع ْب ِد ْال َح َك ِم‬ َ ُ‫أ َ ْخبَ َرنَا ُم َح همد ُ بْن‬
َ ‫ع ْب ِد هللاِ ب ِْن‬
،‫ْث أ َ هن نَافِعًا‬ ُ ‫ َواللهي‬، َ‫س ْمعَان‬ َ ُ‫ َوابْن‬، ٌ‫أ َ ْخبَ َرنِي َما ِلك‬: َ‫ قَال‬،‫ب‬ ٍ ‫َو ْه‬
‫علَى ْال َجنَازَ ِة‬ َ ‫ي‬ َ ُ‫ أَنهه ُ َكانَ ي‬،‫ع َم َر‬
ْ ‫ص ِل‬ َ ،‫أ َ ْخ َب َرهُ ْم‬
َ ‫ع ْن‬
ُ ‫عبْ ِد هللاِ ب ِْن‬
‫ص هالهُ َما ِل َو ْقتِ ِه َما‬
َ ‫ْح ِإذَا‬
ِ ‫صب‬ُّ ‫ص َالةِ ال‬
َ َ‫ َوبَ ْعد‬،‫ص ِر‬ ْ ‫بَ ْعدَ ْال َع‬

Artinya: “Muhammad bin Abdullah bin Abdul


Hakam mengabarkan kepada kami, dia berkata, Ibnu
Wahb mengabarkan kepada kami, dia berkata,
Malik, Ibnu Sam’an dan al-Laits mengabarkan
kepadaku, bahwa Nafi’ mengabarkan kepada mereka
dari Abdullah bin Umar bahwa dia melakukan shalat
jenazah setelah dia melaksanakan shalat ashar dan
subuh.” (HR. Malik dalam kitab Muwatha’)

Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mughni berkata,


"Shalat jenazah setelah shalat subuh sampai terbitnya
Matahari dan setelah ashar sampai Matahari miring

37
untuk terbenam, tidak ada perbedaan pendapat
bahwa ia dibolehkan".

Hanya harus diperhatikan bahwa tatkala Matahari


sudah akan tenggelam, dilarang shalat jenazah.

Dalilnya sebagai berikut:

‫ أ َ ْو أ َ ْن‬.‫ي فِي ِه هن‬ َ ُ‫ت َكانَ َرسُو ُل هللاِ َي ْن َهانَا أ َ ْن ن‬


َ ‫ص ِل‬ ٍ ‫عا‬ َ ‫سا‬َ ‫ث‬ ُ َ‫ثَال‬
.‫غةً َحتهى ت َْرتَ ِف َع‬ َ ‫از‬ ِ ‫س َب‬ُ ‫ش ْم‬‫َطلُ ُع ال ه‬ ْ ‫ ِحينَ ت‬:‫نَ ْقب َُر فِي ِه هن َم ْوت َانَا‬
‫هف‬ُ ‫ضي‬ َ َ ‫ َو ِحينَ ت‬.‫س‬ ‫يرةِ َحتهى ت َِمي َل ال ه‬
ُ ‫ش ْم‬ ‫َو ِحينَ يَقُو ُم قَائِ ُم ه‬
َ ‫الظ ِه‬
‫ب‬ ِ ‫س ِل ْلغُ ُرو‬
َ ‫ب َحتهى ت َ ْغ ُر‬ ‫ال ه‬
ُ ‫ش ْم‬

Artinya: “Ada tiga waktu di mana Nabi Saw


melarang kami untuk melaksanakan shalat di tiga
waktu tersebut atau untuk menguburkan jenazah,
yaitu ketika Matahari terbit sampai tinggi, ketika
seseorang berdiri di tengah hari saat Matahari berada
tinggi di tengah langit (tidak ada bayangan di timur
dan di barat) sampai Matahari tergelincir, dan ketika
Matahari miring hendak tenggelam sampai benar-
benar tenggelam.” (HR. Muslim) Wallahu a'lam.

38
Bolehkan Menyingkat Ucapan Salam

Jamaah D1: Hukum mengucapkan “salaam” tidak


lengkap “Assalamu’alaikum” bagaimana? Apakah
tergolong bidah, seperti kulonuwun, sampurasun?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Mengucapkan salam


yang baik memang lengkap, yaitu lafal:

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Ketika kita menulis SMS, kadang untuk menulis


lengkap dianggap kepanjangan, sehingga banyak
yang menyingkat dengan “salam” saja.

Menggunakan kata “salam” saja dibolehkan. Lafal


ini secara bahasa Arab benar dan sudah dapat
dipahami. Kata ini juga terdapat dalam al-Quran,
seperti firman Allah:

‫آخ ُر دَع َْواهُ ْم‬ َ ‫دَع َْواهُ ْم فِي َها سُ ْب َحانَكَ الله ُه هم َوت َِحيهت ُ ُه ْم فِي َها‬
ِ ‫سال ٌم َو‬
َ‫ب ْالعَالَ ِمين‬
ِ ‫أ َ ِن ْال َح ْمد ُ ِ هّلِلِ َر‬

Artinya: “Doa mereka (penghuni Surga) di dalam


Surga adalah: “Subhanakallahumma” (Maha Suci
Engkau Ya Allah), dan salam penghormatan mereka
ialah: “Salaam” (kesejahteraan bagimu), serta
penutup doa mereka ialah: “Alhamdulillaahi Rabbil

39
‘Aalamin” (segala puji bagi Allah Rabb semesta
Alam).” (QS. Yunus: 10)

ٍ ‫س َال ٌم قَ ْو ًال ِمن هر‬


‫ب هر ِحيم‬ َ

Artinya: “(Kepada mereka dikatakan): "Salam",


sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha
Penyayang.” (QS. Yasin: 57)

Lantas apa harus dijawab? Iya. Jawabannya


"Wa’alaikumsalam".

Kulonuwun, sampurasun dan sejenisnya bukan


perbuatan bidah. Karena salam ini tidak terkait
dengan perkara ibadah, namun muamalah. Hanya
saja, menggunakn salam jauh lebih baik karena ia
merupakan doa yang berpahala dan sebagai identitas
seorang muslim. Wallahu a'lam

40
Mengapa Tidak Alfiyah binti Malik?

Jamaah D1: Assalamu’alaikum. Mau tanya ustadz.


Mengapa sering kita menyatakan, Alfiyah ibni
Malik, dan bukan Alfiyah binti Malik? Syukran.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Ini terkait dengan


bahasa Arab. Dalam bahasa Arab sering kita jumpai
kata atau kalimat yang dibuang dengan tujuan
tertentu, di antaranya ketika kata-kata tersebut sudah
bisa dipahami, sulit di lidah, untuk menyamarkan
subyek dan lain sebagainya.

Bagaimana kita tahu bahwa suatu kata atau kalimat


ada yang dibuang?
1. Dari konteks dan struktur bahasa
2. Dengan dzauq (rasa) kebahasaan
3. Makna kalimat
Dengan tiga modal itu, kita bisa menelisik mengenai
ada tidaknya kata atau kalimat terbuang itu.

Untuk Afiyah ibni Malik, di sini juga ada kata yang


terbuang, yaitu “li”. Asli kalimatnya adalah “Alfiyah
li Ibni Malik” yang artinya, kitab Alfiyah karangan
Ibnu Malik. Jadi, li sebagai huruf jar yang bermakna
“milik” ditiadakan dengan alasan sudah masyhur dan
mafhum (dipahami).

Beda halnya ketika yang kita maksudkan dari


Alfiyah adalah nama seorang perempuan anak dari

41
Pak Malik. Di sini, maka yang digunakan adalah
Alfiyah binti Malik. Ini juga yang disebut dengan
konteks kalimat itu tadi. Wallahu a’lam.

42
Pusing! Rezekiku Mampet
Segitu Saja

Jamaah D1: Ustadz, supaya rezeki tidak mampet,


amalannya apa ya? Maksudnya, saya usaha sudah,
kerja sudah, tapi kok begini saja ya penghasilannya.
Apakah rezeki saya macet?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Iya. Tapi sebelum


saya jawab, tidak ada yang namanya rezeki macet,
kecuali Allah berkehendak lain. Karena Allah sudah
memberi jatah rezeki bagi semua makhluk-Nya.
Adapun besarannya maka itu terkait dengan seberapa
besar kepintaran kita dalam mencarinya.

Amalan di sini jangan dimaknai semacam mantra


sihir. Namun amalan di sini adalah doa dan
komunikasi kita kepada Allah terkait usaha kita
dalam mendapatkan rezeki yang telah dijanjikan oleh
Allah Swt.

Ada beberapa amalan yang bisa dilakukan:


1. Usaha yang halal. Ini pintu utama rezeki dan
merupakan kewajiban seorang muslim. Allah Swt
berfirman:

ِ ‫ص َالة ُ فَا ْنتَش ُِروا فِي ْاْل َ ْر‬


‫ض َوا ْبتَغُوا ِم ْن فَض ِْل‬ ‫ت ال ه‬ ِ َ‫ضي‬ِ ُ‫فَإِذَا ق‬
َ‫يرا لَعَلهكُ ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬ َ ‫َّللا َواذْكُ ُروا ه‬
ً ِ‫َّللا َكث‬ ِ‫ه‬

43
Artinya: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka
bertebaranlah kamu di muka Bumi (untuk mencari
rezeki dan usaha yang halal) dan carilah karunia
Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung.” (QS. al-Jumu’ah: 10)

2. Banyak membaca istighfar. Istighfar ini bukan


hanya mujarab untuk menghapuskan dosa, namun
menjadi pintu masuk untuk dapat rezeki. Firman
Allah Swt:

‫علَ ْيكُ ْم‬


َ ‫س َما َء‬‫ارا ي ُْر ِس ِل ال ه‬ َ َ‫فَقُ ْلتُ ا ْست َ ْغ ِف ُروا َر هبكُ ْم ِإنههُ َكان‬
ً ‫غ هف‬
‫ت َويَجْ َع ْل لَكُ ْم‬ٍ ‫ارا َوي ُْم ِددْكُ ْم ِبأ َ ْم َوا ٍل َوبَنِينَ َويَجْ َع ْل لَكُ ْم َجنها‬
ً ‫ِمد َْر‬
ِ ‫ارا َما لَكُ ْم ال ت َْر ُجونَ ِ ه‬
ً َ‫ّلِل َوق‬
‫ارا‬ ً ‫أ َ ْن َه‬

Artinya: “Maka aku katakan kepada mereka:


"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan
mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan
(pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran
Allah?” (QS. Nuh: 10-13)

3. Bertakwa dan bertawakkal kepada Allah. Firman


Allah Swt:

ُ ‫َّللا يَجْ َع ْل لَهُ َم ْخ َر ًجا َويَ ْر ُز ْقهُ ِم ْن َحي‬


ُ ‫ْث َال يَحْ تَس‬
‫ِب‬ َ‫ق ه‬ ِ ‫َو َم ْن يَت ه‬

44
‫َّللا بَا ِل ُغ أ َ ْم ِر ِه قَدْ َج َع َل ه‬
ُ‫َّللا‬ ِ ‫علَى ه‬
َ ‫َّللا فَ ُه َو َح ْسبُهُ ِإ هن ه‬ َ ‫َو َم ْن يَت ََو هك ْل‬
‫يءٍ قَد ًْرا‬
ْ ‫ش‬ َ ‫ِلكُ ِل‬

Artinya: "Barang siapa yang bertakwa kepada Allah


niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. at-Thalaq: 2-3)

4. Percaya sepenuhnya kepada Allah. Hal ini karena


seluruh makhluk telah dijamin rezekinya oleh Allah.
Firman Allah Swt:

َ ‫ض إِاله‬
‫علَى َّللاِ ِر ْزقُ َها َويَ ْعلَ ُم ُم ْستَقَ هرهَا‬ ِ ‫َو َما ِمن دَآبه ٍة فِي اْل َ ْر‬
‫ين‬ ٍ ‫ع َها كُ ٌّل فِي ِكت َا‬
ٍ ‫ب ُّم ِب‬ َ َ‫َو ُم ْست َْود‬

Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun


di Bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya
tertulis dalam Kitab yang nyata (lauh mahfuzh).”
(QS. Hud: 6) Wallahu a'lam.

45
46
Autis Haruskah Shalat?

Jamaah D4: Apa hukum shalat bagi penderita autis


atau hiperaktif?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Selama seseorang


masih berakal, baligh dan muslim, dalam ajaran
Islam kewajiban shalatnya tidak gugur. Adapun
caranya bisa disesuaikan dengan kondisi pasien.

Dibolehkan shalat dengan tanpa berdiri, sehingga


posisinya cukup dengan duduk saja. Bila tidak
mampu duduk, dibolehkan duduk sambil bersandar.

Dalilnya sebagai berikut:

‫صل قَائِ ًما فَإ ِ ْن لَ ْم‬ ِ ‫سأ َ ْلتُ َرسُول ه‬


َ :‫َّللا فَقَال‬ َ َ‫ير ف‬ ُ ‫َت ِبي بَ َوا ِس‬ ْ ‫َكان‬
َ‫ت َ ْست َِط ْع فَقَا ِعدًا فَإ ِ ْن لَ ْم ت َ ْست َِط ْع فَ َعلَى َج ْن ِبك‬

Artinya: “Dari Imran bin Hushain berkata, ”Aku


menderita wasir, maka aku bertanya kepada
Rasulullah Saw. Beliau bersabda, ”Shalatlah sambil
berdiri, kalau tidak bisa, maka shalatlah sambil
duduk. Kalau tidak bisa, shalatlah di atas
lambungmu.” (HR. Bukhari)

Jika tidak bisa sujud di atas tanah, cukup tundukkan


badannya.

Sabda Rasulullah Saw:


47
ْ ‫ض َوإِاله فَأ َ ْو ِم‬
‫ئ إِي َما ًء‬ ِ ‫علَى اْل َ ْر‬
َ َ‫طعْتَ أ َ ْن ت َ ْس ُجد‬َ َ ‫إِ ِن ا ْست‬
َ َ‫س ُجودَكَ أ َ ْخف‬
َ‫ض ِم ْن ُركُوعِك‬ ُ ‫َواجْ َعل‬

Artinya: “Bila kamu mampu untuk sujud di atas


tanah, maka lakukanlah. Namun bila tidak, maka
anggukkan kepala. Jadikan sujudmu lebih rendah
dari rukukmu.” (HR. Thabrani) Wallahu a'lam.

48
Makan Hidangan Orang Kristen

Jamaah D1: Ustadz, saya sedang bertamu di rumah


teman saya yang beragama Kristen. Bolehkah saya
makan hidangan mereka?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Boleh memakan


hidangan mereka yang halal. Bahkan jika mereka
memberikan hidangan ayam, daging kambing atau
daging sapi hasil sembelihan mereka sendiri, hukum
memakannya halal.

Dalilnya sebagai berikut:

ۖ ‫طعَا ُمكُ ْم ِح ٌّل لَ ُه ْم‬ َ ‫طعَا ُم الهذِينَ أُوتُوا ْال ِكت‬


َ ‫َاب ِح ٌّل لَكُ ْم َو‬ َ ‫َو‬
‫صنَاتُ ِمنَ الهذِينَ أُوتُوا‬ َ ْ‫ت َو ْال ُمح‬ِ ‫صنَاتُ ِمنَ ْال ُمؤْ ِمنَا‬ َ ْ‫َو ْال ُمح‬
َ ‫ْال ِكت‬
‫َاب ِم ْن قَ ْب ِلكُ ْم‬

Artinya: “Makanan (sembelihan) orang-orang yang


diberi al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu
halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini)
wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara
orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu.”
(QS. al-Maidah: 5)

Kecuali jika yang dihidangkan adalah makanan yang


diharamkan oleh syariat seperti khamar dan daging
babi, maka hukumnya haram. Wallahu a'lam

49
50
Menikahi Dua Saudara Tiri
Sekaligus

Jamaah D1: Ustadz, bolehkah menikahi dua wanita


yang statusnya saudara tiri?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Dilarang menikahi


dua wanita sekaligus, yang mereka itu masih punya
hubungan saudara, baik saudara kandung maupun
saudara tiri. Dalilnya adalah keumuman ayat berikut:

َ‫ف ِإنههُ َكان‬ َ َ‫سل‬ َ ْ‫اء ِإ هال َما قَد‬ َ ِ‫َو َال ت َ ْن ِك ُحوا َما نَ َك َح آبَا ُؤكُ ْم ِمنَ الن‬
ِ ‫س‬
‫علَ ْيكُ ْم أ ُ هم َهاتُكُ ْم‬
َ ‫ت‬ ْ ‫) ُح ِر َم‬22( ‫يال‬ ً ِ‫سب‬ َ ‫سا َء‬ َ ‫شةً َو َم ْقتًا َو‬ َ ‫اح‬ ِ َ‫ف‬
ُ‫خ َو َبنَات‬ ِ َ ‫َاالتُكُ ْم َو َبنَاتُ ْاْل‬ َ ‫ع هماتُكُ ْم َوخ‬ َ ‫َو َبنَاتُكُ ْم َوأَخ ََواتُكُ ْم َو‬
‫ع ِة‬ َ ‫ضا‬ َ ‫الر‬‫ض ْعنَكُ ْم َوأَخ ََواتُكُ ْم ِمنَ ه‬ َ ‫الال ِتي أ َ ْر‬ ‫ت َوأ ُ هم َهاتُكُ ُم ه‬ِ ‫ْاْل ُ ْخ‬
‫سائِكُ ُم‬ َ ِ‫وركُ ْم ِم ْن ن‬ ِ ‫الالتِي فِي ُح ُج‬ ‫سائِكُ ْم َو َر َبائِبُكُ ُم ه‬َ ِ‫َوأ ُ هم َهاتُ ن‬
َ ‫الالتِي دَخ َْلت ُ ْم ِب ِه هن فَإ ِ ْن لَ ْم تَكُونُوا دَخ َْلت ُ ْم ِب ِه هن فَ َال ُجنَا َح‬
‫علَ ْيكُ ْم‬ ‫ه‬
‫ص َالبِكُ ْم َوأ َ ْن تَجْ َمعُوا بَيْنَ ْاْل ُ ْختَي ِْن‬ ْ َ ‫َو َح َالئِ ُل أ َ ْبنَائِكُ ُم الهذِينَ ِم ْن أ‬
ُ‫صنَات‬ َ ْ‫) َو ْال ُمح‬23( ‫ورا َر ِحي ًما‬ ً ُ‫غف‬ َ َ‫َّللا َكان‬ َ ‫ف إِ هن ه‬َ َ‫سل‬ َ ْ‫إِ هال َما قَد‬
‫علَ ْيكُ ْم َوأ ُ ِح هل لَكُ ْم َما‬ ِ ‫َاب ه‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫ت أ َ ْي َمانُكُ ْم ِكت‬
ْ ‫اء ِإ هال َما َملَ َك‬ ِ ‫س‬
َ ِ‫ِمنَ الن‬
)24( ‫َو َرا َء ذَ ِلكُ ْم‬

Artinya: “Dan janganlah kamu mengawini wanita-


wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali
pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya
perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan
seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). (22)
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu;
51
anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu
yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang
perempuan; saudara-saudara ibumu yang
perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan
dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-
ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan
sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak
isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri
yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum
campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu
ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya;
(dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak
kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara,
kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (23) Dan (diharamkan juga kamu
mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-
budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan
hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. dan
Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian. (24)”
(QS. an-Nisa: 22-24)

Kalimat:
‫َوأ َ ْن تَجْ َمعُوا َبيْنَ ْاْل ُ ْختَي ِْن‬
bersifat umum, meliputi saudara kandung dan
saudara tiri. Wallahu a’lam

52
Mengapa Hari Kiamat
Disebut at-Taghâbun

Jamaah D1: Mau tanya ustadz, kenapa Hari Kiamat


disebut dengan at-taghâbun?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Hari Kiamat disebut


dengan at-taghâbun itu sesuai dengan nama surat
dari al-Quran, yaitu surat at-Taghâbun. Surat yang
terdiri dari 18 ayat itu, di antaranya berbicara tentang
Hari Kiamat atau yang disebut dengan Hari at-
Taghâbun. Ini diambil dari ayat ke-9 berikut ini:

‫يَ ْو َم يَجْ َمعُكُ ْم ِليَ ْو ِم ْال َج ْم ِع ٰذلِكَ يَ ْو ُم التهغاب ُِن َو َم ْن يُؤْ ِم ْن ِباللِ َو‬
‫ت تَجْ ري ِم ْن‬ ٍ ‫سيِئاتِ ِه َو يُد ِْخ ْلهُ َجنها‬ َ ُ‫ع ْنه‬َ ‫يَ ْع َم ْل صا ِلحا ً يُ َك ِف ْر‬
‫هار خالِدينَ فيها أ َ َبدا ً ٰذلِكَ ْالفَ ْو ُز ْال َعظي ُم‬ ُ ‫تَحْ ِت َها ْاْل َ ْن‬

Artinya: “(Semua itu akan terjadi) pada hari yang


Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan
(untuk dihisab). Itulah hari taghâbun (penyesalan
dan kerugian). Barang siapa yang beriman kepada
Allah dan mengerjakan amal saleh, niscaya Allah
akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan
memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar.”
(QS. at-Taghabun: 9)

At-taghâbun artinya "penyesalan atau kerugian". Hal

53
ini karena pada Hari Kiamat, semua manusia akan
dihisab dan dihitung seluruh amal perbuatannya.
Bagi mereka yang melakukan maksiat kepada Allah,
atau bahkan sampai tidak beriman kepada Allah,
maka yang ada di hari itu hanya penyesalan belaka.
Tidak ada lagi waktu bertaubat. Tidak ada lagi waktu
untuk memperbaiki diri.

Menurut Qatadhah, bahwa at-taghâbun artinya


“nyukurin”. Disebut dengan yaum at-taghâbun,
karena di waktu itu orang-orang mukmin akan
“nyukurin” terhadap orang-orang kafir yang masuk
Neraka. Hal itu, karena sewaktu di dunia, orang-
orang kafir banyak menghina dan tidak percaya
dengan orang mukmin. Bahkan mereka memusuhi
orang-orang mukmin dengan berbagai cara. Di Hari
Kiamat nanti, bukti kebenaran janji Allah seperti
yang dikatakan orang-orang mukmin waktu di dunia
akan tampak. Maka gantian, orang mukmin yang
“nyukurin” orang-orang kafir. Wallahu a’lam

54
Lafal Adzan Ketika Hujan

Jamaah D1: Assalamu‘alaikum ustadz, lafal adzan


ketika hujan yang shahih bagaimana ya? Letak
pengucapannya di mana?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Lafalnya ada tiga


macam, pilih salah satu saja, yaitu:
1. ‫حا ِل‬ ِ ‫صلُّوا فِى‬
َ ‫الر‬ َ َ‫أَال‬
Artinya, “Shalatlah kalian di rumah”.
َ ‫صلُّوا فِى ِر‬
2. ‫حا ِلكُ ْم‬ َ َ‫أَال‬
Artinya, “Shalatlah kalian di rumah kalian”.
3. ‫صلُّوا ِفى بُيُو ِتكُ ْم‬
َ
Artinya, “Shalatlah kalian di rumah kalian”.

Adapun letaknya, bisa pilih salah satu dari urutan


berikut:
1. Menggantikan lafal “hayya ‘alas shalâh”.
Dalilnya sebagai berikut:

ِ ‫َّللاُ أ َ ْش َهد ُ أ َ هن ُم َح همدًا َرسُو ُل ه‬


َ‫َّللا فَال‬ ‫إِذَا قُ ْلتَ أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ إِلَهَ إِاله ه‬
َ ‫ فَ َكأ َ هن النه‬:‫صلُّوا فِى بُيُوتِكُ ْم قَا َل‬
‫اس‬ َ ‫صالَةِ قُ ْل‬ ‫علَى ال ه‬ َ ‫ى‬ ‫تَقُ ْل َح ه‬
‫ا ْست َ ْن َك ُروا ذَاكَ فَقَا َل أَت َ ْع َجبُونَ ِم ْن ذَا قَدْ فَعَ َل ذَا َم ْن ه َُو َخي ٌْر‬
‫ِم ِنى‬

Artinya: “Apabila engkau selesai mengucapkan


‘asyhadu alla ilaha illallah, asyhadu anna
Muhammadar Rasulullah’, maka janganlah engkau
ucapkan ‘hayya ’alash shalah’. Tetapi ucapkanlah
55
‘shallu fi buyutikum’ (shalatlah di rumah kalian).
Masyarakat pun mengingkari perkataan Ibnu Abbas
tersebut. Lalu Ibnu Abbas mengatakan, “Apakah
kalian merasa heran dengan hal ini, padahal hal ini
telah dilakukan oleh orang yang lebih baik dariku
(Rasulullah Saw).” (HR. Muslim dan Abu Daud)

2. Diucapkan langsung setelah selesai adzan.


Dalilnya sebagai berkut:

ٍ ‫ت بَ ْر ٍد َو ِر‬
‫يح‬ ‫أ َ هن ابْنَ عُ َم َر أَذهنَ أَنههُ نَادَى بِال ه‬
ِ ‫صالَةِ فِى لَ ْيلَ ٍة ذَا‬
‫صلُّوا فِى‬ َ َ‫صلُّوا فِى ِر َحا ِلكُ ْم أَال‬َ َ‫آخ ِر نِدَائِ ِه أَال‬ ِ ‫ط ٍر فَقَا َل فِى‬ َ ‫َو َم‬
َ‫ َكان‬- ‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬ ِ ‫ث ُ هم قَا َل إِ هن َرسُو َل ه‬. ‫ال‬ ِ ‫الر َح‬ ِ
‫سفَ ِر أ َ ْن‬
‫ط ٍر ِفى ال ه‬ َ ‫اردَة ٌ أ َ ْو ذَاتُ َم‬ ِ ‫َت لَ ْيلَةٌ َب‬ْ ‫َيأ ْ ُم ُر ْال ُم َؤ ِذنَ ِإذَا َكان‬
.‫صلُّوا فِى ِر َحا ِلكُ ْم‬ َ َ‫يَقُو َل أَال‬

Ibnu Umar pernah adzan untuk shalat di malam yang


dingin, anginnya kencang dan hujan, kemudian dia
mengatakan di akhir adzan, “ala shallu fi rihalikum,
ala shallu fir rihal” (shalatlah di rumah kalian,
shalatlah di rumah kalian). Kemudian beliau
mengatakan, ”Sesungguhnya Rasulullah Saw biasa
menyuruh muadzin, apabila cuaca malam dingin dan
hujan ketika beliau safar untuk mengucapkan, “ala
shallu fi rihalikum” (shalatlah di tempat kalian
masing-masing).” (HR. Muslim dan Abu Daud)
Wallahu a’lam

56
Peringatan Maulid Bidah Tidak?

Jamaah D1: Tanya ustadz. Peringatan maulid Nabi


Saw bidah tidak? Terima kasih.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Peringatan maulid


Nabi Saw tidak bidah karena ia tidak terkait dengan
perkara ibadah. Kaedah fikih yang biasa dijadikan
sandaran adalah sebagai berikut:

‫اْلصل فى العادات اإلباحة‬

“Prinsip dari al-‘âdah (kebiasaan) adalah boleh.”

Artinya ia baru menjadi haram manakala ada dalil


yang menunjukkan keharamannya.

Peringatan maulid Nabi justru baik untuk mengenang


kelahiran manusia teragung di dunia. Membuat acara
pengajian, membacakan sejarah Nabi Saw,
merenungi perjuangan beliau dalam mendidik
generasi awal yang mempunyai militansi keagamaan
tinggi dan menjadi generasi terbaik sepanjang
zaman.

Baik juga jika digunakan menonton film bertema


sejarah kenabian. Film ar-Risalah cukup representatif
dan menggugah kita agar bisa meneladani
perjuangan beliau. Wallahu a'lam

57
58
Waktu Hujan,
Kesempatan Untuk Doa

Ustadz, mau tanya, benarkah kalau hujan doa kita


terkabulkan? Adakah doa khusus? Terima kasih.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Benar bahwa di antara


waktu terkabulnya doa adalah tatkala turun hujan.
Dalilnya sebagai berikut:

ِ ‫اء ْال ُجي‬


،‫ُوش‬ ِ َ‫ ِع ْندَ ْالتِق‬: ٍ‫اء ِع ْندَ ث َ َالث‬ ِ ‫ع‬َ ُّ‫طلُبُوا ا ْستِ َجابَةَ الد‬ ْ ُ‫ا‬
ِ‫ َونُ ُزو ِل ْالغَيْث‬،ِ‫ص َالة‬‫َوإِقَا َم ِة ال ه‬

Artinya: “Carilah doa yang mustajab pada tiga


keadaan: Bertemunya dua pasukan, menjelang shalat
dilaksanakan, dan saat hujan turun.” (HR. Baihaqi)

Juga sabda beliau:

َ ‫اء َو تَحْتَ ال َم‬


‫ط ِر‬ ِ َ‫عا ُء ِع ْندَ النِد‬ ِ ‫َان َما ت ُ َرد‬
َ ُّ‫هان الد‬ ِ ‫ثِ ْنت‬

Artinya: “Dua doa yang tidak akan ditolak: Doa


ketika adzan dan doa ketika ketika turunnya hujan.”
(HR. Hakim dan Baihaqi)

Adapun doa yang sering dipanjatkan Rasulullah Saw


tatkala hujan turun adalah sebagai berikut:

َ ‫الله ُه هم‬
ً ‫صيِبا ً ناَفِعا‬
59
“Allahumma shayyiban nâfi’â (Ya Allah,
turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat).”

Dalilnya:

َ ‫ َكانَ إِذَا َرأَى ْال َم‬- ‫صلى هللا عليه و سلم‬- ‫ى‬
َ‫ط َر قَال‬ ‫إِ هن النهبِ ه‬
ً ‫ص ِيبا ً نَافِعا‬َ ‫الله ُه هم‬

Artinya: “Nabi Saw ketika melihat turunnya hujan,


beliau mengucapkan, “Allahumma shayyiban
nafi’an” (Ya Allah turunkanlah pada kami hujan
yang bermanfaat).” (HR. Bukhari) Wallahu a’lam

60
Jabat Tangan Setelah Shalat Bidah?

Ustadz, benarkah jabat tangan setelah shalat itu


bidah?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Jabat tangan secara


umum dianjurkan oleh Rasulullah Saw. Dalilnya:

ِ‫ أ َ َكانَت‬: ُ‫ع ْنه‬ ‫ى ه‬


َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ َ ‫سأ َ ْلتُ أَن‬
ِ ‫َس بْنَ َمالِكٍ َر‬ َ ‫ع ْن قَت َادَة َ قَا َل‬َ
‫؟‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬ ِ ‫ب َرسُو ِل ه‬ ْ َ ‫صافَ َحةُ فِى أ‬
ِ ‫ص َحا‬ َ ‫ْال ُم‬
‫ نَ َع ْم‬: ‫قَا َل‬

Dari Qatadah dia berkata, aku bertanya pada Anas


bin Malik ra, "Apakah para sahabat nabi saling
berjabat tangan?" Dia menjawab, "Iya". (HR.
Bukhari)

Juga sabda beliau:

ُّ‫ب ْال ِغل‬


ِ ‫صافَ ُحوا يَذْ َه‬
َ َ ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ت‬

Rasulullah Saw bersabda, "Saling berjabat tanganlah


kalian, karena ia dapat menghilangkan kedengkian".
(HR. Malik)

Dua dalil di atas sifatnya umum, tidak memberikan


ikatan jabat tangan di waktu tertentu. Karena ia
umum, maka tetap berlaku umum selama tidak ada

61
dalil yang memberikan kekhususan. Sementara di
sini tidak ada dalil khususnya.

Imam Nawawi dalam kitab Majmu’ pernah berkata,


"Jabat tangan sebelum shalat itu contoh yang baik,
sementara jabat tangan setelah shalat itu
dibolehkan".

Jadi jabat tangan setelah shalat itu dibolehkan dan


bukan perkara bidah, dengan catatan bahwa jabat
tangan tidak dianggap sebagai rangkaian ibadah
shalat yang tidak boleh ditinggalkan. Wallahu a'lam

62
Etika Menuntut Ilmu

Mutiara hikmah dari Ibnu Hazm, ulama besar asal


Andalus:

Ketahuilah bahwa siapa yang mencari ilmu syariat


dengan tujuan untuk menjadi pemimpin, atau untuk
mendapatkan banyak harta, maka ia akan binasa.
Karena ia berniat mencari ilmu bertentangan dengan
niat yang telah diperintahkan Allah.

Allah memerintahkan kita mencari ilmu kenabian


agar kita selamat setelah kita mati.

Ketahuilkah barang siapa mencari ilmu kenabian tapi


tidak sesuai dengan apa yang dibawa oleh nabi,
maka ia telah merugi.

Maka ambillah ilmu syariat dari orang-orang yang


benar, yaitu dari para sahabat dan para generasi awal
Islam.

Semua pendapat yang bertentangan dengan apa yang


dibawa Nabi Muhammad Saw, maka pendapat itu
batil yang wajib dijauhi.

63
64
Tips Jualan Baju Seksi
Agar Tidak Kena Dosa

Jamaah: Ustadz, hukum jualan baju wanita yang


seksi bagaimana?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Baju sebagai baju,


sesungguhnya tidak mempunyai hukum halal dan
haram. Ia baru bernilai halal atau haram tatkala
digunakan oleh pemakai.

Jika baju menutup aurat, namun hasil curian,


hukumnya jadi haram. Baju seksi jika dipakai di
hadapan suami, bahkan untuk menyenangkan suami
justru bernilai ibadah dan mendapatkan pahala.

Niat berjualan. Anda berjualan baju seksi apakah


agar para wanita memakainya dan memamerkannya
di muka umum ataukah pemakaian yang sesuai
syar'i? Jika anda tidak mau tahu maka sebaiknya
tidak usah menjualnya.

Perlu juga mempertimbangkan "pasaran". Apakah


umumnya pembeli untuk dipakai di publik atau
untuk suami dan rumahan. Jika umumnya di
masyarakat itu beli baju seksi untuk dipakai di depan
publik, baiknya jangan berjualan. Ini sesuai dengan
kaedah sadd dzari'ah. Namun jika pembeli di
masyarakat itu umumnya untuk para suami, atau
untuk pribadi di rumah, maka dipersilahkan saja.
65
Jika anda berniat agar penggunanya
menggunakannya sesuai syariat dan didukung
mayoritas pembeli adalah untuk dipakai untuk sesuai
syariat, maka silahkan berjualan dengan tetap
mengutamakan konsep-konsep syariat. Misal tidak
menampilkan gambar aurat dan patung-patung yang
menampakkan aurat.

Dari sini maka jual baju wanita yang seksi tidak ada
masalah. Soal penggunaannya diserahkan pada
pemakai. Wallahu a'lam

66
Makan Dari Makanan Natalan

Jamaah D1: Ustadz, makanan-makanan yang


diberikan majikan yang beragama Nasrani untuk
perayaan natalan bagaimana? Padahal makanan itu
bagian dari perayaan Natal. Terima kasih
sebelumnya.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Boleh memakan


hidangan mereka yang halal. Termasuk makanan
dari pesta natalan. Bahkan jika mereka memberikan
hidangan ayam, daging kambing atau daging sapi
hasil sembelihan mereka sendiri, hukum
memakannya halal. Dalilnya sebagai berikut:

ۖ ‫طعَا ُمكُ ْم ِح ٌّل لَ ُه ْم‬ َ ‫طعَا ُم الهذِينَ أُوتُوا ْال ِكت‬


َ ‫َاب ِح ٌّل لَكُ ْم َو‬ َ ‫َو‬
‫صنَاتُ ِمنَ الهذِينَ أُوتُوا‬ َ ْ‫ت َو ْال ُمح‬ِ ‫صنَاتُ ِمنَ ْال ُمؤْ ِمنَا‬ َ ْ‫َو ْال ُمح‬
َ ‫ْال ِكت‬
‫َاب ِم ْن قَ ْب ِلكُ ْم‬

Artinya: “Makanan (sembelihan) orang-orang yang


diberi al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu
halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini)
wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara
orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu.”
(QS. al-Maidah: 5)

Kecuali jika yang dihidangkan adalah makanan yang


diharamkan oleh syariat seperti khamar dan daging
babi, maka hukumnya haram. Wallahu a'lam

67
68
Aplikasi Android, Pdf, Google
Bolehkah Menjadi Rujukan Agama?

Jamaah: Bolehkah kita mengambil sumber rujukan


agama dari aplikasi internet bukan dari kitab? Misal
aplikasi HPT, aplikasi hadis, dan lainnya.

Ust Wahyudi Abdurrahim: Boleh asal sumbernya


valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Hanya saja
paling baik, bertanya langsung kepada orang alim.
Hal ini karena obyek pertanyaan, psikologis orang
yang bertanya, tradisi, lingkungan dan kondisi sosial
penanya sangat berpengaruh terhadap jawaban dari
pertanyaan penanya.

Faktor-faktor tadi akan dijadikan sebagai timbangan


mufti sebelum mengeluarkan fatwa. Dan hal ini bisa
diketahui oleh mufti (pemberi fatwa) dengan cara
mustafti (penanya) bertanya secara langsung.
Bahkan untuk hadis saja, masih membutuhkan
sistem istidlal (cara mengambil hukum dari dalil)
dan fikih hadis.

Pemahaman seperti ini hanya diketahui oleh ulama.


Jadi tidak semua masalah bisa langsung dapat
diketahui jawabannya dengan hanya melihat hadis
saja. Wallahu a'lam

69
70
Mengikuti Ritual Natal
untuk Studi Lapangan

Jamaah: Ustadz mau tanya, hukum ikut ritual Natal


dengan alasan karena sedang menjalankan studi
lapangan utuk laporan kuliah bagaimana?

Ustad Wahyudi Abdurrahim:


1. Jika dia sekadar hadir saja, sambil melihat
kegiatan ritual mereka, mengamati dari tempat
tertentu, menggali informasi kepada peserta, itu sah-
sah saja, dengan syarat terhindar dari fitnah.
2. Jika ia mengikuti ritualnya secara langsug, dengan
dalih ingin mengetahui dan merasakan praktik ritual,
hukumnya haram, meskipun dengan alasan supaya
laporan pertanggungjawaban lebih valid.

Dalilnya adalah firman Allah berkut:

‫قُ ْل يَا أَيُّ َها ْال َكافِ ُرونَ () َال أ َ ْعبُد ُ َما ت َ ْعبُد ُونَ () َو َال أ َ ْنت ُ ْم‬
َ‫عابِد ُون‬ َ ‫عبَدْت ُ ْم () َو َال أ َ ْنت ُ ْم‬ َ ‫عابِد ُونَ َما أ َ ْعبُد ُ () َو َال أَنَا‬
َ ‫عابِد ٌ َما‬ َ
‫ِين‬
ِ ‫يد‬ َ
َ ‫َما أ ْعبُد ُ () لَكُ ْم دِينُكُ ْم َو ِل‬

Artinya: “Katakanlah: ‘Hai orang-orang kafir (non


muslim). () Aku tidak menyembah apa yang kamu
sembah. () Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang
aku sembah. () Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah. () Dan kamu
bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. ()

71
Untukmu lah agamamu, dan untukku lah, agamaku.”
(QS. al Kafirun: 1-6)

Dalam ayat lain Allah berfirman:

‫لَنَا أ َ ْع َمالُنَا َولَكُ ْم أ َ ْع َمالُكُ ْم‬

Artinya: "Bagi kami amalan kami, bagi kamu


amalan kamu." (QS. al-Baqarah: 139)

Dulu orang kafir Quraisy meminta Nabi Muhammad


Saw untuk ikut ritual ibadah mereka selama satu
tahun. Imbalannya, orang kafir Quraisy akan ikut
ritual ibadah umat Islam selama satu tahun. Namun
secara tegas, perkara ini dilarang karena
bertentangan dengan tauhid. Maka turunlah ayat di
atas.

Lagi pula, non muslim yang melakukan kajian


keislaman (Islamologi), mereka juga tidak pernah
mengikuti ritual umat Islam dengan bersyahadat,
melakukan ibadah shalat, puasa, zakat atau haji.
Paling maksimal sekadar ikut pengajian saja.

Kesimpulannya, mengikuti ritual agama lain sangat


terkait dengan keselamatan akidah kita yang secara
tegas harus dihindari dengan alasan apapun,
termasuk untuk studi lapangan. Wallahu a’lam

72
Dalam al-Quran Minuman Surga
Disebutkan Susu, Jahe, Madu dan
Khamr. Es Kelapa Muda Kenapa
Tidak Disebut?

Jamaah: Ustadz, katanya minuman Surga itu wedang


jahe. Apakah karena jahe banyak manfaatnya?
Apakah jahe di Surga sama dengan yang di dunia?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Benar bahwa di antara


minuman Surga adalah wedang jahe. Firman Allah:

ً ْ ‫َويُ ْسقَ ْونَ فِي َها َكأ‬


ً ِ‫سا َكانَ ِمزَ ا ُج َها زَ ْن َجب‬
‫يال‬

Artinya: “Di dalam Surga itu mereka diberi minum


segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe.”
(QS. al-Insan: 17)

Selain jahe, minuman Surga adalah susu, madu dan


bahkan khamr. Firman Allah:

‫غي ِْر آ َ ِس ٍن‬َ ٍ‫ار ِم ْن َماء‬ ٌ ‫َمث َ ُل ْال َج هن ِة الهتِي ُو ِعد َ ْال ُمتهقُونَ فِي َها أ َ ْن َه‬
َ‫ار ِبين‬
ِ ‫ش‬ ‫ار ِم ْن خ َْم ٍر لَذه ٍة ِلل ه‬ ٌ ‫ط ْع ُمهُ َوأ َ ْن َه‬
َ ‫ار ِم ْن لَ َب ٍن لَ ْم َيتَغَي ْهر‬ ٌ ‫َوأ َ ْن َه‬
ٌ ‫ت َو َم ْغ ِف َرة‬ ِ ‫صفًّى َولَ ُه ْم فِي َها ِم ْن كُ ِل الث ه َم َرا‬ َ ‫س ٍل ُم‬ َ ‫ع‬َ ‫ار ِم ْن‬ ٌ ‫َوأ َ ْن َه‬
‫ط َع‬‫ار َوسُقُوا َما ًء َح ِمي ًما فَقَ ه‬ ِ ‫ِم ْن َربِ ِه ْم َك َم ْن ه َُو خَا ِلد ٌ فِي النه‬
‫أ َ ْم َعا َءهُ ْم‬

73
Artinya: “(Apakah) perumpamaan (penghuni) Surga
yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa
yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang
tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari
air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai
dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi
peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang
disaring; dan mereka memperoleh di dalamya segala
macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan
mereka, sama dengan orang yang kekal dalam
Neraka, dan diberi minuman dengan air yang
mendidih sehingga memotong-motong ususnya.”
(QS. Muhammad: 15)

Apakah karena jahe banyak manfaatnya? Bisa jadi


benar. Tapi bagaimana dengan khamr yang lebih
banyak mudaratnya? Mengapa ia juga jadi minuman
Surga?

Jadi, Allah memberikan gambaran Surga, dengan


segala sesuatu yang di dunia banyak disukai orang,
terutama kesukaan masyarakat Arab saat al-Quran
turun.

Waktu itu, wedang jahe, susu, madu bahkan khamr


menjadi minuman favorit orang Arab (khamr utk
kafir Quraisy). Dari sini maka al-Quran
menerangkan keadaan Surga, sesuai dengan
kesukaan mereka itu.

74
Inilah mengapa dalam al-Quran tidak ada disebutkan
bahwa di Surga, minumannya jamu, atau es kelapa
muda. Itu karena di Arab, minuman tadi tidak ada
meski secara kesehatan banyak manfaatnya.

Hanya yang harus digarisbawahi bahwa minuman


yang disebutkan tadi, sekadar gambaran umum saja
untuk memudahkan pemahaman hamba. Di Surga,
wedang jahenya, susu, madu dan khamrnya sama
sekali tidak sama dengan yang di dunia. Di Surga
jauh lebih nikmat. Apa yang ada di benak kita
tentang minuman Surga, sesungguhnya tidak seperti
itu.

Hidangan Surga itu, belum pernah dilihat manusia,


belum pernah didengar manusia, dan belum pernah
terbersik dalam diri manusia. Ia adalah hal baru sama
sekali. Wallahu a'lam

75
76
Memperingati Tahun Baru Masehi

Seri Kajian Ilmu: Ustadz apa hukum memperingati


tahun baru Masehi?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Tidak ada nas yang


melarang peringatan tahun baru Masehi. Meski
demikian, ketentuan hukum tidak bisa hitam putih.

Jika peringatan tahun baru digunakan untuk hura-


hura dan melakukan berbagai perilaku maksiat, jelas
perbuatan ini diharamkan.

Namun jika tahun baru digunakan untuk introspeksi


diri, beramal salih dan perbuatan baik lainnya sesuai
dengan koridor syariat, maka hukumnya boleh saja.

Memang ada yang aneh, umat Islam gegap gempita


memperingati tahun baru Masehi, sementara untuk
tahun baru Hijriyah serasa sepi senyap. Jarang ada
peringatan bersama dengan membuka lembaran
sejarah, mengenang para generasi awal Islam yang
rela berkorban meninggalkan kampung halaman dan
berhijrah ke Madinah.

Umat lebih familiar dengan penanggalan Masehi


daripada penanggalan Hijriyah. Menyedihkan…

77
78
Shalat sambil Membaca Mushaf

Seri Kajian Ilmu: Ustadz, boleh tidak shalat, baca


Qurannya dari mushaf? Soalnya mau baca ayat yang
panjang tapi tidak hafal?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Syafiiyah dan


Hambaliyah membolehkan membaca dari mushaf
atau catatan dari kertas ketika shalat.

Dalam kitab Majmu’, Imam Nawawi berkata, "Jika


ia membaca al-Quran dari mushaf, shalatnya tidak
batal, baik dia hafal al-Quran atau tidak hafal. Jika
dia tidak hafal surat al-Fatihah maka dia wajib
membaca. Meski dalam shalatnya kadang harus
buka-buka kertas, tetap saja shalatnya tidak batal”.

Dalam kitab Mathalib, Syaikh Rahibani dari Mazhab


Hambali berkata, "Menurut Imam Ahmad tidak
mengapa jadi imam shalat malam sementara dia
membaca al-Quran dari mushaf. Bagaimana jika
shalat fardhu? Jawabnya tidak mengapa”.

Malikiyah memakruhkan. Di kalangan Mazhab


Hanafi ada yang membolehkan, ada yang melarang.
Saya memilih pendapat yang membolehkan.
Dalilnya sebagai berikut:

‫كانت السيدة العائشة رضى هللا عنها يؤمها مولى لها يسمى‬
‫ذكوان وكان يقرأ فى امامته من المصحف‬
79
Artinya: “Diriwayatkan bahwa Siti Aisyah pernah
shalat diimami seorang budak laki-laki miliknya,
bernama Dzakwan. Ketika menjadi imam, ia
membaca al-Quran dari mushaf”. (HR. Bukhari)
Wallahu a'lam

80
Sekuntum Bunga Untukmu
Muhammadiyah

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Aku bangga menjadi


warga Muhammadiyah.

1. Dalam akidah, berpedoman pada tauhid murni.


Tiada Tuhan selain Allah dan hanya Muhammad
Saw utusan Allah. Dengan tauhid murni ini,
Muhammadiyah memerangi berbagai perbuatan
syirik, termasuk takhayul yang sangat mengakar di
masyarakat. Sejak awal berdiri hingga saat ini,
banyak perbuatan syirik yang diberangus oleh
Muhammadiyah. Syirik selain merupakan perbuatan
dosa besar yang tiada ampun, juga merupakan salah
satu perbuatan yang dapat menghalangi umat
manusia untuk membangun peradaban. Syirik
menjadikan manusia terikat dengan benda, dan
bukan tunduk hanya kepada Allah semata. Perbuatan
ini tentu bertentangan dengan tugas utama manusia
di muka Bumi, yaitu sebagai khalifatullah. Tugas
utama kita adalah membangun peradaban yang
sesuai dengan jalur syariat. Muhammadiyah
mempunyai cita-cita mulia, baldatun thayyibatun wa
rabbun ghafur yang diterjemahkan oleh
Muhammadiyah sebagai masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.

81
2. Dalam ibadah, Muhammadiyah sangat hati-hati.
Muhammadiyah selalu mencari dalil sahih agar
ibadah yang dijalankan sesuai dengan tuntutan
syariat. Muhammadiyah tidak mau terjatuh ke jurang
bidah, dengan melakukan ibadah yang tidak pernah
dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Muhammadiyah
sangat menyadari bahwa bidah merupakan perbuatan
tercela dengan ancaman Neraka bagi pelakunya.
Muhammadiyah selalu berpegang kepada kaedah
ushul, bahwa seluruh ibadah adalah haram, kecuali
ada dalil yang menunjukkan mengenai perintah
ibadah tersebut.

3. Dalam muamalah, Muhammadiyah selalu kreatif.


Muhammadiyah melihat bahwa muamalah
duniawiyah merupakan urusan manusia dan melihat
kepada maslahat manusia sesuai dengan jalur syariat.
Dengan sikap kreatif itu, Muhammadiyah mampu
membangun ribuan amal usaha, baik rumah sakit,
sekolahan, panti asuhan, media, baik TV, radio,
website, majalah dan lainnya, koperasi, dan masih
banyak lagi. Semua itu dijalankan karena kesadaran
yang mendalam mengenai tugas manusia sebagai
wakil Tuhan di muka bumi. Muhammadiyah selalu
berpegang kepada kaedah ushul, bahwa untuk urusan
muamalah, kita harus melihat kepada spirit dan
maqashid.

82
4. Dalam hal akhlak, Muhammadiyah sangat
menjujung tinggi sifat amanah. Berapa pun dana
yang dititipkan ke Muhammadiyah, hampir bisa
dipastikan akan disalurkan sesuai dengan amanat
umat. Dengan jiwa amanah yang tinggi itu, berbagai
amal usaha Muhammadiyah bisa berdiri. Sebagai
wujud dorongan terhadap nilai amanah ini,
Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid
menulis buku pedoman yang sangat urgen bagi
bangsa kita saat ini, yaitu “Fikih Anti Korupsi”.
Buku ini merupakan dorongan moral dari
Muhammadiyah untuk bangsa dan negara.

Masih banyak sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh


Muhammadiyah. Minimal empat hal tadi menjadi
kebanggan tersendiri bagi saya menjadi bagian dari
Muhammadiyah. Semoga Muhammadyah ke depan
semakin maju dan berkembang. Semoga cita-cita
mulia Muhammadiyah untuk membentuk masyarakat
utama segera terwujud. Semoga segala amal
perbuatan yang dilakukan oleh para pejuang
Muhammadiyah selalu mendapatkan ridha Allah dan
mendapatkan pahala yang setimpal. Aamiin yaa
Rabbal ‘aalamiin.

83
84
Bersyukur itu Harta Tak Ternilai

Seri Kajian Ilmu: Ustadz Wahyudi Abdurrahim:


Dalam bermasyarakat, terkadang kita akan
menemukan keanehan dalam diri manusia. Kita
mendapati seseorang yang menurut kita, hidup
berkecukupan, punya posisi penting di sebuah
perusahaan, atau menempati jabatan tertentu.
Gajinya pun sudah puluhan juta.

Secara logika masyarakat bawah, kehidupannya


sudah mewah. Dia sudah punya rumah, penghasilan
besar dan juga punya kendaraan mewah. Jadi, semua
itu sudah lebih dari cukup untuk sekadar hidup
normal.

Ya, memang logika masyarakat bawah sangat


sederhana. Bagi mereka, yang penting hidup bisa
makan sehari tiga kali, punya tempat tinggal dan bisa
mencukupi kebutuhan sehari-hari, baik untuk
sekolah anak-anak atau lainnya. Mereka tidak
berpikiran hidup mewah, apalagi sampai berfoya-
foya.

Tapi ternyata logika ini “tidak berlaku” bagi manusia


yang hidupnya “tidak normal”. Bagi dia, hidup ini
bukan sekadar mengisi perut saja. Hidup adalah
menikmati kemewahan dunia. Karena Surga, bagi
mereka ya dunia ini. Maka, kemewahan yang sudah
dia dapatkan, gaji yang berlipat, masih juga tidak
85
bisa mencukupi kebutuhan dirinya. Selalu saja ada
“kebutuhan mendesak” yang belum dia raih. Selalu
ada dalam dirinya untuk mempunyai keinginan yang
lebih, lebih dari segalanya. Yang dikejar adalah
prestis, gaya hidup, penghormatan, kelas sosial dan
berbagai atribut keduniaan lainnya. Meski ia sudah
mempunyai uang trilyunan, tapi belum juga cukup.
Pada akhirnya, ia melakukan perbuatan naïf, korupsi,
manipulasi dan lain sebagainya.

Manusia seperti ini, tidak akan pernah merasa cukup.


Manusia, tatkala diberi gunung emas, maka ia akan
meminta guung emas lainnya. Dan demikian
seterusnya. Manusia tidak akan pernah bosan untuk
menumpuk harta sampai dia sendiri masuk ke dalam
tanah. Sungguh benar firman Allah Swt:

َ‫ف ت َ ْعلَ ُمون‬ َ ‫) َك هال‬2( ‫) َحتهى ُز ْرت ُ ُم ْال َمقَا ِب َر‬1( ‫أ َ ْل َهاكُ ُم الت ه َكاث ُ ُر‬
َ ‫س ْو‬
‫ين‬ِ ‫) َك هال لَ ْو ت َ ْعلَ ُمونَ ِع ْل َم ْاليَ ِق‬4( َ‫ف ت َ ْعلَ ُمون‬ َ ‫) ث ُ هم َك هال‬3(
َ ‫س ْو‬
‫) ث ُ هم لَت ُ ْسأَلُ هن‬7( ‫ين‬
ِ ‫عيْنَ ْاليَ ِق‬ َ ‫) لَت ََر ُو هن ْال َج ِح‬5(
َ ‫) ث ُ هم لَت ََر ُونه َها‬6( ‫يم‬
)8( ‫ع ِن النه ِع ِيم‬َ ‫يَ ْو َمئِ ٍذ‬

Artinya:
1. Bermegah-megah telah melalaikan kalian.
2. Sampai kalian masuk ke dalam kubur.
3. Janganlah begitu!! Kelak kalian akan
mengetahui.
4. Dan janganlah begitu!! Kelak akan mengetahui
(akibat perbuatanmu itu).

86
5. Janganlah begitu!! jika kalian mengetahui
dengan pengetahuan yang yakin,
6. Niscaya kalian benar-benar akan melihat Neraka
jahim.
7. Dan sesungguhnya kalian benar-benar akan
melihatnya dengan ‘ainul yakin.
8. Kemudian kalian pasti akan ditanyai pada hari
itu tentang kenikmatan. (QS. at-Takatsur: 1-8)

Lihat penjelasan berikut:

- ‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬ ‫ع ْن أ َ ِبي ِه قَا َل أَتَيْتُ النه ِب ه‬


َ ٍ‫ط ِرف‬ َ ‫ع ْن ُم‬ َ
ْ َ ُ
َ‫َوه َُو يَ ْق َرأ )أل َهاكُ ُم الت ه َكاث ُ ُر) قَالَ يَقُو ُل ابْنُ آدَ َم َما ِلى َما ِلى قَال‬
َ‫َوه َْل لَكَ يَا ابْنَ آدَ َم ِم ْن َمالِكَ إِاله َما أ َ َك ْلتَ فَأ َ ْفنَيْتَ أ َ ْو لَبِسْت‬
َ‫ضيْت‬ َ ‫صده ْقتَ فَأ َ ْم‬ َ َ ‫فَأ َ ْبلَيْتَ أ َ ْو ت‬

Artinya: “Mutharrif mendapatkan riwayat dari


ayahnya ra., beliau berkata: “Aku pernah menemui
Nabi Muhammad Saw ketika sedang membaca surat
(‫)أ َ ْل َهاكُ ُم التهكَاث ُ ُر‬, beliau bersabda, “Anak manusia
mengucapkan, ‘hartaku, hartaku’. Kemudian beliau
bersabda, “Wahai anak manusia, apakah kamu
memiliki dari hartamu melainkan yang kamu telah
makan lalu habis, atau yang kamu telah pakai lalu
rusak, atau yang telah kamu sedekahkan maka itu
yang tersisa.” (HR. Muslim)

Maka beruntunglah mereka yang senantiasa


bersyukur dengan segala anugerah Allah yang
diberikan kepadanya. Harta banyak atau sedikit,
87
sama sekali tidak akan membuatnya lupa dengan
Sang Pemberi Rezeki. Segalanya selalu menjadi
sumber berkah dan rahmat. Ia punya sifat qanaah
sehingga tidak mudah jatuh ke jurang korupsi. Ia
adalah manusia yang selalu bersyukur atas segala
rezeki yang diberikan kepadanya. Syukur adalah
harta yang tiada batas. Semoga kita masuk ke dalam
hamba Allah yang pandai bersyukur. Amin.

88
Foto Pre-Wedding Boleh Tidak?

Seri Kajian Ilmu: Tanya ustadz, menjelang acara


resepsi pernikahan, sering ada foto pre-wedding; foto
yang dilaksanakan sebelum melakukan ijab qabul.
Hukumnya bagaimana ustadz?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Karena belum ijab


qabul, berarti belum menikah. Di sini, hubungan
antar keduanya masih diharamkan. Jadi hukum foto
pre-wedding itu haram bagi kedua calon mempelai.
Apalagi foto pre-wedding ini secara jelas terjadi
ikhtilath (percampuran antara laki-laki dan
perempuan yang bukan mahram), atau khalwat
(berduaan), dan kadang sampai membuka auratnya.

Dalilnya sebagai berkut:

َ ‫طانَ ثَا ِلث ُ ُه َما َو َم ْن‬


ُ‫س هرتْه‬ ‫ام َرأَةٍ فَإ ِ هن ال ه‬
َ ‫ش ْي‬ ْ ‫ال َي ْخلُ َو هن أ َ َحدُكُ ْم ِب‬
َ
َ ُ‫سا َءتْه‬
‫سيِئَتُهُ فَ ُه َو ُمؤْ ِم ٌن‬ َ ‫سنَتُهُ َو‬ َ ‫َح‬

Artinya: “Janganlah salah seorang di antara kalian


berduaan dengan seorang wanita (yang bukan
mahramnya) karena syaitan adalah orang ketiganya,
maka barangsiapa yang bangga dengan kebaikannya
dan sedih dengan keburukannya maka dia adalah
seorang mukmin.” (HR. Ahmad)

89
‫ب إِاله أ َ ْن يَكُونَ نَا ِك ًحا أ َ ْو ذَا‬
ٍ ‫ام َرأَةٍ ث َ ِي‬ َ َ‫أَال‬
ْ َ‫ال يَبِيت هَن َر ُج ٌل ِع ْند‬
‫حْر ٍم‬
َ ‫َم‬

Artinya: “Ketahuilah! Seorang laki-laki bukan


mahram tidak boleh bermalam di rumah perempuan
janda, kecuali jika dia telah menikah, atau ada
mahramnya.” (HR. Muslim) Wallahu a'lam

90
Bahaya Sifat Sombong

Seri Kajian Ilmu: Ustadz Wahyudi Abdurrahim:


Sombong adalah perasaan berbangga diri disertai
dengan sikap merendahkan orang lain. Sombong
menjadi penyakit hati yang sangat berbahaya.

Sombong menjadi benih awal permusuhan. Sombong


seakan-akan "menuhankan diri sendiri" karena ia
merasa paling berkuasa. Oleh karenanya Allah tidak
menyukai orang-orang yang bersikap sombong.

َ‫ِإنههُ َال ي ُِحبُّ ْال ُم ْست َ ْك ِب ِرين‬

Artinya: “Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-


orang yang menyombongkan diri.” (QS. an-Nahl:
23)

Iblis dilaknat Allah dan diusir dari Surga karena


sikapnya yang sombong.

‫يس أَبَى‬ َ َ‫َو ِإ ْذ قُ ْلنَا ِل ْل َمالَئِ َك ِة ا ْس ُجد ُوا ْلَدَ َم ف‬


َ ‫س َجد ُوا ِإاله ِإ ْب ِل‬
َ‫َوا ْست َ ْكبَ َر َو َكانَ ِمنَ ال َكافِ ِرين‬

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman


kepada para malaikat: Sujudlah kalian kepada
Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia
enggan dan takabur (sombong) dan ia termasuk
golongan orang-orang yang kafir.” (QS. al-Baqarah:
91
34)

Penduduk Neraka dipenuhi oleh orang-orang


sombong.

ِ ‫أ َ َال أ ُ ْخبِ ُركُ ْم بِأ َ ْه ِل النه‬


‫ار قَالُوا بَلَى قَا َل كُ ُّل عُت ُ ٍل َج هواظٍ ُم ْست َ ْك ِب ٍر‬

Artinya: “Maukah kamu aku beritahu tentang


penduduk Neraka? Mereka semua adalah orang-
orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabur
(sombong).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sangat tepat jika Luqman menasihati anaknya agar


tidak menjadi orang yang sombong:

‫هللا‬ ِ ‫اس َوالَ ت َْم ِش فِي الأل َ ْر‬


َ ‫ض َم َرحا ً إِ هن‬ ِ ‫ص ِع ْر َخدهكَ ِللنه‬ َ ُ ‫َوالَ ت‬
‫الَ يُ ِحبُّ كُ هل ُم ْخت َا ٍل فَ ُج ْو ٍر‬

Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan


mukamu dari manusia-manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka Bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS.
Luqman: 18)

92
Belajar untuk Sabar

Seri Kajian Ilmu: Ustadz Wahyudi Abdurrahim:


Sabar berarti tabah dalam menghadapi kehidupan
dengan tetap mengikat hati kepada Allah. Sabar
sangat dianjurkan oleh agama. Dengan kesabaran,
seseorang akan selalu ingat dengan kuasa Allah
dalam kondisi apapun.

Sabar bukan perkara ringan. Ia merupakan perbuatan


yang sangat berat. Oleh karena itu kita selalu
diperintahkan untuk bersabar.

‫ص َلوةِ ا هِن هللاَ َم َع ال ه‬


‫صا‬ ‫يَا َ يُّ َها اله ِذيْنَ ا َ َمنُ ْوا ا ْست َ ِع ْينُوا بِال ه‬
‫صب ِْر َوال ه‬
َ‫ِب ِريْن‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman!


Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar
dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang
yang sabar.” (QS. al-Baqarah: 153)

Allah akan memberikan banyak cobaan bagi hamba-


Nya. Namun kabar gembira bagi mereka yang bisa
bersabar.

ِ ‫ص مِنَ اْل َ ْم َو‬


‫ال‬ ٍ ‫ف َو ْال ُجوع ِ َونَ ْق‬ ِ ‫يءٍ ِمنَ ْالخ َْو‬ ْ ‫ش‬ َ ‫َو َلنَ ْبلُ َو هن ُك ْم ِب‬
َ‫صا ِب ِرين‬ ِ ‫َواْل َ ْنفُ ِس َوالث ه َم َرا‬
‫ت َوبَ ِش ِر ال ه‬

Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan

93
kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.” (al-Baqarah: 155)

Sabar bisa dibagi menjadi tiga macam:


1. Sabar ketika menjalani penderitaan. Orang yang
terkena musibah atau bencana, membutuhkan
kesabaran. Dengan sifat sabar ini, hatinya akan
selalu terpaut dengan Allah. Ia percaya bahwa
segalanya datang dari Allah dan akan kembali
kepada Allah.

‫انا لل وانا اليه راجعون‬

2. Sabar dalam melakukan ketaatan. Beribadah


apapun bentuknya, baik puasa, shalat, zakat ataupun
haji membutuhkan kesabaran. Tanpa sifat ini, ibadah
akan sulit untuk dilakukan. Dalam ibadah haji Allah
melarang kita untuk saling mencerca guna melatih
sifat sabar ini.

ِ‫ث َوال فُسُوقَ َوال ِجدَا َل فِي ْال َحج‬


َ َ‫فَال َرف‬

Artinya: “Maka tidak boleh rafats (bicara kotor),


berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam
masa mengerjakan haji.”

3. Sabar ketika berupaya menjauhi maksiat. Orang


yang terbiasa minum khamar, akan sangat berat
94
untuk meninggalkan kebiasaan buruknya. Hanya
sifat sabar yang bisa menjadi pendorong dirinya
sehingga ia tidak minum khamar kembali. Demikian
juga dengan upaya meninggalkan perbuatan maksiat
lainnya. Semoga kita menjadi hamba Allah yang
selalu bersabar. Amiin

95
96
Sudahkah Anda Riya Hari Ini?
Berhati-hatilah Terhadapnya

Seri Kajian Ilmu: Ustadz Wahyudi Abdurrahim:


Riya adalah melakukan sesuatu dengan mengharap
pujian orang lain. Riya termasuk penyakit hati yang
cukup berbahaya. Ia sifatnya sangat halus dan
terkadang tidak terasa. Sikap riya dapat
menggugurkan amal baik. Jadi, sesuatu yang
semestinya mendapatkan pahala dari Allah, karena
unsur riya ini, pada akhirnya sia-sia.

‫صدَقَاتِكُ ْم ِب ْال َم ِن َواْلذَى َكالهذِي‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الهذِينَ آ َمنُوا ال تُب ِْطلُوا‬
ُ‫اآلخ ِر فَ َمثَلُه‬
ِ ‫اّلِل َو ْاليَ ْو ِم‬
ِ ‫اس َوال يُؤْ ِمنُ بِ ه‬ ِ ‫يُ ْن ِف ُق َمالَهُ ِرئ َا َء النه‬
‫ص ْلدًا ال‬ َ ُ‫صا َبهُ َوا ِب ٌل فَت ََر َكه‬ َ َ ‫علَ ْي ِه ت ُ َرابٌ فَأ‬
َ ‫ان‬ ٍ ‫ص ْف َو‬
َ ‫َك َمث َ ِل‬
َ‫َّللاُ ال يَ ْهدِي ْالقَ ْو َم ْال َكافِ ِرين‬
‫سبُوا َو ه‬َ ‫يءٍ ِم هما َك‬ َ ‫علَى‬
ْ ‫ش‬ َ َ‫يَ ْقد ُِرون‬

Artinya: “Hai orang-orang beriman, janganlah


kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak
beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan
lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang
mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk

97
‫‪kepada orang-orang yang kafir.” (QS. al-Baqarah:‬‬
‫)‪264‬‬

‫‪Riya selain dapat menggugurkan pahala, juga‬‬


‫‪mengandung dosa. Orang yang riya bahkan dianggap‬‬
‫‪sedang melakukan syirik kecil.‬‬

‫صغ َُر قَالُ ْوا يَا َرسُ ْو لَ‬


‫علَ ْيكُ ْم ا لش ِْر كُ ْاالَ ْ‬ ‫ف َما اَخ َ‬
‫َاف َ‬ ‫ا هِن ا َ ْخ َ‬
‫هللا َو َما ا لش ِْركُ قَا َل ِ‬
‫الر َيا ُء‬ ‫ِ‬

‫‪Artinya: “Sesungguhnya perkara yang paling aku‬‬


‫‪khawatirkan dari beberapa hal yang aku khawatirkan‬‬
‫‪adalah syirik kecil”. Sahabat bertanya, “Apa syirik‬‬
‫‪kecil itu, wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab,‬‬
‫)‪“Riya”. (HR. Ahmad‬‬

‫‪Karena riya merupakan perbuatan maksiat, maka‬‬


‫‪tempatnya kelak di Neraka‬‬

‫صلهى هللاُ‬ ‫س ْو ُل هللاِ َ‬ ‫ع ْنهُ قَالَ ‪ :‬قَا َل َر ُ‬ ‫ي هللاُ َ‬ ‫ض َ‬ ‫ع ْن اَبِى ه َُري َْرة ُ َر ِ‬ ‫َ‬
‫ْ‬
‫علً ْي ِه يَ ْو َمال ِقيَا َم ِة َر ُج ٌل‬ ‫ي َ‬ ‫ض ُ‬ ‫اس يَ ْق ِ‬ ‫سله َم‪ :‬ا هِن ا َ هو َل اَلنه ِ‬ ‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫َ‬
‫سبِ ْي ِل هللاِ فَا َءت َى بِ ِه فَعَ َرفَهُ نِ ْع ُمه ُ فَعَ َرفَ َها‪ ،‬قَا َل‪ :‬فَ َما‬ ‫اِ ْست َ ْش َهدَ فِى َ‬
‫ع ِم ْلتَ ِف ْي َها؟ قَا َل‪ :‬قَات َْلتُ ِفيْكَ َحتهى ا َ ْش َهد َ قَا َل‪َ :‬كذَبْتَ َولَ ِكنهكَ‬ ‫َ‬
‫ب عَلَى‬ ‫س َح َ‬ ‫فَ َعلتَ ِليُقَا َل ه ًَو َج ِرى‪َ .‬و قَدْ قِ ْي َل‪ :‬ث ً هم ا َ َم َر ِب ِه فَ َ‬ ‫ْ‬
‫َاف‬‫صن ِ‬ ‫طاهُ ِم ْن ا َ ْ‬ ‫س َع هللاُ َوا َ ْع َ‬ ‫َوجْ ِح ِه َحتهى ا َ ْلقَى فِى النهار‪َ .‬و َ‬
‫ع ِم ْلتَ ِم ْن َها؟‬ ‫اْل َما ِل فَا َءتَى ِب ِه فَ َع َرفَهُ ِن ْع ُمهُ فَ َع َرفَ َها‪ ،‬قَالَ ‪ :‬فَ َما َ‬
‫س ِب ْي ٍل ت ُ ِحبُّ ا َ ْن يُ ْن ِفقَ فِ ْي َها ا هِال ا َ ْنفَ ْقتُ فِ ْي َها َلكَ ‪.‬‬
‫قَالَ ‪َ :‬ما ت ََر ْكتُ ِم ْن َ‬
‫قَالَ ‪َ :‬كذَبْتَ َولَ ِكنهكَ فَعَ ْلتَ ِل ْي َقا َل ه َُو َج َواد ٌ‪ ،‬فَقَدْ قِ ْي َل ث ُّ هم ا َ َم َر بِ ِه‬

‫‪98‬‬
‫ َو َر ُج ٌل ت َ َع هل َم ْال ِع ْل َم‬.‫علَى َوجْ ِح ِه َحتهى ا َ ْل َقى فِى ال هنار‬ َ ‫ب‬ َ ‫س َح‬َ َ‫ف‬
‫ فَ َما‬: َ‫ قَال‬،‫عله ُمهُ ا َ ْو قَ َر َء اْلقُ ْراَنَ فَا َءتَ بِ ِه فَعَ َرفَهُ نِعَ ِم ِه فَعَ َرفَ َها‬ َ ‫َو‬
. َ‫عله ْم تُهُ َوقَ َر ْءتُ ِفيْكَ ْالقُ ْراَن‬ َ ‫ ت َ َعله ْمتُ ْال ِع ْل َم َو‬:‫ع ِم ْلتُ ِف ْي َها؟ قَا َل‬ َ
‫عا ِل ٌم ا َ ْو قَ َر ْءتَ ِل ْيقَا َل ه َُو‬ ْ
َ ‫ َكذَبْتَ َولَ ِكنهكَ فَ َعلتَ ِليُ َقا َل ه َُو‬: َ‫قَال‬
‫ار‬ ِ ‫جْح ِه َحتهى ا َ ْلقَى فِى النه‬ ِ ‫علَى َو‬ َ ‫ب‬ َ ‫س َح‬ َ َ‫ ث ُ هم ا َ َم َر بِ ِه ف‬،ٌ‫قَارشئ‬

Artinya: “Abu Hurairah ra. berkata bahwa


Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya manusia
yang pertama kali diadili di Hari Kiamat adalah
orang-orang yang mati syahid di jalan Allah, maka ia
didatangkan dan diperlihatkan nikmat-nikmat
sebagai pahalanya, kemudian ia melihatnya seraya
dikatakan kepadanya, “Amalan apa yang engkau
lakukan sehingga memperoleh nikmat-nikmat itu? Ia
menjawab, “Aku berperang karena-Mu (Ya Allah)”.
Allah menjawab, “Dusta engkau, sesungguhnya
kamu berbuat demikian supaya kamu dikatakan
sebagai pahlawan. Dan kemudian malaikat
diperintahkan menyeret mukanya dan
melemparkannya ke dalam Neraka. Seseorang yang
diberi Allah harta benda, kemudian didatangkan dan
diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmat sebagai
pahalanya lalu ia melihatnya seraya dikatakan
kepadanya, “Amalan apakah yang engkau lakukan
sehingga engkau mendapatkan nikmat itu?”. Dia
menjawab, “Aku tidak pernah meninggalkan infak di
jalan yang Engkau ridhai Ya Allah, aku berinfak
hanya karena-Mu.” Lalu Allah Swt menjawab,
“Dusta engkau, sesungguhnya engkau melakukan
demikian itu supaya kamu dikatakan sebagai orang
99
yang dermawan.” Kemudian Allah memerintahkan
malaikat untuk menyeret mukanya dan
memasukkannya ke dalam Neraka. Dan seseorang
lagi yang menuntut ilmu dan mengajarkan atau
membaca al-Quran, maka didatangkan dan
diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmat sebagai
pahalanya, lalu ia melihatnya seraya dikatakan
kepadanya, “Amal apa yang telah engkau lakukan
sehingga engakau medapatkan nikmat-nikmat itu?”.
Dia menjawab, “Aku menuntut ilmu dan
mengajarkannya dan membaca al-Quran hanya
untuk-Mu ya Allah.” Kemudian Allah Swt
menjawab, ”Dusta engkau, sesungguhnya engkau
menuntut ilmu supaya engkau dikatakan pintar, dan
membaca al-Quran supaya kamu dikatakan qari.”
Kemudian Allah memerintahkan kepada malaikat
untuk meyeret mukanya dan melemparnya ke dalam
Neraka.” (HR. Muslim)

Semoga kita terhindar dari penyakit riya dan


menjadikan segala amal perbuatan baik kita hanya
karena Allah semata. Aamiin

100
Bagi Jomblowan Jangan Galau

Jamaah: Ustadz mohon pencerahannya, setelah


beberapa lama akhirnya saya menemukan dirinya.
Tapi ada kendala ternyata dia masih terbilang sepupu
jauh. Ustadz bisakah saya meminangnya? Terima
kasih.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Hukum menikahi


saudara sepupu dibolehkan, baik jauh atau dekat.
Dalilnya sebagai berikut:

َ ‫الال ِتي آتَيْتَ أ ُ ُج‬


‫وره هُن َو َما‬ ‫ي ِإنها أَحْ لَ ْلنَا لَكَ أ َ ْز َوا َجكَ ه‬
ُّ ‫َيا أ َ ُّي َها النه ِب‬
َ‫ع هماتِك‬
َ ‫ت‬ِ ‫ع ِمكَ َوبَنَا‬ َ ‫ت‬ ِ ‫علَيْكَ َوبَنَا‬ ‫ت يَ ِمينُكَ ِم هما أَفَا َء ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ْ ‫َملَ َك‬
َ‫ت خَاالتِك‬ ِ ‫ت خَالِكَ َوبَنَا‬ ِ ‫َوبَنَا‬

Artinya: “Wahai Nabi, sesungguhnya Kami telah


menghalalkan bagimu isteri-isterimu yang telah
kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya
yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu
peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah
untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan
dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak
perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-
anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan
anak-anak perempuan dari saudara perempuan
ibumu.” (QS. al-Ahzab: 50)

101
Ayat ini secara jelas menunjukkan bolehnya
menikahi saudara sepupu.

Fathimah putri Rasulullah Saw juga dinikahkan


dengan Ali bin Abi Thalib, sepupunya. Ayah dari Ali
adalah saudara kandung dari ayah Nabi Muhammad
Saw. Wallahu a’lam

102
Bolehkah Warga Menolak
Pemakaman Jenazah Teroris?

Jamaah: Ustadz bolehkan menolak pemakaman


jenazah tersangka teroris?

Ustadz Wahyudi Abdurahim: Siapapun orangnya,


agama apapun, jika meninggal harus dikebumikan.
Jasad manusia itu terhormat (karamah) jadi tidak
boleh ditolak.

Khusus untuk teroris muslim yang melawan


pemerintah dan merasa menegakkan kebenaran di
jalan Allah, mereka adalah bughat. Jika terbunuh,
para ulama menyebutnya dengan meninggal "fi
ta`wil". Artinya mereka merasa benar, padahal
mereka salah. Ingatlah, mereka ini tetap dianggap
muslim. Harus dishalati dan dikebumikan
sebagaimna mestinya.

Jika mereka tertangkap hidup-hidup, dan mereka


telah membunuh orang lain, maka ia harus dihukum
mati. Firman Allah Swt:

‫ض‬ ِ ‫َّللا َو َرسُولَهُ َويَ ْس َع ْونَ فِي ْاْل َ ْر‬ َ ‫اربُونَ ه‬ ِ ‫ِإنه َما َجزَ ا ُء الهذِينَ يُ َح‬
‫ط َع أ َ ْيدِي ِه ْم َوأ َ ْر ُجلُ ُه ْم ِم ْن‬
‫صلهبُوا أ َ ْو تُقَ ه‬
َ ُ‫سادًا أ َ ْن يُقَتهلُوا أ َ ْو ي‬ َ َ‫ف‬
‫ي فِي الدُّ ْن َيا َولَ ُه ْم فِي‬ ٌ ‫ض ذَلِكَ لَ ُه ْم ِخ ْز‬ ِ ‫ِخ َالفٍ أ َ ْو يُ ْنفَ ْوا ِمنَ ْاْل َ ْر‬
َ ٌ‫عذَاب‬
ٌ‫ع ِظيم‬ َ ‫ْاآلَ ِخ َر ِة‬

103
Artinya: “Sesungguhnya pembalasan terhadap
orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya
dan membuat kerusakan di muka Bumi, hanyalah
mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan
dan kaki mereka secara silang, atau dibuang dari
negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu
(sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia,
dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang
besar.” (QS. al-Maidah: 33) Wallahu a'lam

104
Tanpa Berislam, Masih Adakah
Peluang Bagi Non-Muslim
Masuk Surga?

Jamaah: Allah Swt berfirman:

َ‫صا ِبئِينَ َم ْن آ َمن‬ ‫ار ٰى َوال ه‬ َ ‫ص‬ َ ‫ِإ هن الهذِينَ آ َمنُوا َوالهذِينَ هَاد ُوا َوالنه‬
‫صا ِل ًحا فَلَ ُه ْم أَجْ ُرهُ ْم ِع ْندَ َربِ ِه ْم َو َال‬
َ ‫ع ِم َل‬ َ ‫اّلِل َو ْال َي ْو ِم ْاآل ِخ ِر َو‬
ِ ‫بِ ه‬
َ‫علَ ْي ِه ْم َو َال هُ ْم َيحْزَ نُون‬
َ ‫ف‬ ٌ ‫خ َْو‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin,


orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan
orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka
yang benar-benar beriman kepada Allah, Hari
Kemudian dan beramal salih, mereka akan
menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.” (QS. al-Baqarah: 62)

Apakah masih ada kaum Yahudi Nasrani yang ahli


Surga tadz?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Dari ayat tersebut,


banyak yang mengira bahwa orang non-muslim dari
kalangan Yahudi, Nasrani, Shabiun, asal mereka
beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka kelak
mereka akan masuk Surga. Buktinya, Allah
menyatakan, mereka akan mendapatkan pahala,

105
mereka tidak ada lagi rasa khawatir dan tidak akan
bersedih. Benarkah demikian?

Tidak semudah itu membaca tafsir. Persoalannya


sesungguhnya terletak pada huruf “man”. Banyak
orang mengira bahwa “man” di sini, adalah “man
maushûlah”, sehingga terjemahannya menjadi
seperti ini: Sesungguhnya orang-orang mukmin,
orang-orang Yahudi, Nasrani dan orang-orang
Shabiin, siapa saja (di antara mereka) yang beriman
kepada Allah dan Hari Akhir, dan beramal salih,
maka mereka akan mendapatkan pahala dari sisi
Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Dari “man maushûlah” ini, maka orang non muslim


tadi seakan-akan setara kedudukannya dengan umat
Islam. Benarkah demikian?

Jika dicermati lagi, “man” tadi bukan “man


maushûlah”. Ia adalah “man syarthiyyah”. Maka jika
diterjemahkan menjadi seperti berikut:
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang
Yahudi, Nasrani dan orang-orang Shabiin, "jika"
beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dan beramal
salih, maka mereka akan mendapatkan pahala dari
sisi Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

106
Silahkan bandingkan terjemahan di atas dengan yang
di bawah. Anda akan merasakan perbedaan makna
antara keduanya.

Bukti bahwa “man” tadi adalah “man syarthiyyah”


dan bukan “man maushûlah” adalah kalimat
setelahnya yang disertai dengan “fa jawab” yaitu
(‫ )فَلَ ُه ْم‬artinya, “maka mereka…”

Kesalahan sedikit dalam memahami huruf al-Quran,


ternyata akibatnya fatal. Inilah pentingnya bahasa
Arab sebagai sarana untuk memahami nas al-Quran.
Jika tidak jeli, maka kita bisa mengubah makna yang
terkandung dalam kitab suci al-Quran.
Selengkapnya, bisa lihat Tafsir al-Qurthubi. Wallahu
a’lam

107
108
Saya Suka Merokok,
Bagaimana Hukumnya ya?

Seri Kajian Ilmu: Ustadz, merokok hukumnya apa


ya? Terima kasih.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Merokok hukumnya


haram, dengan beberapa alasan sebagai berikut:

Pertama: Rokok membahayakan bagi kesehatan,


sebagaimana “ijmak” para dokter. Buktinya,
bungkus rokok selalu ada tulisan, “Merokok dapat
menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi,
dan gangguan kehamilan dan janin” atau “Merokok
Membunuhmu”.

‫َو َال ت ُ ْلقُوا ِبأ َ ْيدِيكُ ْم ِإلَى الت ه ْهلُ َك ِة‬

Artinya: “Janganlah kamu menjatuhkan dirimu


sendiri ke dalam kebinasaan…” (QS. al-Baqarah:
195)

Kedua: Allah memerintahkan kita untuk


mengkonsumsi yang baik-baik dan melarang
mengkonsumsi yang buruk-buruk. Standar baik
setidaknya dilihat dari manfaat, baik yang
ditimbulkan dari barang konsumsi tersebut. Dilihat
dari sini, rokok bukan sesuatu yang baik karena
membahayakan.

109
َ ِ‫علَ ْي ِه ُم ْال َخبَائ‬
‫ث‬ َ ‫ت َوي َُح ِر ُم‬ ‫َوي ُِح ُّل لَ ُه ُم ه‬
ِ ‫الط ِيبَا‬

Artinya: “Dan (Rasul) itu menghalalkan yang baik-


baik dan mengharamkan segala yang buruk.” (QS.
al-A’raf: 157)

Ketiga: Segala yang dapat membuat mudarat


diharamkan syariat, baik mudarat untuk dirinya atau
orang lain. Sementara rokok mengandung mudarat
untuk pelakunya dan orang lain.

ۗ ‫َو ِإثْ ُم ُه َما أ َ ْكبَ ُر ِم ْن نَ ْف ِع ِه َما‬

Artinya: “Dan dosa keduanya (arak dan judi) lebih


besar ketimbang manfaatnya” (QS. al-Baqarah: 219)

‫ ال ضرر وال ضرار‬:‫أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬

Artinya: Bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Tidak


boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain.”
(HR. Baihaqi dan al-Hakim)

Kaedah Fikih:
‫الضرر يزال‬
Artinya: Mudarat harus disingkirkan.

Keempat: Merokok dapat menganggu orang lain, dan


itu dilarang syariat. Firman Allah Swt:

110
ِ ‫َوالهذِينَ يُؤْ ذُونَ ْال ُمؤْ ِمنِينَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا‬
َ َ ‫ت بِغَي ِْر َما ا ْكت‬
‫سبُوا فَقَ ِد‬
‫احْ ت َ َملُوا بُ ْهت َا ًنا َو ِإثْ ًما ُم ِبي ًنا‬

Artinya: “Dan sesungguhnya orang-orang yang


mengganggu/ menyakiti orang-orang mukmin laki-
laki dan perempuan dengan tanpa kesalahan yang
mereka perbuat, maka mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. al-Ahzab:
58)

Kelima: Allah mengaramkan sikap boros dan


membuang-buang harta.

َ ‫ش ْي‬
ُ‫طان‬ ‫ين َو َكانَ ال ه‬ ‫ِيرا ِإ هن ْال ُم َب ِذ ِرينَ كَانُوا ِإ ْخ َوانَ ال ه‬
ِ ِ‫ش َياط‬ ً ‫َوال ت ُ َب ِذ ْر ت َ ْبذ‬
ً ُ‫ل َِر ِب ِه َكف‬
‫ورا‬

Artinya: “…Dan janganlah kalian menghamburkan


hartamu dengan boros, karena pemboros itu adalah
saudaranya setan dan setan itu adalah sangat ingkar
kepada Tuhannya.” (QS. al-Isra’: 26-27) Wallahu
a'lam

111
112
Selalu Ingin Berbuat Baik,
Tapi Tidak Kesampaian,
Apakah Dapat Pahala?
Seri Kajian Ilmu: Ustadz, saya sering ingin berbuat
baik. Tapi entah mengapa kadang g kesampaian.
Dapat pahala ga yaa?
Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Seorang hamba jika ia
berniat untuk melakukan kebaikan, dan belum
sempat melaksanakan kebaikan tadi, maka ia telah
mendapatkan satu pahala. Jika dia melakukan apa
yang diniatkan, pahalanya akan dilipatgandakan.

ُ‫َّللا‬‫صلهى ه‬ َ ِ‫ عَ ْن َرسُ ْو ِل هللا‬,‫ع ْن ُه َمـا‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫هاس َر‬ ٍ ‫عب‬ َ ‫ع ِن اب ِْن‬ َ
َ ‫ إِ هن‬: َ‫ قَال‬،‫اركَ َوتَعَالَى‬
‫هللا‬ َ َ‫ع ْن َربِ ِه تَب‬ َ ‫سله َم فِ ْي َمـا يَ ْر ِو ْي ِه‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ
َ ‫ فَ َم ْن َه هم ِب َح‬، َ‫ ث ُ هم َبيهنَ ذَلِك‬،‫ت‬
‫سنَ ٍة فَلَ ْم‬ ِ ‫س ِيـئ َا‬‫ت َوال ه‬ ِ ‫سنَا‬ َ ‫َب ْالـ َح‬َ ‫َكت‬
ُ‫ َوإِ ْن َه هم بِـ َها فَعَ ِملَ َها كَتَبَه‬،ً‫املَة‬ ِ ‫سنَةً َك‬ َ ‫ َكتَبَ َها هللاُ ِع ْندَهُ َح‬،‫يَ ْع َم ْل َها‬
‫ض ْعفٍ ِإلَى‬ َ ‫ت ِإلَى‬
ِ ‫س ْب ِع ِمائ َ ِة‬ ٍ ‫سنَا‬ َ ‫ع ْش َر َح‬ َ ُ‫ع هز َو َج هل ِع ْندَه‬ َ ُ‫اللـه‬
ُ‫س ِيـئ َ ٍة فَلَ ْم يَ ْع َم ْل َها؛ َكتَبَ َها هللا ُ ِع ْندَه‬ َ ‫ َو ِإ ْن َه هم ِب‬،ٍ‫ض َعافٍ َكثِي َْرة‬ ْ َ‫أ‬
.ً ‫احدَة‬ِ ‫سيِئَةً َو‬ َ ُ‫ َكتَبَ َها هللا‬،‫ َوإِ ْن َه هم بِ َهـا فَعَ ِملَ َها‬،ً‫املَة‬ ِ ‫سنَةً َك‬ َ ‫َح‬
ِ ‫ص ِح ْي َح ْي ِه َمـا ِب َه ِذ ِه ْالـ ُح ُر ْو‬
‫ف‬ َ ‫ي‬ ْ ‫ي َو ُم ْس ِل ٌم ِفـ‬ ِ ُ‫َر َواهُ ْالـب‬
ُّ ‫خَار‬
Artinya: Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi Saw tentang
hadis yang beliau riwayatkan dari Allah Swt, Nabi
Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah menulis
kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan
kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat
melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi)
melakukannya, Allâh tetap menuliskannya sebagai

113
satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat
berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka
Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh
kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai
kelipatan yang banyak. Barangsiapa berniat berbuat
buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka
Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan
yang sempurna. Dan barangsiapa berniat berbuat
kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allah
menuliskannya sebagai satu kesalahan.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dari Anas ra, Rasulullah Saw bersabda:

‫ت‬ َ ‫ فَإ ِ ْن‬،ً‫سنَة‬


ْ ‫ع ِم َل َها كُتِ َب‬ َ ‫ت لَهُ َح‬ ْ ‫ كُتِ َب‬،‫سنَ ٍة فَلَ ْم َي ْع َم ْل َها‬َ ‫َم ْن َه هم ِب َح‬
َ ْ‫ لَـ ْم ت ُ ْكتَب‬،‫سيِـئ َ ٍة فَلَ ْم يَ ْع َم ْل َها‬
‫ش ْيئًا فَإ ِ ْن‬ َ ِ‫ َو َم ْن َه هم ب‬،‫ع ْش ًرا‬ َ ُ‫لَه‬
ِ ‫سيِـئَةً َو‬
.ً ‫احدَة‬ َ ‫ت‬ ْ َ‫ كُتِب‬،‫ع ِملَ َها‬
َ
Artinya: “Barangsiapa menginginkan kebaikan
kemudian tidak mengerjakannya, maka satu
kebaikan ditulis untuknya. Jika ia mengerjakan
kebaikan tersebut, maka sepuluh kebaikan ditulis
baginya. Dan barangsiapa menginginkan kesalahan
kemudian tidak mengerjakannya, maka tidak ditulis
apa-apa baginya. Jika ia mengerjakan kesalahan
tersebut, maka ditulis satu kesalahan baginya.” (HR.
Ahmad)
Jadi, selalu berniat baiklah karena niat ini akan
menjadi dorongan positif seseorang untuk
melakukan amal kebaikan. Wallahu a’lam

114
Saya Menyentuh Najis,
Batalkah Wudhu Saya?

Jamaah: Ustadz ketika saya sudah berwudhu


terkadang mendadak disuruh mencuci gelas bekas
minum bir apa wudhu saya batal? Terkadang saya
kembali berwudhu karena hati saya tidak khusyu’.
Terima kasih.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Menyentuh barang


najis tidak membatalkan wudhu. Cukup yang terkena
najis dibersihkan sampai hilang najisnya. Wallahu
a'lam

115
116
Bagaimana Hukum Parpol
dalam Islam?

Jamaah: Ustadz, partai politik hukumnya


bagaimana?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Parpol itu sarana. Jadi


bergantung pada tujuan. Kalau tujuan baik, seperti
sebagai sarana untuk amar makruf nahi mungkar,
maka ia boleh dan baik. Bahkan amar makruf nahi
mungkar ini menjadi sebuah kewajiban. Firman
Allah Swt:

ِ ‫َو ْلتَكُ ْن ِم ْنكُ ْم أ ُ همة ٌ َيدْعُونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َو َيأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُر‬
‫وف‬
َ‫ع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوأُولَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْف ِل ُحون‬
َ َ‫َويَ ْن َه ْون‬

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu


segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari
yang mungkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)

ِ ‫اس ت َأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُر‬


َ‫وف َوتَ ْن َه ْون‬ ِ ‫ت ِللنه‬ ْ ‫كُ ْنت ُ ْم َخي َْر أ ُ هم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ ‫ع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُؤْ ِمنُونَ بِ ه‬
‫اّلِل‬ َ

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang


dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang

117
makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

Terkadang membuat suatu sarana menjadi wajib jika


sebuah tujuan yang baik tidak bisa ditegakkan selain
dengan sarana tadi. Ini sesuai dengan kaedah
ushuliyah:

‫ما ال يتم الواجب اال به فهو واجب‬

Artinya: Suatu kewajiban yang tidak dapat


ditegakkan kecuali dengan membentuk sarana
tertentu, maka membentuk sarana tadi hukumnya
menjadi wajib.

Akan tetapi kalau mendirikan parpol tujuannya


buruk dan bertentangan dengan syariat, seperti untuk
menerapkan ideologi komunis, maka ia buruk dan
haram.

Apakah parpol awalnya buatan orang kafir sehingga


kita tidak boleh mengikuti mereka?

Sarana tidak ada masalah buatan orang kafir. Seperti


speaker untuk adzan dan pengajian, itu sarana untuk
perkara yang baik dan dibolehkan meski speakernya
buatan Cina. Yang harus digarisbawahi adalah
tujuannya. Tentu saja tujuan yang baik harus disertai
sarana yang baik. Tidak diperkenankan juga tujuan
yang baik dengan menggunakan sarana yang buruk

118
seperti wudhu dengan air kencing maka wudhunya
tidak sah. Kita diharamkan menghalalkan segala cara
untuk meraih tujuan. Sarana tetap ada rambu-
rambunya yaitu sesuai dengan prinsip syariat.
Wallahu a'lam

119
120
Lanjutan tentang Kebolehan
Membaca Mushaf Ketika Shalat

Jamaah: Ustadz, masih kelanjutan dari kebolehan


membaca mushaf ketika shalat. Terkait hadis berkut:

‫ان السيدة العائشة رضى هللا عنها يؤمها مولى لها يسمى‬
‫ذكوان وكان يقرأ فى امامته من المصحف‬

Artinya: “Diriwayatkan bahwa Siti Aisyah pernah


shalat dengan diimami seorang budak laki-laki
miliknya, yang bernama Dzakwan. Ketika menjadi
imam, ia membaca al-Quran dari mushaf.” (HR.
Bukhari)

Ada rekan saya yang meragukan keberadaan hadis


itu dengan alasan bahwa zaman Rasulullah Saw al-
Quran belum terbukukan. Mushaf baru ada di zaman
Khalifah Utsman. Bagaimana tanggapan ustadz?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Apakah penjelasan


dari 4 ulama mazhab kemarin masih belum cukup?
Mari kita bahas lagi.

1. Mushaf adalah lembaran-lembaran kitab al-Quran.


Lembaran-lembaran itu sudah ada sejak zaman Nabi
Muhammad Saw. Hanya saja, masih terpencar-
pencar. Ada yang di atas pelepah kurma, batu, tulang
dan lain sebagainya. Namun semua itu tetap disebut
121
sebagai mushaf. Jadi ketika ada sahabat yang
membaca al-Quran, katakanlah dari potongan surat
al-Quran yang tertulis di pelepah daun kurma, maka
ia dianggap membaca al-Quran dari mushaf. Jadi
mushaf al-Quran tidak harus sudah terbukukan
menjadi satu mushaf secara sempurna.

2. Mushaf al-Quran sudah dibukukan menjadi satu


sejak zaman Abu Bakar ash-Shidiq.

3. Selain mushaf Abu Bakar, ada juga mushaf-


mushaf milik pribadi yang dikumpulkan oleh para
sahabat sendiri, seperti mushaf Ibnu Masud.

4. Terkait kesahihan hadis, hadis di atas


diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Beliau ini ulama
hadis yang paling ketat dalam menilai hadis,
sehingga dikatakan bahwa sahih Bukhari adalah
kitab yang paling sahih setelah al-Quran.

5. Jika kita belum kapabel dalam menilai hadis,


belum banyak membaca kitab-kitab hadis, kitab-
kitab rijal, kitab-kitab jarh wa ta’dîl, dan belum
pernah meneliti sebuah hadis, jangan mudah
memberikan kesimpulan terkait derajat hadis.
Hendaklah kita mengetahui posisi diri kita sendiri
dibanding dengan para ulama besar hadis. Wallahu
a’lam

122
Adakah Dalil tentang
Azab Alam Kubur?

Jamaah: Ustadz, teman saya ada yang meragukan


adanya azab kubur. Sebenarnya azab kubur ada atau
tidak? Terima kasih.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Azab kubur ada.


Dalil-dalilnya ada sangat banyak, di antaranya
sebagai berikut:
ْ‫ب ُمنَافِقُونَ َو ِم ْن أ َ ْه ِل ْال َمدِينَ ِة َم َرد ُوا‬ ِ ‫َو ِم هم ْن َح ْولَكُم مِنَ اْلَع َْرا‬
َ‫سنُ َع ِذبُ ُهم هم هرتَي ِْن ث ُ هم ي َُردُّون‬
َ ‫ق الَ ت َ ْعلَ ُم ُه ْم نَحْ ُن نَ ْعلَ ُم ُه ْم‬ ِ ‫علَى‬
ِ ‫النفَا‬ َ
‫ع ِظ ٍيم‬
َ ‫ب‬ٍ ‫عذَا‬َ ‫ِإلَى‬
Artinya: “Di antara orang-orang Arab Badawi yang
di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan
(juga) di antara penduduk Madinah, mereka
keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu
(Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi)
kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka
akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan
dikembalikan kepada azab yang besar.” (QS. at-
Taubah: 101)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan tentang


makna ayat tersebut, Ibnu Abbas berkata, “Mereka
akan kami azab dua kali”: Azab pertamanya adalah
ketika mereka (orang munafik) diusir dari masjid,

123
dan azab yang kedua adalah di kubur. (Tafsir Ibnu
Katsir)

‫ت فِي ْال َحيَا ِة الدُّ ْنيَا َوفِي‬ ِ ‫يُث َ ِبتُ هللا الهذِينَ آ َ َمنُوا ِب ْالقَ ْو ِل الثها ِب‬
‫ُض ُّل هللا ه‬
‫الظا ِل ِمينَ َويَ ْفعَ ُل هللا َما يَشَا ُء‬ ِ ‫ْاآلَ ِخ َرةِ َوي‬
Artinya: “Allah mengokohkan orang-orang yang
beriman dengan perkataan yang kokoh dalam
kehidupan dunia dan di akhirat, dan Allah akan
menyesatkan orang-orang yang zhalim dan Allah
mengerjakan apa saja yang Dia kehendaki.” (QS.
Ibrahim: 27)

Dari al-Bara bin ‘Azib ra bahwasanya Nabi Saw


bersabda:

‫ نزلت في عذاب‬:‫﴿يثبت هللا الذين آمنوا بالقول الثابت﴾ قال‬


‫ ربي هللا ونبيي محمد صلى‬:‫ من ربك؟ فيقول‬:‫القبر فيقال له‬
‫ ﴿يثبت هللا الذين آمنوا‬:‫ فذلك قوله عز وجل‬.‫هللا عليه وسلم‬
﴾‫بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفى اآلخرة‬
Artinya: “Allah mengokohkan orang-orang yang
beriman dengan perkataan yang kokoh” ayat ini
turun tentang siksaan kubur, dikatakan padanya:
“Siapakah Rabbmu?” maka dia menjawab: “Rabbku
adalah Allah, Nabiku adalah Muhammad Saw. Yang
demikian itu adalah firman Allah Swt: “Allah
mengokohkan orang-orang yang beriman dengan
perkataan yang kokoh dalam kehidupan dunia dan di
akhirat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

124
‫ب ْاْل َ ْكبَ ِر لَ َعله ُه ْم‬
ِ ‫ب ْاْلَدْنَى د ُونَ ْال َعذَا‬
ِ ‫َولَنُذِيقَنه ُه ْم ِمنَ ْال َعذَا‬
َ‫يَ ْر ِجعُون‬
Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami merasakan
kepada mereka sebahagian azab yang dekat sebelum
azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan
mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. as-
Sajadah: 21)

Ibnu Katsir menyebutkan:

‫وقال البراء بن عازب ومجاهد وأبو عبيدة يعني به عداب‬


‫القبر‬
“Al-Barra bin ‘Azib, Mujahid, dan Abu Ubaidah
berkata bahwa maksud ayat ini adalah azab kubur.”
(Tafsir Ibnu Katsir)

ُ‫علَى قَب ٍْر بَ َكى َحتهى يَبُ هل لِحْ يَتَهُ فَ ِقي َل لَه‬ َ ‫ف‬ َ َ‫َكانَ عُثْ َمانُ إِذَا َوق‬
َ‫ ِإ هن َرسُول‬: َ‫ فَقَال‬،‫ار فَالَ ت َ ْب ِكى َوت َ ْب ِكى ِم ْن َهذَا‬ ُ ‫تُذْ َك ُر ْال َجنهةُ َوالنه‬
‫اآلخ َر ِة‬
ِ ‫َاز ِل‬ ِ ‫ ِإ هن ْال َقب َْر أ َ هو ُل َمن‬: َ‫ قَال‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫هللا‬
ُّ‫شد‬ َ َ ‫س ُر ِم ْنهُ َوإِ ْن لَ ْم يَ ْن ُج ِم ْنهُ فَ َما بَ ْعدَهُ أ‬ َ ‫فَإ ِ ْن نَ َجا ِم ْنهُ فَ َما بَ ْعدَهُ أ َ ْي‬
ُ‫ َما َرأَيْت‬:‫سو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ُ ‫ َوقَا َل َر‬:‫ قَا َل‬.ُ‫ِم ْنه‬
ُ‫ظ ُع ِم ْنه‬َ ‫ط ِإاله َو ْالقَب ُْر أ َ ْف‬ُّ َ‫ظ ًرا ق‬
َ ‫َم ْن‬
Artinya: “Dulu Utsman jika berdiri di kuburan,
beliau menangis hingga membasahi jenggot beliau.
Maka dikatakan pada beliau: “Anda jika disebutkan
Surga dan Neraka tidak menangis, tapi kenapa Anda
menangis karena kuburan?” Maka beliau menjawab:
“Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda:

125
“Sesungguhnya kuburan adalah persinggahan
pertama di akhirat. Jika dia selamat darinya, maka
apa yang setelahnya lebih mudah darinya. Tapi jika
tidak selamat darinya, maka apa yang setelahnya
lebih keras daripadanya.” Rasulullah Saw juga
bersabda: “Tidaklah aku melihat suatu pemandangan
satupun kecuali dalam keadaan kuburan itu lebih
mengerikan daripadanya.” (HR. Tirmidzi)

Hadits Aisyah ra bahwasanya Rasulullah Saw berdoa


di dalam shalatnya:

‫ب ْالقَب ِْر َوأَعُوذ ُ بِكَ ِم ْن فِتْنَ ِة‬ ِ ‫عذَا‬ َ ‫الله ُه هم إِنِي أَعُوذ ُ بِكَ ِم ْن‬
ِ ‫عوذ ُ ِبكَ ِم ْن ِفتْنَ ِة ْال َمحْ َيا َو ِفتْنَ ِة ْال َم َما‬
‫ت الله ُه هم‬ ُ َ ‫ِيح الده هجا ِل َوأ‬
ِ ‫ْال َمس‬
‫ِإنِي أَعُوذ ُ ِبكَ ِم ْن ْال َمأْث َ ِم َو ْال َم ْغ َر ِم‬
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung
kepada-Mu dari azab kubur, saya berlindung kepada-
Mu dari fitnah al-Masih ad-Dajjal, saya berlindung
kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian. Ya
Allah, sesungguhnya saya berlindung kepada-Mu
dari dosa dan hutang.” (HR Bukhari dan Muslim)

Beberapa dalil di atas, baik dari al-Quran atau


sunnah menunjukkan mengenai kebenaran siksa
kubur. Dengan demikian, hendaknya kita beriman
atas keberadaan siksa kubur tersebut. Wallahu a’lam

126
Kenapa Kita Harus Husnuzhan
kepada Sesama?

Jamaah: Ustadz, belakangan sering banyak terjadi


penipuan. Apakah husnuzhan masih perlu? Nanti
kita ditipu.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Kepada orang lain,


dahulukan sifat husnuzhan. Banyak manfaat dari
husnuzhan ini, seperti:

1. Husnuzhan atau baik sangka membuat setiap


pribadi menjadi lapang dada dan merasakan
ketenangan jiwa.
2. Husnuzhan dengan sesama akan membuat
komponen umat Islam bersatu, saling bekerjasama
dan tidak terjadi perpecahan.
3. Husnuzhan atau baik sangka menjadi modal awal
kekuatan umat Islam.
4. Sebaliknya su`uzhan atau buruk sangka hanya
akan menimbulkan “kesempitan dada” bagi
pelakunya.
5. Su`uzhan atau buruk sangka menjadi pemicu awal
manusia untuk saling membenci dan memusuhi
saudaranya.

Bagaimana jika ada orang yang tidak kita kenal dan


ada tanda-tanda pelaku kriminal?

127
Tetap saja kita harus husnuzhan. Hanya saja, disertai
dengan sikap waspada. Kita tidak tahu apa yang ada
dalam hati seseorang.

Jika ada orang mengatakan bahwa si Fulan jahat?


Tetap saja dahulukan husnuzhan. Jika menyangkut
urusan kita, kita bisa bertabayun (klarifikasi) kepada
orang tersebut. Jika bukan urusan kita, kita tidak
boleh turut campur urusan orang lain. Dalil
husnuzhan ini banyak:

‫ٱلظ ِن‬ ‫ض ه‬ ‫يرا ِمنَ ه‬


َ ‫ٱلظ ِن ِإ هن َب ْع‬ ۟ ‫وا ٱجْ ت َ ِنب‬
ً ًۭ ‫ُوا َك ِث‬ ۟ ُ‫ٰ َيَٰٓأ َ ُّي َها ٱ هلذِينَ َءا َمن‬
‫ضا ۚ أَيُ ِحبُّ أ َ َحدُكُ ْم أَن‬ ً ‫ضكُم بَ ْع‬ ُ ‫وا َو َال يَ ْغت َب به ْع‬ ۟ ُ‫سس‬ ‫ِإثْ ًۭ ٌم ۖ َو َال ت َ َج ه‬
‫اب هر ِحي ًۭ ٌم‬ َ ‫ٱّلِل ۚ إِ هن ه‬
ًٌۭ ‫ٱّلِل ت هَو‬ َ ‫وا ه‬۟ ُ‫يَأْكُ َل لَحْ َم أ َ ِخي ِه َم ْي ًۭت ًا فَ َك ِر ْهت ُ ُموهُ ۚ َوٱتهق‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman,


jauhilah dari banyak berprasangka; Sesungguhnya
sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa, dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan dan aib
orang, dan janganlah kamu mengumpat orang lain,
dan janganlah ada di antara kamu yang
menggunjing sebahagian yang lain. Adakah di
antara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa
jijik. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang
tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah;
Sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha
Mengasihani.” (QS. al-Hujurat: 12)

128
ِ ُ ‫ٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلهذِينَ َءا َمنُ َٰٓو ۟ا إِن َجا َٰٓ َءكُ ْم فَا ِس ٌۢ ٌق بِنَ َب ٌۢإ ٍ فَتَبَيهنُ َٰٓو ۟ا أَن ت‬
۟ ‫صيب‬
‫ُوا‬
َ‫علَ ٰى َما فَ َع ْلت ُ ْم ٰنَد ِِمين‬ ۟ ‫ص ِب ُح‬
َ ‫وا‬ ْ ُ ‫قَ ْو ٌۢ ًما ِب َج ٰ َهلَ ٌۢ ٍة فَت‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika


datang kepada kamu seorang fasik membawa
sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan)
kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan
sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini
dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya),
sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang
kamu telah lakukan.” (QS. al-Hujurat: 6)

ُّ‫ص َر َو ْٱلفُ َؤادَ كُل‬


َ ‫س ْم َع َو ْٱل َب‬
‫ْس لَكَ ِب ِهۦ ِع ْل ٌم ۚ ِإ هن ٱل ه‬ َ ‫ف َما لَي‬ُ ‫َو َال ت َ ْق‬
َٰٓ
َ َ‫أ ُ ۟و ٰلَئِكَ َكان‬
ً ًۭ ُٔ‫ع ْنهُ َمسْـ‬
‫وال‬

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikut sesuatu


yang tidak kamu ketahui; Sesungguhnya
pendengaran dan penglihatan serta hati nurani,
semua anggota itu tetap akan diminta
pertanggungjawabannya (ditanya di akhirat) tentang
apa yang dilakukannya.” (QS. al-Isra: 36). Wallahu
a'lam

129
130
Berdosakah Orang yang Tidak Bisa
Membaca al-Quran secara Tartil?

Jamaah: Ustadz, tartil itu apa ya? Karena saya tidak


bisa membaca al-Quran dengan baik. Apakah
berdosa ustadz?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Apakah tartil itu?


Tartil secara sederhana adalah membaca secara jelas,
sehingga huruf-hurufnya bisa terbaca dengan baik.

Abu Ishaq dalam kitab Lisânul ‘Arab mengatakan


bahwa tartil adalah membaca dengan jelas. Bacaan
seperti ini tidak bisa dilakukan jika membacanya
dengan terburu-buru. Membaca dengan jelas hanya
bisa dilakukan jika dia menyebut semua huruf, dan
memenuhi cara pembacaan huruf dengan benar.

Maksud membaca al-Quran secara tartil adalah


membaca al-Quran secara jelas. Membaca seperti ini
dianjurkan oleh al-Quran. Ibnu Jazari mengatakan
bahwa bagi orang yang mampu membaca al-Quran
secara tartil, namun tidak melakukannya maka ia
berdosa. Dalilnya firman Allah Swt:

‫َو َرتِ ِل ْالقُ ْر َءانَ ت َْر ِتيال‬

Artinya: “Dan bacalah al-Quran itu dengan tartil.”


(QS. al-Muzammil: 4)

131
Jadi menurut Ibnu Jazari yang berdosa adalah bagi
mereka yang mampu membaca secara tartil namun
tidak melakukannya.

Bagaimana jika ia tidak bisa membaca secara tartil?


Jika ia tidak bisa tartil karena memang baru belajar
al-Quran, atau karena lidahnya celat, maka
hukumnya tidak mengapa. Bahkan bagi orang yang
merasa kesusahan membaca al-Quran, baik karena
celat atau karena memang masih tahap belajar.
Pahalanya digandakan. Perhatikan sabda Nabi Saw
berikut:

‫صلى هللا‬- ‫َّللا‬ ِ ‫ت قَا َل َرسُو ُل ه‬ ْ َ‫شةَ رضى هللا عنها قَال‬ َ ِ‫عائ‬َ ‫ع ْن‬ َ
‫س َف َر ِة ْال ِك َر ِام ْال َب َر َر ِة َوا هلذِى‬
‫آن َم َع ال ه‬ِ ‫ ْال َما ِه ُر ِب ْالقُ ْر‬-‫عليه وسلم‬
.‫ان‬ َ َ ‫َاق لَهُ أ‬
ِ ‫جْر‬ َ ‫يَ ْق َرأ ُ ْالقُ ْرآنَ َويَتَت َ ْعت َ ُع فِي ِه َوه َُو‬
ٌّ ‫علَ ْي ِه ش‬

Artinya: Aisyah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah


Saw bersabda: “Seorang yang lancar membaca al-
Quran akan bersama para malaikat yang mulia dan
senantiasa selalu taat kepada Allah, adapun yang
membaca al-Quran dan terbata-bata di dalamnya dan
sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua
pahala.” (HR. Muslim)

Jangan bosan untuk membaca al-Quran. Banyak


sekali kebaikan dan pahalanya, meski bacaan kita
belum baik. Perhatikan sabda Nabi Muhammad Saw
berikut:
132
ِ ‫سعُو ٍد رضى هللا عنه يَقُو ُل قَا َل َرسُو ُل ه‬
‫َّللا‬ ‫عبْد ه‬
ْ ‫َّللاِ بْنَ َم‬ َ ‫ع ْن‬َ
َ
‫َّللا فَله ُ بِ ِه‬
ِ‫ب ه‬ ً َ َ
ِ ‫ َم ْن ق َرأ َح ْرفا ِم ْن ِكت َا‬:‫صلى هللا عليه وسلم‬
‫ف‬ ٌ ‫ف َولَ ِك ْن أ َ ِل‬ٌ ‫حر‬ْ ‫سنَةُ ِب َع ْش ِر أ َ ْمثَا ِل َها الَ أَقُو ُل الم‬
َ ‫سنَةٌ َو ْال َح‬
َ ‫َح‬
.‫ف‬ٌ ‫ف َو ِمي ٌم َح ْر‬ ٌ ‫ف َوالَ ٌم َح ْر‬ ٌ ‫َح ْر‬

Artinya: Abdullah bin Mas’ud ra berkata:


“Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang membaca
satu huruf dari al-Quran maka baginya satu kebaikan
dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan
menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak
mengatakan (alif lâm mîm) satu huruf akan tetapi alif
satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf.”
(HR. Tirmidzi)

Jika kita membaca satu surat, berapa hurufkah yang


kita baca? Berapa kebaikankah yang akan kita
dapatkan? Sangat luar biasa. Semoga kita termasuk
pecinta al-Quran, bisa membaca, memahami dan
mengamalkan kandungannya. Amin.

133
134
Dapat Angpao/ Hadiah
Haruskah Keluar Zakat?

Jamaah: Pertanyaan saya berhubungan dengan


hadiah (angpao) yang sebagian besar dari kita
dapatkan kemarin malam (imlek). Begini
pertanyaannya untuk zakat hadiah apakah yang
dikeluarkan sama 2,5%?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Hadiah tidak ada


zakatnya secara langsung kecuali sudah sampai nisab
dan sudah satu tahun hijriyah (haul).

Hitungan satu tahun dimulai sejak hari di mana dia


menerima hadiah. Adapun besaran zakatnya
bergantung pada jenis barang yang diberikan.

Nisab emas: 85 gram, zakat sebesar 2,5 %. Nisab


perak 595 gram, zakat sebesar 2,5 %. Nisab kambing
40 ekor, zakat 1 ekor kambing. Nisab sapi 30 ekor,
zakatnya 1 ekor sapi.

Untuk detailnya bisa dibuka dalam fikih zakat.


Wallahu a'lam

135
136
Apakah Babi Najis?

Jamaah: Ustadz, babi kan haram. Apakah ia juga


najis?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Terkait babi apakah


najis atau tidak, terjadi silang pendapat di kalangan
para ulama:

Jumhur ulama, seperti Imam Syirazi dari kalangan


Syafiiyah berpendapat bahwa babi, baik masih hidup
atau ketika sudah menjadi bangkai adalah najis.
Dalilnya firman Allah Swt berikut:

‫طعَ ُمه ُ إِ هال أ َ ْن‬ْ َ‫طا ِع ٍم ي‬


َ ‫علَى‬َ ‫ي ُم َح هر ًما‬ ‫ي إِلَ ه‬ ِ ُ ‫قُ ْل َال أ َ ِجد ُ فِي َما أ‬
َ ‫وح‬
‫س‬ ٍ ‫َيكُونَ َم ْيتَةً أ َ ْو دَ ًما َم ْسفُو ًحا أ َ ْو لَحْ َم ِخ ْن ِز‬
ٌ ْ‫ير فَإِنههُ ِرج‬

Artinya: “Katakanlah: Tiadalah aku peroleh dalam


wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang
diharamkan bagi orang yang hendak memakannya,
kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang
mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya
semua itu kotor.” (QS. al-An’am: 145)

Kata "rijsun" yang artinya kotor, maksudnya adalah


najis. Selain berdasarkan pada ayat di atas, jumhur
ulama juga menggunakan "qiyâs aula", yaitu anjing.
Menurut mereka, anjing najis. Padahal kita dalam
kondisi tertentu boleh memanfaatkan anjing, seperti
untuk berburu dan menjaga rumah. Jika anjing yang
137
masih boleh dimanfaatkan saja najis, apalagi babi
yang secara tegas dagingnya diharamkan oleh Allah
dan tidak boleh memanfaatkan apapun darinya. Babi
jauh lebih kotor dibandingkan dengan anjing.
Dengan demikian, babi secara qiyâs aula tadi, lebih
najis dibandingkan dengan anjing.

Ulama Malikiyah dan juga Imam Nawawi dari


kalangan Syafiiyah berpendapat bahwa babi ketika
masih hidup, ia tidak najis. Kata "rijsun" tidak
bermakna najis, namun sekadar kotor saja. Sesuatu
yang kotor belum tentu najis. Bahkan kata najis
sendiri, terkadang maknanya adalah najis hukmiyah
dan bukan najis ainiyah. Ini dibuktikan dengan
firman Allah Swt:

ٌ ‫إِنه َما ْال ُم ْش ِركُونَ نَ َج‬


‫س‬

Artinya: ”Sesungguhnya orang musyrik itu najis.”


(QS. at-Taubah: 28)

Ini bukan berarti bahwa orang musyrik najis


sehingga ketika bersentuhan dengan mereka, maka
kita harus bersuci. Maksudnya adalah bahwa orang
musyrik tadi najis hukmiyah saja. Artinya sifat
musyriknya itu yang najis. Allah Swt juga berfirman:

‫اب َو ْاْل َ ْز َال ُم‬


ُ ‫ص‬َ ‫ْسِر َو ْاْل َ ْن‬ ُ ‫يَا أَيُّ َها الهذِينَ آ َ َمنُوا إِنه َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َمي‬
َ‫ان فَاجْ تَنِبُو ُه لَ َعلهكُ ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
‫ع َم ِل ال ه‬
َ ‫س ِم ْن‬ ٌ ْ‫ِرج‬

138
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya khamar, judi, berkorban untuk
berhala, mengundi nasib dengan panah adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.” (QS. al-Maidah: 90)

Kesimpulannya:
1. Ulama sepakat daging babi haram.
2. Ulama sepakat babi yang sudah jadi bangkai najis.
3. Ulama khilaf seputar babi yang masih hidup.
Jumhur ulama mengatakan najis. Sebagian kecil
ulama seperti Imam Malik dan Imam Nawawi
mengatakan ia suci. Wallahu a’lam

139
140
Orang Tua Percaya Mitos
Kehamilan Haruskah Ditaati?

Jamaah: Assalamu'alaikum pak ustadz, saya sedang


bingung antara mitos, nasehat, dan doa.

Pada saat istri hamil tentu kita ceritakan kepada


orang tua. Tapi setelah kita ceritakan ke orang tua,
tak jarang kita mendapat beberapa nasehat di
antaranya:

1. Kalau ada bilah (bambu atau kayu) di jalan agar


disingkirkan
2. Jangan buang sampah melalui jendela
3. Buang sampah jangan diikat
5. Jangan mengalungkan handuk di leher, dan
lainnya

Tadinya saya berpikir itu cuma mitos, tapi kalau


orang tua yang mengatakan, ucapan itu bisa jadi doa.
Bagaimana saya harus menanggapinya?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Wa'alaikumsalam.


Poin 1 benar. Ini sejalan dengan hadis Rasulullah
Saw dari Abu Hurairah ra:

ْ َ ‫ فَأ‬،ً‫س ْبعُ ْونَ شُ ْعبَة‬


‫عالَهَا‬ َ ‫ض ٌع َو‬ ْ ‫ض ٌع َو ِست ُّ ْونَ أ َ ْو ِب‬ ْ ‫ا َ ْ ِإل ْي َمانُ ِب‬
‫ق‬ ‫ع ِن ه‬
ِ ‫الط ِر ْي‬ َ ‫طةُ اْْلَذَى‬َ ‫ َوأَدْنَاهَا إِ َما‬،ُ‫ش َهادَة ُ أ َ ْن الَإِلَهَ إِاله هللا‬
َ

141
Artinya: “Iman itu adalah 69 cabang. Maka yang
utamanya ialah kalimat Lâ ilâha illallâh dan yang
paling rendahnya ialah membuang kotoran dari jalan,
dan malu itu cabang dari iman.” (HR. Muslim, Abu
Daud, an-Nasai, dan Ibnu Majah)

Untuk nomor 2 juga benar. Ini juga sejalan dengan


sabda Rasulullah Saw:

ُّ‫ظافَةَ َك ِري ٌم ي ُِحب‬


َ ‫يف ي ُِحبُّ النه‬
ٌ ‫ب ن َِظ‬ ‫ه‬
َ ِ‫الطي‬ َ َ‫َّللا‬
ُّ‫طيِبٌ ي ُِحب‬ ‫إِ هن ه‬
‫ْال َك َر َم‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah itu baik dan cinta


kepada yang baik, Allah itu bersih dan cinta kepada
sesuatu yang bersih, Allah itu mulia dan cinta pada
kemuliaan.” (HR. Tirmidzi)

Sedangkan lainnya adalah mitos dan bukan doa.


Wallahu a'lam

142
Menyentuh Najis, Mani dan Wadi
Wudhunya Batal atau Tidak?

Jamaah: Ustadz, apakah benar menyentuh najis atau


wadi dan madzi orang lain membatalkan wudhu?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Menyentuh najis,


wadi dan mani tidak membatalkan wudhu. Cukup
bagian yang terkena najis yang dibersihkan. Untuk
mani, sebagian besar ulama mengatakan tidak najis.

Yang membatalkan wudhu, menurut mayoritas


ulama adalah menyentuh kemaluan, berdasarkan
sabda Nabi Muhammad Saw, hadis dari Burah binti
Shafwan:

ْ ‫س ذَ َك َرهُ فَ ْليَت ََوضهأ‬


‫َم ْن َم ه‬

Artinya: “Barangsiapa yang menyentuh


kemaluannya, hendaklah ia berwudhu.” (HR. Abu
Daud)

143
144
Allah Maha Kuasa,
Mengapa Manusia Tidak Diciptakan
Beriman Semua?

Jamaah: Ustadz, Allah Maha Kuasa. Mengapa tidak


menciptakan semua manusia untuk beriman?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Mengapa manusia


tidak diciptakan Allah seluruhnya dalam keadaan
beriman?

1. Sebelum dilahirkan, manusia oleh Allah telah


diberi fitrah untuk beriman kepada Allah. Manusia
disumpah agar menyembah hanya kepada Allah.

‫ور ِه ْم ذ ُ ِريهت َ ُه ْم َوأ َ ْش َهدَهُ ْم‬


ِ ‫َو ِإ ْذ أ َ َخذ َ َربُّكَ ِم ْن َب ِني آد َ َم ِم ْن ظُ ُه‬
‫ش ِهدْنَا أ َ ْن تَقُولُوا يَ ْو َم‬ َ ‫علَى أ َ ْنفُ ِس ِه ْم أَلَ ْستُ ِب َر ِبكُ ْم قَالُوا بَلَى‬
َ
َ ‫ْال ِقيَا َم ِة إِنها كُنها‬
َ‫ع ْن َهذَا غَافِلِين‬

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu


mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap
jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di Hari Kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)” (QS. al-A’raf: 171)
145
2. Kemudian manusia diberi dua pilihan, baik atau
buruk.

‫َو َهدَ ْينَاهُ النهجْ دَي ِْن‬

Artinya: “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya


dua jalan.” (QS. al-Balad: 10)

3. Allah memberikan sifat akal pikiran kepada


manusia. Selain itu, manusia diberi sifat memilih.
Dengan akal ini, manusia akan menentukan jalan
mana yang ia pilih.

‫َوقُ ِل ْال َح ُّق ِم ْن َربِكُ ْم فَ َم ْن شَا َء فَ ْليُؤْ ِم ْن َو َم ْن شَا َء فَ ْليَ ْكفُ ْر‬

Artinya: “Dan katakanlah: “Kebenaran itu


datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang
ingin (beriman) maka hendaklah ia beriman dan
barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.”
(QS. al-Kahfi: 29)

4. Pilihan jalan yang baik atau buruk, keduanya


punya konsekwensi. Sesuai paham Asy’ari, bahwa
jika ia berjalan sesuai dengan perintah Allah, maka
dengan rahmatnya, Allah akan memasukkannya ke
dalam Surga. Sebaliknya jika ia tidak menuruti
aturan-Nya, maka Allah akan memasukkannya ke
dalam Neraka sesuai dengan kehendak-Nya Yang
Maha Mutlak.
146
‫اب‬ُ ‫ع ْن َها َال تُفَت ه ُح لَ ُه ْم أَب َْو‬
َ ‫إِ هن الهذِينَ َكذهبُوا بِآيَاتِنَا َوا ْست َ ْك َب ُروا‬
ۚ ‫اط‬ِ ‫س ِم ْال ِخ َي‬
َ ‫اء َو َال َيدْ ُخلُونَ ْال َجنهةَ َحت ه ٰى َي ِل َج ْال َج َم ُل ِفي‬ ِ ‫س َم‬ ‫ال ه‬
‫﴾ لَ ُه ْم ِم ْن َج َهنه َم ِم َهاد ٌ َو ِم ْن‬٤٠﴿ َ‫َجْزي ْال ُمجْ ِر ِمين‬ ٰ
ِ ‫َو َكذَلِكَ ن‬
‫﴾ َوالهذِينَ آ َمنُوا‬٤١﴿ َ‫الظا ِل ِمين‬ ‫َجْزي ه‬ ٰ
ِ ‫اش ۚ َو َكذَلِكَ ن‬ ٍ ‫فَ ْوقِ ِه ْم غ ََو‬
‫اب‬ُ ‫ص َح‬ ْ َ‫سا ِإ هال ُو ْس َع َها أُو ٰلَئِكَ أ‬
ً ‫ف نَ ْف‬ ُ ‫ت َال نُ َك ِل‬ ِ ‫صا ِل َحا‬‫ع ِملُوا ال ه‬ َ ‫َو‬
َ‫ْال َجنه ِة ۖ هُ ْم فِي َها خَا ِلد ُون‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang


mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan
diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan
bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula)
mereka masuk Surga, hingga unta masuk ke lubang
jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan
kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.
Mereka mempunyai tikar tidur dari api Neraka dan
di atas mereka ada selimut (api Neraka).
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-
orang yang zhalim. Dan orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal-amal yang shalih, Kami tidak
memikulkan kewajiban kepada diri seseorang
melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah
penghuni-penghuni Surga; mereka kekal di
dalamnya.” (QS. al-A’raf: 40-42)

5. Jadi, salah satu hikmah mengapa Allah tidak


menciptakan manusia semuanya beriman adalah agar
manusia memilih sendiri. Manusia yang menentukan

147
sendiri pilihannya dan dia akan
mempertanggungjawabkan pilihannya itu.

6. Barangkali karena sikap “memilih” inilah yang


menjadi kelebihan manusia sesuai dengan tugasnya
di muka Bumi, yaitu untuk membangun peradaban
(menjadi khalifah). Jika manusia tidak diberi
kekuasaan memilih, manusia menjadi seperti
malaikat yang “tidak kreatif”. Jika demikian, tentu
tidak sesuai dengan fungsi manusia sebagai khalifah
Allah di muka Bumi.

7. Manusia beriman dan kufur itu bukan maslahat


bagi Allah. Jika seluruh manusia beriman, sama
sekali tidak mengurangi ke-Maha Besar-an Allah.
Jika seluruh manusia kufur, pun tidak mengurangi
ke-Maha Kuasa-an Allah. Allah tidak membutuhkan
manusia, tapi manusialah yang selalu membutuhkan
Allah.

‫سأْت ُ ْم فَلَ َها‬


َ َ ‫س ْنت ُ ْم ِْل َ ْنفُ ِسكُ ْم َو ِإ ْن أ‬
َ ْ‫س ْنت ُ ْم أَح‬
َ ْ‫ِإ ْن أَح‬

Artinya: “Jika kamu berbuat baik, kebaikan itu bagi


dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka
(kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.” (QS. al-Isra: 7)

148
Ingin Adzan Namun Hanya Bisa
dengan Cengkok Jawa

Jamaah: Ustadz, apakah boleh mengumandangkan


adzan dengan alunan/ cengkok Jawa?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Umumnya adzan


menggunakan cengkok “Arab”. Hanya saja, ini
bukan sebuah keharusan. Tiap orang bisa membuat
cengkok adzan sesuai dengan karakter suaranya.

Tidak ada nas yang menerangkan bahwa adzan harus


dengan cengkok tertentu. Oleh karena itu,
dipersilahkan adzan dengan menggunakan cengkok
Jawa. Yang penting:

1. Suaranya enak didengar. Karena ini


mempengaruhi kerinduan pendengar untuk bersegera
memenuhi panggilan adzan.

2. Syarat cengkok tetap sesuai dengan etika adzan.


Jangan kemudian adzan dengan cengkok kopi
dangdut ini bertentangan dengan etika. Wallahu
a'lam

149
150
Ibnu Hazm: Orang yang Menuntut
Ilmu Syariat untuk Tujuan Dunia
akan Binasa

Jamaah: Ustadz, adakah nasihat dari ulama dahulu


untuk para penuntut ilmu?
Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Alhamdulillah,
banyak sekali ikhwah. Salah satunya dari Ibnu
Hazm.
Berikut nasihat Ibnu Hazm kepada para penuntut
ilmu syariat: Ketahuilah bahwa siapa yang mencari
ilmu syariat dengan tujuan untuk menjadi pemimpin,
atau untuk mendapatkan banyak harta, maka ia akan
binasa. Karena ia berniat mencari ilmu bertentangan
dengan niat yang telah diperintahkan Allah. Allah
memerintahkan kita mencari ilmu kenabian agar kita
selamat setelah kita mati.
Ketahuilah barang siapa mencari ilmu kenabian tapi
tidak sesuai dengan apa yang dibawa oleh Nabi Saw,
maka ia telah merugi. Maka ambillah ilmu syariat
dari orang-orang yang benar, yaitu dari para sahabat
dan para generasi awal Islam.
Semua pendapat yang bertentangan dengan apa yang
dibawa Nabi Muhammad Saw, maka pendapat itu
batil yang wajib dijauhi. Wallahu a'lam

151
152
Bolehkah Shalat Jamaah Hanya
Berdua Laki-laki dan Perempuan
Bukan Mahram?

Jamaah: Mohon maaf mau tanya ustadz, kalau


jamaah dengan perempuan yang bukan mahram
bagaimana hukumnya? Karena di mushalla kantor
hanya ada dua orang, laki-laki dan perempuan?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Para ulama


mengharamkan shalat jamaah hanya berdua laki-laki
dan perempuan yang bukan mahram, dengan alasan
karena dianggap bagian dari khalwat. Dalilnya
sebagai berikut:

‫صلى‬- ‫َّللا‬ ُ ‫ َر‬: َ‫ب رضي هللا عنه َقال‬


ِ ‫سو ُل ه‬ ‫ع َم َر بْنَ ْالخ ه‬
ِ ‫َطا‬ ُ ‫أ َ هن‬
‫ام َرأَةٍ ِإاله َكانَ ثَا ِلث َ ُه َما‬
ْ ‫الَ يَ ْخلُ َو هن أ َ َحدُكُ ْم ِب‬:‫هللا عليه وسلم‬
. ُ‫طان‬َ ‫ش ْي‬
‫ال ه‬

Artinya: “Umar bin Khathab ra meriwayatkan bahwa


Rasulullah Saw bersabda: “Tidak boleh sekali-kali
seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita
melainkan ketiganya adalah setan.” (HR. Ahmad)

Dalam kitab Majmû’, Imam Nawawi berkata,


“Dimakruhkan seorang laki-laki berjamaah dengan
perempuan bukan mahram”. Imam Nawawi
menambahkan, “Yang dimaksudkan makruh di sini
adalah makruh tahrimi”.
153
Menurut Imam Nawawi bahwa jika seorang laki-laki
menjadi imam shalat bagi wanita yang masih
mahram, hukumnya boleh. Alasannya karena di luar
shalat, mereka dibolehkan berkhalwat. Adapun jika
perempuan itu bukan mahram, maka hukumnya
haram. Ini sesuai dengan hadis nabi di atas.

Bagaimana jika perempuannya banyak dan


semuanya bukan mahram?

Menurut Imam Nawawi dengan menukil para ulama


Syafiiyah bahwa para ulama Syafiiyah termasuk
Imam Rafii berpendapat hukumnya boleh.

Logikanya, karena jika perempuannya banyak,


kemungkinan kecil salah satu dari wanita tadi
melakukan hal-hal terlarang pada diri laki-laki
tersebut.

Hadis lain yang dijadikan sandaran sebagai berkut:

‫روى عقبة بن عامر رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا‬
‫ إياكم والدخول على النساء فقال رجل من‬:‫عليه وسلم قال‬
‫ الحمو الموت” رواه البخاري‬:‫اْلنصار أفرأيت الحمو؟ قال‬
‫ومسلم‬

Artinya: “Dari Uqbah bin 'Amir ra. berkata bahwa


Rasulullah Saw bersabda: “Janganlah kalian masuk
kepada wanita”. Kemudian ada seorang laki-laki dari
154
kaum Anshar berkata: “Bagaimana dengan ipar?”
Nabi Saw bersabda: “Ipar adalah kematian”. (HR.
Bukhari dan Muslim)

‫ع ِن النهبِ ِى –صلى هللا عليه‬ َ ‫هاس رضي هللا عنهما‬ ٍ ‫عب‬َ ‫ع ِن اب ِْن‬
َ
َ ‫ام َرأَةٍ ِإاله َم َع ذِى َم‬
‫حْر ٍم‬ ْ ‫ الَ َي ْخلُ َو هن َر ُج ٌل ِب‬:‫وسلم قَا َل‬

Artinya: “Abdullah bin Abbas ra meriwayatkan


bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda: “Tidak
boleh sekali-kali seorang lelaki berduaan dengan
seorang wanita kecuali bersama dengan mahram”.
(HR. Bukhari dan Muslim)

‫وعن ابن عمرو بن العاص رضي هللا عنهما أن رسول هللا‬


‫ ال يدخلن رجل بعد‬:‫صلى هللا عليه وسلم قال على المنبر‬
‫يومي هذا سرا على مغيبة إال ومعه رجل أو اثنان‬

Artinya: “Dari Ibnu Amru bin Ash ra bahwa


Rasulullah Saw di atas mimbar bersabda: “Setelah
hariku ini, sama sekali tidak boleh ada seorang pun
lelaki yang masuk ke tempat mughibah kecuali bila
bersama satu atau dua orang yang lain.” (HR.
Muslim)

155
156
Orang Non Islam
Dilarang Masuk Mekkah

Jamaah: Ustadz, orang kafir kenapa tidak


diperbolehkan masuk Mekkah?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Ada dua pendapat


namun para ulama bersepakat mengutamakan
pendapat yang pertama:

1. Orang kafir tidak bisa masuk Mekkah karena


merupakan perintah Allah sebagaimana firman-Nya
berikut ini:

َ‫س فَ َال يَ ْق َربُوا ْال َمس ِْجد‬


ٌ ‫يَا أَيُّ َها الهذِينَ آ َمنُوا ِإنه َما ْال ُم ْش ِركُونَ نَ َج‬
‫ام ِه ْم ٰ َهذَا‬
ِ ‫ع‬ َ ‫ْال َح َر‬
َ َ‫ام بَ ْعد‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,


Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis,
maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram
sesudah tahun ini (yaitu tahun penaklukan kota
Mekkah).” (QS. at-Taubah: 28)

Maksud Masjidil Haram di sini adalah Masjidil


Haram dan juga tanah Haram. Terkait hal ini Imam
at-Thabari berkata:

157
‫ وإنما‬.‫فال تدعوهم أن يقربوا المسجد الحرام بدخولهم الحرم‬
‫ ْلنهم إذا دخلوا الحرم‬,‫عنى بذلك منعهم من دخول الحرم‬
.‫فقد قربوا المسجد الحرام‬

Artinya: “Janganlah kalian biarkan mereka (orang


kafir) mendekati Masjidil Haram dengan masuk ke
kota Mekkah. Maka perhatikanlah larangan kepada
mereka memasuki kota Mekkah karena jika mereka
masuk, mereka akan mendekati Masjidil Haram.”
(Tafsir at-Thabari)

Pendapat lainnya, dalam tafsir Fathul Qadir karya


Imam Syaukani dikatakan:

‫والمراد بالمسجد الحرام جميع الحرم‬

Artinya: “Yang dimaksudkan dengan Masjidil


Haram adalah semua tanah Haram.”

Dalam tafsir tersebut juga dikatakan:

‫وذهب غيره من أهل العلم إلى أن المراد المسجد الحرام‬


‫نفسه فال يمنع المشرك من دخول سائر الحرم‬

Artinya: “Ada juga yang berpendapat bahwa yang


dimaksudkan dengan Masjidil Haram adalah
Masjidil Haramnya itu sendiri. Jadi orang musyrik
boleh masuk ke tanah Haram (selain masjid).

158
Meski demikian, banyak para ulama dan juga
Penguasa Arab Saudi yang memilih pendapat
pertama, yaitu bahwa yang dimaksudkan dengan
Masjidil Haram adalah tanah Haram.

Untuk menerapkan pemahaman atas pendapat di


atas, pemerintah Arab Saudi sangat ketat menjaga
tanah Haram supaya tidak dimasuki orang kafir
dengan cara melakukan berbagai pemeriksaan dan
sweeping untuk setiap orang yang akan memasuki
dua tanah Haram. Setiap akan masuk jalan menuju
Mekkah akan diperiksa identitas masing-masing.
Wallahu a'lam

159
160
Sedang Gundah? Yuk Obati dengan
Sering Berdzikir Pagi dan Petang

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Ketahuilah tak ada


obat yang lebih mujarab dari dzikir ketika kita
sedang gundah gulana. Adukan bermunajatlah
kepada Allah agar mendapat ketenangan jiwa dan
kebaikan di dunia dan akhirat.

Berikut doa-doa yang bisa kita baca di pagi hari dan


petang hari. Semoga dengan ini hidup kita bisa
berkah, diampunkan dosanya, dijauhkan dari godaan
setan dan kelak dimasukkan ke dalam surga-Nya:

‫الر ِج ِيم‬ ‫ه‬ ‫ان‬


ِ ‫ط‬ ‫ أَعُوذ ُ ِباللِ ِم ْن ال ه‬:‫آية الكرسى‬
َ ‫ش ْي‬
‫ي ْالقَيُّو ُم الَ ت َأ ْ ُخذُهُ ِسنَةٌ َوالَ ن َْو ٌم لهه ُ َما فِي‬ ُّ ‫َّللاُ الَ إِلَـهَ إِاله ه َُو ْال َح‬
‫ض َمن ذَا الهذِي َي ْشفَ ُع ِع ْندَهُ ِإاله ِبإِذْنِ ِه‬ ِ ‫ت َو َما فِي اْل َ ْر‬ ِ ‫س َم َاوا‬
‫ال ه‬
‫يءٍ ِم ْن ِع ْل ِم ِه‬ ْ ‫ش‬ َ ِ‫يَ ْعلَ ُم َما بَيْنَ أ َ ْيدِي ِه ْم َو َما خ َْلفَ ُه ْم َوالَ ي ُِحيطُونَ ب‬
ُ‫ض َوالَ يَؤُ ودُه‬ َ ‫ت َواْل َ ْر‬
ِ ‫س َم َاوا‬‫إِاله بِ َما شَاء َو ِس َع ُك ْر ِسيُّهُ ال ه‬
]255 :‫ [البقرة‬.‫ي ْال َع ِظي ُم‬ ُّ ‫ِح ْفظُ ُه َما َوه َُو ْال َع ِل‬

‫الر ِحيم‬‫من ه‬ ِ ْ‫الرح‬ ‫هللا ه‬ِ ‫ ِبس ِْم‬،‫الر ِج ِيم‬ ‫ان ه‬ ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
‫لل ِم ْن ال ه‬ ِ ‫عوذ ُ ِبا‬ ُ َ‫أ‬
‫ َولَ ْم يَكُن لههُ كُفُ ًوا‬،ْ‫ لَ ْم يَ ِلدْ َولَ ْم يُولَد‬،ُ ‫ص َمد‬ ‫ ه‬،ٌ ‫َّللاُ أ َ َحد‬
‫َّللاُ ال ه‬ ‫قُ ْل ه َُو ه‬
.ٌ ‫أ َ َحد‬

161
‫الر ِحيم‬ ‫من ه‬ ‫الرحْ ِ‬ ‫هللا ه‬
‫الر ِج ِيم‪ِ ،‬بس ِْم ِ‬
‫ان ه‬ ‫ط ِ‬‫ش ْي َ‬
‫لل ِم ْن ال ه‬ ‫أَعُوذ ُ ِبا ِ‬
‫ق إِذَا‬ ‫ق‪ِ ،‬من ش َِر َما َخلَقَ‪َ ،‬و ِمن ش َِر غَا ِس ٍ‬ ‫ب ْالفَلَ ِ‬
‫قُ ْل أَعُوذ ُ بِ َر ِ‬
‫سد َ‪.‬‬‫ت ِفي ْالعُقَدِ‪َ ،‬و ِمن ش َِر َحا ِس ٍد ِإذَا َح َ‬‫ب‪َ ،‬و ِمن ش َِرالنهفهاثَا ِ‬ ‫َوقَ َ‬

‫الر ِحيم‬
‫من ه‬ ‫الرحْ ِ‬ ‫الر ِج ِيم‪ ،‬بِس ِْم هللاِ ه‬
‫ان ه‬ ‫ط ِ‬ ‫أَعُوذ ُ بِاللِ ِم ْن ال ه‬
‫ش ْي َ‬
‫اس‪ِ ،‬من ش َِر‬ ‫اس‪ِ ،‬إلَ ِه النه ِ‬‫اس‪َ ،‬م ِل ِك النه ِ‬ ‫ب النه ِ‬ ‫عوذ ُ ِب َر ِ‬ ‫قُ ْل أ َ ُ‬
‫اس‪ِ ،‬منَ‬ ‫ُور النه ِ‬
‫صد ِ‬‫س فِي ُ‬ ‫اس‪ ،‬الهذِي ي َُو ْس ِو ُ‬ ‫اس ْال َخنه ِ‬‫ْال َوس َْو ِ‬
‫اس‪.‬‬ ‫ْال ِجنه ِة َو النه ِ‬

‫صـبَ َح ال ُم ْـلكُ لل َوال َحمد ُ لل‪ ,‬ال إلهَ إال َّللاُ َوحدَه ُ ال‬‫صـبَحْ نا َوأ َ ْ‬ ‫أَ ْ‬
‫شَريكَ لهُ‪ ،‬له ُ ال ُمـلكُ ولهُ ال َح ْمـد‪ ،‬وه َُو على كل شَيءٍ قدير‪,‬‬
‫َـير ما بَ ْعـدَه‪َ ,‬وأَعـوذُ‬‫َـير ما في هـذا اليوم َوخ َ‬ ‫ب أسْـأَلُـكَ خ َ‬ ‫َر ِ‬
‫ب أَعـوذُبِكَ‬ ‫بِكَ ِم ْن ش َِـر ما في هـذا اليوم َوش َِر ما بَ ْعـدَه‪َ ،‬ر ِ‬
‫ب في‬ ‫عـذا ٍ‬‫ب أَعـوذ ُ ِبكَ ِم ْن َ‬ ‫سـوء ْال ِكـ َبر‪َ ,‬ر ِ‬
‫سـ ِل َو ِ‬ ‫ِمنَ ْال َك َ‬
‫ب في القَـبْر‪.‬‬ ‫عـذا ٍ‬ ‫ـار َو َ‬ ‫الن ِ‬

‫عبْـد ُك‪َ ,‬وأَنا‬‫اللهـ هم أ َ ْنتَ َر ِبـي ال إلهَ إال أ َ ْنتَ ‪َ ,‬خلَ ْقت َنـي َوأَنا َ‬
‫َـر ما‬ ‫ط ْعـت‪ ,‬أَعـوذُبِكَ ِم ْن ش ِ‬ ‫ع ْهـدِكَ َو َوعْـدِكَ ما ا ْست َـ َ‬ ‫علـى َ‬ ‫َ‬
‫ي َوأَبـو ُء بِذَ ْنـبي فَا ْغفـ ِ ْر لي‬ ‫صنَـ ْعت‪ ,‬أَبـو ُء لَـكَ بِنِ ْعـ َمتِـكَ َ‬
‫علَـ ه‬ ‫َ‬
‫َ‬ ‫فَإِنهـهُ ال يَ ْغـ ِف ُر الذُّ َ‬
‫نـوب ِإال أ ْنتَ ‪.‬‬

‫لل َربهـا ً َو ِباإلس ِ‬


‫ْالم ديـنا َو ِبمحمد صلي هللا عليه‬ ‫َرضيـتُ ِبا ِ‬
‫وسلم نبيا ورسوال‪.‬‬

‫ـر ِشـك‪,‬‬
‫ع ْ‬‫ص َبـحْ تُ أ ُ ْشـ ِهد ُك‪َ ,‬وأ ُ ْشـ ِهد ُ َح َملَـةَ َ‬
‫الل ُهـ هم ِإنِـي أ َ ْ‬

‫‪162‬‬
‫َو َمالئِ َكتِك‪َ ,‬و َجمـي َع خ َْلـ ِقك‪ ,‬أَنهـكَ أ َ ْنـتَ هللاُ ال إلهَ إال أ َ ْنـتَ‬
‫َوحْ ـدَكَ ال شَريكَ لَـك‪َ ,‬وأ َ هن ُ ُم َحمـدا ً َ‬
‫عبْـد ُكَ َو َرسـولُـك‪.‬‬

‫ـن خ َْلـ ِقك‪ ,‬فَ ِمـ ْنكَ‬


‫ـن نِ ْعـ َم ٍة أَو ِبأ َ َحـ ٍد ِم ْ‬ ‫الل ُهـ هم ما أ َ ْ‬
‫صبَـ َ َح بي ِم ْ‬
‫َوحْ ـدَكَ ال شريكَ لَـك‪ ,‬فَلَـكَ ْال َح ْمـد ُ َولَـكَ ال ُّ‬
‫ش ْكـر‪.‬‬

‫علَـي ِه ت ََو هكـلتُ َوه َُو َربُّ ال َع ْر ِش‬


‫ـي َّللاُ ال إلهَ إال ه َُو َ‬
‫َح ْس ِب َ‬
‫العَظـيم‪.‬‬

‫ض َوال في‬
‫اْلر ِ‬
‫اسمـ ِه شَي ٌء في ْ‬
‫ـر َم َع ِ‬ ‫ض ُّ‬‫سـم هللاِ الذي ال يَ ُ‬
‫بِ ِ‬
‫هـو السمـي ُع ال َعلـيم‪.‬‬
‫مـاء َو َ‬
‫الس ِ‬

‫صـبَحْ نا َوبِكَ أ َ ْم َ‬
‫سـينا‪َ ,‬وبِكَ نَحْ ـيا َوبِكَ نَ ُمـوتُ‬ ‫الل ُهـ هم بِكَ أ َ ْ‬
‫َو ِإلَـيْكَ النُّـشُور‪.‬‬

‫ص‪َ ،‬وعَلَى‬ ‫اإل ْخالَ ِ‬ ‫علَى َك ِل َم ِة ِ‬ ‫ط َرةِ اإل ْسالَ ِم‪َ ،‬و َ‬‫علَى فِ ْ‬‫صبَـحْ ـنا َ‬ ‫أَ ْ‬
‫علَى ِمله ِة أ َ ِبينَا إب َْرا ِه َ‬
‫يم‬ ‫سله َم‪َ ،‬و َ‬ ‫صلهى هللاُ َ‬
‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫ِين نَ ِب ِينَا ُم َح هم ٍد َ‬
‫د ِ‬
‫َحنِيفا ً ُم ْس ِلما ً َو َما َكانَ ِمنَ ال ُم ْش ِركِينَ ‪.‬‬

‫عدَد َ خ َْلـ ِقه‪َ ,‬و ِرضـا نَ ْفسِـه‪َ ,‬و ِزنَـ َة‬


‫هللا َو ِب َح ْمـ ِد ِه َ‬
‫سُبْحـانَ ِ‬
‫ـر ِشـه‪َ ,‬و ِمـدادَ َك ِلمـاتِـه‪.‬‬
‫ع ْ‬‫َ‬

‫س ْمـعي‪ ,‬الل ُهـ هم‬


‫الل ُهـ هم عافِـني في بَدَنـي‪ ,‬الل ُهـ هم عافِـني في َ‬
‫صـري‪ ,‬ال إلهَ إال أ َ ْنـتَ ‪.‬‬
‫عافِـني في بَ َ‬

‫‪163‬‬
‫ب‬ ‫الل ُهـ هم إِنـي أَعـوذُبِكَ ِمنَ ْالكُـفر‪َ ,‬والفَـ ْقر‪َ ,‬وأَعـوذُبِكَ ِم ْن َ‬
‫عذا ِ‬
‫القَـبْر‪ ,‬ال إل َه إال أ َ ْنـتَ ‪.‬‬

‫ـرة‪,‬‬ ‫الل ُهـ هم إِنِـي أسْـأَلُـكَ العَـ ْف َو َوالعـافِـيةَ في الدُّ ْنـيا َو ِ‬


‫اآلخ َ‬
‫الل ُهـ هم ِإ ِنـي أسْـأَلُـكَ ال َعـ ْف َو َوالعـا ِفـيةَ في ديني َود ُ ْن َ‬
‫ـياي َوأ ْهـلي‬
‫ـن َر ْوعاتـي‪ ,‬الل ُهـ هم‬ ‫آم ْ‬
‫عـوراتي َو ِ‬ ‫ْ‬ ‫َومالـي‪ ,‬الل ُهـ هم ا ْست ُ ْ‬
‫ـر‬
‫عن‬ ‫عن يَمـيني َو َ‬ ‫ي َو ِمن خ َْلفـي َو َ‬ ‫ـين يَدَ ه‬ ‫ظـني ِمن بَ ِ‬ ‫احْ فَ ْ‬
‫ظ َمـتِكَ أَن أ ُ ْغـتا َل ِمن تَحْ تـي‪.‬‬
‫ِشمـالي‪َ ,‬و ِمن فَ ْوقـي‪َ ,‬وأَعـوذ ُ ِب َع َ‬

‫صلِحْ ِلي شَأ ِني كُلههُ َو َ‬


‫ال‬ ‫ي َيا قيُّو ُم ِب َرحْ َمتِكَ أ ْست َ ِغ ُ‬
‫يث أ ْ‬ ‫َيا َح ُّ‬
‫ـرفَةَ َ‬
‫عي ٍْن‪.‬‬ ‫ت َ ِكلُنِي إلَى نَ ْفسِي َ‬
‫ط ْ‬

‫ب العـا َلمـين‪ ,‬الل ُهـ هم ِإنِـي‬ ‫لل َر ِ‬‫ص َبـحْ ال ُمـلكُ ِ‬ ‫ص َبـحْ ـنا َوأ َ ْ‬
‫أَ ْ‬
‫ـر َكتَـهُ‪,‬‬
‫نـورهُ َوبَ َ‬
‫ـرهُ‪َ ,‬و َ‬ ‫أسْـأَلُـكَ خَـي َْر هـذا الـيَ ْوم‪ ,‬فَـتْ َحهُ‪َ ,‬ونَ ْ‬
‫ص َ‬
‫َـر ما فـي ِه َوش َِـر ما بَ ْعـدَه‪.‬‬
‫ـن ش ِ‬ ‫َوهُـداهُ‪َ ,‬وأَعـوذ ُ بِـكَ ِم ْ‬

‫ض َربه‬ ‫اْلر ِ‬
‫ت َو ْ‬ ‫ـر السماوا ِ‬ ‫فاط َ‬
‫ب َوالشـهادَةِ ِ‬ ‫ـم الغَـ ْي ِ‬ ‫الل ُهـ هم عا ِل َ‬
‫كـ ِل شَـيءٍ َو َمليـ َكه‪ ,‬أ َ ْش َهـد ُ أ َ ْن ال إِلـهَ إِال أ َ ْنت‪ ,‬أَعـوذ ُ بِكَ ِمن‬
‫علـى‬‫ف َ‬ ‫ـر ِكه‪َ ,‬وأ َ ْن أ َ ْقت َِـر َ‬
‫ْـطان َو ِش ْ‬
‫شي ِ‬ ‫َـر ال ه‬‫ش َِـر نَ ْفسـي َو ِمن ش ِ‬
‫ـرهُ إِلـى ُمسْـ ِلم‪.‬‬‫نَ ْفسـي سوءا ً أ َ ْو أ َ ُج ه‬

‫ت ِم ْن ش َِـر ما َخلَـق‪.‬‬ ‫أَعـوذ ُ ِب َك ِلمـا ِ‬


‫ت َّللاِ التـامـا ِ‬

‫ار ْك على نَ ِب ِينَا ُمح همد‪.‬‬


‫س ِل ْم َو َب ِ‬ ‫الله ُه هم َ‬
‫ص ِل َو َ‬

‫‪164‬‬
‫الله ُه هم إِنها نَعُوذ ُ بِكَ ِم ْن أ َ ْن نُ ْش ِركَ بِكَ َ‬
‫ش ْيئًا نَ ْعلَ ُمهُ‪َ ,‬ونَ ْست َ ْغ ِف ُركَ‬
‫ِل َما َال نَ ْعلَ ُمه ُ‪.‬‬

‫الله ُه هم إِنِي أَعُوذ ُ بِكَ ِم ْن ْال َه ِم َو ْال َحزَ ِن‪َ ،‬وأَعُوذ ُ بِكَ ِم ْن ْالعَجْ ِز‬
‫عوذ ُ ِبكَ ِم ْن ْال ُجب ِْن َو ْالب ُْخ ِل‪َ ،‬وأ َ ُ‬
‫عوذ ُ ِبكَ ِم ْن غَلَ َب ِة‬ ‫س ِل‪َ ،‬وأ َ ُ‬
‫َو ْال َك َ‬
‫الدهي ِْن‪َ ،‬وقَ ْه ِر ِ‬
‫الر َجا ِل‪.‬‬

‫وب‬ ‫يم الهذِي الَ إلَهَ إاله ه َُو‪ ،‬ال َح ُّ‬


‫ي القَيُّو ُم‪َ ،‬وأت ُ ُ‬ ‫أ ْست َ ْغ ِف ُر َ‬
‫هللا ال َع ِظ َ‬
‫إلَي ِه‪.‬‬

‫ب‪ ,‬لَكَ ْال َح ْمد ُ َك َما يَ ْنبَ ِغي ِل َج َال ِل َوجْ ِهكَ ‪َ ,‬و ِل َع ِظ ِيم سُ ْل َ‬
‫طانِكَ ‪.‬‬ ‫يَا َر ِ‬

‫َال إلَه إال هللاُ َو ْحدَهُ َال ش َِريكَ لَهُ‪ ،‬لَه ُ ْال ُم ْلكُ َو َلهُ ْال َح ْمد ُ َوه َُو‬
‫ي ِء قَد ِ‬
‫ِير‪.‬‬ ‫ش ْ‬‫علَى كُ ُّل َ‬
‫َ‬

‫علَيْكَ ت ََو هك ْلتُ ‪َ ,‬وأ َ ْنتَ َربُّ‬


‫الله ُه هم أ َ ْنتَ َر ِبي ال ِإ َلهَ ِإال أ َ ْنتَ ‪َ ,‬‬
‫َّللاُ َكانَ ‪َ ,‬و َما لَ ْم يَشَأ ْ لَ ْم يَكُ ْن‪َ ,‬وال‬ ‫ْالعَ ْر ِش ْالعَ ِظ ِيم‪َ ,‬ما شَا َء ه‬
‫علَى كُ ِل‬ ‫اّلِلِ ْالعَ ِلي ِ ْالعَ ِظ ِيم‪ ,‬أ َ ْعلَ ُم أ َ هن ه‬
‫َّللاَ َ‬ ‫َح ْو َل َوال قُ هوة َ إِال بِ ه‬
‫يءٍ ِع ْل ًما‪ ,‬الله ُه هم ِإنِي أَعُوذ ُ‬ ‫ش ْ‬ ‫ط ِبكُ ِل َ‬‫َّللا قَدْ أ َ َحا َ‬‫ِير‪َ ,‬وأ َ هن ه َ‬
‫يءٍ قَد ٌ‬
‫ش ْ‬‫َ‬
‫بِكَ ِم ْن ش َِر نَ ْفسِي‪َ ,‬و ِم ْن ش َِر كُ ِل دَابه ٍة أ َ ْنتَ ِ‬
‫آخذ ٌ بِن ِ‬
‫َاصيَتِ َها‪ ,‬إِ هن‬
‫ص َراطٍ ُم ْست َ ِق ٍيم‪.‬‬ ‫علَى ِ‬ ‫َر ِبي َ‬

‫‪165‬‬
166
Perintah Lurus dan Rapat Shaf
Ketika Shalat

Jamaah: Ustadz benarkah kita harus meluruskan dan


merapatkan shaf dalam shalat? Lalu yang dirapatkan
apanya?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Benar bahwa kita


diperintahkan untuk meluruskan shaf dalam shalat.
Yang harus dirapatkan di antaranya adalah pundak,
lutut dan mata kaki. Terkait meluruskan shaf ini,
perhatikan hadis-hadis berikut:

1. Dari an-Nu’man bin Basyir ra berkata:

‫اح ِب ِه َو ُر ْك َبتَهُ ِب ُر ْك َب ِة‬


ِ ‫ص‬ ِ ‫الر ُج َل َي ْلزَ ُق َم ْن ِك َبهُ ِب َم ْن ِك‬
َ ‫ب‬ ‫فَ َرأَيْتُ ه‬
‫اح ِب ِه َو َك ْعبَهُ ِب َك ْع ِب ِه‬
ِ ‫ص‬َ

Artinya: “Saya melihat seseorang menempelkan


pundaknya dengan pundak teman (sebelah)nya,
lututnya dengan lutut teman (sebelah)nya, dan mata
kakinya dengan mata kaki teman (sebelah)nya.”
(HR. Abu Daud)

2. Dari sahabat Abdullah bin Umar ra berkata:


Rasulullah Saw bersabda:

َ‫ َو َحاذ ُ ْوا َبيْن‬,‫ف ْال َمالَئِ َك ِة‬ِ ‫صفُ ْو‬ ُ ِ‫ص ُّف ْونَ ب‬ ُ ‫أَقِ ْي ُم ُوا‬
ُ َ ‫صفُ ْوفَكُ ْم فَإِنه َما ت‬
‫ِي إِ ْخ َوانِكُ ْم َوالَ تَذ َ ُر ْوا‬ ْ ‫سد ُّْوا ْال َخلَ َل َو ِل ْينُ ْوا بِأ َ ْيد‬ َ ‫ب َو‬ ِ ‫ْال َمنَا ِك‬
167
َ َ‫ص َلهُ هللاُ َو َم ْن ق‬
‫ط َع‬ َ ‫صفًّا َو‬ َ ‫ َو َم ْن َو‬.‫ان‬
َ ‫ص َل‬ ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
‫ت ِلل ه‬ ٍ ‫فُ ُر َجا‬
‫ع هز َو َج هل‬َ ُ‫طعَهُ هللا‬َ َ‫صفًّا ق‬
َ

Artinya: “Luruskan shaf-shaf kalian karena


sesungguhnya kalian itu bershaf seperti shafnya para
malaikat. Luruskan di antara bahu-bahu kalian, isi
(shaf-shaf) yang kosong, lemah lembutlah terhadap
tangan-tangan (lengan) saudara kalian dan janganlah
kalian menyisakan celah-celah bagi setan.
Barangsiapa yang menyambung shaf, niscaya Allah
akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya) dan
barangsiapa yang memutuskannya, maka Allah akan
memutuskannya (dari rahmat-Nya).” (HR. Ahmad)

3. Hadis Rasulullah Saw:

‫سد ه فُ ْر َجةً َرفَ َعه ُ هللاُ ِب َها دَ َر َجةً َو َبنَى لَهُ َب ْيتًا ِفي ْال َج هن ِة‬
َ ‫َم ْن‬

Artinya: “Barang siapa yang menutupi suatu celah


(dalam shaf), niscaya Allah akan mengangkat
derajatnya karenanya dan akan dibangunkan
untuknya sebuah rumah di dalam surge.” (HR. Ibnu
Majah)

4. Hadis Rasulullah Saw:

‫ف قُلُ ْوبُكُ ْم‬


َ ‫اِ ْست َُو ْوا َوالَ ت َْخت َ ِلفُ ْوا فَت َْخت َ ِل‬

168
Artinya: “Luruslah kalian dan jangan kalian
berselisih. Lantaran itu, hati-hati kalian akan
berselisih.” (HR. Muslim)

5. Dari Anas bin Malik ra berkata:

‫اح ِب ِه َوقَدَ َمهُ ِبقَدَ ِم ِه‬


ِ ‫ص‬ ِ ‫َو َكانَ أ َ َحدُنَا ي ُْل ِز ُق َم ْن ِكبَهُ ِب َم ْن ِك‬
َ ‫ب‬

Artinya: “Dahulu (pada masa Nabi Saw) salah


seorang dari kami menempelkan pundaknya dengan
pundak teman (sebelah)nya dan tapak kakinya
dengan tapak kaki teman (sebelah)nya.” (HR.
Bukhari) Wallahu a'lam

169
170
Apakah Bersentuhan dengan Istri
Membatalkan Wudhu:
Telaah 4 Mazhab Fikih

Jamaah: Ustadz mau tanya, sentuhan laki-laki dan


perempuan itu membatalkan wudhu atau tidak?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Mengenai


bersentuhan suami istri, apakah ia dapat
membatalkan wudhu atau tidak, terjadi perbedaan
pendapat di kalangan para ulama:

1. Mazhab Syafiiyah: Batal wudhunya karena istri


bukan mahram, meskipun antara mereka berdua
melakukan sentuhan dengan tanpa syahwat. Dalilnya
adalah firman Allah berikut:

‫سفَ ٍر أ َ ْو‬
َ ‫علَى‬َ ‫ضى أ َ ْو‬ َ ‫اط هه ُروا َو ِإ ْن كُ ْنت ُ ْم َم ْر‬‫َو ِإ ْن كُ ْنت ُ ْم ُجنُبًا فَ ه‬
َ ِ‫َجا َء أ َ َحد ٌ ِم ْنكُ ْم مِنَ ْالغَائِ ِط أ َ ْو َال َم ْستُمُ الن‬
‫سا َء فَلَ ْم ت َِجد ُوا َما ًء‬
َ ‫ص ِعيدًا‬
‫طيِبًا‬ َ ‫فَتَيَ هم ُموا‬

Artinya: “Dan jika kamu junub maka mandilah, dan


jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih).”
(QS. al-Maidah: 6)

171
Menurut Imam Syafii, kata ‫سا َء‬ َ ِ‫ َال َم ْست ُ ُم الن‬adalah
bersentuhan antara kulit laki-laki dan perempuan
bukan mahram meski tanpa jimak.

Istidlalnya sebagai berikut: Pada permulaan ayat,


Allah Swt menyebutkan mengenai mandi junub.
Kemudian bersentuhan dengan perempuan di-
‘athafkan ke al-ghaith (buang air besar) dengan
huruf athaf ‫أ َ ْو‬. Dari sini bisa dipahami bahwa
menyentuh perempuan termasuk hadas kecil seperti
orang melakukan buang air. Ini berbeda dengan
junub yang mengharuskan mandi besar. Jadi yang
dimaksudkan ‫ َال َم ْست ُ ُم‬di sini adalah menyentuh dengan
tangan dan bukan bermakna jimak.

Secara bahasa, ‫ المس‬maknanya adalah ‫ لمس‬yaitu


menyentuh. Pernyataan ini dikuatkan dengan qiraat
lain yang menggunakan kata ‫ لمس‬dan bukan ‫المس‬.
Semua itu, maknanya adalah sentuhan antara dua
kulit. Statemen ini juga dikuatkan dengan firman
Allah Swt:
‫فَلَ َمسُوهُ بِأ َ ْيدِي ِه ْم‬

Mereka juga menggunakan dalil hadis yang


diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa dia berkata,
Seorang laki-laki yang mencium istrinya dan
menyentuh tubuhnya dengan tangannya merupakan
bagian dari ‫( المالمسة‬saling bersentuhan):
“Barangsiapa yang mencium istrinya atau

172
menyentuh kulitnya maka hendaknya ia berwudhu
kembali. (HR. Malik dalam kitab al-Muwatha)

Dalam kitab Hâsyiyah al-Baijuri dikatakan,


“Ketahuilah bahwa bersentuhan dapat membatalkan
wudhu jika terpenuhi 5 perkara: 1) bersentuhan
dengan lawan jenis; 2) harus bersentuhan dengan
kulit, bukan dengan rambut, kuku atau gigi; 3) tanpa
adanya penghalang; 4) sampai batas-batas di mana
sentuhan dapat menimbulkan syahwat; 5) dengan
orang yang bukan mahram.

2. Menurut mazhab Hanafiyah, bersentuhan dengan


perempuan sekali tidak membatalkan wudhu secara
mutlak, baik dengan istri, maupun perempuan lain
yang bukan mahram. Baik bersentuhan dengan
syahwat maupun tidak.

Imam Zarkasyi dari kalangan mazhab Hanafiyah


mengatakan, “Bagi yang mencium istrinya atau
menyentuh kulitnya, baik dengan syahwat atau tidak,
ia tidak diwajibkan berwudhu”. (Kitab al-Mabsûth
jilid I halaman 121).

Dalil yang dijadikan sebagai pegangan sebagai


berikut: Hukum asal adalah suci. Artinya seseorang
yang telah berwudhu tidak serta merta dapat batal
kecuali jika ada dalil sharih yang shahih.

173
Banyak terdapat dalil dari hadis Nabi Muhammad
Saw bahwa Nabi Muhammad Saw mencium Aisyah
dan beliau tidak berwudhu kembali. Di antaranya
hadis berikut:

َ َ‫ي َرسُو ِل هللاِ صلى هللا عليه وسلم َو ِر ْجال‬


‫ي‬ ْ َ‫كُ ْنتُ أَنَا ُم بَيْنَ يَد‬
‫غ َمزَ ِني‬ َ ‫ فَإِذَا‬،‫ِفي ِق ْبلَ ِت ِه‬
َ َ ‫س َجد‬

Artinya: “Suatu kali aku tertidur di depan Rasulullah


Saw sementara kakiku berada di kiblatnya Rasul
(maksudnya di hadapan Rasul). Jika Rasul sujud,
beliau menggeser kakiku.”

Dalam hadis lain Aisyah juga pernah berkata:

ِ ‫سله َم لَ ْيلَةً مِنَ ْال ِف َر‬


‫اش‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫صلهى هللا‬ َ ‫هللا‬
ِ ‫سو َل‬ ُ ‫فَقَدْتُ َر‬
ْ َ‫علَى ب‬
‫ط ِن قَدَ َم ْي ِه‬ ْ ‫فَ ْالت َ َم ْستُهُ فَ َوقَ َع‬
َ ‫ت يَدِي‬

Artinya: “Suatu kali aku tidak mendapati Rasulullah


Saw di kasur. Lalu aku mencarinya (dengan
merabakan tanganku), lalu tanganku menyentuh dua
telapak kaki Rasulullah Saw.” (HR. Muslim)

Makna ‫ للمس‬dalam ayat di atas maksudnya adalah


jimak. Ini sesuai dengan makna di ayat lain yang
menceritakan tentang Sayidah Maryam:

َ ‫َولَ ْم يَ ْم‬
‫س ْسنِي بَش ٌَر‬

174
Artinya: “Seseorang belum pernah ada yang
menyentuhku.” (QS. Ali Imran: 47)

Maksudnya menyentuh di sini adalah berjimak.


Pendapat ini juga dikuatkan dengan pendapat para
sahabat di antaranya adalah Ali bin Abi Thalib, Ibnu
Abbas dan Ibnu Umar.

3. Malikiyah dan Hanabilah mencoba untuk


mengkompromikan dua pendapat di atas dengan
mengatakan bahwa bersentuhan dengan lawan jenis
yang membatalkan wudhu adalah yang dilakukan
dengan syahwat. Jika bersentuhan bukan dengan
syahwat, seperti dalam cerita Sayidah Aisyah di atas,
maka ia tidak membatalkan wudhu. Saya sendiri dan
sebagaimana juga telah dirajihkan oleh
Muhammadiyah memilih pendapat ini, yaitu bahwa
menyentuh istri tanpa syahwat tidak membatalkan
wudhu. Wallahu a’lam

175
176
Pendapat Ulama Klasik Terkait
Mengetahui Waktu Gerhana
dengan Ilmu Astronomi

Apakah boleh mengetahui waktu shalat gerhana


dengan ilmu astronomi? Di sini terjadi perbedaan
pendapat di kalangan para ulama. Ada yang
membolehkan dan ada yang melarang. Di antara
ulama yang berpendapat demikian adalah Ibnu
Rusyd, Imam Qarafi, adz-Dzahabi. Saya sendiri
memilih pendapat yang membolehkan. Di antara
yang dijadikan sebagai argumen adalah:

Dalil naqli:

‫ت أ َ َح ٍد‬ِ ‫ان ِل َم ْو‬ِ َ‫ الَ َي ْن َك ِسف‬,‫َّللا‬


ِ‫ت ه‬ ِ ‫س َو ْالقَ َم َر آ َيت‬
ِ ‫َان ِم ْن آ َيا‬ َ ‫ش ْم‬‫ِإ هن ال ه‬
َ ‫صلُّوا َحتهى يَ ْن َج ِل‬
‫ى‬ َ ‫ فَإِذَا َرأ َ ْيت ُ ُموهُ َما فَادْعُوا ه‬,‫َوالَ ِل َحيَاتِ ِه‬
َ ‫َّللا َو‬

Artinya: Rasulullah Saw bersabda: “Matahari dan


Bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda
kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak
terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika
kalian melihat keduanya, berdoalah pada Allah, lalu
shalatlah hingga gerhana tersebut hilang (berakhir).”

‫فَإِذَا َرأ َ ْيت ُ ُموهُ َما‬


“Jika kalian melihat keduanya”

177
Melihat di sini maksudnya adalah mengetahui waktu
gerhana, bukan sekadar melihat gerhana dengan
mata telanjang.

Dalil akal:
1. Waktu terjadinya gerhana sudah dapat diketahui
secara pasti melalui ilmu falak, karena gerhana dapat
terjadi akibat pergerakan benda-benda angkasa. Jadi,
tidak ada bedanya cara mengetahui terjadinya waktu
gerhana dengan cara mengetahui waktu masuknya
awal bulan.

2. Pengetahuan kita terhadap waktu shalat gerhana


melalui ilmu falak, tetap tidak menghilangkan
eksistensi keagungan kekuasaan Allah.

3. Dasar syariat shalat kusuf, bukanlah karena faktor


takhwif (Allah menakut-nakuti hamba), namun
karena terjadinya gerhana itu sendiri.

Berikut pernyataan sebagian ulama terdahulu terkait


penentuan waktu gerhana menggunakan ilmu falak:
a. Penentuan waktu shalat gerhana dengan ilmu
falak, tidak menunjukkan sebagai upaya untuk
mengetahui sesuatu yang sifatnya ghaib, ia juga
bukan perbuatan sesat, atau kufur atau semisalnya.
(Ibnu Rusyd: al-Bayân wat Tahsîl)

b. Dengan mempelajari buku Almagest, Waktu

178
gerhana dapat diketahui. (Ibnu Hazm: Risâlah
Marâtibul ‘Ulûm)

c. Waktu gerhana yang telah lalu dan yang akan


datang dapat diketahui dengan ilmu hisab.
Sebagaimana awal bulan yang telah lalu dan yang
akan datang juga dapat diketahui dengan hisab. Ini
sesuai dengan firman Allah:

ٍ ‫س َو ْالقَ َم ُر ِب ُح ْس َب‬
‫ان‬ ‫ال ه‬
ُ ‫ش ْم‬

Artinya: “Matahari dan Bulan (beredar) menurut


perhitungan.” (QS. ar Rahman: 5)

Ibnu Rusyd: Mengetahui waktu gerhana dengan ilmu


astronomi sama sekali tidak dianggap untuk
mengetahui hal-hal ghaib, bukan sesat juga bukan
perbuatan kufur. (al-Bayân wat Tahsîl)

Dalam kitab az-Zhâhirah, Imam Qarafi menguatkan


pendapat Ibnu Rusyd dengan mengatakan: Qadhi
Abul Walid menyatakan bahwa upaya untuk
mengetahui waktu shalat gerhana dengan ilmu falak
sama sekali bukan upaya untuk mengetahui hal-hal
ghaib. Ia juga bukan perbuatan menyesatkan. Hal itu
karena waktu terjadinya gerhana dapat diketahui
melalui hitungan astronomis atas pergerakan benda
angkasa.

Ibnu Qasim: Pengetahuan waktu gerhana, bukan

179
spesialis para astronom saja. Jika kita bisa
menghitung waktunya, kita juga bisa mengetahui
waktu terjadinya gerhana tersebut. (Ibnu Qasim:
Hâsyiyatur Raud)

Adz-Dzahabi: Gerhana Bulan dan Matahari adalah


sesuatu yang lumrah. Adapun cara mengetahui
waktu gerhana dengan ilmu astronomi, saya belum
pernah melihat ada ulama yang mengharamkannya.
Menurut para pakar astronomi, pengetahuan waktu
gerhana sifatnya pasti. (adz-Dzahabi: Târîkhul Islâm)

Ibnu Taimiyah sendiri menyatakan bahwa waktu


gerhana dapat diketahui melalui ilmu astronomi.
Menanti untuk shalat karena pengetahuan kita atas
waktu gerhana dengan ilmu astronomi dianggap
bersegera dalam ibadah dan taat. Meski demikian,
menurut beliau ‘illat shalat gerhana adalah terjadinya
waktu gerhana itu sendiri dan bukan karena
pengetahuan dari ilmu astronomi.

Ibnu Taimiyah: JIka ada pertanyaan dari para pakar


penanggalan bahwa pada tanggal 14 bulan ini akan
terjadi gerhana Bulan, lalu pada tanggal 29 akan
terjadi gerhana Matahari, apakah perkataan mereka
bisa kita percaya? Jawabnya: Alhamdulillah.
Gerhana Bulan dan Matahari mempunyai waktu
tertentu, seperti halnya waktu terbitnya hilal awal
bulan yang juga ada waktu tertentu. Mengetahui
waktu gerhana Bulan dan gerhana Matahari, dapat

180
diketahui dengan ilmu hisab, dan itu bukan berarti
upaya untuk mengetahui hal yang ghaib. Juga bukan
bagian dari upaya untuk mengetahui sesuatu yang
dustanya lebih besar dibandingkan dengan
kebenarannya. (Ibnu Taimiyah: Majmû’ Fatâwâ)

Ibnu Taimiyah melanjutkan: Jika para pakar


astronomi sudah sepakat mengenai akan terjadinya
gerhana, umumnya prediksi mereka tidak salah.
Meski demikian, pengetahuan tersebut, tidak
mempunyai implikasi atas hukum syariat. Hal itu,
karena shalat gerhana tidak dapat dilakukan kecuali
kita benar-benar melihat peristiwa gerhana tersebut.
(Ibnu Taimiyah: Majmû’ Fatâwâ)

Jika seseorang sudah dapat mengetahui mengenai


waktu shalat gerhana karena berita dari para pakar
astronomi, kemudian dia bersiap-siap untuk shalat
gerhana sebelum waktunya, apakah diperkenankan?
Ibnu Taimiyah menjawab sebagai berikut:
Jika seseorang percaya dengan berita pakar
astronomi, atau apa yang disampaikan oleh pakar
astronomi menurutnya kemungkinan benar,
kemudian dia berniat shalat gerhana dan dia juga
siap-siap untuk menyaksikan peristiwa gerhana itu,
maka apa yang dia lakukan itu dianggap sebagai
perbuatan bersegera untuk melakukan ibadah dan
taat kepada Allah. (Ibnu Taimiyah: Majmû’ Fatâwâ)

Lalu bagaimana bisa gerhana dianggap sebagai

181
sesuatu untuk menakuti hamba, sementara ia sudah
diketahui terlebih dahulu?

Meski peristiwa gerhana sudah dapat diketahui


sebelumnya, pengetahuan tersebut tidak menafikan
kemungkinan gerhana menjadi sebuah siksaan bagi
orang lain yang pada waktu itu merasa tersiksa
dengan adanya gerhana tadi. Ini mirip peristiwa
kaum ‘ad, di mana sebagian orang merasa tersiksa
dengan datangnya angin yang sangat dingin di
musim panas. (Ibnu Taimiyah: Majmû’ Fatâwâ).
Wallahu a’lam

182
Hukum Bertakziyah Orang Kafir

Jamaah: Ustadz, bolehkah bertakziyah kepada orang


kafir?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Untuk kafir harbi,


yaitu orang kafir yang statusnya memerangi umat
Islam, para ulama mengharamkan.

Untuk kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang hidup di


tengah-tengah umat Islam dan tidak memerangi umat
Islam, ada dua pendapat:

1. Membolehkan. Ini adalah pendapat jumhur ulama


dari kalangan Syafiiyah, Hanafiyah dan salah satu
pendapat dari Imam Ahmad. Ulama kontemporer
seperti al-Albani, Syaikh Utsaimin dan Qardhawi
juga membolehkan orang muslim bertakziyah
dengan orang kafir. Dalilnya sebagai berikut:

‫ي‬ ‫ي يَ ْخدُمُ النهبِ ه‬ ٌّ ‫ع ْنهُ قَا َل َكانَ غُ َالمٌ يَ ُهو ِد‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أَنَ ٍس َر‬ َ
‫سله َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫صلهى هللا‬ َ ‫ي‬ َ
ُّ ‫ض فَأت َاهُ النه ِب‬ َ ‫سله َم فَ َم ِر‬ َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ
َ َ َ َ َ ْ
ُ‫يَعُودُهُ فَقَعَدَ ِع ْندَ َرأ ِس ِه فَقَا َل لهُ أ ْس ِل ْم فَنَظ َر إِلى أبِي ِه َوه َُو ِع ْندَه‬
‫سله َم فَأ َ ْسلَ َم فَخ ََر َج‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫صلهى هللا‬ َ ‫فَقَا َل لَهُ أ َ ِط ْع أ َ َبا ْال َقا ِس ِم‬
َ‫ّلِل الهذِي أ َ ْنقَذَهُ ِمن‬
ِ ِ ُ ‫سله َم َوه َُو يَقُو ُل ْال َح ْمد‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫صلهى هللا‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫النه ِب‬
ِ ‫النه‬
‫ار‬

Artinya: “Dari Anas bin Malik, “Dahulu ada seorang


anak Yahudi yang membantu Nabi Saw. Suatu ketika
183
si anak ini sakit. Rasulullah Saw menengoknya.
Beliau duduk di dekat kepalanya, dan berkata,
“Masuklah ke dalam Islam”. Anak tersebut
memandang bapaknya yang hadir di dekatnya.
Bapaknya berkata, ”Patuhilah (perkataan) Abul
Qasim”. Maka anak itu pun masuk Islam. Setelah itu
Nabi Saw keluar seraya bersabda, “Segala puji bagi
Allah yang telah menyelamatkan anak itu dari siksa
Neraka.” (HR. Bukhari)

Hadis di atas menunjukkan bahwa Rasul Saw


menengok orang sakit dari kalangan non muslim dan
juga bertakziyah kepada mereka.

Imam Nawawi berkata: Seorang muslim boleh


melakukan takziyah kepada orang kafir (Raudhatut
Thâlibîn)

2. Tidak membolehkan. Ini adalah salah satu


pendapat dari Imam Ahmad. Dalil yang dijadikan
rujukan adalah:

َ ‫ارى ِب‬
‫السال ِم‬ َ ‫ص‬َ ‫َال ت َ ْب ِد ُءوا ْاليَ ُه ْودَ َو َال النه‬

Artinya: “Janganlah kalian mengucapkan salam


terlebih dahulu kepada orang Yahudi dan orang
Nasrani.” (HR. Bukhari Muslim)

Jika salam saja tidak diperkenankan, apalagi


bertakziyah.

184
Saya memilih pendapat Jumhur ulama yang
membolehkan untuk bertakziyah kepada kafir
dzimmi. Selain alasan dengan dalil di atas, juga
karena takziyah dengan tetangga yang non muslim
merupakan bagian dari sistem interaksi yang baik
kepada non muslim. Sementara Rasul Saw sendiri
memerintahkan kepada kita untuk selalu berbuat baik
kepada mereka. Bahkan dalam sebuah hadis
dikatakan:

.ِ‫ي فَقَدْ آذَى هللا‬


ْ ‫ َو َم ْن آذَا ِن‬،‫ي‬
ْ ‫َم ْن آذَى ذ ِِميًا فَقَدْ آذَا ِن‬

Artinya: “Barang siapa menyakiti kafir dzimmi,


maka sesungguhnya ia telah menyakitiku. Dan
barang siapa yang telah menyakitiku, maka
sesungguhnya ia telah menyakiti Allah Swt.” (HR.
at-Thabrani)

Ini artinya, kita selalu diperintahkan untuk berbuat


baik kepada mereka, di antara sarananya adalah
dengan bertakziyah kepada mereka tatkala mereka
sudah meninggal.

Syaratnya, takziyah ini tidak menimbulkan mudarat


bagi umat Islam. Wallahu a’lam

185
186
Haruskah Bermazhab?
Sepintas tentang Mazhab dalam
Pemikiran Islam

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Sering sekali kita


mendengar istilah mazhab. Apalagi ketika belajar
fikih, maka istilah mazhab umum dibincangkan.
Mazhab sendiri secara bahasa adalah jalan. Mazhab
juga bisa bermakna pendapat, seperti kata, “Mâ
dzahaba ilaihi fulan”, maksudnya seperti pendapat si
Fulan. Jadi, mazhab di sini adalah pendapat. Mazhab
Syafii, berarti pendapat Imam Syafii, mazhab
Hanafi, berarti pendapat Imam Abu Hanifah dan
demikian seterusnya.

Agar mazhab dapat terbentuk, ada empat syarat yang


harus dipenuhi, yaitu:
1. Ada imam sebagai peletak madzhab
2. Ada metodologi yang diletakkan oleh sang Imam
3. Ada hasil dari metodologi
4. Ada pengikut

Jika empat komponen dasar itu telah terpenuhi, maka


suatu mazhab bisa dikatakan “sah” berdiri. Dari
empat komponen di atas, tidak ada ada syarat
mazhab harus terkait dengan fikih. Oleh karena itu,
mazhab bisa berbagai macam aliran pemikiran, baik
fikih, kalam, bahasa Arab, qiraat, hadis dan lain

187
sebagainya. Intinya, selama empat komponen di atas
dapat terpenuhi, maka ia sudah bisa disebut mazhab.

Dalam khazanah pemikiran Islam, banyak sekali


terdapat mazhab. Di fikih, ada banyak mazhab, yang
masih eksis hingga saat ini minimal ada 8 mazhab,
yaitu Hanafi, Maliki, Syafii, Hambali, Zhahiri,
Ja’fari, Zaidi dan Ibadhi. Di ilmu kalam ada mazhab
Asy’ari, Maturidi, Muktazilah, Khawarij, Ahlu
Sunnah, Syiah, Murjiah dan lain sebagainya. Di
bahasa Arab ada mazhab Kuffah dan Basrah serta
pendapat independen dari Sibawaih. Di tasawuf ada
Naqsabandi, Syadziliyah, Burhaniyah dan lain
sebagainya. Di ilmu qiraat sendiri ada istilah qiraah
‘asyarah, yaitu membaca al-Qur’an sesuai dengan 10
periwayatan yang berbeda.

Di masyarakat kita, yang paling umum diketahui


hanya mazhab fikih. Setelah itu, mazhab kalam, lalu
mazhab tasawuf. Selain yang tiga tadi, banyak yang
tidak mengenalnya, bahkan mungkin asing di telinga
kita.

Bisa saja, seseorang menganut sekian mazhab


sekaligus, seperti Imam Ghazali yang secara fikih
bermazhab Syafii, secara kalam bermazhab Asy’ari
dan secara tasawuf punya mazhab sendiri. Atau
Husain al-Bashri yang secara kalam menganut
mazhab Muktazilah dan secara fikih bermazhab
Syafii.

188
Sebagaimana yang saya sebutkan di atas, bahwa
syarat mazhab harus mempunyai empat komponen
tadi. Jika kita ambil contoh dari mazhab fikih,
katakanlah mazhab Syafii, maka kita akan melihat
sosok Imam Syafii. Beliau meletakkan ushul fikih
syafiiyah sebagai metodologi ijtihad. Beliau
mempunyai pendapat fikih dan juga beliau
mempunyai pengikut yang tersebar di mana-mana.

Demikian juga dengan Imam Asy’ari. Dalam ilmu


kalam, beliau pendiri mazhab Asy’ari. Beliau
mempunyai metodologi sendiri dan mempunyai
pendapat sendiri. Lebih dari itu, pengikut beliau juga
tersebar di mana-mana.

Apakah pendapat mazhab harus sesuai dengan


pendapat sang imam? Belum tentu. Bisa jadi di
masa-masa setelahnya ada pengembangan, baik di
tataran metodologi ataupun di ranah hasil dari
metodologi. Namun karena ia tetap mengacu dari
metodologi awal dari sang imam, maka ia tetap
dinisbatkan kepada mazhab sang imam. Contoh, di
mazhab fikih Syafii, ada Imam Syafii selaku pendiri
mazhab, ada imam Ramli, Imam Subki, Imam
Nawawi dan lain sebagainya. Kadang pendapat para
pengikut imam itu berbeda dengan pendapat sang
Imam. Kadang antar pengikut sang imam juga terjadi
perbedaan pendapat. Maka dalam fikih mazhab ada

189
istilah tarjih mazhab, yaitu mencari pendapat terkuat
dari pendapat ulama, dalam satu madzhab saja.

Di ilmu kalam Asy’ari ada Imam Asy’ari, Imam


Baqilani, Imam Juwaini, Imam Ghazali dan lain
sebagainya. Kadang pendapat mereka juga berbeda
dengan sang imam. Atau kadang juga berbeda satu
sama lain. Hanya saja, mereka tetap mengacu pada
metodologi kalam Asy’ari. Untuk itu, mereka tetap
dianggap sebagai pengikut mazhab Asy’ari. Ini juga
berlaku di tasawuf, bahasa dan lain sebagainya.

Apakah wajib mengikuti mazhab tertentu? Menurut


Dr. Ali Jum’ah, mantan mufti Mesir bahwa
mengikuti mazhab tertentu tidak wajib. Hanya saja,
untuk konteks bernegara, negara harus memilih salah
satu mazhab untuk dijadikan sebagai acuan hukum
negara.

Di Mesir dulu ada empat hakim, yang setiap hakim


menganut empat mazhab yang berbeda. Jika ada
persoalan di masyarakat, maka seseorang bisa maju
ke peradilan dengan memilih hakim yang sesuai
dengan mazhabnya. Untuk saat ini, peradilan Mesir
hanya menganut satu mazhab saja, yaitu mazhab
Hanafi. Meski demikian, pemerintah tidak boleh
memaksakan rakyatnya untuk memeluk salah satu
dari mazhab tertentu. Wallahu a’lam

190
Al-Khawarizmi: Tokoh Aljabar
Muslim Menemukan Rumus
Matematika tentang Manusia

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Imam Khawarizmi


adalah cendekiawan muslim dan seorang 'alim di
masa khalifah Harun al-Rasyid. Beliau lah penemu
angka 'nol' dalam khazanah matematika. Namanya
sangat terkenal dan banyak dijadikan referensi bagi
ilmuwan Barat.

Namun ada ilmu hikmah yang jarang diketahui


khalayak, kaitannya manusia dan matematika.
Menurut beliau manusia memiliki pula rumusan
matematika. Berikut rumus matematika manusia:

Jika manusia berakhlak mulia, nilai = 1


Jika manusia berakhlak mulia dan mempunyai paras
yang indah. Tambahkan 0 di belakang angka satu.
Jadi nilainya = 10
Jika manusia berakhlak mulia, mempunyai paras
yang indah dan mempunyai banyak harta.
Tambahkan nol lagi. Jadi, nilainya: 100
Jika manusia berakhlak mulai, mempunyai paras
yang indah, mempunyai harta dan berasal dari
keturunan mulia. Tambahkan nol lagi. Jadi, nilainya:
1000

191
Jika manusia mempunyai paras yang indah,
mempunyai harta yang banyak dan dari keturunan
mulia, namun tidak mempunyai akhlak, maka angka
satu dihilangkan. Jadi ia hanya mempunyai tiga
angka nol saja yang berarti dia tidak ada nilainya
sama sekali.

Perhatikan firman Allah berikut:

‫ع ِظ ٍيم‬ ٍ ُ‫َو ِإنهكَ لَعَلى ُخل‬


َ ‫ق‬

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar


berakhlak yang agung.” (QS. al-Qalam: 4)

Rasulullah Saw bersabda:

ِ ُ‫ان أَثْ َق ُل ِم ْن ُحس ِْن ال ُخل‬


‫ َو ِإ هن‬،‫ق‬ ِ َ‫الميز‬
ِ ‫ض ُع ِفي‬ َ ‫يءٍ يُو‬ َ ‫َما ِم ْن‬
ْ ‫ش‬
ِ‫ص َالة‬‫ص ْو ِم َوال ه‬
‫ب ال ه‬ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َ َ‫ق لَيَ ْبلُ ُغ ِب ِه دَ َر َجة‬
ِ ُ‫ب ُحس ِْن ال ُخل‬َ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َ

Artinya: “Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada


timbangan hari Kiamat yang lebih berat daripada
akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang
berakhlak mulia bisa mencapai derajat orang yang
berpuasa dan shalat.” (HR. Tirmidzi)

Rasulullah Saw juga bersabda:

‫سا يَ ْو َم ال ِقيَا َم ِة أ َ َحا ِسنَكُ ْم‬


ً ‫ي َوأ َ ْق َر ِبكُ ْم ِمنِي َمجْ ِل‬
‫ِإ هن ِم ْن أ َ َح ِبكُ ْم ِإلَ ه‬

192
ً ‫ي َوأ َ ْب َعدَ ُك ْم ِمنِي َمجْ ِل‬
‫سا يَ ْو َم ال ِقيَا َم ِة‬ َ َ‫ َو ِإ هن أ َ ْبغ‬،‫أ َ ْخ َالقًا‬
‫ضكُ ْم ِإ َل ه‬
َ‫ارونَ َوال ُمتَش َِدقُونَ َوال ُمتَفَ ْي ِهقُون‬ ُ َ‫الث ه ْرث‬

Artinya: “Sesungguhnya yang paling aku cintai dari


kalian dan yang paling dekat tempatnya dariku di
hari Kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya, dan
yang paling aku benci dari kalian dan yang paling
jauh tempatnya dariku di hari Kiamat adalah yang
banyak bicara, angkuh dalam berbicara, dan
sombong.” (HR. Tirmidzi) Wallahu a'lam

193
194
Hukum Kotoran Babi dan Sapi
Apakah Najis?

Jama'ah: Ustadz, apakah kotoran babi dan sapi itu


najis? Syukran.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Untuk kotoran dan air


kencing babi, para ulama sepakat bahwa ia adalah
haram dan najis. Alasannya, karena daging babi
haram dimakan. Maka semua kotoran yang keluar
dari babi, hukumnya najis.

Yang masih menjadi perdebatan di kalangan para


ulama adalah kotoran dan air kencing hewan yang
halal dimakan seperti sapi, kambing, unta, burung
dan sejenisnya. Di sini ada dua pendapat.

Pertama: Pendapat Malikiyah dan Hanabilah.


Menurut mereka bahwa kotoran dan air kencing
hewan yang dagingnya halal dimakan, maka ia tidak
najis. Dengan demikian, jika terkena kotoran atau air
kencing dari hewan tadi, lalu shalat tanpa mencuci
pakaian atau tempat yang terkena kotoran dan air
kencing tadi, shalatnya tetap sah. Dalilnya sebagai
berikut:

‫ص ِلى قَ ْب َل أ َ ْن يُ ْبنَى‬
َ ُ‫ ي‬-‫ى –صلى هللا عليه وسلم‬ ُّ ‫َكانَ النه ِب‬
‫ض ْالغَن َِم‬
ِ ِ‫ْال َمس ِْجد ُ فِى َم َراب‬

195
Artinya: “Sebelum masjid dibangun, Nabi Saw
shalat di kandang kambing.” (HR. Bukhari)

‫صالَةِ فِى‬
‫ع ِن ال ه‬
َ -‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬ ِ ‫سُئِ َل َرسُو ُل ه‬
ٌ‫صلُّوا فِي َها فَإِنه َها َب َر َكة‬
َ ‫ض ْالغَن َِم فَقَا َل‬
ِ ِ‫َم َراب‬

Artinya: “Rasulullah Saw ditanya tentang shalat di


kandang kambing. Jawab beliau, “Lakukanlah shalat
di kandang kambing, karena itu berkah.” (HR.
Ahmad)

ُّ ِ‫ فَأ َ َم َرهُ ُم النهب‬,َ‫ فَاجْ ت ََو ُوا ْال َمدِينَة‬,َ‫َاس ِم ْن عُ ْك ٍل أ َ ْو عُ َر ْينَة‬


‫ى‬ ٌ ‫قَد َِم أُن‬
‫ َوأ َ ْن َي ْش َربُوا ِم ْن أَب َْوا ِل َها‬,‫اح‬ ٍ َ‫ ِب ِلق‬- ‫–صلى هللا عليه وسلم‬
َ ‫ فَا ْن‬,‫َوأ َ ْلبَانِ َها‬
‫طلَقُوا‬

Artinya: “Datang beberapa orang dari suku Ukl dan


Urainah. Mereka pun sakit karena tidak kuat dengan
cuaca Madinah. Lalu Nabi Saw menyuruh mereka
untuk datang ke peternakan unta, dan agar mereka
minum air kencingnya dicampur susunya.
Merekapun berangkat dan melakukan saran Nabi
Saw.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pendapat kedua, yaitu dari ulama Hanafiyah dan


Syafiiyah. Menurut mereka, semua kotoran yang
keluar dari dubur atau qubul, hukumnya najis, baik
itu manusia maupun hewan. Alasannya sebagai
berikut:

196
‫اء فَأَت َى‬
ِ ‫اال ْستِ ْن َج‬
ِ ‫ار‬ َ ‫ب ِم ْنهُ أَحْ َج‬ َ ‫ي‬
َ َ‫طل‬ ‫عن اب ِْن َم ْسعُو ٍد ِإ هن النه ِب ه‬
‫ َهذَا‬:‫الر ْوث َ ِة َوقَال‬‫بِ َح َج َري ِْن َو َر ْوث َ ٍة فَأ َ َخذَ ْال َح َج َري ِْن َو َر َمى ِب ه‬
‫س‬ٌ ‫ِر ْك‬

Artinya: “Nabi Saw meminta kepada Ibnu Mas'ud


sebuah batu untuk istinja’, namun diberikan dua batu
dan sebuah lagi yang terbuat dari kotoran (tahi).
Maka beliau mengambil kedua batu itu dan
membuang tahi dan berkata, "Yang ini najis". (HR.
Bukhari)

ْ َ‫ ِمنَ ْالغَا ِئ ِط َو ْال َب ْول َو ْالق‬:‫ب ِم ْن خ َْم ٍس‬


‫ي ِء َوالد ِهم‬ ُ ‫سل الث ه ْو‬
َ ‫ِإنه َما يُ ْغ‬
ِ ‫َو ْال َمنِي‬

Artinya: “Baju itu dicuci dari kotoran, kencing,


muntah, darah, dan mani.” (HR. Baihaqi dan
Daruquthny)

Saya memilih pendapat kedua yang mengatakan


bahwa kotoran dan air kencing binatang yang
dagingnya halal dimakan, sebagai sikap kehati-
hatian. Wallahu a’lam

197
198
Hukum Posisi Imam
Lebih Tinggi dari Makmum

Jamaah: Ustadz, di tempat saya ada imam yang


posisinya lebih tinggi dari makmum. Hukumnya apa
ya?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Umumnya para ulama


memakruhkan posisi imam yang lebih tinggi dari
makmum, kecuali karena kebutuhannya demikian,
seperti imam yang sedang mengajari makmum
shalat, atau memang tanahnya tidak rata, atau lebih
tingginya sekadar sedikit saja. Di antara dalil yang
dijadikan pijakan adalah hadis berikut:

‫ ِإذَا أ َ هم ه‬:‫سله َم َيقُو ُل‬


‫الر ُج ُل‬ َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫أَلَ ْم ت َ ْس َم ْع َر‬
ِ ‫سو َل ه‬
َ ‫َّللا‬
َ‫ام ِه ْم أ َ ْو نَحْ َو ذَلِكَ ؟ قَال‬
ِ َ‫ان أ َ ْرفَ َع ِم ْن َمق‬
ٍ ‫ْالقَ ْو َم فَ َال يَقُ ْم فِي َم َك‬
‫ي‬‫علَى يَدَ ه‬ َ َ‫ ِلذَلِكَ اتهبَ ْعتُكَ ِحينَ أ َ َخذْت‬:‫ار‬ٌ ‫ع هم‬ َ

Artinya: “Tidakkah anda mendengar Rasulullah saw


bersabda, ”Apabila seseorang mengimami
masyarakat, janganlah dia berdiri di tempat yang
lebih tinggi dari posisi makmum” atau yang
semacam itu?” Ammar menjawab: “Dan karena itu,
saya mau mengikutimu ketika engkau menarik
tanganku.” (HR. Abu Daud)

Perhatikan tanggapan Imam Syafii berikut ini:

199
‫ي ِء‬ْ ‫ش‬ ‫علَى ال ه‬ َ ‫ى‬ َ ُ‫ِي يَ ْعلَ ُم ِم ْن خ َْل ِف ِه أ َ ْن ي‬
َ ‫ص ِل‬ ْ ‫ال َم ِام الهذ‬
ِ ْ ‫َار ِل‬ُ ‫َوأ َ ْخت‬
‫ َو ِإ ْن‬. ‫س ُج ْو ِد ِه‬ُ ‫بركُ ُو ِع ِه َو‬ ِ ‫ْال ُم ْرت َ ِف ِع ِل َي َراهُ ِم ْن َو َر‬
ِ َ‫اء ِه فَ َي ْقتَد ُْون‬
‫ى ُم ْست َ ِويًا َم َع‬ َ ُ‫اس َم هرة ً أَحْ بَبْتُ أ َ ْن ي‬
َ ‫ص ِل‬ َ ْ‫اإل َما ُم قَد‬
َ ‫ع ِل َم النه‬ ِ ْ َ‫َكان‬
َ‫ْال َمأ ْ ُم ْو ِميْن‬

Saya memilih agar imam mengajari para makmum


mengenai cara mengerjakan shalat di tempat yang
agak tinggi, agar ia dapat dilihat oleh makmum yang
ada di belakangnya, kemudian mereka mengikuti
ruku’ dan sujudnya. Apabila imam telah
mengajarkan manusia, maka saya menyukai jika ia
mengerjakan shalat pada tempat yang rata bersama
para makmum. [Kitab al-Umm]

Menurut Sayyid Sabiq seperti beliau tulis dalam


kitab Fiqhus Sunnah, bahwa jika meninggikan
tempat karena tujuan tertentu, maka hukumnya tidak
makruh. Beliau menggunakan hadis berikut:

‫ي صلى هللا عليه‬ ‫ َرأَيْتُ النه ِب ه‬:‫سعْ ٍد الساعدي ِ قال‬ َ ‫س ْه ِل ب ِْن‬ َ ‫فَعَ ْن‬
‫علَ ْي ِه ث ُ هم‬
َ ‫ض َع فَ َكب َهر َوه َُو‬ ِ ‫لم ْنبَ ِر أ َ هو َل يَ ْو ٍم ُو‬
ِ ْ‫علَى ا‬
َ ‫س‬ َ َ‫وسلم َجل‬
‫ فَلَ هما‬،َ‫عاد‬ َ ‫ص ِل ْال ِم ْنبَ ِر ث ُ هم‬ْ َ ‫س َجدَ في ِ أ‬ َ ‫َر َك َع ث ُ هم نَزَ َل اْلقَ ْهقَ ِرى َو‬
‫صنَ ْعتُ َهذَا‬ َ ‫اس ِإنه َما‬ ُ ‫ يُّ َها النه‬: َ‫اس فقَال‬ ِ ‫علَى النه‬ َ ‫غ أ َ ْق َب َل‬
َ ‫فَ َر‬
‫ رواه أحمد والبخارى ومسلم‬.‫ص َالتِي‬ َ ‫ِلت َأْت َ ُّموا ِبي َو ِلت َ َعله ُموا‬

Artinya: Dari Sahl bin Sa’ad As-Saa’idi ia berkata:


“Aku pernah melihat Nabi Saw duduk di atas
mimbar pada awal hari mimbar itu diletakkan, lalu
200
takbir di atasnya kemudian ruku’ kemudian turun
(dari mimbar) dengan mundur lalu sujud di pangkal
mimbar, lalu mengulanginya sampai selesai, ketika
selesai shalat beliau menghadap kepada orang-orang
lalu bersabda: “Wahai orang-orang! Sesungguhnya
saya melakukan ini agar kalian dapat mengikutiku
dan mempelajari salatku”. (HR. Ahmad, Bukhari dan
Muslim) Wallahu a'lam

201
202
Benarkah Dalil al-Quran
Menyatakan ‘Hawa’
Manusia Pertama?

Jamaah: Ustadz, saya dengar manusia pertama itu


bukan Adam, tapi Hawa. Menurutnya itu
berdasarkan surat an-Nisa ayat 1.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Sebelumnya,


perhatikan surat an-Nisa berikut ini:

ِ ‫اس اتهقُوا َر هب ُك ُم ا هلذِي َخ َلقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍس َو‬


َ‫احدَ ٍة َو َخلَق‬ ُ ‫َيا أ َ ُّي َها النه‬
‫َّللا ا هلذِي‬
َ ‫سا ًء َواتهقُوا ه‬َ ِ‫يرا َون‬ ً ِ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َج ًاال َكث‬ ‫ِم ْن َها زَ ْو َج َها َوبَ ه‬
‫علَ ْيكُ ْم َرقِيبًا‬
َ َ‫َّللا َكان‬
َ ‫ام إِ هن ه‬َ ‫سا َءلُونَ بِ ِه َو ْاْل َ ْر َح‬ َ َ‫ت‬

Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada


Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan
silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.” (QS. an-Nisa: 1)

Ayat di atas menggunakan kata ‫ نَ ْف ٍس َواحِ دَ ٍة‬yang


sifatnya muannats. Bisa jadi, teman anda itu
memahami bahwa karena di sini menggunakan lafal
203
muannats, berarti manusia pertama itu perempuan.
Artinya yang dicipta bukan Adam, melainkan Hawa.

Benarkah demikian? Mari kita lihat. Dalam bahasa


Arab, ada kata-kata yang dianggap muannats, seperti
‫نَ ْف ٍس‬, ‫ارض‬, ‫ السماء‬dan lain sebagainya, namun tidak
berarti ia perempuan. Jiwa, Bumi dan langit
dianggap muannats, itu juga bukan berarti bahwa
jiwa, Bumi dan langit itu perempuan. Mengapa
muannats? Karena orang Arab dari dulu menganggap
bahwa lafal-lafal tadi muannats. Jadi kita mengikuti
lafal bahasa seperti yang diletakkan oleh orang Arab.
Kata ‫ نَ ْف ٍس‬yang berarti jiwa biasa dipakai untuk laki-
laki dan perempuan meski dengan lafal muannats.

Ada ayat lain yang menunjukkan bahwa manusia


pertama adalah nabi Adam dan bukan Hawa, di
antaranya sebagai berikut:

ُ‫ب ث ُ هم َقا َل لَه‬


ٍ ‫َّللاِ َك َمث َ ِل آد َ َم َخلَقَهُ ِم ْن ت ُ َرا‬ َ ‫ِإ هن َمث َ َل ِعي‬
‫سى ِع ْند َ ه‬
‫كُ ْن فَيَكُو ُن‬

Artinya: “Sesungguhnya permisalan Isa di sisi Allah


adalah seperti permisalan Adam. Allah menciptakan
Adam dari tanah kemudian mengatakan terhadapnya
“Kun (jadilah)!” maka jadilah dia.” (QS. Ali Imran:
59)

ِ ‫ب ِمنَ ْالبَ ْع‬


‫ث فَإِنها َخلَ ْقنَاكُ ْم ِم ْن‬ ُ ‫يَا أَيُّ َها النه‬
ٍ ‫اس ِإ ْن كُ ْنت ُ ْم فِي َر ْي‬

204
َ ‫ضغَ ٍة ُم َخلهقَ ٍة َو‬
‫غي ِْر‬ ْ ‫ع َل َق ٍة ث ُ هم ِم ْن ُم‬
َ ‫ط َف ٍة ث ُ هم ِم ْن‬ ْ ُ‫ب ث ُ هم ِم ْن ن‬ ٍ ‫ت ُ َرا‬
‫ُم َخلهقَ ٍة ِلنُبَيِنَ لَكُ ْم َونُ ِق ُّر فِي ْاْل َ ْر َح ِام َما نَشَا ُء إِلَى أ َ َج ٍل ُمسَ ًّمى‬
‫ث ُ هم نُ ْخ ِر ُجكُ ْم ِط ْف ًال ث ُ هم ِلت َ ْبلُغُوا أَشُدهكُ ْم َو ِم ْنكُ ْم َم ْن يُت ََوفهى َو ِم ْنكُ ْم‬
َ ‫َم ْن ي َُردُّ ِإلَى أ َ ْرذَ ِل ْالعُ ُم ِر ِل َكي َْال يَ ْعلَ َم ِم ْن بَعْ ِد ِع ْل ٍم‬
‫ش ْيئًا‬

Artinya: “Wahai manusia, jika kalian dalam


keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna agar Kami jelaskan kepada
kalian. Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan,
kemudian Kami keluarkan kalian sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur-angsur) sampailah
kalian kepada kedewasaan. Di antara kalian ada
yang diwafatkan, dan (adapula) di antara kalian ada
yang dipanjangkan umurnya sampai pikun supaya
dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulu
telah diketahuinya.” (QS. al-Hajj: 5)

(7) ‫ين‬ ٍ ‫ان ِم ْن ِط‬ ِ ‫س‬ ِ ْ َ‫يءٍ َخلَقَهُ َوبَدَأ َ خ َْلق‬


َ ‫اإل ْن‬ َ ‫سنَ كُ هل‬
ْ ‫ش‬ َ ْ‫الهذِي أَح‬
‫س هواهُ َونَفَ َخ ِفي ِه‬ َ ‫( ث ُ هم‬8) ‫ين‬ ٍ ‫س َاللَ ٍة ِم ْن َماءٍ َم ِه‬ ُ ‫ث ُ هم َج َع َل نَ ْسلَهُ ِم ْن‬
‫يال َما‬ ً ‫ار َو ْاْل َ ْفئِدَة َ قَ ِل‬ َ ‫ص‬ َ ‫س ْم َع َو ْاْل َ ْب‬
‫وح ِه َو َج َع َل لَكُ ُم ال ه‬
ِ ‫ِم ْن ُر‬
َ‫ت َ ْشكُ ُرون‬

Artinya: “(Allah, Dialah) yang telah menciptakan


segala sesuatu dengan sebaik-baiknya dan yang
205
memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian
Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang
hina (mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan,
dan hati; (tetapi) kalian sedikit sekali bersyukur.”
(QS. as-Sajadah: 7-9)

Berbagai ayat tadi menunjukkan bahwa manusia


pertama yang diciptakan oleh Allah Swt adalah
Adam as yang langsung diciptakan dari tanah.
Wallahu a’lam

206
Hukum Shalat Fardhu di Belakang
Imam yang Shalat Sunnah

Jamaah: Ustadz, bolehkah kita shalat fardhu


bermakmum pada seseorang yang shslat sunnah?
Mohon penjelasan bersama dalil atau hadist.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Para ulama dari


kalangan mazhab Syafii dan Ahmad bin Hambal
membolehkan shalat fardhu bermakmum dengan
imam yang shalat sunnah. Dalilnya adalah hadis
Mu’adz berikut ini:

‫ كان يصلي مع رسول هللا صلىوسلمو‬:‫أن معاذ بن جبل‬


‫ فيصلي بهم تلك الصالة‬،‫ ثم يرجع إلى قومه‬.‫عشاء اآلخرة‬

Artinya: “Mu’adz bin Jabal pernah shalat Isya


bersama Nabi Muhammad Saw lalu ia pulang ke
kampungnya lalu shalat Isya bersama kaumnya.”
(HR. Bukhari)

Dalam riwayat lain menggunakan lafal berikut:

ُ‫صلهى هللا‬َ ِ ‫ص ِلي َم َع النه ِبي‬ َ ُ‫ َكانَ ُم َعاذ ُ بْنُ َجبَ ٍل ي‬:َ‫عن جابر قَال‬
ُ‫ي لَه‬َ ‫ ِه‬,‫ص ِلي َها لَ ُه ْم‬
َ ُ‫ فَي‬,‫ط ِل ُق إِلَى قَ ْو ِم ِه‬َ ‫ ث ُ هم يَ ْن‬,‫سله َم ْال ِعشَا َء‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ
‫ي لَ ُه ُم ْال َم ْكتُو َبةُ ْال ِعشَا ُء‬َ ‫ َو ِه‬,ٌ‫ط ُّوع‬ َ َ‫ت‬

Artinya: Dari Jabir berkata, “Mu’adz ra pernah shalat


Isya bersama Nabi Saw lalu pulang ke kampungnya
207
dan dia shalat (menjadi imam) bersama mereka. Bagi
Mu’adz shalatnya adalah sunnah sementara shalat
kaumnya adalah shalat wajib.” (HR. Syafii dalam
kitab al-Umm)

Dalam kitab Majmû’, Imam Nawawi mengatakan


bahwa seseorang dibolehkan shalat sunnah
bermakmum dengan imam yang shalat wajib atau
sebaliknya makmum shalat wajib sementara imam
shalat sunnah.

Mazhab Abu Hanifah dan riwayat Dari Imam Malik


menyatakan tidak boleh. Alasannya adalah terdapat
perbedaan niat antara imam dengan makmum. Juga
hadis Nabi Muhammad Saw yang berbunyi:

ِ ‫ِإنه َما ُج ِع َل‬


‫اإل َما ُم ِليُؤْ ت َ هم ِب ِه‬

Artinya: “Sesungguhnya imam (dalam shalat) itu


untuk diikuti, maka janganlah kalian berbeda dengan
Imam.” (HR Bukhari dan Muslim)
Saya memilih pendapat pertama. Wallahu a’lam

208
Benarkah Iblis Termasuk Golongan
Malaikat yang Membangkang?

Jamaah: Ustadz, apakah iblis itu dari malaikat?


Soalnya di surat al-Baqarah disebutkan bahwa semua
malaikat bersujud kepada Nabi Adam kecuali Iblis.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Iblis berasal dari


golongan jin, dan bukan malaikat. Bagaimana kita
bisa mengetahui bahwa Iblis dari bangsa jin dan
bukan malaikat padahal dari ayat dalam surat al-
Baqarah mengesankan bahwa ia bagian dari
malaikat? Jawabnya sebagai berikut:

Pertama:
‫يس أ َ َب ٰى‬ َ َ‫َو ِإ ْذ قُ ْلنَا ِل ْل َم َال ِئ َك ِة ا ْس ُجد ُوا ِآلدَ َم ف‬
َ ‫س َجد ُوا ِإ هال ِإ ْب ِل‬
َ‫َوا ْست َ ْكبَ َر َو َكانَ ِمنَ ْال َكافِ ِرين‬

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman


kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada
Adam,” maka merekapun bersujud kecuali Iblis; ia
enggan dan takabur dan ia termasuk golongan
orang-orang kafir.” (QS. al-Baqarah: 34)

Di sini yang harus diperhatikan adalah huruf illâ


َ ‫إِ هال إِ ْبل‬.
(huruf istitsna’) yaitu pada kalimat ‫ِيس‬

Dalam bahasa Arab, istitsna’ dibagi menjadi dua:


Pertama, istitsna’ muttashil yaitu pengecualian di

209
mana sesuatu yang dikecualikan itu masih satu jenis.
Contoh: Saya membeli buah-buahan kecuali anggur.
Artinya bahwa semua buah-buahan saya beli, kecuali
buah anggur. Anggur sendiri masih satu jenis buah-
buahan.

Kedua, istitsna’ munqathi’ yaitu yaitu pengecualian


di mana sesuatu yang dikecualikan itu bukan bagian
dari jenis yang dikecualikan. Contoh: saya membeli
buah-buahan kecuali kursi. Di sini nampak jelas
bahwa kursi itu bukan bagian dari jenis buah-buahan.

Jadi illâ pada ayat di atas masuk dalam ranah


istitsna’ munqathi’.

Lalu, dari mana kita tahu bahwa illâ pada ayat di atas
adalah istitsna’ munqathi’? Dari indikator yang
terdapat pada ayat lainnya. Di antara indikator itu
adalah ayat al-Quran berikut ini:

‫ع ْن أ َ ْم ِر َر ِب ِه‬ َ َ‫َكانَ ِمنَ ْال ِج ِن فَف‬


َ َ‫سق‬

Artinya: “Iblis itu dari golongan jin, dan dia


membangkang terhadap perintah Rab-nya.” (QS. al-
Kahfi: 50)

Secara jelas ayat tersebut menerangkan bahwa iblis


berasal dari golongan jin.

210
Kedua:
Materi yang dijadikan bahan penciptaan malaikat
dengan iblis berbeda. Perhatikan ayat berikut ini:

‫وم‬
ِ ‫س ُم‬
‫ار ال ه‬ ‫َو ْال َج ه‬
ِ ‫آن َخلَ ْقنَاهُ ِمن قَ ْب ُل ِمن نه‬

Artinya: “Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.”


(QS. ar-Rahman: 15)

Juga hadis Nabi Saw berikut ini:

ٍ ‫ارجٍ ِم ْن ن‬
‫َار‬ ُّ ‫ور َو ُخ ِلقَ ْال َج‬
ِ ‫ان ِم ْن َم‬ ٍ ُ‫ت ْال َم َالئِ َكةُ ِم ْن ن‬
ْ َ‫ُخ ِلق‬
‫ف لَكُم‬
َ ‫ص‬ ِ ‫َو ُخ ِلقَ آدَ ُم ِم هما ُو‬

Artinya: “Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin


diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari
apa yang telah diterangkan kepadamu semua.” (HR.
Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dari sini jelaslah bahwa Iblis bukan dari golongan


malaikat, namun dari golongan jin. Wallahu a’lam

211
212
Samakah Beban Syariat Jin
dengan Manusia?

Jamaah: Ustadz, apakah rukun Islamnya jin sama


dengan manusia?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Iya, sama. Jin punya


beban syariat yang sama dengan manusia. Mereka
juga bisa zhalim dan salih. Mereka bisa masuk Surga
dan Neraka.

Dalilnya firman Allah berikut:

ِ ‫س ِإاله ِليَ ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج هن َو‬
َ ‫اْل ْن‬

Artinya: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan


manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku saja.” (QS. adz-Dzuriyyat: 56)

Juga sabda Rasulullah Saw:

ُ ْ‫ بُعِث‬:‫سله َم‬
‫ت ِإلَى اْلحمر َواْلَس َْو ِد‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫قَا َل َرسُو ُل ه‬
َ ‫َّللا‬

Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: “Aku diutus


untuk yang merah dan yang hitam.” (HR. Ahmad)

Menurut Abdul Malik bahwa yang dimaksudkan al-


Ahmar adalah manusia sementara al-Aswad adalah
bangsa jin.

213
Terkait rukun Islam ini tercantum dalam hadis
berikut:

‫صلهى ه‬
ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ ‫ع ْن ُه َما قَا َل قَا َل َرسُو ُل ه‬ ‫ي ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن اب ِْن عُ َم َر َر‬ َ
ُ ‫علَى خ َْم ٍس شَ َهادَ ِة أ َ ْن َال ِإلَ َه إِ هال ه‬
‫َّللا‬ ِْ ‫ي‬
َ ‫اإلس َْال ُم‬ َ ‫سله َم بُ ِن‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ
ْ
ِ ‫الز َكاةِ َوال َح‬
‫ج‬ ‫ص َالةِ َو ِإيت َِاء ه‬‫َّللا َو ِإقَ ِام ال ه‬
ِ ‫َوأ هن ُم َح همدًا َرسُو ُل ه‬ َ
َ‫ضان‬ َ ‫ص ْو ِم َر َم‬ َ ‫َو‬

Artinya: Dari Ibnu Umar ra, dia berkata: Rasulullah


Saw bersabda: “Islam dibangun di atas lima
(tonggak): Syahadat Laa ilaaha illa Allah dan
(syahadat) Muhammad Rasulullah, menegakkan
shalat, membayar zakat, haji, dan puasa Ramadhan.”
(HR. Bukhari)

Jika melihat pada ayat dan hadis terkait jin tadi yang
menyatakan bahwa mereka diperintahkan untuk
beribadah juga Rasulullah Saw diutus untuk bangsa
jin dan manusia, maka secara otomatis rukun
Islamnya jin pun sama. Hal ini juga dibuktikan
dengan ayat al-Quran yang menyatakan bahwa jin
bisa muslim dan tidak, bisa zhalim dan tidak. Firman
Allah:

‫َوأَنها ِمنها ال ه‬
َ ‫صا ِل ُحونَ َو ِمنها د ُونَ ذَلِكَ كُنها‬
‫ط َرا ِئقَ ِقدَدًا‬

Artinya: “Sesungguhnya di antara kami ada yang


salih dan di antara kami ada (pula) yang tidak

214
demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang
berbeda-beda.” (QS. Jin: 11)

‫َوأَنها ِمنها ْال ُم ْس ِل ُمونَ َو ِمنها ْال َقا ِسطُونَ فَ َم ْن أ َ ْسلَ َم فَأُولَئِكَ ت َ َح هر ْوا‬
‫شدًا‬
َ ‫َر‬

Artinya: "Dan sesungguhnya di antara kami ada


orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran. Barang siapa
yang taat, maka mereka itu benar-benar telah
memilih jalan yang lurus." (QS. Jin: 14)
Wallahu a’lam

215
216
Mengetahui Beda Jin, Syetan
dan Iblis Menurut Islam

Jamaah: Ustadz, apa perbedaan Iblis, Jin dan Setan?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Iblis adalah makhluk


Allah dari golongan jin:

‫ع ْن أ َ ْم ِر َر ِب ِه‬ َ َ‫َكانَ ِمنَ ْال ِج ِن فَف‬


َ َ‫سق‬

Artinya: “Iblis itu dari golongan jin, dan dia


membangkang terhadap perintah Rab-nya.” (QS. al-
Kahfi: 50)

Iblis menentang Allah karena tidak mau sujud


memberikan salam penghormatan kepada Nabi
Adam as. Iblis bersikap sombong dan merasa paling
baik.

‫يس أَبَ ٰى‬ َ َ‫َو ِإ ْذ قُ ْلنَا ِل ْل َم َالئِ َك ِة ا ْس ُجد ُوا ِآلدَ َم ف‬


َ ‫س َجد ُوا ِإ هال ِإ ْب ِل‬
َ‫َوا ْست َ ْكبَ َر َو َكانَ ِمنَ ْال َكافِ ِرين‬

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman


kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada
Adam,” maka merekapun bersujud kecuali Iblis; ia
enggan dan takabur dan ia termasuk golongan
orang-orang kafir.” (QS. al-Baqarah: 34)

217
Akibat tingkahnya ini, iblis mendapatkan murka dari
Allah dan diusir dari Surga:

ِ ‫علَيْكَ لَ ْعنَتِي إِلَى يَ ْو ِم الد‬


‫ِين‬ َ ‫اخ ُرجْ ِم ْن َها فَإِنهكَ َر ِجي ٌم َوإِ هن‬
ْ َ‫قَا َل ف‬

Artinya: “Maka keluarlah kamu dari Surga.


Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk.
Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari
Pembalasan.” (QS. Shaad: 77-78)

Hanya saja, Iblis meminta penangguhan usia hingga


hari Kiamat. Maka umur Iblis sangat panjang, dan
baru akan meninggal kelak ketika Israfil meniup
sangkakala.

َ‫( قَا َل فَإِنهكَ ِمن‬79) َ‫ب فَأ َ ْن ِظ ْر ِني إِلَى يَ ْو ِم يُ ْبعَثُون‬ ِ ‫قَا َل َر‬
َ‫( قَا َل فَ ِب ِع هزتِك‬81) ‫وم‬ ِ ُ‫ت ْال َم ْعل‬ِ ‫( ِإلَى َي ْو ِم ْال َو ْق‬80) َ‫ظ ِرين‬ َ ‫ْال ُم ْن‬
(83) َ‫صين‬ ِ َ‫( ِإ هال ِعبَادَكَ ِم ْن ُه ُم ْال ُم ْخل‬82) َ‫َْل ُ ْغ ِويَنه ُه ْم أَجْ َمعِين‬

Artinya: “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, beri


tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan”.
Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk
orang-orang yang diberi tangguh sampai kepada
hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat)”.
Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan
menyesatkan mereka semuanya kecuali hamba-
hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (QS.
Shaad: 79-83)

218
Lantas, apa hubungannya dengan jin? Jin itu
makhluk Allah yang dibuat dari api.

‫وم‬
ِ ‫س ُم‬
‫ار ال ه‬ ‫َو ْال َج ه‬
ِ ‫آن َخلَ ْقنَاهُ ِمن قَ ْب ُل ِمن نه‬

Artinya: “Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.”


(QS. ar-Rahman: 15)

Juga hadis Nabi Saw berikut ini:

ٍ ‫ارجٍ ِم ْن ن‬
‫َار‬ ُّ ‫ور َو ُخ ِلقَ ْال َج‬
ِ ‫ان ِم ْن َم‬ ٍ ُ‫ت ْال َم َالئِ َكةُ ِم ْن ن‬
ْ َ‫ُخ ِلق‬
‫ف لَكُم‬
َ ‫ص‬ ِ ‫َو ُخ ِلقَ آدَ ُم ِم هما ُو‬

Artinya: “Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin


diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari
apa yang telah diterangkan kepadamu semua.” (HR.
Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dia bisa muslim dan bisa kafir:

‫َوأَنها ِمنها ال ه‬
َ ‫صا ِل ُحونَ َو ِمنها د ُونَ ذَلِكَ كُنها‬
‫ط َرائِقَ قِدَدًا‬

Artinya: “Sesungguhnya di antara kami ada yang


salih dan di antara kami ada (pula) yang tidak
demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang
berbeda-beda.” (QS. Jin: 11)

219
‫َوأَنها ِمنها ْال ُم ْس ِل ُمونَ َو ِمنها ْال َقا ِسطُونَ فَ َم ْن أ َ ْسلَ َم فَأُولَئِكَ ت َ َح هر ْوا‬
‫شدًا‬
َ ‫َر‬

Artinya: “Dan sesungguhnya di antara kami ada


orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran. Barang siapa
yang taat, maka mereka itu benar-benar telah
memilih jalan yang lurus.” (QS. Jin: 14)

Jadi, Iblis itu pasti jin. Tapi jin belum tentu Iblis.
Iblis itu adalah jin yang nakal dan membangkang.

Apa bedanya dengan setan? Setan itu adalah sifat


dan bukan makhluk. Segala perilaku jahat yang
menentang Allah dan mengakibatkan murka-Nya
adalah sifat setan. Perilaku buruk ini (setan), bisa
dilakukan oleh jin dan manusia. Jika ada jin yang
punya sikap jahat berarti dia punya sifat setan.
Demikian juga manusia yang punya sifat jahat,
berarti juga ada sifat kesetanan. Oleh karena itu, ada
setan dari golongan jin dan ada setan dari golongan
manusia.

‫( ِم ْن‬3) ‫اس‬ ِ ‫( ِإلَ ِه النه‬2) ‫اس‬ ِ ‫( َم ِل ِك النه‬1) ‫اس‬ِ ‫ب النه‬ ِ ‫عوذ ُ ِب َر‬ُ َ ‫قُ ْل أ‬
‫اس‬ ِ ‫ُور النه‬
ِ ‫صد‬ ُ ‫س فِي‬ ُ ‫( الهذِي ي َُو ْس ِو‬4) ‫اس‬ ِ ‫اس ْال َخنه‬ ِ ‫ش َِر ْال َوس َْو‬
ِ ‫( ِمنَ ْال ِجنه ِة َوالنه‬5)
)6( ‫اس‬

Artinya: “Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan


(yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja

220
manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan
(bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.
Dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. an-Nas: 1-6)

Jadi Iblis itu pasti jin. Jin belum tentu iblis. Iblis itu
pasti setan. Tidak semua jin itu setan. Karena ada jin
yang muslim. Manusia dan jin yang jahat adalah
setan. Wallahu a’lam

221
222
Samakah Beban Syariat Jin
dengan Manusia? Bagian II

Jamaah: Ustadz, apakah jin punya beban syariat yang


sama seperti manusia dan kelak bisa masuk Surga
atau Neraka?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Benar bahwa jin


layaknya manusia yang mempunyai tanggungan
untuk menjalankan hukum syariat. Firman Allah:

ِ ‫س ِإاله ِليَ ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج هن َو‬
َ ‫اْل ْن‬

Artinya: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan


manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku saja.” (adz-Dzuriyyat: 56)

Mereka juga bisa muslim dan kafir:

‫َوأَنها ِمنها ال ه‬
َ ‫صا ِل ُحونَ َو ِمنها د ُونَ ذَلِكَ كُنها‬
‫ط َرائِقَ قِدَدًا‬

Artinya: “Sesungguhnya di antara kami ada yang


salih dan di antara kami ada (pula) yang tidak
demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang
berbeda-beda” (QS. Jin: 11)

‫َوأَنها ِمنها ْال ُم ْس ِل ُمونَ َو ِمنها ْال َقا ِسطُونَ فَ َم ْن أ َ ْسلَ َم فَأُولَئِكَ ت َ َح هر ْوا‬
‫شدًا‬
َ ‫َر‬

223
Artinya: “Dan sesungguhnya di antara kami ada
orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran. Barang siapa
yang taat, maka mereka itu benar-benar telah
memilih jalan yang lurus.” (QS. Jin: 14)

‫اإل ْن ِس ۖ لَ ُه ْم قُلُوبٌ َال‬ ِ ْ ‫يرا ِمنَ ْال ِج ِن َو‬ ً ِ‫َولَقَدْ ذَ َرأْنَا ِل َج َهنه َم َكث‬
ٌ َ‫ْص ُرونَ ِب َها َولَ ُه ْم آذ‬
َ‫ان َال َي ْس َمعُون‬ ِ ‫َي ْفقَ ُهونَ ِب َها َولَ ُه ْم أ َ ْعي ٌُن َال يُب‬
َ‫ض ُّل ۚ أُو ٰلَئِكَ هُ ُم ْالغَافِلُون‬
َ َ ‫بِ َها ۚ أُو ٰلَئِكَ َك ْاْل َ ْنعَ ِام بَ ْل هُ ْم أ‬

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi


Neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia,
mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)
dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai.” (QS. al-A’raf: 179)

Karena mereka mempunyai beban hukum, maka


kelak di akhirat amal perbuatan mereka akan
dipertanggungjawabkan. Mereka akan masuk Surga
atau Neraka. Ayat berikut menceritakan tentang jin
kafir yang kelak masuk Neraka. Jin kafir mengakui
bahwa waktu di dunia sudah ada rasul yang menyeru

224
kepada kebenaran namun mereka ingkar. Dan di
akhirat, mereka mengakui kesalahan mereka ini.

‫علَ ْيكُ ْم‬


َ َ‫صون‬ ُّ ُ‫اإل ْن ِس أ َ َل ْم يَأْتِ ُك ْم ُرسُ ٌل ِم ْن ُك ْم يَق‬
ِ ْ ‫يَا َم ْعش ََر ْال ِج ِن َو‬
ۖ ‫علَ ٰى أ َ ْنفُ ِسنَا‬ َ ‫ش ِهدْنَا‬ َ ‫آيَاتِي َويُ ْنذ ُِرونَكُ ْم ِل َقا َء يَ ْو ِمكُ ْم ٰ َهذَا ۚ قَالُوا‬
َ‫علَ ٰى أ َ ْنفُ ِس ِه ْم أَنه ُه ْم َكانُوا َكا ِف ِرين‬
َ ‫ش ِهد ُوا‬ َ ‫َوغ هَرتْ ُه ُم ْال َح َياة ُ الدُّ ْن َيا َو‬
Artinya: “Hai golongan jin dan manusia, apakah
belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan
kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-
ayat Ku dan memberi peringatan kepadamu
terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka
berkata: “Kami menjadi saksi atas diri kami
sendiri”, kehidupan dunia telah menipu mereka, dan
mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri,
bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.” (QS.
al-An’am: 130)
Ayat berikut meneritakan tentang jin yang masuk
Surga. Jin pun dapat bidadari cantik yang belum
pernah mereka sentuh waktu di dunia.

ٌّ ‫نس قَ ْبلَ ُه ْم َو َآل َج‬


‫ان‬ ْ َ‫ف لَ ْم ي‬
ٌ ِ‫ط ِمثْ ُه هن إ‬ ‫اص َراتُ ه‬
ِ ‫الط ْر‬ ِ َ‫فِي ِه هن ق‬
Artinya: “Di dalam Surga itu ada bidadari-bidadari
yang sopan menundukkan pandangannya, tidak
pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka
(penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan
tidak pula oleh jin.” (QS. ar-Rahman: 56)
Wallahu a’lam

225
226
Adakah Mubaligh dari Bangsa Jin
untuk Kalangan Jin?

Jamaah: Ustadz, sebelumnya disampaikan bahwa ada


jin muslim dan kafir. Pertanyaan saya, apakah di
kalangan jin juga ada dai atau penyeru kepada
kebaikan?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Benar bahwa jin ada


yang muslim dan ada yang kafir sebagaimana firman
Allah:

‫َوأَنها ِمنها ْال ُم ْس ِل ُمونَ َو ِمنها ْال َقا ِسطُونَ فَ َم ْن أ َ ْسلَ َم فَأُولَئِكَ ت َ َح هر ْوا‬
‫شدًا‬
َ ‫َر‬

Artinya: “Dan sesungguhnya di antara kami ada


orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran. Barang siapa
yang taat, maka mereka itu benar-benar telah
memilih jalan yang lurus.” (QS. Jin: 14)

Dari mana mereka beriman? Tentu saja dari


“pengajian” para jin. Artinya, di kalangan jin juga
ada para dai yang selalu menyeru kepada kebenaran
dan ketakwaan. Jin kadang ikut pengajian bangsa
manusia, mendengarkan tausiyah mereka lalu pergi
ke bangsa jin untuk menyeru kepada kebenaran.

Ayat berikut mengkisahkan tentang jin yang

227
mendengar al-Quran, lalu beriman dan bersegera
menyeru kepada kaumnya untuk ikut ajaran Nabi
Muhammad Saw. Jin tadi menjadi dai dan mubaligh
yang mengajak kaumnya kepada ajaran Islam.

‫ص َر ْفنَا إِ َليْكَ نَ َف ًرا ِمنَ ْال ِج ِن يَ ْست َِمعُونَ ْالقُ ْرآنَ فَلَ هما‬ َ ْ‫َوإِذ‬
َ‫ي َوله ْوا ِإلَى قَ ْو ِم ِهم ُّمنذ ِِرين‬ َ ‫ض‬ ِ ُ‫نصتُوا فَلَ هما ق‬ ِ َ ‫ض ُروهُ قَالُوا أ‬ َ ‫َح‬
‫ص ِدقًا ِل َما‬ َ ‫سى ُم‬ َ ‫نز َل ِمن بَ ْع ِد ُمو‬ ِ ُ ‫س ِم ْعنَا ِكت َابًا أ‬ َ ‫قَالُوا يَا قَ ْو َمنَا ِإنها‬
‫ق ُّم ْست َ ِق ٍيم‬ ٍ ‫ط ِري‬ َ ‫ق َوإِلَى‬ ِ ‫بَيْنَ يَدَ ْي ِه يَ ْهدِي إِلَى ْال َح‬
‫آمنُوا ِب ِه َي ْغ ِف ْر لَكُم ِمن ذُنُو ِبكُ ْم‬ ِ‫ي ه‬
ِ ‫َّللا َو‬ َ ‫َيا قَ ْو َمنَا أ َ ِجيبُوا دَا ِع‬
‫ْس بِ ُمعْ ِج ٍز‬ َ ‫َّللاِ فَلَي‬
‫ي ه‬َ ‫ب أ َ ِل ٍيم َو َمن ال ي ُِجبْ دَا ِع‬ ٍ ‫عذَا‬َ ‫َوي ُِج ْركُم ِم ْن‬
‫ين‬
ٍ ‫ضال ٍل ُّم ِب‬ َ ‫ْس لَهُ ِمن د ُو ِن ِه أ َ ْو ِل َياء أ ُ ْولَئِكَ ِفي‬ َ ‫ض َولَي‬ ِ ‫ِفي اْل َ ْر‬

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan


serombongan jin kepadamu yang mendengarkan al-
Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan
(al-Quran) lalu mereka berkata, “Diamlah kamu
(untuk mendengarkan).” Ketika pembacaan telah
selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk)
memberi peringatan. Mereka berkata, “Wahai kaum
kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan Kitab
(al-Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa
yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya lagi
memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang
lurus. Wahai kaum kami, terimalah (seruan) orang
yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-
Nya, niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan
melepaskanmu dari adzab yang pedih. Dan orang
yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru

228
kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri
dari adzab Allah di muka Bumi dan tidak ada
baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam
kesesatan yang nyata.” (QS. al-Ahqaf: 29-32)
Wallahu a’lam

229
230
Hukum Puasa Mutlak

Jama'ah: Ustadz, kalau saya mau puasa di waktu


yang tidak ditentukan, boleh tidak?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Puasa yang tidak


terikat dengan hari tertentu itu namanya puasa
mutlak dan itu dibolehkan. Dalilnya sabda
Rasulullah Saw berikut ini:

‫ دخل على النبي صلى هللا عليه‬:‫عن عائشة أم المؤمنين قالت‬


‫وسلم ذات يوم فقال هل عندكم شيء؟ فقلنا ال قال فإنى إذن‬
‫صائم ثم أتانا يوما آخر فقلنا يا رسول هللا أهدي لنا حيس‬
‫فقال أرينيه فلقد أصبحت صائما فأكل‬

Artinya: Dari Aisyah Ummul Mukminin berkata:


“Suatu hari Nabi Saw mendatangiku seraya berkata:
“Apakah kalian mempunyai sesuatu (yaitu
makanan)?” Maka kami menjawab: “Tidak”. Beliau
berkata: “Kalau begitu aku berpuasa”.

Imam Nawawi dalam syarahnya mengatakan bahwa


boleh seseorang niat puasa sunah di siang hari. Tentu
saja dengan catatan sejak terbit fajar belum makan
apapun. Puasa mutlak baru diharamkan jika
dilaksanakan di hari-hari yang diharamkan puasa,
seperti puasa di dua hari raya dan hari tasyrik.
Wallahu a’lam

231
232
Apakah Anak Zina
Ada Hak Nafkah dari Ayah?

Jamaah: Ustadz, apakah ada hak waris atau nafkah


dan lainnya dari ayah untuk anak hasil zina?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Anak zina dari ayah


biologisnya, tidak punya hak apapun, baik hak
nafkah maupun hak waris. Bahkan secara hukum
syariat, anak tadi tidak mempunyai hubungan nasab
sama sekali ke ayahnya. Jadi nasab hanya ke ibunya
saja.

Dalilnya adalah sabda Rasulullah Saw berikut:

‫ َو ِل ْل َعا ِه ِر ال َح َج ُر‬،‫اش‬
ِ ‫الولَد ُ ِل ْل ِف َر‬
َ

Artinya: “Anak itu haknya pemilik ranjang dan lelaki


yang berzina merugi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maksudnya “hajar” dalam hadis tersebut adalah


bahwa sang ayah merugi, karena tidak mempunyai
hak apapun terhadap anak. Bahkan hak nasab pun
tidak punya. Wallahu a’lam

233
234
Doa Minta Miskin, Boleh Tidak?

Jamaah: Ustadz, mau tanya derajat hadis doa ini:

‫ َواحْ شُ ْرنِي فِي ُز ْم َر ِة‬،‫ َوأ َ ِمتْنِي ِم ْس ِكينًا‬،‫الله ُه هم أَحْ ِينِي ِم ْس ِكينًا‬
‫ين يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬ َ ‫ْال َم‬
ِ ‫سا ِك‬

Bagaimana derajat hadis di atas dan apakah boleh


berdoa dengan doa tersebut?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim:

‫سله َم‬
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ ‫ص هلى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫ع ْن أَن ٍَس رضي هللا عنه أ َ هن َرسُو َل ه‬
َ ‫َّللا‬ َ
ْ َ َ
‫ َواحْ شُ ْرنِي فِي‬،‫ َوأ ِمتنِي ِم ْس ِكي ًنا‬،‫ الل ُه هم أحْ يِنِي ِم ْس ِكينًا‬:َ‫قَال‬‫ه‬
‫ين َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة‬
ِ ‫ُز ْم َر ِة ْال َم َسا ِك‬

Hadis ini diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah.


Umumnya para ulama mendhaifkan hadis di atas.
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dalam
sanadnya ada Yazid bin Sannan Aba Farwah ar-
Rahawi. Dia sangat dhaif. Tirmidzi sendiri
mengomentari hadis ini dengan mengatakan, “Hadis
ini gharib. Dalam kitab al-Bidâyah wa an-Nihâyah,
Ibnu Katsir juga mendhaifkan hadits tersebut. Dalam
kitab Majmû’ Fatâwâ, Ibnu Taimiyah juga
mengatakan bahwa hadis ini dhaif.

Selain itu, hadis ini bertentangan dengan hadis-hadis


lain yang memerintahkan kita supaya bekerja keras

235
agar tidak menjadi orang miskin. Hadis tersebut di
antaranya:

‫ َوقَنَ َع ِب ِه‬،‫ع ْيشُهُ َكفَافًا‬


َ َ‫ْالم َو َكان‬ َ ‫طُوبَى ِل َم ْن هُد‬
ِ ‫ِي ِإلَى‬
ِ ‫اإلس‬

Artinya: “Kebaikan bagi orang yang memperoleh


petunjuk kepada Islam! Dan kehidupannya tidak
memerlukan kepada bantuan orang dan merasa
cukup dengan yang demikian.” (HR. Muslim)

Hadis dari Ibnu Mas’ud ra, beliau berkata:

‫ الله ُه هم إنِي‬:‫ي – صلى هللا عليه وسلم – َكانَ يقول‬ ‫أن النب ه‬‫ه‬
َ َ‫أسْألُكَ ال ُهدَى والتُّقَى والعَف‬
‫اف وال ِغنَى‬

Artinya: “Nabi Saw bersabda: “Ya Allah, aku


meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan
sifat ‘afaf (terjaga dari perbuatan yang merusak
kehormatan) dan kecukupan.” (HR. Muslim)

Al-Quran sendiri memerintahkan kita untuk kaya,


dibuktikan dengan bertebarannya ayat al-Quran yang
memerintahkan kita untuk mencari karunia Allah di
muka Bumi. Di antaranya adalah ayat berikut:

‫امشُوا فِي َمنَا ِك ِب َها َوكُلُوا‬ َ ‫ه َُو الهذِي َج َع َل لَكُ ُم ْاْل َ ْر‬
ً ُ‫ض ذَل‬
ْ َ‫وال ف‬
ُ ُ‫ِم ْن ِر ْزقِ ِه ۖ َوإِلَ ْي ِه النُّش‬
‫ور‬

236
Artinya: “Dialah Yang menjadikan Bumi itu mudah
bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan
hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan.” (QS. al-Mulk: 15)

ۙ ‫ض ِل اللهـ ِه‬ ِ ‫َوآخ َُرونَ يَض ِْربُونَ فِي ْاْل َ ْر‬


ْ َ‫ض يَ ْبتَغُونَ ِمن ف‬

Artinya: “Dan orang-orang yang berjalan di muka


Bumi mencari sebagian karunia Allah.” (QS. al-
Muzammil: 20)

‫ط ِريًّا َوت َ ْست َْخ ِر ُجوا‬َ ‫حْر ِلت َأْكُلُوا ِم ْنهُ لَحْ ًما‬
َ َ‫س هخ َر ْالب‬ َ ‫َوه َُو الهذِي‬
ِ ‫سونَ َها َوت ََرى ْالفُ ْلكَ َم َو‬
‫اخ َر ِفي ِه َو ِلت َ ْبتَغُوا ِم ْن‬ ُ ‫ِم ْنهُ ِح ْل َيةً ت َْل َب‬
َ‫ض ِل ِه َولَ َعلهكُ ْم ت َ ْشكُ ُرون‬
ْ َ‫ف‬

Artinya: “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan


lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan
daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu
mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu
pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya,
dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari
karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (QS. an-
Nahl: 14)

Kesimpulannya, hadis di atas dhaif dan tidak layak


untuk dijadikan sebagai doa. Jika pun hadis tersebut
sahih, maksudnya maknanya adalah sikap tawadhu'

237
Rasulullah Saw dan bukan Rasul memerintahkan kita
supaya menjadi orang fakir. Wallahu a’lam

238
Zaman Modern, Warisan Laki-laki
dan Perempuan Sama?

Jamaah: Ustadz, katanya warisan untuk zaman


sekarang antara laki-laki dan perempuan disamakan
ya. Alasannya karena dulu wanita tidak bekerja dan
sekarang bekerja.

Ustadz Wahyudi Abdurrahim:


1. Sejak zaman Rasulullah Saw, wanita sudah
bekerja. Buktinya Khadijah istri Rasulullah Saw
adalah seorang saudagar kaya. Beliau pula yang
banyak memberikan dukungan dan bantuan finansial
atas dakwah Nabi Saw.

2. Hindun istri Abu Sufyan juga saudagar.

3. Dari sini gugurlah anggapan bahwa zaman Nabi


Muhammad Saw wanita tidak bekerja.

4. Meski demikian, ayat al-Quran tetap memberikan


perbedaan dalam pembagian waris antara laki-laki
dan perempuan. Firman Allah Swt:

‫َّللاُ فِي أ َ ْوال ِدكُ ْم ِللذه َك ِر ِمثْ ُل َح ِظ اْلُنثَيي ِْن‬


‫ُوصيكُ ُم ه‬
ِ ‫ي‬

Artinya: “Allah mensyariatkan bagimu tentang


(pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu:

239
bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua
orang anak perempuan.” (QS. an-Nisa: 11)

Menurut para ulama ushul, ayat di atas adalah qat’iy


tsubût dalâlah. Artinya, seluruh ulama sepakat
mengenai satu makna dari ayat tersebut, yaitu bagian
seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang
anak perempuan.

5. Mengapa bagian laki-laki lebih besar dari


perempuan? Karena dalam Islam, laki-laki
merupakan tumpuan hidup. Ia punya tanggung jawab
untuk memberikan nafkah kepada istri dan anak-
anak. Beda dengan perempuan, meski ia kaya raya,
tetapi sama sekali tidak mempunyai beban nafkah
untuk keluarga, baik suami atau anak-anak. Uangnya
bersih menjadi milik pribadi. Inilah bukti keadilan
Islam itu. Wallahu a’lam

240
Bagaimana Iblis
Menjerumuskan Adam?
Jamaah: Ustadz, Iblis sudah diusir dari Surga, tapi
bagaimana bisa menggoda Adam hingga tergelincir
dan terusir dari Surga?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim:


1. Persoalan ini tidak ada keterangan rinci dari nas,
baik ayat al-Quran atau hadis Nabi Saw.
2. Yang pasti bahwa Iblis terusir dari Surga akibat
sikap sombong dan tidak mau bersujud kepada Nabi
Adam. Ini berdasarkan firman Allah berikut:

‫يس أ َ َبى‬ َ َ‫َو ِإ ْذ قُ ْلنَا ِل ْل َمالَ ِئ َك ِة ا ْس ُجد ُواْ آلدَ َم ف‬


َ ‫س َجد ُواْ ِإاله ِإ ْب ِل‬
َ‫َوا ْست َ ْك َب َر َو َكانَ ِمنَ ْال َكا ِف ِرين‬
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman
kepada para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada
Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia
enggan dan takabur dan ia termasuk golongan
orang-orang yang kafir.” (QS. al-Baqarah: 34)

ِ ‫علَيْكَ لَ ْعنَتِي إِلَى يَ ْو ِم الد‬


‫ِين‬ َ ‫اخ ُرجْ ِم ْن َها فَإِنهكَ َر ِجي ٌم َوإِ هن‬
ْ َ‫قَا َل ف‬

Artinya: “Allah berfirman: “Maka keluarlah kamu


dari Surga; Sesungguhnya kamu adalah orang yang
terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu
sampai hari Pembalasan.” (QS. Shad: 77-78)

3. Iblis juga berjanji akan akan menggoda Adam


beserta anak cucunya. Ini berdasarkan firman Allah:

241
ِ َ‫قَا َل فَ ِب ِع هزتِكَ َْل ُ ْغ ِويَنه ُه ْم أَجْ َمعِينَ ِإ هال ِعبَادَكَ ِم ْن ُه ُم ْال ُم ْخل‬
َ‫صين‬

Artinya: “Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau


aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali
hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.”
(QS. Shaad: 82-83)

Adapun cara Iblis mengganggu Adam, bisa dilihat


ayat berikut:

‫ع ْن ُه َما ِم ْن‬
َ ‫ي‬ َ ‫ور‬ ِ ‫ِي َل ُه َما َما ُو‬ َ ‫طانُ ِليُ ْبد‬ َ ‫ش ْي‬‫س لَ ُه َما ال ه‬ َ ‫فَ َوس َْو‬
‫ش َج َر ِة ِإ هال أ َ ْن تَكُونَا‬
‫ع ْن َه ِذ ِه ال ه‬ َ ‫س ْوآ َ ِت ِه َما َوقَا َل َما نَ َهاكُ َما َربُّكُ َما‬ َ
َ‫س َم ُه َما ِإ ِني لَكُ َما لَ ِمن‬ َ َ ‫ا‬ َ ‫ق‬ ‫و‬ . َ‫ِين‬‫د‬ ‫ل‬
ِ ‫َا‬
‫خ‬ ْ
‫ال‬ َ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫َا‬ ‫ن‬‫و‬ُ ‫ك‬َ ‫ت‬ ‫و‬ َ
ْ ِ ‫َم‬
‫أ‬ ‫ْن‬ ‫ي‬‫ك‬َ َ ‫ل‬
‫ور‬ ٍ ‫ فَدَ هالهُ َما ِبغُ ُر‬. َ‫اص ِحين‬ ِ ‫النه‬
Artinya: “Syaitan membisikkan pikiran jahat kepada
keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa
yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan
syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu
dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu
berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi
orang-orang yang kekal (dalam Surga)”. Dan dia
(syaitan) bersumpah kepada keduanya.
“Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang
memberi nasihat kepada kamu berdua”, maka
syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah
itu) dengan tipu daya.” (QS. al-A’raf: 20-22)

Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, dan mayoritas ulama


berpendapat bahwa Iblis menggoda Adam dan Hawa
dengan dialog secara lisan. Dalilnya adalah firman
Allah Swt:

ِ ‫س َم ُه َما ِإنِي لَكُ َما لَ ِمنَ النه‬


َ‫اص ِحين‬ َ ‫َوقَا‬
242
Artinya: “Dan dia (syaitan) bersumpah kepada
keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk
orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua.”

Adanya sumpah menunjukkan bahwa itu dilakukan


secara lisan (bukan bisikan). (Tafsir al-Qurthubi, jilid
I halaman 312)

Sebagian ulama mengatakan, bahwa Iblis tidak


masuk Surga untuk menemui Adam, setelah dia
diusir dari Surga. Namun Iblis menggoda Adam
dengan kekuatan setannya dan was-wasnya kepada
Adam, yang kemampuan itu Allah berikan
kepadanya. Hal ini bisa dilihat dari sabda Rasulullah
Saw berikut ini:

‫ إن الشيطان يجري من ابن آدم‬:‫قال صلى هللا عليه وسلم‬


‫مجرى الدم‬

Artinya: Nabi Muhammad Saw bersabda:


“Sesungguhnya syaitan mengalir di pembuluh darah
bani Adam.” (HR. Bukhari)

Lalu bagaimana cara Iblis masuk ke Surga? Ada dua


pendapat: Pertama, Iblis masuk ke Surga, dengan
merasuki ular. Ini dikisahkan oleh al-Qurthubi dari
Wahab bin Munabih yang diriwayatkan Ibnu Razaq
sebagai berikut:

‫ وهي ذات أربع كالب ُْخ ِت َية من‬،‫دخل إبليس الجنة في فم الحية‬
‫أحسن دابة خلقها هللا تعالى بعد أن عرض نفسه على كثير‬
‫ فلما دخلت به الجنة خرج من‬،‫من الحيوان فلم يدخله الجنة‬
‫ فأخذ من الشجرة التي نهى هللا آدم وزوجه‬،‫جوفها إبليس‬
243
‫ ما‬،‫ انظري إلى هذه الشجرة‬:‫ فجاء بها إلى حواء فقال‬،‫عنها‬
‫أ طيب ريحها وأطيب طعمها وأحسن لونها! فلم يزل يغويها‬
:‫ وقالت له حواء‬،‫ ثم أغوى آدم‬،‫حتى أخذتها حواء فأكلتها‬
‫ فأكل منها فبدت لهما‬،‫ فلم تضرني‬،‫كل فإني أكلت منها‬
‫ فدخل آدم في جوف‬،‫ وحصال في حكم الذنب‬،‫سوآتهما‬
‫ أال‬:‫ قال‬،‫ أنا هذا يا رب‬:‫ أين أنت؟ فقال‬:‫ فناداه ربه‬،‫الشجرة‬
‫ اهبط إلى‬:‫ فقال هللا آلدم‬،‫تخرج؟ قال أستحي منك يا رب‬
‫ وردت قوائمها في‬،‫ ولعنت الحية‬،‫اْلرض التي خلقت منها‬
‫ ولذلك أمرنا‬،‫ و ُج ِعلت العداوة بينها وبين بني آدم‬،‫جوفها‬
.‫بقتلها‬

Artinya: Iblis masuk ke dalam Surga melalui mulut


ular, sebagaimana unta Bukhtiyah, binatang
tunggangan yang paling indah, yang Allah ciptakan.
Setelah Iblis menawarkan diri ke semua binatang,
namun tidak ada yang bersedia mengajaknya masuk
Surga. Setelah ular itu masuk ke dalam Surga
bersama Iblis, keluar dia dari perut ular itu.
Kemudian dia menuju pohon larangan bagi Adam
dan Hawa itu. Pertama kali dia mempengaruhi
Hawa. Dia membawa pohon itu ke Hawa,
“Lihatlah pohon ini, baunya harum, rasanya lezat,
dan warnanya indah”. Dia terus mempengaruhi
Hawa, hingga Hawa-pun mengambil pohon itu dan
memakannya. Kemudian baru menggoda Adam.
Kata Hawa, “Makanlah, aku sudah makan, tidak ada
masalah apa-apa”. Adam pun makan dari pohon itu.
Tiba-tiba pakaiannya terbuka dan terlihat kemaluan
mereka. Mereka telah melakukan dosa. Lalu Adam
masuk ke pohon itu. Dan dipanggil oleh Allah.
“Di mana kamu?” tanya Allah (Dia Maha
Mengetahui). “Saya di sini, Ya Allah” jawab Adam.
“Mengapa kamu tidak keluar dari situ?” tanya Allah.

244
“Saya malu kepada-Mu, Ya Allah”. Jawab Adam.
Lalu Allah berfirman kepada Adam, “Turunlah ke
Bumi, asal penciptaanmu”. Ular itu pun dilaknat, dan
kakinya dilenyapkan menjadi bagian perutnya, serta
dijadikan permusuhan antara ular dengan manusia.
Karena itulah, kita diperintahkan untuk
membunuhnya. (Tafsir al-Qurthubi, jilid I halaman
313)

Kedua, Iblis masih bisa masuk ke dalam Surga,


hanya dalam kondisi terhina. Terkait hal ini,
diriwayatkan oleh al-Baidhawi sebagai berikut:

‫ إنه منع من الدخول على جهة التكرمة كما كان يدخل‬:‫قيل‬


‫ ولم يمنع أن يدخل للوسوسة ابتالء آلدم وحواء‬،‫مع المالئكة‬

Artinya: Ada yang mengatakan, dia tidak boleh


masuk ke dalam Surga dengan penghormatan,
sebagaimana dulu dia masuk ke dalam Surga
bersama para Malaikat. Dan dia tidak dilarang untuk
menggoda Adam sebagai ujian bagi Adam dan
Hawa. (Tafsir al-Baidhawi, jilid I halaman 72)

Kesimpulannya:
1. Iblis dendam kepada Adam kemudian
menjerumuskan Adam.
2. Iblis berhasil menjerumuskan Adam hingga
akhirnya Adam juga terusir dari Surga.
3. Adapun caranya, bagaimana Iblis bisa
menjerumuskan Adam sementara Iblis sudah terusir
dari Surga, tidak ada nas. Kita pun tidak diberi
tuntutan untuk mengetahui kejadian tersebut secara
mendetail.

245
4. Yang terpenting adalah bagaimana supaya kita
tidak tergoda oleh rayuan Iblis yang berupaya keras
untuk selalu menjerumuskan anak manusia supaya
menjadi temannya kelak di Neraka. Wallahu a’lam

246
Cerai Itu Bagaimana?

Jamaah: Ustadz, mau tanya kedudukan cerai menurut


Allah, ada hadisnya tidak?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Cerai maksudnya


adalah melepaskan ikatan pernikahan dengan lafal
talak dan semacamnya. Dalam Islam, cerai atau talak
dibolehkan. Hal ini berdasarkan firman Allah
berikut:

ُّ‫ان َوال يَ ِحل‬ َ ْ‫َان فَإ ِ ْمزَ اكٌ بِ َم ْع ُروفٍ أ َ ْو تَس ِْري ٌح بِإِح‬
ٍ ‫س‬ ِ ‫الق َم هرت‬ُ ‫الط‬ ‫ه‬
‫شيْئا ً ِإالض أ َ ْن َيخَافَا أَاله يُ ِقي َما‬ َ ‫لَكُ ْم أ َ ْن ت َأ ْ ُخذُوا ِم هما آت َ ْيت ُ ُموه هُن‬
‫علَ ْي ِه َما فِي َما‬ ِ ‫َّللا فَإ ِ ْن ِخ ْفت ُ ْم أَاله يُ ِقي َما ُحد ُودَ ه‬
َ ‫َّللا فَال ُجنَا َح‬ ِ ‫ُحد ُودَ ه‬
ِ ‫َّللا فَال ت َ ْعتَد ُوهَا َو َم ْن يَتَعَده ُحد ُودَ ه‬
‫َّللا‬ ِ ‫ت بِ ِه تِ ْلكَ ُحد ُود ُ ه‬ ْ َ‫ا ْفتَد‬
‫فَأُولَئِكَ هُ ُم ه‬
َ‫الظا ِل ُمون‬

Artinya: “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali.


Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf
atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak
halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari
yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali
kalau keduanya khawatir tidak akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu
khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat
menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada
dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan
oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-
hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya.

247
Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah
mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. al-
Baqarah: 229)

Juga ayat lain berikut ini:

َ ‫طلهقَ َها فَ َال ت َِح ُّل َلهُ ِمن بَ ْعد ُ َحت ه ٰى ت َن ِك َح زَ ْو ًجا‬
‫غي َْرهُ ۗ فَإِن‬ َ ‫فَإِن‬
‫علَ ْي ِه َما أَن يَت ََرا َجعَا‬
َ ‫طلهقَ َها فَ َال ُجنَا َح‬
َ

Artinya: “Kemudian jika si suami mentalaknya


(sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu
tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan
suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu
menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi
keduanya (bekas suami pertama dan istri) untuk
kawin kembali.” (QS. al-Baqarah: 230)

Ini artinya bahwa cerai memang ada aturannya


dalam Islam. Hanya saja, ia menjadi jalan keluar
terakhir jika memang kedua pasangan sudah tidak
ada jalan lain untuk tetap hidup bersama. Itu pun,
harus dilakukan di depan pengadilan. Artinya ada
proses administrasi yang harus ditempuh. Karena
nantinya akan berkaitan erat dengan hak dan
kewajiban antara mereka dan juga anak-anak.

Terkait cerai sebagai solusi terahir ini, Rasulullah


Saw bersabda:

‫َض اْل َح َال ِل إِلَى هللاِ ه‬


‫الطالَ ُق‬ ُ ‫ا َ ْبغ‬
248
Artinya: “Perkara halal yang paling dimurkai oleh
Allah Swt adalah talak.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu
Majah)

Ini artinya, cerai sedapat mungkin dihindari. Cerai


dapat berdampak negatif kepada kedua pasangan dan
juga anak-anak. Carilah sebab masalah, lalu
diskusikan bersama secara baik. Buang perasaan
egois dan kedepankan maslahat bersama. Itu lebih
baik dibandingkan perceraian. Wallahu a’lam

249
250
Di Islam Ada Dosa Turunan Tidak?

Jamaah: Ustadz, ada yang bilang bahwa jika


seseorang berzina, maka kelak di antara keluarganya
akan ada yang berzina. Itu sebagai hukum karma dan
dosa turunan. Benarkah ada dosa turunan dalam
Islam?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Islam tidak mengenal


istilah dosa turunan. Seseorang hanya akan
menerima dosa atas amal perbuatan buruk yang ia
lakukan. Sementara jika orang lain atau ayah
neneknya yang melakukan dosa, maka ia sama sekali
tidak terkena dosanya. Jadi, dosa berlaku bagi
pelakunya saja.

Dalilnya firman Allah Swt berikut ini:

‫أ َ هال ت َِز ُر َو ِاز َرة ٌ ِو ْز َر أ ُ ْخ َرى‬

Artinya: “Bahwasanya seorang yang berdosa tidak


akan memikul dosa orang lain.” (QS. an-Najm: 38)

Dalam menafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir


menyatakan sebagai berikut, “Yakni setiap jiwa yang
menzhalimi dirinya sendiri dengan berbuat kekafiran
atau dosa apapun, sesungguhnya dosanya adalah
terhadap dirinya sendiri. Tidak seorang pun yang
menanggungkan dosa itu untuk dirinya”.

251
Juga firman Allah berikut ini:

َ ٌ ‫اخش َْوا يَ ْو ًما َال يَجْ ِزي َوا ِلد‬


‫ع ْن‬ ْ ‫اس اتهقُوا َربه ُك ْم َو‬ُ ‫يَا أَيُّ َها النه‬
‫ش ْيئًا‬
َ ‫ع ْن َوا ِل ِد ِه‬
َ ‫از‬ ٍ ‫َولَ ِد ِه َو َال َم ْولُود ٌ ه َُو َج‬

Artinya: “Hai manusia, bertakwalah kepada Rabb


kalian dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu)
seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan
seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya
sedikitpun.” (QS. Luqman: 33)

Ini juga berlaku bagi tindak kriminal. Jadi yang


berhak untuk mendapatkan hukuman adalah pelaku
kriminal saja. Mereka yang tidak ada sangkut
pautnya, baik dari ayah ke atas atau anak ke bawah,
atau istri dan saudaranya, tidak berhak untuk
mendapatkan intimidasi dan hukuman. Ini sesuai
dengan firman Allah berikut ini:

َ ‫علَ ْي ِه بِ ِمثْ ِل َما ا ْعتَدَى‬


‫علَ ْيكُ ْم‬ َ ‫علَ ْيكُ ْم فَا ْعتَد ُوا‬
َ ‫فَ َم ِن ا ْعتَدَى‬

Artinya: “Oleh sebab itu barangsiapa yang


menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang
dengan serangannya terhadapmu.” (QS. al-Baqarah:
194) Wallahu a’lam

252
Pemerkosa Harusnya Dihukum Apa?

Jamaah: Ustadz, hukuman bagi pemerkosa menurut


hukum Islam apa ya?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Pemerkosa


sesungguhnya mirip dengan perzinaan, bedanya dia
memaksa lawan jenis untuk berhubungan dengannya.
Jadi di sini ada unsur paksaan. Hukumannya:

1. Jika ia memaksa lawan jenis tanpa menggunakan


kekerasan, tanpa ancaman senjata, tanpa menculik
atau sejenisnya, dan ia belum menikah (ghairu
muhshan), maka hukumannya seperti pezina, yaitu
didera 100 kali lalu diasingkan (dipenjara) sesuai
ketetapan pengadilan. Jika ia telah menikah
(muhshan), maka hukumannya dirajam sampai mati.

Sebagian ulama, seperti pendapat Malikiyah dan


Hanafiyah, mewajibkan kepada pemerkosa untuk
memberikan ganti rugi secara materi kepada yang
diperkosa. Sementara bagi yang diperkosa, tidak
mendapatkan hukuman apapun.

Dalil terkait hukuman bagi pezina ghair muhshan


sebagai berikut firman Allah:

ٍ‫اح ٍد ِم ْن ُه َما ِمائَةَ َج ْلدَة‬ ‫الزانِيَةُ َو ه‬


ِ ‫الزانِي فَاجْ ِلد ُوا كُ هل َو‬ ‫ه‬

Artinya: “Perempuan yang berzina dan laki-laki


253
yang berzina, maka deralah (cambuklah) tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus kali dera (cambuk).”
(QS. an-Nur: 2)

Sabda Rasulullah Saw:

‫ ْال ِب ْك ُر ِب ْال ِب ْك ِر‬،ً‫س ِب ْيال‬


َ ‫َّللاُ لَ ُه هن‬
‫ قَدْ َج َع َل ه‬،‫ي‬ْ ِ‫عن‬َ ‫ ُخذ ُ ْوا‬،‫ي‬ َ ‫ُخذ ُ ْوا‬
ْ ِ‫عن‬
.‫ع ٍام‬ ُ ‫ِج ْلد ُ ِمائ َ ٍة َوت َ ْغ ِري‬
َ ‫ْب‬

Artinya: “Ambillah dariku! ambillah dariku!


Sungguh Allah telah menjadikan bagi mereka jalan,
yang belum muhshan dikenakan seratus dera dan
diasingkan setahun.” (HR. Muslim)

Dalil hukuman pezina muhshan (sudah berkeluarga)


sebagai berikut:

Umar bin Khatthab ra menjelaskan dalam


khutbahnya:

‫علَ ْي ِه آيَةُ ه‬
‫الرجْ ِم‬ َ ‫علَى نَبِيِ ِه ْالقُ ْرآنَ َو َكانَ فِ ْي َما أ ُ ْن ِز َل‬َ ‫إِ هن هللاَ أ َ ْنزَ َل‬
‫عقَ ْلنَاهَا َو َر َج َم َرسُ ْو ُل هللاِ صلى هللا عليه‬ َ ‫فَقَ َرأْنَاهَا َو َو‬
َ ‫ع ْينَاهَا َو‬
:‫ان أ َ ْن يَقُ ْولُ ْوا‬ ٌ ‫اس زَ َم‬ ِ ‫طا َل ِبالنه‬ َ ‫وسلم َو َر َج ْمنَا بَ ْعدَهُ َو أ َ ْخشَى ِإ ْن‬
ُ‫ض ٍة أ َ ْنزَ لَ َها هللا‬َ ‫ضلُّ ْوا بِت َْر ِك فَ ِر ْي‬ ِ َ‫ب هللا فَي‬ ِ ‫ي ِكت َا‬ ْ ِ‫جْم ف‬
َ ‫الر‬ ‫الَ ن َِجد ُ ه‬
َ ‫علَى َم ْن زَ نَا ِإذَا أ َ ْح‬
َ‫صن‬ َ ‫هللا‬ِ ‫ب‬ ِ ‫ي ِكت َا‬ ْ ‫الرجْ َم َح ٌّق ثَا ِبتٌ ِف‬ ‫َو ِ ِإ هن ه‬
.‫اإل ْعتِ َراف‬ ِ ‫ت ْالبَ ِينَةُ أ َ ْو َكانَ ْال َحبَل أ َ ْو‬ِ ‫ِإذَا قَا َم‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah menurunkan al-


Quran kepada Nabi-Nya dan di antara yang

254
diturunkan kepada beliau adalah ayat rajam. Kami
telah membaca, memahami dan mengetahui ayat itu.
Nabi Saw telah melaksanakan hukuman rajam dan
kami pun telah melaksanakannya setelah beliau. Aku
khawatir apabila zaman telah berlalu lama, akan ada
orang-orang yang mengatakan: “Kami tidak
mendapatkan hukuman rajam dalam kitab Allah!”
sehingga mereka sesat lantaran meninggalkan
kewajiban yang Allah Swt telah turunkan. Sungguh
(hukuman) rajam adalah benar dan ada dalam kitab
Allah untuk orang yang berzina apabila telah pernah
menikah (al-Muhshan), bila telah terbukti dengan
pesaksian atau kehamilan atau pengakuan sendiri.”
(HR. Bukhari)

Ayat tentang rajam mansûkh namun hukum tetap


berlaku. Ayat yang mansûkh tersebut bunyinya
sebagai berikut:

ُ‫ار ُج ُم ْوهُ َما ْالبَت َ ْه نَ َكالً ِمنَ هللاِ َو هللا‬


ْ َ‫ش ْي َخةُ إِذَا زَ نَيَا ف‬
‫ش ْي ُخ َوال ه‬ ‫َوال ه‬
‫ع ِزي ٌْز َح ِك ْي ٌم‬
َ

Artinya: “Syaikh lelaki dan perempuan apabila


keduanya berzina maka rajamlah keduanya sebagai
balasan dari Allah Swt dan Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (HR. Ibnu Majah)

2. Adapun jika pemerkosaan dilakukan dengan


ancaman, kekerasan, apalagi sampai memaksa
dengan menodongkan senjata, menculik atau

255
menyiksa pelaku, maka pemerkosa dianggap telah
melakukan tindak kriminal hirabah. Hukuman
pelaku hirabah adalah mati. Umumnya pemerkosaan
masuk kepada jenis hirabah ini. Dalil hukuman
pelaku hirabah adalah firman Allah berikut ini:

‫ض‬ ِ ‫َّللا َو َرسُولَهُ َويَ ْس َع ْونَ فِي اْل َ ْر‬ َ ‫اربُونَ ه‬ ِ ‫ِإنه َما َجزَ ا ُء الهذِينَ يُ َح‬
‫ط َع أ َ ْيدِي ِه ْم َوأ َ ْر ُجلُ ُه ْم ِم ْن‬
‫صلهبُوا أ َ ْو تُقَ ه‬
َ ُ‫سادا ً أ َ ْن يُقَتهلُوا أ َ ْو ي‬ َ َ‫ف‬
‫ي فِي الدُّ ْن َيا َولَ ُه ْم فِي‬ ٌ ‫ض ذَلِكَ لَ ُه ْم ِخ ْز‬ ِ ‫ِخالفٍ أ َ ْو يُ ْنفَ ْوا ِمنَ اْل َ ْر‬
َ ٌ‫عذَاب‬
ٌ‫ع ِظيم‬ َ ِ‫اآلخ َرة‬
ِ

Artinya: “Sesungguhnya pembalasan terhadap


orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya
dan membuat kerusakan di muka Bumi, hanyalah
mereka dibunuh dan disalib, atau dipotong tangan
dan kaki kiri mereka dengan bertimbal bali, atau
dibuang dari negeri (tempat kediamannya), yang
demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk
mereka di dunia dan akhirat mereka mendapat
siksaan yang besar, kecuali orang-orang yang
bertaubat (di antara mereka) sebelum kamu dapat
menguasai (menangkap) mereka, maka ketahuilah
bahwasanya Allah Maha Pengampun.” (QS. al-
Maidah: 33-34) Wallahu a’lam

256
Shalat Tahajud Setelah Shalat Witir
Hukumnya Bagaimana?

Jamaah: Ustadz, apakah setelah shalat witir boleh


melaksanakan shalat tahajud pada bulan Ramadhan
karena sebagian mengatakan shalat witir penutup
shalat malam?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Boleh melaksanakan


shalat sunnah setelah shalat witir, dan tidak perlu
shalat witir lagi. Dalilnya sebagai berikut:

‫ت ث ُ هم يُو ِت ُر‬ ٍ ‫ص ِلى ث َ َمانَ َر َك َعا‬ َ ُ‫ع ْش َرة َ َر ْك َع ًة ي‬


َ ‫ث‬ َ ‫ال‬ َ َ ‫ص ِلى ث‬
َ ُ‫َكانَ ي‬
َ َ‫س فَإِذَا أ َ َراد َ أ َ ْن يَ ْر َك َع ق‬
‫ام فَ َر َك َع‬ ٌ ‫ص ِلى َر ْك َعتَي ِْن َوه َُو َجا ِل‬ َ ُ‫ث ُ هم ي‬
.‫ْح‬
ِ ‫صب‬ ُّ ‫صالَةِ ال‬ َ ‫اإلقَا َم ِة ِم ْن‬ ِ ‫اء َو‬ِ َ‫ص ِلى َر ْكعَتَي ِْن بَيْنَ النِد‬َ ُ‫ث ُ هم ي‬

Artinya: “Nabi Saw biasa melaksanakan shalat 13


rakaat (dalam semalam). Beliau melaksanakan shalat
8 rakaat kemudian beliau berwitir (dengan 1 rakaat).
Kemudian setelah berwitir, beliau melaksanakan
shalat 2 rakaat sambil duduk. Jika ingin melakukan
ruku’, beliau berdiri dari ruku’nya dan beliau
membungkukkan badan untuk ruku’. Setelah itu di
antara waktu adzan shubuh dan iqamahnya, beliau
melakukan shalat 2 rakaat.” (HR. Muslim)

Terkait tidak perlu adanya shalat witir berdasarkan


hadis Nabi berikut:

257
‫ال وتران في ليلة‬

Artinya: “Tidak ada dua shalat witir dalam satu


malam.” (HR. Ahmad)

Dalam kitab Majmû’, Imam Nawawi berkata, jika


seseorang melakukan shalat witir, lalu ingin shalat
sunnah setelahnya, itu dibolehkan. Wallahu a’lam

258
Mengapa Selain Nabi Muhammad
Saw Doanya Hanya Alaihissalam?

Jamaah: Ustadz, ketika nama nabi dan rasul disebut


maka kita harus menjawab “alaihissalam” kecuali
Nabi Muhammad maka kita harus menjawab
”shallallahu alaihi wa sallam”. Lalu ketika sedang
shalat berjamaah sang imam membaca surat al-A’la,
di akhir surat ayat ke-19 disebut 2 nama nabi yakni
“Ibrahima wa Musa”. Selaku makmum apakah kita
harus menjawab “alaihissalam” atau diam saja?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Terkait nabi selain


Muhammad dengan sebutan alaihissalam, mengikuti
firman Allah berikut:

‫سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسالم على المرسلين‬


‫والحمد لل رب العالمين‬

Kata “‫( ”وسالم على المرسلين‬salam untuk para rasul)


menjadi landasan sebutan “alaihissalam” untuk para
rasul.

Sementara untuk Nabi Muhammad Saw berdasarkan


firman Allah berikut:

َ ‫علَى النه ِبي ِ َيا أَيُّ َها الهذِينَ آ َمنُوا‬


‫صلُّوا‬ َ َ‫صلُّون‬
َ ُ‫َّللا َو َمال ِئ َكتَهُ ي‬
َ ‫ِإ هن ه‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
‫س ِل ُموا ت َ ْس ِلي ًما‬ َ

259
Kata ‫س ِل ُموا ت َ ْسلِي ًما‬ َ ‫صلُّوا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ menjadi landasan
“shallallahu alaihi wa sallam”. Untuk shalat hanya
menjawab “âmîn” ketika imam membaca “waladh
dhâlîn”. Selebihnya makmum tidak membaca
apapun. Dalilnya sebagai berikut:

‫اإل َما ُم فَأ َ ِمنُوا فَإِنههُ َم ْن َوافَقَ ت َأ ْ ِمينُهُ ت َأ ْ ِمينَ ْال َمالَئِ َك ِة‬ ِ َ‫إِذَا أ َ همن‬
‫غُ ِف َر لَهُ َما تَقَد َهم ِم ْن ذَ ْن ِب ِه‬
Artinya: “Apabila imam mengucapkan “âmîn” maka
ucapkanlah “âmîn”, karena siapa yang ucapan
“âmîn”nya bersamaan dengan ucapan “âmîn” para
malaikat maka akan diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu.” (HR. Bukhari)
Tidak ada dalil mengatakan ketika shalat membaca
selain amin di belakang imam. Padahal shalat ada
tuntunannya harus ikut Nabi Saw serta tidak boleh
berkreasi. Dalilnya sebagai berikut:

َ ُ‫ي أ‬
‫ص ِلي‬ ْ ِ‫صلُّ ْوا َك َما َرأ َ ْيت ُ ُم ْون‬
َ
Artinya: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat
aku shalat.” (HR. Muslim)
Kaedah ushul:

‫االصل فى العبادة التعبد واالتباع‬


“Prinsip dalam ibadah adalah ta’abbud dan ittiba’.”
Wallahu a’lam

260
Hukum Potong Rambut Gaya Punk

Jamaah: Ustadz, apa hukum potong rambut dengan


bergaya punk?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Gaya potongan


rambut punk merupakan gaya rambut yang
memotong habis bagian sisi kiri dan kanan hingga
menyisakan bagian tengahnya saja dari depan hingga
belakang. Jika dilihat, gaya potongannya mirip
dengan bentuk rambut kuda. Gaya potongan dengan
memotong sebagian dan meninggalkan sebagian lain,
sering disebut dengan istilah qaza’. Secara hukum
syariat, gaya potong rambut seperti ini diharamkan.
Dalilnya sabda Rasulullah Saw berikut:

ْ َ ‫َّللا – صلى هللا عليه وسلم – نَ َهى‬


ِ ‫أ َ هن َرسُو َل ه‬
ِ‫ع ِن القَزَ ع‬

Artinya: “Rasulullah Saw melarang qaza’.” (HR.


Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Ibnu Umar


mengatakan:

َ‫ قَال‬.ِ‫ع ِن ْالقَزَ ع‬َ ‫ نَ َهى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬ ِ ‫سو َل ه‬ ُ ‫أ َ هن َر‬
‫ض َرأْ ِس ال ه‬
ُ‫ص ِب ِى َويُتْ َرك‬ ُ َ‫قُ ْلتُ ِلنَافِ ٍع َو َما ْال َقز‬
ُ ‫ع قَا َل يُحْ لَ ُق بَ ْع‬
.‫ض‬ ٌ ‫بَ ْع‬

261
Artinya: “Rasulullah Saw melarang qaza’”. Aku
(Umar bin Nafi’) berkata pada Nafi’, “Apa itu
qaza’?” Nafi’ menjawab, “Qaza’ adalah menggundul
sebagian kepala anak kecil dan meninggalkan
sebagian lainnya.” (HR. Muslim)

Hikmahnya adalah bahwa Islam mencintai


keindahan. Pemotongan rambut yang acak adut,
dipandang tidak elok. Selain itu, terkesan juga
seperti gaya para preman dan orang jalanan. Potong
rambut yang rapi, bagian dari etika islami yang harus
selalu dijaga. Wallahu a’lam

262
Waris dengan Wasiat Orang Tua
Boleh Tidak?

Jamaah: Ustadz, mertua saya punya 1 rumah besar


dan rumah kontrakan 3 pintu. Anaknya ada 6, 3 laki-
laki dan 3 perempuan. Bagian anak perempuan
adalah rumah kontrakan yang 3 pintu, sedangkan
bagian anak laki-laki adalah 1 rumah besar yang saat
ini jadi kos-kosan. Bagian anak perempuan sudah
dibagi dan sudah dijual oleh mereka. Pertanyaannya,
apakah rumah besar yang jadi bagian anak laki-laki
jika terjual nanti, anak-anak perempuannya juga
dapat bagian (lagi)? Karena mereka juga minta
bagian apabila rumah itu sudah terjual, alasannya
karena mereka sedang susah. Apa mereka masih
punya hak?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Apakah mertua


memerintahkan pembagian harta menjelang beliau
meninggal? Jika ini yang terjadi, berarti itu wasiat.
Hanya saja, wasiat tidak boleh diberikan kepada
penerima waris. Hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah Saw:

‫هاش َحدهثَنَا‬ ٍ ‫عي‬ َ ُ‫ار َحدهثَنَا ِإ ْس َم ِعي ُل بْن‬ ٍ ‫ع هم‬َ ُ‫شا ُم بْن‬ َ ‫َحدهثَنَا ِه‬
‫ي يَقُو ُل‬ ‫س ِم ْعتُ أَبَا أ ُ َما َمةَ ْالبَا ِه ِل ه‬َ ‫ي‬ ُّ ِ‫شُ َرحْ بِي ُل بْنُ ُم ْس ِل ٍم ْالخ َْو َالن‬
‫ام‬
َ ‫ع‬ ْ ‫سله َم َيقُو ُل ِفي ُخ‬
َ ‫ط َب ِت ِه‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫سو َل ه‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ
َ‫صيهة‬ ِ ‫ق َحقهُ فَ َال َو‬‫ه‬ َ
ٍ ‫َّللا قَدْ أ ْعطى كُ هل ذِي َح‬ َ ْ
َ ‫ِح هج ِة ال َودَاع ِ ِإ هن ه‬
ٍ‫ِل َو ِارث‬
263
Artinya: Rasulullah Saw bersabda: ”Sesungguhnya
Allah Swt telah memberi masing-masing orang
haknya, maka tak ada harta wasiat bagi ahli waris.”
(HR. Ibnu Majah)

Jadi wasiat seperti ini tidak layak untuk dijalankan.


Atau pembagian harta ketika orang tua masih sehat?
Jika ini yang terjadi, berarti namanya harta hibah
dari orang tua ke anak. Ini sah dan bisa dilakukan.

Atau apakah ketika akan membagi harta, mertua


sudah meninggal? Jika iya, itu berarti harta
peninggalan. Itulah harta waris.

Cara pembagiannya tidak seperti di atas. Pembagian


tidak berdasarkan pada pintu rumah atau kawasan
atau tanah, tapi berdasarkan pada perhitungan
terlebih dahulu. Untuk kasus di atas, maka laki-laki
setengah dari perempuan. Hal ini berdasarkan firman
Allah:

‫َّللاُ فِي أ َ ْوال ِدكُ ْم ِللذه َك ِر ِمثْ ُل َح ِظ اْل ْنثَيَي ِْن‬


‫ُوصيكُ ُم ه‬
ِ ‫ي‬

Artinya: “Allah mensyariatkan bagimu tentang


(pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu
bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua
orang anak perempuan.”

264
Maka seluruh harta ditaksir harga berapa, dan dibagi
sesuai dengan kaedah di atas, yaitu laki-laki dua kali
lipat perempuan.

Adapun sistem pembagian di atas, berdasarkan


“wasiat” orang tua ketika masih hidup, maka
pembagian seperti itu tidak sesuai dengan hukum
syariat. Wallahu a’lam

265
266
‫‪Bahaya Riya‬‬

‫?‪Jamaah: Ustadz, riya itu apa ya‬‬

‫‪Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Riya adalah‬‬


‫‪melakukan perbuatan baik karena ingin mendapatkan‬‬
‫‪pujian orang lain. Riya ini seakan sederhana namun‬‬
‫‪implikasinya sangat besar. Amal baik sebesar apapun‬‬
‫‪meski ia berjihad di jalan Allah hingga meninggal‬‬
‫‪dunia, kalau niatnya riya maka jihadnya tidak‬‬
‫‪bernilai di sisi Allah. Kelak ia tidak akan‬‬
‫‪mendapatkan apapun bahkan bisa diancam masuk‬‬
‫‪Neraka. Terkait bahaya riya ini terdapat hadis‬‬
‫‪sebagai berikut:‬‬

‫اس‬ ‫س ِم ْعتُ َرسُ ْو َل هللاِ يَقُ ْو ُل‪ِ :‬إ هن ا َ هو َل ال هن ِ‬ ‫ع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ قَالَ ‪َ :‬‬ ‫َ‬
‫ُ‬ ‫ضى يَ ْو َم ْال ِق َيا َم ِة َ‬ ‫يُ ْق َ‬
‫ي بِ ِه فَعَ هرفَهُ نِعَ َمهُ‬ ‫علَ ْي ِه َر ُج ٌل ا ْست ُ ْش ِهدَ فَأتِ َ‬
‫ع ِم ْلتَ فِ ْي َها؟ قَالَ‪ :‬قَات َْلتُ فِيْكَ َحتهى‬ ‫فَ َع َرفَ َع َها‪ ,‬قَالَ‪ :‬فَ َما َ‬
‫ي ٌء‪ ,‬فَقَدْ‬ ‫ا ْست ُ ْش ِهدْتُ قَالَ‪َ :‬كذَبْتَ َولَ ِكنهكَ قَات َْلتَ ِْل َ ْن يُقَا َل َج ِر ْ‬
‫ار‪,‬‬ ‫ي في ِ النه ِ‬ ‫علَى َوجْ ِه ِه َحتهى ا ُ ْل ِق َ‬ ‫ب َ‬ ‫قِ ْي َل‪ ،‬ث ُ هم أ ُ ِم َر بِ ِه فَسُ ِح َ‬
‫ُ‬ ‫َو َر ُج ٌل ت َ َعله َم ْال ِع ْل َم َو َ‬
‫ي ِب ِه فَ َع هرفَه ُ نِ َع َمهُ‬ ‫عله َمهُ َوقَ َرأ اْلقُ ْرآنَ فَأتِ َ‬
‫عله ْمتُهُ‬ ‫ع ِم ْلتَ فِ ْي َها؟ قَالَ‪ :‬تَعَله ْمتُ ْال ِع ْل َم َو َ‬ ‫فَعَ َرفَعَ َها‪ ,‬قَالَ‪ :‬فَ َما َ‬
‫َوقَ َرأْتُ ِفيْكَ اْلقُ ْرآنَ ‪ ,‬قَالَ‪َ :‬كذَبْتَ ‪َ ,‬ولَ ِكنهكَ ت َ َعله ْمتَ ْال ِع ْل َم ِليُقَالَ ‪:‬‬
‫ارى ٌء‪ ،‬فَقَدْ قِ ْي َل‪ ،‬ث ُ هم أ ُ ِم َر ِب ِه‬ ‫عا ِل ٌم َوقَ َرأْتَ اْلقُ ْرآنَ ِليُقَا َل ه َُو قَ ِ‬ ‫َ‬
‫س َع هللاُ عَلَ ْي ِه‬ ‫ار‪َ ,‬و َر ُج ٌل َو ه‬ ‫ي في ِ النه ِ‬ ‫علَى َوجْ ِه ِه َحتهى ا ُ ْل ِق َ‬ ‫ب َ‬ ‫فَسُ ِح َ‬
‫ُ‬
‫ي ِب ِه فَ َع هرفَهُ ِن َع َمهُ فَ َع َرفَ َها‪,‬‬ ‫َاف ْال َما ِل كُ ِل ِه فَأ ِت َ‬ ‫صن ِ‬ ‫طاهُ ِم ْن ا َ ْ‬ ‫َوا َ ْع َ‬
‫سبِ ْي ٍل ت ُ ِحبُّ أ َ ْن يُ ْنفَقَ‬ ‫ع ِم ْلتَ فِ ْي َها؟ قَالَ‪َ :‬مات ََر ْكتُ ِم ْن َ‬ ‫قَالَ‪ :‬فَ َما َ‬
‫فِ ْي َها إِاله أ َ ْنفَ ْقتُ فِ ْي َها لَكَ ‪ ,‬قَالَ‪َ :‬كذَبْتَ ‪َ ،‬ولَ ِكنهكَ فَعَ ْلتَ ِليُقَا َل ه َُو‬
‫‪267‬‬
ُ َ ‫ ث ُ هم أ ُ ِم َر ِب ِه فَسُ ِح‬,َ‫َج َواد ٌ فَقَدْ قِ ْيل‬
َ ‫علَى َوجْ ِه ِه ث ُ هم أ ْل ِق‬
‫ي فِي‬ َ ‫ب‬
.‫ار‬ِ ‫النه‬

Dari Abu Hurairah ra berkata, “Aku mendengar


Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya manusia
pertama yang diadili pada hari Kiamat adalah orang
yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan
diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan
(yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya.
Allah bertanya kepadanya: Amal apakah yang
engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu? Ia
menjawab: Aku berperang semata-mata karena
Engkau sehingga aku mati syahid. Allah berfirman:
Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan
seorang yang gagah berani. Memang demikianlah
yang telah dikatakan (tentang dirimu). Kemudian
diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu
atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke
dalam Neraka. Berikutnya orang (yang diadili)
adalah seorang yang menuntut ilmu dan
mengajarkannya serta membaca al-Quran. Ia
didatangkan dan diperlihatkan kepadanya
kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun
mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya:
Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan
kenikmatan-kenikmatan itu? Ia menjawab: Aku
menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku
membaca al-Quran hanyalah karena Engkau. Allah
berfirman: Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu
agar dikatakan seorang alim (yang berilmu) dan

268
engkau membaca al-Quran supaya dikatakan
(sebagai) seorang qari’ (pembaca al-Quran yang
baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang
dirimu). Kemudian diperintahkan (malaikat) agar
menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke
dalam Neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah
orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai
macam harta benda. Ia didatangkan dan
diperlihatkan kepadanya kenikmatannya, maka ia
pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya:
Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-
nikmat itu? Dia menjawab: Aku tidak pernah
meninggalkan sedekah dan infaq pada jalan yang
Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya
semata-mata karena Engkau. Allah berfirman:
Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu
supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati)
dan memang begitulah yang dikatakan (tentang
dirimu). Kemudian diperintahkan (malaikat) agar
menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke
dalam Neraka.” (HR. Muslim)

Perhatikan hadis di atas. Betapa bahayanya penyakit


riya ini. Dalam hadis lain disebutkan bahwa riya
lebih berbahaya daripada fitnah Dajjal:

ِ ‫ْح الد ه هج‬


‫ال‬ ْ
ِ ‫ِي مِنَ ال َم ِسي‬ْ ‫ع َل ْي ُك ْم ِع ْند‬َ ‫ف‬ ُ ‫أَالَ أ ُ ْخ ِب ُركُ ْم ِب َما ه َُو أ َ ْخ َو‬
ُ‫ي فَيُزَ ِين‬ ‫ي أ َ ْن يَقُ ْو َم ه‬
َ ُ‫الر ُج ُل ي‬
ْ ‫ص ِل‬ ُّ ‫قَا َل قُ ْلنَا بَلَى فَقَا َل الش ِْركُ ْال َخ ِف‬
‫ظ ِر َر ُج ٍل‬ َ َ‫صالَتَهُ ِل َما يَ َرى ِم ْن ن‬ َ

269
Artinya: “Maukah aku kabarkan kepada kalian
sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian
daripada al-Masîh ad-Dajjâl?” Dia berkata, ”Kami
mau”. Maka Rasulullah bersabda: “Yaitu syirkul
khafiy; yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi
(memperindah) shalatnya, karena ada orang yang
memperhatikan shalatnya”. (HR. Ibnu Majah)

‫َت‬ْ ‫ َف َم ْن َكان‬،‫ئ َما ن ََوى‬ ٍ ‫ َو ِإنه َما لكل ا ِْم ِر‬،‫ِإنه َما اْل َ ْع َما ُل بِالنِيه ِة‬
ِ ‫جْرتُهُ إِلَى ه‬
‫ َو َم ْن‬،‫َّللا َو َرسُو ِل ِه‬ ِ ‫جْرتُهُ إِلَى ه‬
َ ‫َّللا َو َرسُو ِل ِه فَ ِه‬ َ ‫ِه‬
ُ‫جْرتُه‬ َ
َ ‫ فَ ِه‬،‫ام َرأةٍ يَت َزَ هو ُج َها‬ َ
ْ ‫ُصيبُ َها أ ِو‬ ِ ‫َت هِجْ َرتُهُ ِإلَى د ُ ْن َيا ي‬ ْ ‫َكان‬
‫إِلَى َما هَا َج َر إِلَ ْي ِه‬

Artinya: “Sesungguhnya setiap amalan tergantung


pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan
apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena
Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah
dan rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari
dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka
hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan
Muslim)

Maka jagalah hati kita agar tetap lurus. Beramal baik


jangan berharap apapun dari manusia selain karena
Allah semata. Insyaallah Allah akan memberikan
balasan dengan pahala yang berlipat. Wallahu a’lam

270
Hasad Itu Apa?

Jamaah: Ustadz, hasad itu apa ya?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Hasad adalah iri dan


dengki. Hasad juga bisa diartikan sebagai sebuah
sikap kurang senang seseorang, jika melihat orang
lain mendapatkan kenikmatan. Sikap seperti ini,
terkadang tidak hanya sampai pada rasa tidak
senang, namun juga ada upaya untuk menggagalkan,
atau menghilangkan nikmat orang lain atau bahkan
membunuh orang yang dihasadi dengan berbagai
macam cara, baik dilakukan sendiri, bantuan orang
lain atau bahkan bantuan dukun santet (jin).

Iblis menggelincirkan Nabi Adam as karena sifat


hasad. Qabil hasad kepada Habil. Dengan sifat hasad
ini, ia terjerumus dengan membunuh saudara
kandungnya Habil.

Karena bahayanya sifat hasad ini, maka Rasulullah


Saw selalu mewanti-wanti kepada umatnya untuk
menghindari sifat ini. Rasulullah Saw bersabda:

‫ت َك َما ت َأْكُ ُل النه ُر‬ َ ‫سد َ يَأْكُ ُل ْال َح‬


ِ ‫سنَا‬ َ ‫سدَ فَإ ِ هن ْال َح‬
َ ‫إِيهاكُ ْم َو ْال َح‬
.‫ب‬ َ ‫ْال َح‬
َ ‫ط‬

Artinya: “Jagalah dirimu dari hasad, karena


sesungguhnya hasad itu merusak kebaikan.

271
Sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu
Daud)

Terkait larangan hasad ini, Allah Swt berfirman:

‫علَى َما آت َاهُ ُم ه‬


ْ َ‫َّللاُ ِم ْن ف‬
‫ض ِل ِه‬ َ ‫أ َ ْم يَحْ سُد ُونَ النه‬
َ ‫اس‬

Artinya: “Ataukah mereka akan hasad kepada


manusia lantaran karunia yang Allah telah berikan
kepadanya?” (QS. an-Nisa: 54)

ً ‫ب َل ْو َي ُردُّونَ ُك ْم ِم ْن َب ْع ِد ِإي َما ِنكُ ْم كُفه‬


‫ارا‬ ِ ‫ير ِم ْن أ َ ْه ِل ْال ِكت َا‬
ٌ ‫َوده َك ِث‬
ْ ‫سدًا ِم ْن ِع ْن ِد أ َ ْنفُ ِس ِه ْم ِم ْن بَ ْع ِد َما تَبَيهنَ لَ ُه ُم ْال َح ُّق فَا‬
‫عفُوا‬ َ ‫َح‬
َ ‫علَى كُ ِل‬ َ ‫َّللاُ بِأ َ ْم ِر ِه إِ هن ه‬ ْ
ٌ ‫يءٍ قَد‬
‫ِير‬ ْ ‫ش‬ َ ‫َّللا‬ ‫ي ه‬ َ ِ‫صفَ ُحوا َحتهى يَأت‬ ْ ‫َوا‬

Artinya: “Sebahagian besar Ahli Kitab


menginginkan agar mereka dapat mengembalikan
kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman,
karena hasad yang (timbul) dari diri mereka sendiri,
setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka
maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah
mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. al-Baqarah:
109)

Kita juga diperintahkan untuk berlindung dari sikap


hasad orang lain yang dapat mengganggu dan
mengancam diri kita, dengan membaca surat al-
Falaq:

272
‫ق ِإذَا‬ ٍ ‫ َو ِمن ش َِر غَا ِس‬. َ‫ ِمن ش َِر َما َخ َلق‬.‫ق‬ ِ ‫ب ْالفَ َل‬
ِ ‫قُ ْل أَعُوذ ُ ِب َر‬
َ ‫ َو ِمن ش َِر َحا ِس ٍد إِذَا َح‬.‫ت فِي ْالعُقَ ِد‬
.َ ‫سد‬ ِ ‫ َو ِمن ش َِر النهفهاثَا‬.‫ب‬ َ َ‫َوق‬

Artinya: “Katakanlah: Aku berlindung kepada


Tuhan Yang Menguasai subuh. Dari kejahatan
makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila
telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-
wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-
buhul. Dan dari kejahatan orang yang dengki
apabila ia dengki.” (QS. al-Falaq: 1-5)

Semoga kita terhindar dari sikap hasad dan juga dari


orang lain yang bersikap hasad kepada kita. Aamiin.

273
274
Saat Fatwa Keluar
Bukan dari Pakarnya

Belakangan ini muncul banyak orang yang belum


mapan dalam bidang ilmu agama, namun berani
mengeluarkan fatwa. Fatalnya, fatwa tersebut tanpa
landasan hukum syariat dengan dalil dan sistem
istidlal yang benar. Mereka dibesarkan media, dan
tiba-tiba saja berubah menjadi ulama tersohor.

Sangat berbahaya jika fatwa agama dikeluarkan oleh


orang yang belum kapabel. Mereka ini bisa sesat
menyesatkan. Mereka bukan memperbaiki, namun
sebaliknya dapat merusak. Dahulu, Ibnu Hazm al-
Andalusi pernah berkata: “Bencana ilmu itu, ketika
disampaikan oleh orang yang bukan bidangnya.
Mereka ini bodoh namun merasa pandai. Mereka
merusak, namun merasa memperbaiki”. Allah Swt
berfirman:

َ‫فَسلُ َٰٓواْ أَه َل ٱلذِك ِر ِإن كُنتُم َال ت َعلَ ُمون‬

Artinya: “Maka bertanyalah kepada orang yang


mempunyai pengetahuan jika kalian tidak
mengetahui.” (QS. an-Nahl: 43)

Rasulullah Saw bersabda:

275
‫ض الْ ِع ْل َم‬
ُ ‫عا مِنَ ْال ِعبَا ِد َولَ ِك ْن يَ ْق ِب‬ ً ‫ض ْال ِع ْل َم ا ْنتِزَ ا‬ ُ ‫ِإ هن هللاَ الَ يَ ْق ِب‬
‫سا‬ ً ‫اس ُرؤُ و‬ ُ ‫عا ِل ًما ات ه َخذَ النه‬ َ ‫ق‬ ِ ‫ َحتهى إِذَا لَ ْم يُ ْب‬،‫اء‬ ِ ‫ْض ْالعُلَ َم‬ِ ‫بِقَب‬
‫ضلُّوا‬َ َ ‫ضلُّوا َوأ‬ َ َ‫ ف‬،‫س ِئلُوا فَأ َ ْفت َْوا ِبغَي ِْر ْال ِع ْل ِم‬
ُ َ‫ ف‬،‫ُج َه َال َء‬

Artinya: “Sesungguhnya, Allah tidaklah mencabut


ilmu dengan sekali cabut dari hamba-Nya. Akan
tetapi, Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan
ulama. Sampai apabila Allah tidak menyisakan
seorang ulama pun, manusia pun mengangkat
pemimpin-pemimpin yang bodoh. Mereka ditanya
lalu berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan
menyesatkan.” (HR. Bukhari)

Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang


merasa tahu segalanya. Mudah-mudahan kita diberi
ilmu yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat
manusia. Amin.

276
Hukum Khutbah
dengan Bahasa Daerah

Jamaah: Ustadz, hukum khutbah dengan bahasa


daerah apakah boleh?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Inti dari khutbah


adalah menyampaikan ilmu pengetahuan dan nasihat
kepada jamaah. Jika jamaah semuanya paham bahasa
Arab, tidak ada masalah menyampaikan khutbah
menggunakan bahasa Arab. Namun jika jamaah
tidak ada yang bisa berbahasa Arab, maka baiknya
menyampaikan khubtah dengan bahasa yang bisa
dipahami oleh jamaah. Dalilnya sebagai berikut:

ِ ‫ان َق ْو ِم ِه ِليُ َب ِينَ لَ ُه ْم فَي‬


ُ ‫ُض ُّل ه‬
‫َّللا‬ ِ ‫س‬ َ ‫سو ٍل ِإال ِب ِل‬ُ ‫س ْلنَا ِم ْن َر‬
َ ‫َو َما أ َ ْر‬
‫يز ْال َح ِكي ُم‬ ُ ‫َم ْن يَشَا ُء َويَ ْهدِي َم ْن يَشَا ُء َوه َُو ْال َع ِز‬

Artinya: “Kami tidak mengutus seorang rasul pun,


melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat
memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.
Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki,
dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia
kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa
lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ibrahim: 4)

Ayat di atas menerangkan bahwa setiap rasul diutus


dengan bahasa kaumnya atau bahasa daerahnya.
Karena dengan ini, risalah kenabian akan dapat

277
dipahami oleh mereka. Khutbah Jum’at adalah
bagian dari upaya menyampaikan risalah kenabian
ini, dan ia tidak akan dapat dipahami kecuali dengan
bahasa jamaah. Jika demikian, maka menggunakan
bahasa jamaah dalam berdakwah dan berkhutbah
dibolehkan, bahkan dianjurkan.

‫ع ْن‬ ِ ‫الرحْ َم ِن ْب ُن أ َ ِبي‬


َ ‫الزنَا ِد‬ ‫ع ْبد ُ ه‬َ ‫جْر أ َ ْخبَ َرنَا‬ ٍ ‫ي ْب ُن ُح‬ ُّ ‫ع ِل‬َ ‫َحدهثَنَا‬
َ‫ت قَال‬ ٍ ِ‫ع ْن أَبِي ِه زَ ْي ِد ب ِْن ثَاب‬ َ ‫ت‬ ٍ ِ‫َار َجةَ ب ِْن زَ ْي ِد ب ِْن ثَاب‬ ِ ‫ع ْن خ‬ َ ‫أَبِي ِه‬
‫ت ِم ْن‬ ٍ ‫سله َم أ َ ْن أَت َ َعله َم لَهُ َك ِل َما‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ ‫أ َ َم َرنِي َرسُو ُل ه‬
‫علَى ِكت َابِي قَا َل فَ َما َم هر‬ َ َ‫َّللا َما آ َم ُن يَ ُهود‬ ِ ‫ب يَ ُهودَ قَا َل إِنِي َو ه‬ ِ ‫ِكت َا‬
‫َب‬ َ ‫ش ْه ٍر َحتهى ت َ َعله ْمتُهُ لَهُ قَا َل فَلَ هما ت َ َعله ْمتُهُ َكانَ ِإذَا َكت‬ َ ‫ف‬ ُ ‫ص‬ ْ ‫ِبي ِن‬
‫ِإلَى يَ ُهودَ َكتَبْتُ ِإلَ ْي ِه ْم َو ِإذَا َكتَبُوا ِإلَ ْي ِه قَ َرأْتُ لَهُ ِكت َابَ ُه ْم قَا َل أَبُو‬
‫غي ِْر َهذَا‬ َ ‫ي ِم ْن‬ َ ‫ص ِحي ٌح َوقَدْ ُر ِو‬ َ ‫س ٌن‬ َ ‫ِيث َح‬ ٌ ‫سى َهذَا َحد‬ َ ‫ِعي‬
‫ع َب ْي ٍد‬
ُ ‫ت ب ِْن‬ ِ ‫ع ْن ثَا ِب‬ َ ‫ش‬ ُ ‫ت َر َواهُ ْاْل َ ْع َم‬ ٍ ‫ع ْن زَ ْي ِد ب ِْن ثَا ِب‬ َ ‫ْال َوجْ ِه‬
ُ ‫صلهى ه‬
‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ ‫ت قَا َل أ َ َم َرنِي َرسُو ُل ه‬ ٍ ‫ع ْن زَ ْي ِد ب ِْن ثَا ِب‬ َ ِ ‫اري‬ ِ ‫ص‬َ ‫ْاْل َ ْن‬
.‫س ْريَانِيه َة‬ُّ ‫سله َم أ َ ْن أَتَعَله َم ال‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ

Artinya: “Dari Ali bin Hujrin dari Abdurrahman bin


Abi al-Zinadi dari bapaknya dari Kharijah bin Zaid
bin Tsabit dari bapaknya, Zaid bin Tsabit beliau
berkata: “Rasulullah memerintahkan agar aku
mempelajari kalimat-kalimat dari surat orang Yahudi
untuk beliau”. Zaid berkata: “Demi Allah, aku tak
percaya Yahudi atas suratku”. Zaid berkata:
“Setengah bulan berlalu hingga aku dapat
menguasainya untuk beliau. Saat aku menguasainya,
apabila beliau hendak mengirim surat kepada orang-
orang Yahudi, aku menulisnya kepada mereka dan
278
apabila mereka mengirim surat kepada beliau, maka
aku membacakan surat mereka untuk beliau”. (HR.
Abu Daud)

Hadis ini menunjukkan bahwa Rasul Saw


memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk belajar
bahasa Ibrani. Dengan demikian, jika ada surat dari
mereka, Zaid bisa menerjemahkan kepada
Rasulullah. Demikian juga jika ingin menulis surat
kepada orang Yahudi, Zaid bisa menuliskannya
dengan bahasa Ibrani. Tujuannya agar apa yang ingin
disampaikan Rasulullah Saw kepada mereka dapat
tersampaikan.

Khutbah Jum’at, tujuannya juga agar risalah


kenabian dapat sampai kepada jamaah dan ini hanya
bisa dilakukan dengan menyesuaikan bahasa jamaah.
Wallahu a’lam

279
280
Hukum Mentato Tubuh

Jamaah: Ustadz, hukum membuat tato di tubuh apa?

Ustadz Wahyudi Abdurrahim: Hukum membuat tato


haram. Dalilnya sebagai berikut:

‫ض هلنه ُه ْم َو َْل ُ َمنِ َينه ُه ْم َو َآل ُم َرنه ُه ْم فَ َليُ َبتِكُ هن آذَانَ اْْلَنْ َع ِام‬ ِ ُ ‫َو َْل‬
‫َو َآل ُم َرنه ُه ْم فَلَيُغَيِ ُر هن خ َْلقَ هللاِ َو َم ْن يَت ه ِخ ِذ ال ه‬
َ ‫ش ْي‬
‫طانَ َو ِليًّا ِم ْن د ُْو ِن‬
‫هللاِ فَقَدْ َخس َِر ُخس َْرانًا ُمبِ ْينًا‬

Artinya: “Dan aku benar-benar akan menyesatkan


mereka, dan akan membangkitkan angan-angan
kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka
(memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu
mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku
suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-
benar mereka mengubahnya. Barangsiapa yang
menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah,
maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang
nyata.” (QS. an-Nisa: 119)

‫ والمتفلجات‬،‫ والمتنمصات‬،‫لعن هللا الواشمات والموتشمات‬


‫ المغيرات خلق هللا‬،‫للحسن‬

Artinya: “Allah melaknat wanita yang menyambung


rambutnya, melakukan tato di wajahnya
(mutawasshimah), menghilangkan rambut dari
wajahnya, menyambung giginya, demi kecantikan,

281
mereka telah mengubah ciptaan Allah.” (HR.
Bukhari dan Muslim) Wallahu a’lam

282
Biografi Penulis

Penulis buku ini bernama Wahyudi Sarju


Abdurrahim, Lc. Ia dilahirkan di Temanggung 18
April 1979. Pernah nyantri selama tiga tahun (1993-
1996) di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah
Yogyakarta. Ia kemudian melanjutkan studinya di
Ma’had Dirâsah Khashshah al-Azhar Cairo (1996-
1997), Ma’had al-Bu’ûts al-Islâmiyyah al-Azhar
Alexandria (1997-2001) dan kuliah Ushuludin
jurusan Akidah dan Filsafat Universitas al-Azhar
Cairo. Studi S2 di Ma’had li al-Dirâsât al-
Islâmiyyah Zamalik Cairo (2006-2011), Master
Manajemen Ekonomi Islam UNS (2013-2014) dan
saat ini sedang menyelesaikan disertasi Doktoral di
American Open University jurusan Syariah
Islamiyah. Minat: Ekonomi Islam.

Ia aktif di beberapa organisasi, di antaranya adalah


anggota kajian al-Mizan Study Club (2002-2005),
Direktur Eksekutif Center for Information Middle
East and Africa Studies (CIMAS) ICMI Orsat Cairo
(2002-2004), staf redaksi jurnal OASE ICMI Orsat
Cairo (2002-2004), staf redaksi pada jurnal al-Umran
Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Mesir
(PCIM Mesir) (2004-2006), editor majalah SINAR
Muhammadiyah (2003-2005), anggota kajian al-
283
Hikmah PCIM (2002 hingga saat ini), staf Majelis
Tabligh Ikatan Keluarga Muhammadiyah (2001-
2002), koordinator Majelis Pendidikan PCIM (2002-
2004) dan sekretaris Majelis Tarjih dan
Pengembangan Pemikiran Islam PCIM (2004-2006).
Ia juga penggagas kajian reguler Syariah Islamiyyah
al-Risalah PCIM, kajian reguler Ushuluddin al-
Washatiyyah PCIM dan Lingkaran Sastra
PAPYRUS PCIM. Ia juga sebagai staf KBRI Cairo.

Sejumlah tulisannya terangkum dalam karya-karya


bersama, antara lain: Paket Muslim Tsaqafi I, Paket
Muslim Tsaqafi II, Antologi Pemikiran Islam; dari
Abbas al-Aqqad sampai Adonis, Khazanah Islam
Timur Tengah; Sebuah Transformasi Pemikiran,
Wanita dalam Timbangan Syariat, Revitalisasi
Turâts Islam, Mashâdiru al-Tasyrî` al-Islamiy;
Tinjauan Praktis Normatif, editor buku Wacana
Islam Kontemporer Perspektif Para Tokoh dan buku
Wacana Islam Kontemporer.

Buku yang sudah diterbitkan di antaranya, Ijtihad


Semantik Dalam Ushul Fikih (Citra Pustaka
Yogyakarta) dan buku Islam Menjawab; Menguak
Beberapa Persoalan Fikih dan Ushul Fikih Jilid 1
(Citra Pustaka Yogyakarta), Menggugat Fikih
Kebhinekaan (CV. Al Muflihun Publishing
Yogyakarta) dan buku Islam Menjawab; Menguak
Beberapa Persoalan Fikih dan Ushul Fikih Jilid II
(CV. Al Muflihun Publishing Yogyakarta)

284

Anda mungkin juga menyukai