Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

ZAKAT DAN PENAFSIRAN TENTANG DALIL ZAKAT


Mata Kuliah : Tafsir
Dosen : Aji Ahmad Tadjudin, Dr.,M.Ag

Disusun Oleh : Ghiffari Ammar Fauzan (0101.2101.012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM S1


STAI DR.KH.EZ MUTTAQIEN
PURWAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Zakat dalam ajaran islam memiliki potensi yang dapat di gunakan sebagai Sumber dana
untuk memberdayakan umat karena ibadah zakat selain memiliki Dimensi vertikal sebagai
bentuk pengabdian kepada sang Kholik, juga memiliki Dimensi horizontal sebagai bentuk
kepedulian terhadap sesama manusia terutama Yang kurang beruntung hidupnya. Zakat
merupakan kewajiban agama yang Dibebankan atas harta kekayaan seseorang menurut aturan
tertentu, Karena islam Melarang menumpuk harta,menahannya dari peredaran dan
pengembangan. Hal ini menunjukkkan pentingnya zakat setelah sholat, itu dilihat dari
Sejarah Islam, Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq sangatlah tegas memerangi Orang-orang
sholat tetapi tidak mengeluarkan zakat, karena zakat memiliki posisi Yang teramat penting
dalam islam. Ketegasan ini menunjukkan bahwa perbuatan Meninggalkan zakat adalah suatu
kedurhakaan dan kemaksiatan lainnya. Zakat Sangat membantu mereka untuk mencukupi
kebutuhannya yang layak. Zakat Dalam arti yang luas, bukan hanya sekedar pelaksanaan
kewajiban semata tapi Lebih dari itu yaitu menyangkut pertumbuhan ekonomi masyarakat.
B.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Zakat ?
2. Dalil tentang zakat dan Penafsiran tentang dalil zakat ?

BAB II
PEMBAHASAN

1. APA YANG DIMASUD DENGAN ZAKAT


A. Berkah zakat dalam Hidup
Zakat merupakan kewajiban yang harus dijalankan setiap muslim. Zakat Sendiri berasal dari
kata dasar (masdar) zakāyang berarti tumbuh, berkah , Bersih dan baik. Sesuatu itu zakāt
berarti tumbuh dan berkembang dan Seseorang itu zakāberarti orang itu baik. Kata amwāl
jamak dari kata mal Yang dapat diartikan segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia
Untuk memiliki dan menyimpannya. Mula mula kekayaan sepadan dengan Emas dan perak,
namun berkembang menjadi segala barang yang dimiliki Dan disimpan. Menurut istilah zakat
māl dapat diartikan sebagian harta yang Disisihkan secara sengaja oleh seorang muslim
sesuai dengan ketentuan Islam untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Zakat
merupakan ibadah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Dan sebagai kewajiban
kepada sesama manusia. Zakat juga sering disebut sebagai ibadah kesungguhan dalam
harta ,sangat pentingnya zakat Dapat dilihat dari ayat al qur’an yang menyandingkan perintah
zakat dengan Perintah shalat. Zakat merupakan salah satu ciri dalam sistem ekonomi Islam,
karena zakat merupakan salah satu implementasi asas keadilan dalam Sistem ekonomi Islam .
Zakat merupakan harta yang wajib dikeluarkan oleh Orang yang beragama Islam dan
diberikan kepada orang yang berhak Menerimanya, seseorang akan mengeluarkan zakatnya
apabila sudah Tercapai syarat yang sesuai aturan Agama dan zakat yaitu bersih,
Suci,subur,dan berkah.Jika mengeluarkan zakat kita akan mendapat Pertumbuhan dan
perkembangan harta dan akan mendapatkan pahala atau Mensucikan jiwa dari
kejelekan ,kebatilan ,dan pensuci dari dosa – dosa Yang kita lakukan.
B. Tujuan dan Berkah atau Manfaat Zakat Dalam Hidup
1. Ajaran islam menjadikan zakat sebagai ibadah maliah ijtima’iyah yang Mempunyai
sasaran sosial untuk membangun satu sistem ekonomi yang Mempunyai tujuan kesejahteraan
dunia dan akhirat. Tujuan di Syari’atkan zakat adaah sebagi berikut:
2. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari Kesulitan hidup dan
penderitaan Membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh orang yang Berutang, ibnu
sabil, dan mustahiq lainnya. Membina tali persaudaraan Sesama umat Islam.Menghilangkan
sifat kikir dari pemilik Harta.menyucikan orang yang menunaikan zakat dari dosa-dosa. Allâh
Azza wa Jalla berfirman dalam Al-qur’an yang artinya: “Ambillah zakat Dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan Mensucikan mereka dan doakanlah
mereka.[ QS. At-Taubah (9):103]
3. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan Hidup dan
penderitaan, melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan Dan kemelaratan.
4. Membentangkan dan membina tali persaudaraan, gotong-royong, tolong Menolong
dalam kebaikan.
5. Menghilangkan sifat kikir, dengki, iri hati dari pemilik harta
6. Membuktikan penghambaan diri kepada Allâh Azza wa Jalla dengan Menjalankan
perintah-Nya. Banyak dalil yang memerintahkan agar Kaum Muslimin melaksanakan
kewajiban agung ini, sebagaimana Allâh Azza wa Jalla firmankan dalam banyak ayat, di
antaranya: “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang Yang
rukuk.” [QS al-Baqarah (2): 43]Menyukuri nikmat Allâh dengan Menunaikan zakat harta
yang telah Allâh limpahkan sebagai karunia Kepada manusia. Azza wa Jalla berfirman yang
artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [QS Ibrâhim (14): 7]. 7. Allâh
Membayar zakat adalah pengakuan terhadap kemurahan Allâh, Mensyukuri-Nya dan
menggunakan nikmat tersebut dalam keridhaan dan Ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla.
8. Menyucikan orang yang menunaikan zakat dari dosa-dosa.

2. DALIL TENTANG ZAKAT DAN PENAFSIRAN TENTANG DALIL ZAKAT ?

{َ ‫) َألَ ْم يَ ْعلَ ُموا َأنَّ هَّللا‬103( ‫س ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ َ ُ ‫س َكنٌ لَ ُه ْم َوهَّللا‬
َ ‫صالتَ َك‬ َ َّ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ْم ِإن‬ َ ‫ُخ ْذ ِمنْ َأ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَ ِّه ُر ُه ْم َوتُ َز ِّكي ِه ْم ِب َها َو‬
)104( ‫اب ال َّر ِحي ُم‬ ُ ‫ت َوَأنَّ هَّللا َ ُه َو التَّ َّو‬ َّ ‫} ه َُو يَ ْقبَ ُل الت َّْوبَةَ عَنْ ِعبَا ِد ِه َويَْأ ُخ ُذ ال‬
ِ ‫ص َدقَا‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima tobat dari hamba-hamba-Nya
dan menerima zakat, dan bahwa Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Allah
Swt. Memerintahkan Rasul-Nya untuk mengambil zakat dari harta mereka guna
membersihkan dan menyucikan mereka melalui zakat itu. Pengertian ayat ini umum,
sekalipun sebagian ulama mengembalikan damir yang terdapat pada lafaz amwalihim kepada
orang-orang yang mengakui dosa-dosa mereka dan yang mencampurbaurkan amal saleh
dengan amal buruknya. Karena itulah ada sebagian orang yang enggan membayar zakat dari
kalangan orang-orang Arab Badui menduga bahwa pembayaran zakat bukanlah kepada
imam, dan sesungguhnya hal itu hanyalah khusus bagi Rasulullah Saw. Mereka berhujah
dengan firman Allah Swt. Yang mengatakan:
َ ‫ُخ ْذ ِمنْ َأ ْم َوالِ ِه ْم‬
ً‫ص َدقَة‬

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka. (At-Taubah: 103), hingga akhir
ayatPemahaman dan takwil yang rusak ini dijawab dengan tegas oleh Khalifah Abu Bakar
As-Siddiq dan sahabat lainnya dengan memerangi mereka, hingga mereka mau membayar
zakatnya kepada khalifah, sebagaimana dahulu mereka membayarnya kepada Rasulullah
Saw. Hingga dalam kasus ini Khalifah Abu Bakar r.a. pernah berkata: Demi Allah,
seandainya mereka membangkang terhadapku, tidak mau menunaikan zakat ternak untanya
yang biasa mereka tunaikan kepada Rasulullah Saw, maka sungguh aku benar-benar akan
memerangi mereka karena pembangkangannya itu.
Firman Allah Swt.:
{‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ْم‬
َ ‫}و‬
َ
Dan berdoalah untuk mereka. (At-Taubah: 103) Maksudnya, berdoalah untuk mereka
dan mohonkanlah ampunan buat mereka. Imam Muslim di dalam kitab Sahih-nya telah
meriwayatkan melalui Abdullah ibnu Abu Aufa yang mengatakan bahwa Nabi Saw. Apabila
menerima zakat dari suatu kaum, maka beliau berdoa untuk mereka. Lalu datanglah ayahku
(perawi) dengan membawa zakatnya, maka Rasulullah Saw. Berdoa:
"‫آل َأبِي َأ ْوفَى‬ َ ‫"اللَّ ُه َّم‬
ِ ‫صل َعلَى‬
Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada keluarga Abu Aufa. Di dalam hadis lain
disebutkan bahwa seorang wanita berkata, “Wahai Rasulullah, mendoalah untuk diriku dan
suamiku.” Maka Rasulullah Saw berdoa:

ْ ‫ َو َعلَى‬،‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِك‬


"‫زَو ِج ِك‬ َ "
“Semoga Allah merahmati dirimu juga suamimu.”
Firman Allah Swt.
{‫س َكنٌ لَ ُه ْم‬
َ َ‫صالتَك‬
َ َّ‫}ِإن‬
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. (At-Taubah:
103) Sebagian ulama membacanya salawatika dalam bentuk jamak, sedangkan sebagian
ulama lain membacanya salataka dalam bentuk mufrad (tunggal).
{‫س َكنٌ لَ ُه ْم‬
َ }
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. (At-Taubah: 103)Menurut Ibnu Abbas, menjadi
rahmat buat mereka. Sedangkan menurut Qatadah, menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka.
Firman Allah Swt.:
َ ُ ‫} َوهَّللا‬
{‫س ِمي ٌع‬
Dan Allah Maha Mendengar. (At-Taubah: 103)Yakni kepada doamu.
{‫} َعلِي ٌم‬
Lagi Maha Mengetahui. ( At-Taubah: 103 ) Yaitu terhadap orang yang berhak
mendapatkan hal itu darimu dan orang yang pantas untuk memperolehnya. Imam Ahmad
mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Waki’, telah menceritakan kepada kami
Abul Urnais, dari Abu Bakar ibnu Amr ibnu Atabah, dari Ibnu Huzaifah, dari ayahnya,
bahwa Nabi Saw. Apabila berdoa untuk seorang lelaki, maka doa Nabi Saw. Itu mengenai
dirinya, juga mengenai anak serta cucunya. Kemudian Imam Ahmad meriwayatkannya dari
Abu Na’im, dari Mis’ar, dari Abu Bakar ibnu Amr ibnu Atabah, dari seorang anak Huzaifah.
Mis’ar mengatakan bahwa hadis ini telah disebutkannya dalam kesempatan yang lain, dari
Huzaifah, bahwa sesungguhnya doa Nabi Saw. Benar-benar mengenai diri lelaki yang
bersangkutan, juga anak serta cucunya.
Firman Allah Swt.:
َّ ‫}َألَ ْم يَ ْعلَ ُموا َأنَّ هَّللا َ ُه َو َي ْقبَ ُل الت َّْوبَةَ عَنْ ِعبَا ِد ِه َويَْأ ُخ ُذ ال‬
ِ ‫ص َدقَا‬
{‫ت‬
Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima tobat dari hamba-hamba-
Nya dan menerima zakat. (At-Taubah: 104) Ayat ini mengandung makna perintah untuk
bertobat dan berzakat, karena kedua perkara tersebut masing-masing dapat menghapuskan
dosa-dosa dan melenyapkannya. Allah Swt. Telah memberitakan pula bahwa setiap orang
yang bertobat kepada-Nya, niscaya Allah menerima tobatnya. Dan barang siapa yang
mengeluarkan suatu sedekah (zakat) dari usaha yang halal, sesungguhnya Allah menerimanya
dengan tangan kanan-Nya, lalu Dia memeliharanya untuk pemiliknya, hingga sebiji buah
kurma menjadi seperti Bukit Uhud. Seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis dari
Rasulullah Saw. Sebagaimana As-Sauri dan Waki’ telah menceritakan, dari Ubadah ibnu
Mansur, dari Al-Qasim ibnu Muhammad bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah
menceritakan, Rasulullah Saw. Telah bersabda:
"‫ َحتَّى ِإنَّ اللُّ ْق َمةَ لتَصير ِم ْث َل ُأ ُح ٍد‬،ُ‫ َك َما يُ َربِّي َأ َح ُد ُك ْم ُم ْه َره‬،‫ص َدقَةَ َويَْأ ُخ ُذهَا ِبيَ ِمينِ ِه فَيُ َربِّي َها َأِل َح ِد ُك ْم‬
َّ ‫"ِإنَّ هَّللا َ يَ ْقبَ ُل ال‬
Sesungguhnya Allah menerima sedekah dan menerimanya dengan tangan kanan-Nya,
lalu Dia memeliharanya buat seseorang di antara kalian (yang mengeluarkannya)
sebagaimana seseorang di antara kalian memelihara anak kudanya, hingga sesuap makanan
menjadi besar seperti Bukit Uhud. Hal yang membenarkan perkara ini berada di dalam
Kitabullah, yaitu di dalam firman-Nya:
{ [َ ‫ت ]َألَ ْم َي ْعلَ ُموا َأنَّ هَّللا‬ َّ ‫} ُه َو يَ ْقبَ ُل الت َّْوبَةَ عَنْ ِعبَا ِد ِه َويَْأ ُخ ُذ ال‬
ِ ‫ص َدقَا‬
Tidakkah mereka mengetahui bahwasanya Allah menerima tobat dari hamba-hamba-
Nya dan menerima zakat. (At-Taubah: 104)
ِ ‫ص َدقَا‬
{‫ت‬ ِّ ُ ‫ق هَّللا‬
َّ ‫الربَا َويُ ْربِي ال‬ ُ ‫} َي ْم َح‬
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. (Al-Baqarah: 276) As-Sauri dan
Al-A’masy telah meriwayatkan dari Abdullah ibnus Saib, dari Abdullah ibnu Abu Qatadah
yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas’ud r.a. pernah berkata, “Sesungguhnya sedekah
itu diterima di tangan Allah Swt. Sebelum sedekah itu diterima oleh tangan peminta.”
Kemudian Ibnu Mas’ud membacakan firman-Nya: Tidakkah mereka mengetahui bahwasanya
Allah menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat. (At-Taubah: 104) Ibnu
Asakir di dalam kitab Tarikh-nya pada Bab “Biografi Abdullah ibnusy Sya’ir As-Saksiki Ad-
Dimasyqi yang Asalnya adalah Al-Himsi, salah seorang ulama fiqih—, Mu’awiyah, dan lain-
lainnya” banyak mengambil riwayat darinya. Hausyab ibnu Saif As-Saksiki Al-Himsi pun
telah mengambil riwayat darinya, bahwa di zaman Mu’awiyah r.a. orang-orang berangkat
berperang di bawah pimpinan Abdur Rahman ibnu Khalid ibnul Walid. Kemudian ada
seorang lelaki dari pasukan kaum muslim melakukan penggelapan harta rampasan sebanyak
seratus dinar Romawi. Ketika pasukan kaum muslim kembali, ia menyesal; lalu ia datang
menghadap panglimanya, tetapi si panglima tidak mau menerima hasil penggelapan itu
darinya. Panglima mengatakan, “Semua pasukan telah pulang, dan aku tidak mau
menerimanya darimu, hingga engkau menghadap kepada Allah dengan membawanya kelak
di hari kiamat.” Maka lelaki itu menghubungi para sahabat satu persatu, tetapi mereka
mengatakan hal yang sama. Ketika sampai di Damaskus, ia menghadap kepada Mu’awiyah
untuk menyerahkannya, tetapi Mu’awiyah menolak, tidak mau menerimanya. Lalu ia keluar
dari sisi Mu’awiyah seraya menangis dan mengucapkan istirja’. Akhirnya ia bersua dengan
Abdullah ibnusy Sya’ir As-Saksiki yang langsung menanyainya, “Apakah gerangan yang
membuatmu menangis?” Lalu lelaki itu menceritakan hal tersebut kepadanya. Maka
Abdullah As-Saksiki berkata, “Apakah engkau mau taat kepadaku?” Lelaki itu menjawab,
“Ya.” Abdullah berkata, “Pergilah kepada Mu’awiyah dan katakan kepadanya, ‘Terimalah
dariku khumusmu!’, dan serahkanlah kepadanya dua puluh dinar, lalu tangguhkanlah yang
delapan puluh dinarnya. Setelah itu sedekahkanlah yang delapan puluh dinar itu (kepada
kaum fakir miskin) sebagai ganti dari pasukan tersebut. Karena sesungguhnya Allah
menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan Dia Maha Mengetahui tentang nama-nama dan
tempat-tempat mereka.” Lelaki itu mengerjakan apa yang dikatakannya, dan Mu’awiyah
berkata, “Sesungguhnya jika aku memberikan fatwa demikian kepadanya, lebih aku sukai
daripada segala sesuatu yang aku miliki sekarang ini. Lelaki itu sungguh telah berbuat baik.”

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Zakat merupakan harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim apabila Telah
mencapai nishab, dengan ukuran tertentu, dan diberikan kepada yang Berhak menerimanya,
dengan tujuan untuk membersihkan harta dan diri kita Dan dengan itu pula mengharapkan
berkah dari Sang Kuasa.
2. Kedudukan zakat adalah sebagai objek yang digunakan untuk membantu Kaum
ashnaf selaku penerima dan juga kaum muzakki selaku pemberi zakat Untuk mensucikan
harta dan dirinya. Kedudukan zakat juga sebagai Pemopong ekonomi bagi kesejahteraan
rakyat apabila dikelola dengan baik.
3. Implementasi sosial dari zakat dapat mewujudkan tatanan masyarakat yang
Sejahtera di mana hubungan seseorang dengan yang lainnya menjadi rukun, Damai, dan
harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi tentram, Aman lahir batin.
B. Saran
Banyak sekali karya-karya ilmiah yang membahas tentang zakat dengan Tujuan untuk
mengajak umat muslim sadar akan pentingnya berzakat, akan tetapi Perlu peran aksi secara
nyata dari kaum pemuda untuk membangunkan Masyarakat muslim yang seharusnya telah
wajib berzakat namun enggan untuk Mengeluarkannya. Keberadaan lembaga zakat seperti
(LAZ) yang sudah sangat Bagus. Walaupun demikian kita selaku mahasiswa wajib untuk ikut
serta juga Dalam menyadarkan mereka. Dengan adanya makalah ini diharapkan Sedikitnya
mampu memberikan penyemangat pengetahuan untuk ikut danMengaplikasikannya. Serta
diharapkan adanya penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai