Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ZAKAT

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Saproni Samin,M.Ed

DISUSUN OLEH:

Zaiful Amran

Andani Fitri

Muhammad Zaky Hafiz

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

IBADAH, MUAMALAH DAN AKHLAK

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr.b. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “ZAKAT”. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan
dalam penyusunan makalah ini, Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah
IBADAH,MUAMALAH DAN AKHLAK dari Bapak Dr.Saproni Samin,M.Ed Selain itu, penyusunan
makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada mahasiswa.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Dr.Saproni Samin,M.Ed selaku


dosen mata kuliah Ibadah,Muamalah Dan Akhlak. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan kita tentang strategi pembelajaran. Penulis juga mengucapkan
terimakasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisanmasih melakukan banyak


kesalahan. Oleh karna itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidak sempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Harta merupakan titipan Allah SWT yang pada hakekatnya hanya dititipkan kepada kita sebagai
manusia ciptaan-Nya. Konsekuensi manusia terhadap segala bentuk titipan yang dibebankan
kepadanya mempunyai aturan-aturan Tuhan, baik dalam pengembangan maupun dalam
penggunaan.

Terdapat kewajiban yang dibebankan pada pemiliknya untuk mengeluarkan zakat untuk
kesejahteraan masyarakat, dan ada ibadah maliyah sunnah yakni sedekah dan infaq. Karena
pada hakekatnya segala harta yang dimiliki manusia adalah titipan Allah SWT, maka setiap kita
manusia wajib melaksanakan segala perintah Allah mengenai hartanya.

Dalam makalah ini akan dijelaskan secar rinci apa yang menjadi pengertian zakat, infaq dan
shadaqah serta segala macam bentuk, dasar hukum dan segala hal yang berkaitan dengan
masalah zakat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Defenisi Zakat,Infaq dan Sedekah
2. Dasar Hukum
3. Perbedaan Zakat,Infaq dan Sedekah
4. Macam-Macam Zakat
5. Hikmah dan keutamaan Zakat
6. Kadar dan Haul Zakat
7. Muzakki dan Mustahik
8. Tata cara pembagian dan pendistribusian Zakat
9. Urgensi,filosofi dan reaktualisai zakat

C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk Mengetahui Defenisi Zakat,Infaq dan Sedekah
2. Untuk Mengetahui Macam-Macam Zakat
3. Untuk Mengetahui Tata cara Zakat
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEVENISI ZAKAT,INFAQ DAN SEDEKAH

1. PENGERTIAN ZAKAT
Pengertian zakat menurut bahasa Arab, yaitu kata “zaka”, yang artinya suci,
berkah, tumbuh dan berkembang. Sebab di dalam amalan ini mengandung
harapan untuk memperoleh keberkahan, membersihkan jiwa dan memupuknya
dengan berbagai kebaikan.

Sementara makna tumbuh adalah menunjukkan dengan melalukan amalan ini


adalah sebagai bentuk adanya pertumbuhan dan perkembangan harta. Terakhir
makna suci disini menunjukkan bahwa amalan ini bisa mensucikan jiwa dari
keburukan, kebatilan dan pensuci dari dosa-dosa yang pernah dilakukan.

2. PENGERTIAN INFAQ
Kata Infaq berasal dari kata anfaqo-yunfiqu, artinya membelanjakan atau
membiayai, arti infaq menjadi khusus ketika dikaitkan dengan upaya realisasi
perintah-perintah Allah.
Menurut kamus bahasa Indonesia pengertian Infaq adalah mengeluarkan harta
yang mencakup zakat dan non zakat. Sedangkan menurut terminologi syariat,
pengertian infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran
Islam.

3. PENGERTIAN SEDEKAH

Sedekah merupakan kata yang sangat familiar di kalangan umat Islam.


Sedekah diambil dari kata bahasa Arab yaitu “shadaqah”, berasal dari kata sidq
(sidiq) yang berarti “kebenaran”. Menurut peraturan BAZNAS No.2 tahun 2016,
sedekah adalah harta atau non harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau
badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.
Sedekah merupakan amalan yang dicintai Allah SWT. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang sedekah, salah satunya
dalam surat Al-Baqarah ayat 271,

“Jika kamu menampakkan sedekah (mu), maka itu adalah baik sekali. Dan
jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir,
maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan
dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu, dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah: 271).

B. DASAR HUKUM ZAKAT,INFAQ DAN SEDEKAH

a. Dasar Hukum Zakat

Zakat sebagai salah satu rukun islam yang kelima memiliki rujukan atau
landasan kuat berdasarkan Al-Quran dan al- Sunnah .Berikut ini adalah diantara
dalil-dalil yang memperkuat kedudukannya,

1. Al-Quran

“Sesungguhnya zakat-zakat itu,hanyalah untuk orang fakir,orang-orang


miskin ,pengurus-pengurus zakat,para muallaf yang di bujuk hati nya,untuk
(memerdekakan)budak,orang-orang yang berhutang,umtuk jalan allah dan
untuk mereka yang sedang dalam perjalanan,sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”(QS.At Taubah,9:60)

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka


(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana."(QS. At-Taubah, 9 : 71)

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui."(QS. At-Taubah, 9 : 103)

2. Dalil Sunnah

“Dari Abdullah bin Musa ia berkata : Rasulullah SAW bersabda: Ialam didirikan
atas lima dasar yaitu:
1. Tiada tuhan selain Allah

2. Menunaikan shalat

3. Membayar Zakat

4. Mnjalankan puasa Ramadhan

5. Ibadah haji bagi yang mampu

3. Ijma

Sepeninggal Nabi SAW dan tampuk pemerintahan dipegang Abu Bakar,


timbul kemelut seputar keengganan membayar zakat sehingga terjadi peristiwa
"perang riddah". Kebulatan tekad Abu Bakar sebagai khalifah terhadap
penetapan kewajiban zakat didukung penuh oleh para sahabat yang kemudian
menjadi ijma.

b. Dasar Hukum Infaq

Syariah telah memberikan panduan kepada kita dalam berinfaq atau


membelanjakan harta. Allah dalam banyak ayat dan Rasul SAW. dalam banyak
hadis telah memerintahkan kita agar menginfaqkan (membelanjakan) harta yang
kita miliki. Allah juga memerintahkan agar seseorang membelanjakan harta
untuk dirinya sendiri (QS at-Taghabun: 16) serta untuk menafkahi istri dan
keluarga menurut kemampuannya (QS ath-Thalaq: 7). Dalam membelanjakan
harta itu hendaklah yang dibelanjakan adalah harta yang baik, bukan yang buruk,
khususnya dalam menunaikan infaq (QS al-Baqarah [2]: 267).7

Kemudian Allah menjelaskan bagaimana tatacara membelanjakan harta.


Allah Swt. berfirman tentang karakter ’Ibâdurrahmân: yang artinya “Orang-orang
yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak isrâf dan tidak (pula) iqtâr
(kikir); adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”(QS
al-Furqan [25]: 67). Selain itu Allah Swt. juga berfirman:Berikanlah kepada
keluarga-keluarga dekat haknya, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam
perjalanan, dan janganlah kalian menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros. (QS al-Isra’ [17]: 26).8

Ibn Abbas, Mujahid, Qatadah, Ibn al-Juraij dan kebanyakan mufassir


menafsirkan isrâf (foya-foya) sebagi tindakan membelanjakan harta di dalam
kemaksiatan meski hanya sedikit. Isrâf itu disamakan dengan tabdzîr (boros).
Menurut Ibn Abbas, Ibn Mas‘ud dan jumhur mafassirin, tabdzîr adalah
menginfaqkan harta tidak pada tempatnya. Ibn al-Jauzi dalam Zâd al-Masîr
mengatakan, Mujahid berkata, “Andai seseorang menginfaqkan seluruh hartanya
di dalam kebenaran, ia tidak berlaku tabdzîr. Sebaliknya, andai ia menginfaqkan
satu mud saja di luar kebenaran, maka ia telah berlaku tabdzîr.” 9 Dengan
demikian menginfaqkan untuk pembangunan masjid dalam pembangunannya
mekanismenya tidak diperbolehkan bervoya-foya.

Adapun iqtâr maknanya adalah menahan diri dari infaq yang diwajibkan
atau menahan diri dari infaq yang seharusnya. Asy-Syaukani, mengutip ungkapan
an-Nihâs, menyatakan, “Siapa saja yang membelanjakan harta di luar ketaatan
kepada Allah maka itu adalah isrâf; siapa yang menahan dari infaq di dalam
ketaatan kepada Allah maka itu adalah iqtâr (kikir); dan siapa saja yang
membelanjakan harta di dalam ketaatan kepada Allah maka itulah infaq yang al-
qawâm.”.10

Jadi, yang dilarang adalah isrâf dan tabdzîr, yaitu infaq dalam kemaksiatan
atau infaq yang haram. Infaq yang diperintahkan adalah infaq yang qawâm, yaitu
infaq pada tempatnya; infaq yang sesuai dengan ketentuan syariah dalam rangka
ketaatan kepada Allah; alias infaq yang halal. Infaq yang demikian terdiri dari
infaq wajib, infaq sunnah dan infaq mubah. Infaq wajib dapat dibagi:11 salah
satunya adalah yang pertama, infaq atas diri sendiri, keluarga dan orang-orang
yang nafkahnya menjadi tanggungan. Kedua, zakat.11 Ketiga, infaq di dalam
jihad. Infaq sunnah merupakan infaq dalam rangka hubungan kekerabatan,
membantu teman, memberi makan orang yang lapar, dan semua bentuk
sedekah lainnya. Sedekah adalah semua bentuk infaq dalam rangka atau dengan
niat ber-taqarrub kepada Allah, yakni semata-mata mengharap pahala dari Allah
Swt. Adapun infaq mubah adalah semua infaq halal yang di dalamnya tidak
terdapat maksud mendekatkan diri kepada Allah.12

c. Dasar Hukum Sedekah

Shadaqah adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang setiap kali


ia memperoleh rezeki sebanyak yang dikehendakinya sendiri. Dalam tinjauan
hukum shadaqah bisa dihukumi wajib ketika berbentuk: zakat, Nafkah dan
Nadzar sedangkan berkekuatan hukum Sunnah ketika: Hadiah, Hibah, Wakaf,
Ujrah, Sewa, Barter, Hutang dll. Shadaqah sunnat dapat dilakukan kapan saja,
saat mereka lapang atau ada tuntutan sosial untuk melakukannya dan termasuk
salah satu dari jalan yang Allah perintahkan kepada umat Islam.

Akan tetapi, khusus untuk shadaqah tehadap faki miskin, Rasulullah SAW sangat
menekankan pada saat bulan Ramadhan, hal ini sangat logis karena tidak sedikit
kalangan mereka yang tidak dapat melaksanakan kewajiban ibadahnya di bulan
Ramadhan disebabkan harus bekerja keras yang memeras tenaga.

Sabda Rasulullah SAW “Dari Annas RA, dia berkata bahwasanya Rasulullah SAW
pernah ditanya shadaqah mana yang lebih baik, Beliau menjawab shadaqah di
bulan Ramahan (HR. At-Timidzi)”

C. PERBEDAAN ZAKAT,INFAQ DAN SEDEKAH

 Dari segi hukumnya, zakat memiliki hukum yang wajib dikerjakan oleh setiap
muslim. Namun untuk shodaqoh dan infaq sunnah hukumnya bagi setiap muslim.

 Dari segi penerimanya, zakat menjadi sah apabila diberikan kepada golongan-
golongan yang berhak menerimanya sesuai yang telah disampaikan di atas tadi.
Berbeda dengan sedekah dan infaq boleh diberikan kepada siapa saja.

 Dari segi besaran pemberian, zakat memiliki ketentuan tersendiri yang harus
dipenuhi. Sedangkan untuk infak dan sedekah besaran pemberiannya bebas dan
tidak terikat akan ketentuan apapun.

 Dari segi bentuk pemberian, zakat dan infaq diberikan dalam bentuk harta atau
materi yang dimiliki. Lalu untuk sedekah bisa berbentuk harta maupun selain harta,
misalnya saja dari perbuatan.

 Perbedaan zakat, infaq, dan shodaqoh yang menonjol selanjutnya adalah zakat
merupakan salah satu bagian dari rukun Islam. Sedangkan infaq dan juga shodaqoh
bukan termasuk ke dalam rukun Islam.

Selain perbedaan yang bisa ditemukan dari zakat, infaq, dan shodaqoh, ada juga
persamaan yang terdapat pada ketiga hal tersebut. Persamaan tersebut meliputi berikut
ini:
 Zakat, infak, dan sedekah sama-sama merupakan kegiatan memberikan sesuatu
kepada orang lain.
 Ketiga hal tersebut (zakat, infaq, dan shodaqoh) adalah bentuk ibadah untuk
mendekatkan diri dengan Allah SWT.
 Baik itu zakat, infaq, maupun sedekah akan sama-sama mendatangkan pahala bagi
kaum muslim apabila dikerjakan dengan ikhlas.

D.MACAM-MACAM ZAKAT
a. Zakat Fitrah

Zakat fitrah merupakan kewajiban yang harus dibayarkan setiap setahun sekali pada
awal bulan Ramadan hingga batas akhir sebelum dimulainya salat Idul Fitri.
Meskipun menjadi kewajiban, zakat ini hanya diperuntukkan bagi orang yang sudah
mampu.
Adapun jumlah yang harus dibayarkan sebagai zakat fitrah adalah 2,5 kg atau 3,5
liter beras per kepala. Untuk nilai rupiahnya bisa berubah-ubah sesuai aturan yang
berlaku, misalnya berdasarkan SK Ketua Baznas Nomor 7 tahun 2021 tentang Zakat
Fitrah dan Fidyah untuk wilayah DKI Jakarta dan Sekitarnya nilai zakat fitrah setara
dengan uang sebesar Rp40.000 per jiwa.
b. Zakat Mal
Dikenal juga sebagai zakat harta, zakat mal merupakan zakat atas uang, emas,
maupun aset berharga yang dimiliki dan disewakan seseorang. Syaratnya, harta yang
dimiliki sumbernya halal, memenuhi batas minimum, dan telah dimiliki selama satu
tahun.
Jadi, misalkan seorang muslim memiliki kekayaan atau harta minimal Rp100 juta
dan mengendap selama setahun, maka wajib membayar zakat. Adapun besaran
zakat yang harus dibayarkan adalah 2,5% yang dikalikan dengan jumlah harta yang
disimpan.
c. Zakat Penghasilan
Zakat penghasilan merupakan zakat yang wajib dibayarkan setiap muslim
yang telah memiliki penghasilan, baik dari bekerja secara mandiri maupun di bawah
perusahaan atau naungan orang lain. Zakat ini dibayarkan setiap bulan sebanyak
2,5% dari total pendapatan tanpa harus menunggu satu tahun. 
Mengenai kewajibannya, harus mengacu pada nisab, di mana Kementerian Agama
RI melalui Peraturan Menteri Agama Nomor 31 Tahun 2019 menetapkan bahwa
nisab zakat penghasilan senilai 85 gram emas dengan ketentuan harga emas terbaru
di tahun tersebut. Jika harga emas per 1 Mei 2020 adalah Rp900.000 maka nisab
zakat penghasilan Rp76.500.000 per tahun atau Rp 6.375.000 per bulan. 
Jadi, bagi seorang muslim yang sudah memiliki penghasilan atau upah (take home
pay) lebih dari nisab zakat sebesar Rp6.375.000 per bulan, maka sudah wajib
membayar zakat penghasilan. 
Semoga penjelasan di atas dapat membantu kamu untuk semakin memahami
tentang zakat, serta memotivasi kamu untuk menunaikannya.

D. HIKMAH DAN KEUTAMAAN ZAKAT


1. HIKMAH ZAKAT

 SEBAGAI PERWUJUDAN IMAN MELALUI ZAKAT


Perintah berzakat kepada umat Islam merupakan sebagai perwujudan keimanan
seorang hamba kepada Tuhannya. Zakat juga mampu menghadirkan sikap baik
seseorang seperti:  
 Mensyukuri nikmat kecil maupun besar
 Menumbuhkan akhlak terpuji dengan memiliki rasa peduli terhadap sesama 
 Menghilangkan sifat kikir dan rakus 
 Menumbuhkan ketenangan hidup
 Mengembangkan dan mensucikan harta yang dimiliki.
Dengan berzakat pun menandakan bahwa seseorang tersebut sudah berislam
dengan baik karena telah menjalani rukun Islam. Zakat menjadi amalan yang wajib
ditunaikan bagi orang mampu (finansial).
Namun, bagi orang tidak mampu seperti fakir dan miskin. Mereka termasuk ke
dalam golongan orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahiq). Untuk itu,
jika ingin diakui keimanannya langsung oleh Allah Swt, maka segera tunaikan zakat
sesuai syariat.  

 MENDIDIK BERINFAK DAN MEBERI


Zakat bermakna untuk mensucikan jiwa seorang muslim dari sifat kikir (pelit)
dan mendidik umat muslim untuk mempunyai rasa peduli ingin memberi dan
berinfak. Zakat juga akan berdampak pada akhlak dan cara pandang hidup
manusia. 

Ketika umat muslim telah membayar zakat dengan semestinya, maka ia sudah
menunaikan kewajibannya kepada Tuhan dan berzakat sebagai upaya
membersihkan harta dari hal-hal yang kotor. 

Dari harta yang dimiliki oleh kita tentunya ada hak orang lain yang perlu
dikeluarkan atau disedekahkan sehingga harta tersebut akan memberikan
perlindungan kepada kita. 

Itulah mengapa Allah Swt menyandingkan perintah berzakat dengan shalat agar
manusia menyadari bahwa keduanya dapat menjadi pelindung ketika di akhirat.
Manusia yang enggan membayar zakat termasuk ke dalam golongan orang-orang
yang kikir seperti Qarun.

 MENGOBATI HATI DARI CINTA DUNIA


Amalan zakat dapat menjadi sebuah peringatan untuk hati bahwa setiap
manusia memiliki kewajiban kepada Tuhannya. Sebab, perintah berzakat pun
sudah berkali-kali disebutkan dalam Al-Qur’an sehingga perintah amalan ini
sangat serius untuk diamalkan oleh setiap muslim.
Selain itu, zakat juga berperan sebagai obat agar manusia tidak
menuhankan harta atau dunia yang semua itu termasuk titipan dari Yang Maha
Kuasa.
Dengan berzakat, umat Islam akan selalu mengingat bahwa harta yang dimilikinya
saat ini bukanlah milik dirinya dan pasti setiap harta benda di dunia akan dimintai
pertanggungjawabannya oleh Allah Swt di akhirat kelak.
Oleh karena itu, bagi orang yang kaya atau mampu diwajibkan atasnya untuk
berzakat agar harta tersebut tidak memberikan hisab yang berat untuk dirinya
nanti di akhirat.

 MENARIK RASA SIMPATI


Amalan zakat mampu menarik rasa simpati bagi umat Islam. Di dalam zakat
pun terdapat pembelajaran mengenai tolong menolong, penuh cinta, dan
memupuk persaudaraan. 
Amalan zakat memberi kecukupan dan kesejahteraan pada penerima zakat
(mustahiq) dengan cara menghilangkan atau memperkecil penyebab kemiskinan
dan penderitaan yang mereka alami. 
Dengan begitu, orang-orang yang membutuhkan akan bersimpati dan menambah
kedekatan tali persaudaraan antar sesama muslim dan menghilangkan gap antara
si kaya dan si miskin. 

 MENGHINDARKAN DIRI DARI KEKUFURAN


Zakat ialah hak bagi para mustahiq yang berfungsi untuk tolong-menolong,
membantu, dan membina golongan penerima zakat ke arah hidup yang lebih
baik. Adanya zakat dapat membuat para mustahiq terhindar dari bahaya
kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki, maupun hasad. 
Kekufuran ini dapat terjadi apabila mereka yang kesusahan dalam hal finansial
merasa dirinya tidak dicintai oleh Tuhannya sehingga mengabaikan nikmat-
nikmat lain yang telah Allah Swt berikan kepadanya. 
Namun, ketika perintah berzakat hadir dan diwajibkan atas mereka yang
mampu. Maka, orang-orang yang tidak mampu akan terbantu oleh dana zakat
yang wajib zakat berikan. Sehingga dana zakat yang telah diberikan dapat
digunakan untuk usaha atau memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Hal ini sebagaimana pada zaman kepemimpinan Abu Bakar dan Umar, di
mana semua wajib zakat diwajibkan (dipaksa) untuk membayar zakat. Sehingga
pada zaman tersebut semua orang hidup cukup bahkan bisa membeli atau
membebaskan budak dari tuannya.

 SUMBER DANA PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA


Zakat dapat menjadi sumber pembangunan sarana prasarana yang
dibutuhkan oleh kalangan masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, sosial
ekonomi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. 
Salah satu manfaat atau hikmah zakat lainnya adalah dapat melahirkan orang
yang dermawan dan suka memberi, menghadirkan perasaan bahwa ia termasuk
bagian dari masyarakat yang diberi tersebut dan belajar berempati kepada
manusia. 
Saat masyarakat (termasuk golongan mustahiq) bergembira, maka orang yang
berzakat pun akan ikut merasakan kegembiraannya. Sehingga, hal ini
memunculkan rasa saling mencintai di antara sesama, baik orang yang memberi
dan orang yang diberi. 

2. KEUTAMAAN ZAKAT
 SIFAT PENGHUNI SURGA
Mengeluarkan zakat dari harta yang dimiliki merupakan salah satu sifat orang-
orang yang berbakti dan penghuni surga, hal ini sebagaimana firman Allah Swt
dalam Al-Qur’an: 

{16 ( َ‫مُح ِس ِنين‬ ْ َ‫آخ ِذينَ مَا آ َتا ُه ْم رَ ُّب ُه ْم ِإ َّن ُه ْم َكانُوا َق ْب َل َذ ِلك‬
ِ )15 ( ‫ُون‬
ٍ ‫َّات وَعُ ي‬ ٍ ‫ِإنَّ ا ْلمُ َّت ِقينَ ِفي َجن‬
ٌّ‫) وَ ِفي َأمْوَا ِل ِه ْم َحق‬18 ( َ‫ار ُه ْم يَسْ َت ْغ ِفرُون‬ ِ ‫األسْح‬
َ ِ )17( َ‫) َكانُوا َق ِليال ِمنَ ال َّلي ِْل مَا َي ْه َجعُون‬
‫وَب‬
)19( ‫رُوم‬ ِ ‫مَح‬ ْ ‫ساِئ ِل وَا ْل‬
َّ ‫ِلل‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-
taman (jannah) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan
kepada mereka oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia
adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu
malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). Dan
pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS. Adz-Dzariyat ayat 15-19)

Ayat di atas menjelaskan bahwasannya orang-orang yang selalu menyedekahkan


hartanya kepada orang miskin atau yang tidak mampu mereka ini termasuk salah
seorang penghuni surga. Zakat pun di sini sama dengan bersedekah.

 MENDAPATKAN RAHMAT DARI ALLAH


Membayar zakat juga menjadi salah satu sifat kaum mukminin yang
berhak mendapatkan rahmat dari Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt dalam
Al-Qur’an:

َ‫عَن ا ْلمُ ْن َك ِر وَ ُي ِقيمُون‬


ِ َ‫مَعْرُوف وَ َي ْن َهوْ ن‬
ِ ‫َعْض ۚ َيْأمُرُونَ ِبا ْل‬ ٍ ‫وَا ْلمُ ْؤ ِمنُونَ وَا ْلمُ ْؤ ِمنَاتُ بَعْضُ ُه ْم َأوْ ِليَاءُ ب‬
‫عَزيزٌ َح ِكي ٌم‬ َ َ‫الصَّ اَل َة وَ ُيْؤ تُونَ الزَّ َكا َة وَ ي ُِطيعُونَ ال َّل َه وَرَ سُو َل ُه ۚ ُأوٰ َلِئك‬
ِ ‫سيَرْ حَمُ ُه ُم ال َّل ُه ۗ ِإنَّ ال َّل َه‬
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian
mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah.” (QS. At-Taubah ayat 71)
Shalat dan zakat selalu disandingkan dalam Al-Qur’an karena keduanya menjadi
amalan yang bisa menghantarkan seseorang untuk mendapatkan rahmat-Nya.
Sehingga hidupnya dapat tentram dan selalu berada di dalam penjagaan
Tuhannya. 

 MENYUBURKAN HARTA ZAKAT


Allah Swt akan mengembangkan dan menyuburkan harta yang dizakatkan
bagi orang yang mengeluarkannya. Sebagaimana Allah berfirman: “Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.” (QS. Al-Baqarah ayat 276)
Orang yang berzakat sama halnya dengan bersedekah. Dengan bersedekah
harta yang dimiliki akan Allah Swt lipat gandakan sehingga hartanya berkah dan
dapat menjadi penyelamat ketika di akhirat kelak.

 DIBERIKAN PERLINDUNGAN DARI PANASNYA HARI KIAMAT


Allah Swt akan menaungi/melindungi orang yang mengeluarkan zakat dari
panasnya hari kiamat. Rasulullah Saw bersabda: “Tujuh golongan yang akan
dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari yang tiada naungan kecuali
naungan (dari)-Nya: …seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi
sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan
kanannya…” (HR. Bukhari no. 660)
Hadits di atas dapat memberikan pencerahan bahwasannya dengan berzakat
akan menyelamatkan hidup seseorang ketika di akhirat dan menjauhkan dirinya
dari kesengsaraan yang abadi. Untuk itu, segera tunaikan zakat apabila ingin
mendapatkan naungan di hari kiamat.

 MEMBUKA PINTU REZEKI

Dalam hadits disampaikan bahwasannya:  “Zakat membersihkan harta dan


mengembangkannya, serta membuka pintu-pintu rezeki bagi pelakunya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Harta tidak akan berkurang
karena sedekah…” (HR. Muslim no. 2588)

 SEBAB TURUNNYA REZEKI


Zakat menjadi salah satu sebab turunnya berbagai kebaikan, dan menolak
membayar zakat ialah sebab terhalangnya berbagai kebaikan. 
Dalam hadits pun disebutkan bahwa: “Tidaklah suatu kaum menahan zakat harta
mereka melainkan mereka dihalangi mendapatkan hujan dari langit. Seandainya
bukan karena hewan ternak, niscaya mereka tidak akan mendapat hujan.” (HR.
Ibnu Majah no. 4019)
 MENGHAPUS KESALAHAN
Zakat mampu menghapuskan dosa maupun kesalahan manusia. Dari Mu’adz bin
Jabal, Nabi Muhammad Saw bersabda :
“Sedekah dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air dapat memadamkan
api.” (HR. Tirmidzi no. 609)
Jika umat Islam sudah mengetahui hikmah dan keutamaan zakat dalam
kehidupan, maka menunaikan zakat bukanlah suatu hal yang berat. Justru
menjadi keuntungan dan investasi pahala untuk hidup layak di akhirat dan
mendapat ridha dari Allah Swt. 

E. KADAR DAN HAUL ZAKAT

1. KADAR/NISAB ZAKAT

Anda mungkin juga menyukai