DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
DOSEN PENGAMPU:
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas
berkat,ni’mat, rahmat dan karunia-Nya makalah “Zakat Fitrah dan Zakat Mal” ini bisa
kami selesaikan. Shalawat bertangkaikan salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah memberikan suri tauladan bagi manusia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Adi Bahtiar,Lc., M.Pd.I., selaku
dosen pengampu mata kuliah Fiqih Ibadah dan Mu’amalah yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan terhadap bidang studi yang kami
tekuni. Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna serta bermanfaat bagi para
pembaca.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memotivasi kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari masih banyak
kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu kritik, saran dan
masukan sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah kami, Terima kasih.
Penulis
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
Secara bahasa kata zakat memiliki arti, yaitu: keberkahan, pertumbuhan,
perkembangan, dan kesucian, sedangkan secara istilah zakat merupakan bagian dari harta
dengan persyaratan tertentu yang diwajibkan Allah SWT kepada pemiliknya untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya.1 Jadi pengertian zakat baik secara bahasa maupun istilah
merupakan harta yang dikeluarkan untuk zakat itu akan menjadi berkah, bermanfaat, tumbuh,
berkembang dan bertambah, suci dan juga baik.
Makna keberkahan yang terdapat pada zakat berarti dengan membayar zakat akan
memberikan berkah kepada harta yang dimiliki. Zakat berarti pertumbuhan karena dengan
memberikan hak fakir miskin dan lain-lain yang terdapat dalam harta benda kita, akan
terjadilah sesuatu sirkulasi uang yang dalam masyarakat mengakibatkan berkembangnya
fungsi uang itu dalam kehidupan perekonomian di masyarakat. Zakat bermakna kesucian yang
dimaksudkan untuk membersihkan harta benda milik orang lain, yang dengan sengaja atau
tidak sengaja, termasuk ke dalam harta benda kita.2 Jadi dapat disimpulkan bahwa zakat
merupakan mengeluarkan sebagian harta dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh agama
Islam untuk mensucikan harta agar menjadi berkah dan bermmanfaat bagi orang lain.
B. Zakat Fitrah
Zakat Fitrah adalah zakat yang diwajibkan bagi laki-laki maupun perempuan untuk
melakukan zakat terkait dengan puasa pada bulan Ramadhan, sering disebut juga dengan
sedekah fitrah. Menurut syara’ zakat yang diwajibkan sebagaimana terdapat pada bagian
tempat dalam Al-qur’an dan sunnah. Dipergunakan untuk zakat fitrah, seolah-olah sedekah
dan fitrah satu asal kejadian, sehingga wajibnya zakat dapat mensucikan diri atas
perbuatannya.
Zakat Fitrah juga merupakan pajak pribadi bagi muslim, sedangkan zakat lain
merupakan pajak pada harta. Karena tidak disyaratkan pada zakat fitrah, yang disyaratkan
zakat lain seperti nisab. Para Fuqara’ menyebutkan bahwa zakat ini adalah zakat kepala
(perkepala) yang berarti kepala disini adalah pribadi-pribadi.
Jadi, zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki
maupun perempuan pada bulan suci ramadhan dengn tujuan untuk membersihkan atau
1
A. K, Prasetyoningrum (2015). Pendekatan Balance Scorecard Pada Lembaga Amil Zakat Di Masjid
Agung Jawa Tengah. Economica: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Ekonomi Islam, VI(1), hal. 1-36.
2
M, Nasrullah. (2013). Peranan Zakat Sebagai Pendorong Multiplier Ekonomi. Jurnal Hukum Islam,
hal 1-8.
mensucikan diri atas perbuatannya.
Mazhab Maliki mengutip dari Asyhab bahwa zakat fitrah itu hukumnya sunnah
muakkad, ini adalah pendapat sebagian ahli zahir, dan Ibnu Lubban dari Syafi’i. Mereka
mentakwilkan kalimat fardu didalam hadits dengan makna qaddarah/memastikan. Lalu Ibnu
Humam berpendapat,bahwa menerapkan suatu lafaz pada makna hakikat Syari’ahnya dalam
ucapan Syar’i (Allah Swt dan RasulNya) adalah tertentu, sebelum ada faktor yang
memalingkan dari arti itu. Hakikat syariah dalam hadits itu bukan semata-mata dengan arti
qoddarah saja, namun dalam hadits Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah Saw
memerintahkan untuk mengeluarkan zakat fitrah, sehingga lafaz faradha artinya adalah
amara. Rasulullah Sw memperkuat kewajiban untuk berzakat fitrah, sehingga masuk pada
keumuman zakat yang diperintahkan Allah dan diancam orang yang mengingkarinya dengan
azab yang sangat dahsyat.3
Zakat juga termasuk salah satu ajaran agama Islam yang bersifat ma’lum minad din
bidl dlaluri (ajaran agama yang pasti telah diketahui secara umum). Oleh karena itu, apabila
kewajibannya diingkari, maka akan menjadi orang yang kufur. Syekh Muhyiddin an-
Nawawi mengatakan didalam kitabnya yang bernama al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab:
“Kewajiban zakat adalah ajaran agama Allah yang diketahui secara jelas dan pasti. Oleh
karena itu, siapa yang mengingkari kewajiban ini, sesungguhnya ia telah mendustakan
Allah dan mendustakan Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam, sehingga ia dihukumi kufur.”4
Dan perlu diketahui juga bahwa kewajiban zakat telah Allah tetapkan didalam
firman-Nya, diantaranya terdapat pada surah At-Taubah ayat 103 yang berbunyi:
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat tersebut engkau
membersihkan dan mensucikan mereka” (QS. At-Taubah: 103).
3
Kementerian Agama Republik Indonesia, Panduan Zakat Praktis, Jakarta 2013, hal 41-49.
4
Muhyiddin an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Mesir, al-Muniriyah, cetakan kedua, 2003,
jilid V, hal: 331.
Dan dijelaskan juga didalam surah Al-Baqarah ayat 43 yang berbunyi:
Artinya: “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama dengan orang-
orang yang ruku’” (QS. Al-Baqarah: 43).
Kemudian dari ayat-ayat yang telah disebutkan diatas terbentuklah ijma’ ulama’
terkait hukum wajib zakat.5 Jadi, dari beberapa dalil dan firman Allah diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwasannya hukum zakat fitrah itu wajib dan diharuskan karena kembali
kepada hukum umumnya dan Rasulullah Saw juga telah memerintahkan untuk
mengeluarkan zakat fitrah, serta tidak juga melarang untuk melakukannya.
Karena dalam keadaan berpuasa saja orang-orang juga terjerumus pada omongan dan
berbuatan yang tidak ada gunakannya, padahal puasa yang sempurna itu tidak hanya menahan
haus dan lapr akan tetapi juha menjaga perbutan tercelah dari anggota tubuh. Oleh karena itu
zakat fitrah menjadi salah satu cara untuk melepaskan atau membersihkan diri dari perbuatan
yang tercela.
Dalam artian misalnya hari raya adalah hari gembira, karena kegembiraan hanya
ditebarkan pada anggta masyarakat muslim. Akan tetapi bagi muslim yang miskin tidak
merasa bahagia apabila melihat orang kaya mampu makan segala nikmat baik, sementara
mreka tidak mampu mendapatkan makanan pada hari raya tersebut. 6 Jadi, hikmah zakat fitrah
itu masih ada hubungannya dengan orang yang telah berpuasa pada bulan Ramadhan karena
zakat fitrah menjadi salah satu cara untuk membersihkan diri dari perbuatan tercela serta
dapat menghilangkan rasa kecemburuan sosial terhadap orang muslim yang tidak
berkecukupan.
5
https://baznaskotabandung.org/zakat-fitrah-ketentuan-zakat-mal/. Diakses pada tanggal 14 Maret,
pukul 16.34.
6
Berkah qodariah, Azwari Cahaya Peny,dkk,Zakat, Sedekah,dan Wakaf, Jakarta: Prenadamedia Group
2020, hal 55.
lain:
1. Harta dari barang halal dan diperoleh dengan cara yang halal.
2. Harta tersebut dimiliki penuh oleh pemiliknya.
3. Harta yang dapat berkembang.
4. Harta yang mencapai nishab sesuai jenis hartanya.
5. Harta tersebut melewati haul.
6. Pemilik harta tidak mempunya hutang dalam jangka pendek yang harus dilunasi.
Dapat disimpulkan bahwa tidak semua harta yang terkena untuk dizakatkan karena
harta yang dikeluarkan untuk zakat itu ada ketentuannya seperti, harus dengan harta yang
halal yang dimiiki penuh oleh benar-benar pemiliknya, kemudian hartanya tersebut telah
mencapai nishab dan haul yang sesuai dengan jenis hartanya, serta pemilik dari harta tersebut
tidak mempunyai hutang dalam jangka pendek harus segera dilunasi.
G. Zakat Mal
Zakat mal adalah zakat yang dikenakan atas semua jenis harta, baik itu secara zat
maupun secara substansi perolehannya, dan tidak bertentangan dengan ketentuan agama.
7
https://baznaskotabandung.org/zakat-fitrah-ketentuan-zakat-mal/. Diakses pada tanggal 14 Maret,
pukul 21.27.
Seperti contoh, zakat mal itu terdiri atas emas, uang, penghasilan profesi, surat berharga, dan
lain sebagainya. Berikut penjelasannya terkait tentang beberapa macam zakat mal tersebut:
1. Zakat emas, perak, dan logam mulia lainnya
Merupakan zakat yang dikenakan terhadap emas, perak, dan logam lainnya yang telah
mencapai nisab dan haul.
2. Zakat atas uang dan surat berharga lainya
Merupakan zakat yang dikenakan terhadap uang, harta yang disamakan dengan uang, dan
surat berharga lainnya yang telah mencapai nisab dan haul.
3. Zakat perniagaan
Merupakan zakat yang dikenakan terhadap usaha perniagaan yang telah mencapai nisab
dan haul.
4. Zakat pertanian, perkebunan, dan kehutanan
Adalah zakat yang dikenakan terhadap hasil pertanian, perkebunan, dan hasil hutan pada
saat panen,
5. Zakat peternakan dan perikanan
merupakan zakat yang dikenakan terhadap hewan ternak dan hasil perikanan yang telah
mencapai nisab dan haul.
6. Zakat pertambangan
Merupakan zakat yang dikenakan terhadap hasil usaha pertambangan yang telah mencapai
nisab dan haul.
7. Zakat perindustrian
Merupakan zakat terhadap usaha yang bergerak baik dalam bidang produksi barang
maupun jasa.
8. Zakat pendapatan dan jasa
Merupakan zakat yang dikeluarkan dari penghasilan yang diperoleh dari hasil profesinya
tersebut pada saat menerima pembayaran, zakat ini biasa dikenal sebagai zakat profesi
atau zakat penghasilan.
9. Zakat rikaz
Merupakan zakat yang dikenakan terhadap harta temuan, dimana kadar zakatnya tersebut
20%.
Terkait dengan besaran zakat mal yang harus dikeluarkan yaitu 2,5% dari total
keseluruhan harta yang disimpan selama satu tahun.8 Jadi, dapat disimpulkan bahwa harta
yang dikenakan zakat mal itu dapat berupa uang, emas, surat berharga, penghasilan profesi,
aset perdagangan, hasil barang tambang atau hasil laut, hasil sewa aset dan harta dalam
bentuk lainnya.
I. Syarat dan Wajib Zakat
1. Zakat Mal
Zakat mal yaitu zakat yang wajib dibayar oleh kaum muslim dengan Harta yang
dimiliki, yang telah memenuhi syarat, haul, dan nishabnya. Dan syarat- syaratnya
diantaranya:9
a. Menurut Imamiyah syaratnya adalah baligh dan berakal. Jadi, orang gila dan anak-
anak tidak wajib mengeluarkan zakat. Dalam madzhab Syafi’i, berakal dan baligh
tidak menjadi syarat. Dan untuk orang gila dan anak-anak, wali mereka yang harus
mengeluarkan zakat atas nama mereka.
b. Menurut madzhab Syafi’i, syarat wajib zakat yang kedua adalah muslim. Sedangkan
menurut Imamiyah, disandarkan pada manusia baik muslim maupun non-muslim.
c. Milik penuh. Artinya orang yang mempunyai harta itu menguasai Sepenuhnya
terhadap harta bendanya, dan dapat mengeluarkan Sekehendaknya. Maka harta yang
hilang tidak wajib dizakati, juga harta yang dirampas/dibajak dari pemiliknya,
sekalipun tetap menjadi miliknya.
d. Cukup satu tahun berdasarkan hitungan tahun Qamariyah untuk selain biji- bijian,
buah-buahan, dan barang-barang tamban Sampai kepada nishab (ketentuan wajib
zakat) ketika harus mengeluarkan.
e. Orang yang punya utang, dan dia mempunyai harta yang sudah mencapai nishab.
Menurut Imamiyah dan Syafi’i, jika berhutang maka harus tetap Wajib
mengeluarkan zakat. Menurut Hambali harus melunasi hutangnya terlebih dahulu.
Menurut Maliki, jika berhutang tetapi memiliki emas dan Perak maka harus melunasi
8
https://baznaskotabandung.org/zakat-fitrah-ketentuan-zakat-mal/. Diakses pada tanggal 14 Maret,
pukul 21.27.
9
M. Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab (cet 12; Jakarta: Lentera, 2004), hal. 177-178.
hutang terlebih dahulu. Dan jika yang dimiliki selain emas dan perak maka tetap
wajib zakat. Dan menurut Hanafi, jika berhutang dimana utangnya itu menjadi hak
Allah untuk dilakukan oleh seorang manusia dan manusia lain tidak menuntutnya
seperti haji dan kifarat-kifaratnya, maka tetap harus berzakat. Tetapi jika
berhutangnya itu untuk manusia dan Allah, serta manusia memiliki tuntutan atau
tanggung jawab untuk melunasinya, maka tidak wajib mengeluarkan zakat kecuali
Zakat tanaman dan buah-buahan.
Jadi, dari beberapa pernyataan para ulama’ diatas dapat disimpulkan bahwa Ulama’
madzhab sepakat bahwa zakat itu tidak diwajibkan untuk barang-barang hiasan dan juga
untuk tempat tinggal seperti rumah, pakaian, alat-alat rumah, kendaraan, senjata dan lain
sebagainya yang menjadi kebutuhan, seperti halnya buku-buku, serta perabot-perabot lainnya.
2. Zakat Fitrah
Berikut beberapa syarat-syarat wajib zakat fitrah:10
a. Islam. Oleh karena itu zakat fitrah tidak diwajibkan kepada orang kafir. Adapun
untuk orang yang murtad, zakat fitrahnya akan ditangguhkan sampai dia masuk
ke agama Islam kembali.
b. Mengalami hidup di sebagian bulan Ramadhan dan bulan Syawal. Maksudnya
zakat fitrah tetap wajib dikeluarkan bagi orang yang wafat setelah matahari
terbenam pada malam hari raya Fitri. Hal tersebut berlaku juga bagi anak yang
lahir sebelum terbenamnya matahari dan meninggal setelah matahari terbenam
pada malam hari raya Fitri.
c. Mempunyai kelebihan mu’nah (biaya hidup) baik untuk dirinya sendiri maupun
untuk orang-orang yang ditanggung nafkah olehnya pada hari raya Fitri dan
malamnya (sehari semalam). Adapun yang dimaksud dengan mu’nah di atas
meliputi makanan dan lauk pauk, tempat tinggal, serta pakaian dan lain-lain yang
layak dan bersifat pokok. Dari sini dapat kita ketahui bahwa, ambeng (Jawa:
makanan sajian) yang sering disajikan di masjid-masjid atau musholla-musholla
oleh masarakat kita tidak termasuk yang pokok, artinya jika beras dan lauk pauk
yang kita buat untuk disajikan tersebut menyebabkan kita tidak mempunyai
kelebihan pada hari raya dan malamnya, hal ini tidak bisa menggugurkan
kewajiban kita mengeluarkan zakat Fitrah.
10
Sulaiman Bin Umar Al Jamal, Futuhatul Wahhab Bi Taudhihi Syarhi Manhajit Thullab/Hasyiyah
Al Jamal Ala Syarhil Manhaj (Surabaya: Daru Ihya’it Turots Al Arobi,) Jilid II, hal. 271-274.
DAFTAR PUSTAKA
Azwari Cahaya Peny, Dkk, Berkah qodariah. Zakat, Sedekah,dan Wakaf, Jakarta:
Prenadamedia Group 2020.
M. Mughniyah, Jawad. Fiqih Lima Mazhab (cet 12; Jakarta: Lentera, 2004).
Nasrullah, M. (2013). Peranan Zakat Sebagai Pendorong Multiplier Ekonomi. Jurnal Hukum
Islam.