ZAKAT
Dosen Pengampu : Dr H. Nurdin, S.Hi., M.Ed
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Hairunnisa (2101026304)
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Kelompok kami kemudahan dan
kelancaran dalam menyelesaikan makalah ini tepat waktu . Tanpa Rahmat dan Pertolongan-
Nya, kami tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak
lupa Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW
yang syafa’atnya kelak kita nantikan. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah “Zakat” dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Bapak Dr H. Nurdin, S.Hi., M.Ed selaku Dosen Pengampu
mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Kami menyadari makalah Agama Islam Materi Zakat ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik maupun saran agar kedepannya dapat
memperbaiki cara penulisan makalah berikutnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Zakat. Kami
juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Apabila terjadi banyak kesalahan pada makalah ini, baik penulisan nama, tempat
maupun teori, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian makalah yang kami susun, semoga makalah ini dapat dipahami dan berguna bagi
kami maupun seluruh pembaca dan makalah ini dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
November 2021
Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zakat menurut bahasa dan istilah ?
2. Apa saja macam-macam zakat ?
3. Apa itu haul dan nisab dalam zakat ?
4. Bagaimana penjelasan Mustahik dalam Al-Qur’an ?
5. Bagaimana Mustahik dalam skala prioritas ?
6. Bagaimana penjelasan Badan Amil Zakat menurut UU 23 Tahun 2011?
7. Apa pengertian Zakat konsumtif dan produktif dalam pandangan islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Zakat menurut Bahasa dan istilah
2. Mengetahui macam-macam zakat
3. Mengetahui Haul dan Nisab dalam Zakat
4. Memahami penjelasan Mustahik dalam Al-Qur’an
5. Memahami Mustahik dalam Skala Prioritas
6. Memahami penjelasan Badan Amil Zakat menurut UU 23 Tahun 2011
7. Mengetahui pengertian Zakat Konsumtif dan Produktif dalam pandangan
islam.
D. Manfaat Penulisan
PEMBAHASAN
واGGُ ٰلوةَ َوي ُْؤتG الص َّ ء َويُقِ ْي ُمواGَ صي َْن لَهُ ال ِّدي َْن ۙە ُحنَفَ ۤا هّٰللا
ِ َِو َمٓا اُ ِمر ُْٓوا اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوا َ ُم ْخل
َ ِال َّز ٰكوةَ َو ٰذل
ك ِدي ُْن ْالقَيِّ َم ۗ ِة
“Tidaklah mereka itu diperintahkan, melainkan supaya beribadah kepada Allah
dengan ikhlas dan condong melakukan agama karenanya, begitu pula supaya
mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat dan itulah agama yang lurus (QS. Al-
Bayyinah: 5)”.
Dari ayat di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa. Pertama,
zakat adalah sebutan untuk jenis barang tertentu yang harus dikeluarkan oleh umat
Islam dan dibagi-bagikan kepada golongan yang berhak menerimanya sesuai dengan
ketentuan syari’at. Kedua, zakat merupakan konsekuensi logis dari prinsip
kepemilikan harta dalam ajaran Islam yang fundamental, yakni haqqullah (milik Allah
yang dititipkan kepada manusia) dalam rangka pemerataan kekayaan. Ketiga, zakat
adalah ibadah yang tidak hanya berkaitan dengan hubungan ketuhanan saja tetapi juga
mencakup dengan nilai sosial-kemanusiaan yang sering disebut sebagai ibadah
Maliyah ijtima’iyyah.
Menurut sejumlah hadist dan laporan para sahabat, menerangkan keutamaan
ibadah zakat setelah ibadah shalat, berdasarkan beberapa hadist shahih, misalnya
seperti hadist dari Ibnu Umar RA bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:
،ِ ْو ُل هللاGهَ إِالَّ هللاُ َوأَ َّن ُم َح َّمداً َر ُسGَهَ ُدوا أَ ْن الَ إِلGاس َحتَّى يَ ْش َ َّت أَ ْن أُقَاتِ َل الن
ُ ْأُ ِمر
ا َءهُ ْمGG ُموا ِمنِّي ِد َمGGص َ ك َعGG َ ِوا َذلGGُإِ َذا فَ َعلGGَ ف،َاَةGGوا ال َّزكGGُالَةَ َوي ُْؤتGGالص
َّ واGGَويُقِ ْي ُم
اإل ْسالَ ِم َو ِح َسابُهُ ْم َعلَى هللاِ تَ َعال َى ِ ق ِّ َوأَ ْم َوالَـهُ ْم إِالَّ بِ َح
“Saya diintruksikan memerangi manusia kecuali bila mereka mengingkari syahadat
bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasul Allah, dan mendirikan
shalat, dan membayar zakat (HR. Bukhari:25)”.
Tujuan pengelolaan zakat adalah agar meningkatnya kesadaran masyarakat
dalam menunaikan dan dalam pelayanan ibadah zakat, meningkatnya fungsi dan
peran pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
keadilan sosial. Untuk menciptakan pengelolaan zakat yang baik, diperlukan
persyaratan-persyaratan: Pertama, kesadaran masyarakqt akan makna, tujuan serta
hikmah zakat. Kedua, amil zakat benar-benar orang-orang yang terpecaya. Dalam hal
ini dibutuhkan adanya kejujuran dan keikhlasan dari amil zakat, sehingga akan
menimbulkan kepercayaan masyarakat kepada amil. Ketiga, perencanaan dan
pengawasan pelaksanaan pemungutan yang baik.
Berdasarkan pengertian serta penjelasan tersebutlah bahwasannya perintah
zakat termasuk salah satu kewajiban yang utama dalam Islam. Dikeluarkan oleh
seorang muslim yang telah berkewajiban untuk mengeluarkan zakat dari harta yang
dimilikinya, serta dianggap telah mencapai dari segi jumlah dan waktu untuk
dikeluarkan kewajibanya demi kesejahteraan umat sesuai dengan syari’at yang
berlaku.
Adapun dampak zakat pada kehidupan pribadi yang mengeluarkan zakat adalah:
Dapat mensucikan jiwa dari sifat kikir
Mendidik berinfak dan suka memberi
Manifestasi syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah
Mengobati hati dan cinta dunia
Mengembangkan kekayaan batin
Menarik rasa simpati dan cinta pada sesama
B. Macam-Macam Zakat
Berdasarkan firman Allah swt dalam QS Al- Baqarah ayat 267, “hai orang
yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-
baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kau nafkahkan dari padanya, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan memalingkan mata terhadapnya.
Dan ketahuilah bahwa Allah maha kaya lagi maha terpuji”.
Secara umum zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu zakat jiwa (nafsh) / zakat fitrah
dan zakat maal.
1. Zakat jiwa (nafsh)/zakat fitrah
Pengertian fitrah ialah, sifat asal, bakat, perasaan keagamaan dan
perangai, sedangkan zakat fitrah adalah zakat yang berfungsi yang
mengembalikan manusia muslim keada fitrahnya, dengan menyucikan jiwa
mereka dari kotoran-kotoran (dosa-dosa) yang disebabkan oleh pengaruh
pergaulan dan sebagainya. Sehingga manusia itu menyimpang dari fitrahnya.
Yang dijadikan zakat fitrah adalah bahan makanan pokok bagi orang yang
mengeluaran zakat fitrah atau makanan pokok di daerah tempat berzakat fitrah
seperti; beras, jagung, tepung sagu, tepung gaplek dan sebagainya.
Zakat ini wajib dikeluarkan sesuai bulan Ramadhan sebelum shalat ‘id
sedangkan, bagi orang yang mengeluarkan zakat fitrah setelah dilaksanakan
shalat’id maka apa yang diberikan bukanlah termasuk zakat fitrah tetapi
merupakan sedekah, hal ini sesuai dengan hadis Nabi saw dari ibnu Abbas, ia
berkata, “Rassulullah Saw mewajibkan zakat fitrah itu sebagai pembersih bagi
orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan yang kotor dan
sebagai makanan bagi orang yag miskin. Karena itu, barang siapa
mengeluarkan sesudah shalat maka dia itu adalah salah satu shadaqah biasa
(hadis abu daud dan ibnu majjah). Melewatkan pembayaran zakat fitrah
sampai selesai sembahyang hari raya hukumnya makruh karena tujuan
utamanya membahagiakan orang-orang miskin pada hari raya, dengan
demikian apabila dilewatkan pembayaran hilanglah separuh kebahagiannya
pada hari itu.
Banyaknya zakat fitrah untuk perorangan satu sha’ (2,5 kg/3,5 liter)
dari bahan makanan untuk membersihkan puasa dan mencukupi kebutuhan-
kebutuhan orang miskin di hari raya idul fitri, sesuai dengan hadis Nabi Saw, “
dari ibnu umar ra; Rasulullah Saw telah mewajibkan zakat fitri 1(satu) sha’
dari kurma/gandum atau budak, orang merdeka laki-laki dan perempuan, anak
kecil dan orang tua dari seluruh kaum muslimin. Dan beliau perintahkan
supaya dikeluarkan sebelum manusia keluar untuk shalat ‘id (HR.Bukhari)
Jika maslahat orang-orang kafir mengharuskan dikeluarkan zakat
untuk mereka dalam bentuk uang maka tidak ada dosa di dalamnya ssuai
dengan madzhab hanafi dan madzhab syafi’i.
Menurut Yusuf Qardhawi ada dua hikmah zakat fitrah, ialah sebagai berikut:
Adapun Macam-macam zakat Maal dibedakan atas obyek zakatnya antara lain:
a. Zakat Hasil Peternakan.
Zakat peternakan meliputi hasil dari peternakan hewan baik yang
berukuran besar seperti sapi, kerbau dan unta, yang berukuran sedang
seperti kambing dan domba dan yang berukuran kecil seperti unggas, ikan dan
lain-lain.Perhitungan zakat untuk masing-masing jenis hewan ternak, baik
nishab maupun kadarnya berbeda-beda dan sifatnya bertingkat. Sedangkan
haulnya yakni satu tahun untuk setiap jenis hewan.
Zakat Unta
Sesuai dengan ijma ulama dan hadist-hadist Rasulullah SAW,
maka nishab unta dan besar zakatnya mulai dari jumlah 5
ekor, dapat dilihat dari tabel berikut:
Nizhab zakat unta
ًارةG
َ Gون تِ َجGَ Gاط ِل إِاَّل أَ ْن تَ ُكِ َين آ َمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب
َ يَا أَيُّهَا الَّ ِذ
حي ًما َ اض ِم ْن ُك ْم ۚ َواَل تَ ْقتُلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم ۚ إِ َّن هَّللا َ َك
ِ ان بِ ُك ْم َر ٍ َع ْن تَ َر
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
(QS.Al-An-Nisa 29)
Nishab zakat hasil pertanian adalah lima wasaq yang jumlahnya setara
dengan 250 kg beras, jika hasil pertanian merupakan makanan pokok
seperti beras, jagung, gandum dan lain-lain, maka nishabnya setara dengan
653 kg gabah atau 529 kg beras dari hasil pertanian tersebut. Tetapi jika
hasil pertanian berupa buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga dan lainnya,
maka nishab disetarakan dengan harga nishab makanan pokok yang paling
utama di negara tersebut. Sedangkan kadar zakat hasil pertanian ialah, jika
menggunakan air dengan sistem irigasi dikarenakan menggunakan biaya
tambahan, maka kadar zakatnya adalah 5%. Apabila menggunakan air
atau sistem pengairan tanpa mengeluarkan pembiayaan seperti air hujan,
maka kadar zakatnya adalah 10%.
g. Zakat Profesi.
Yakni zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah
mencapai nisab. Profesi dimaksud mencakup profesi pegawai negeri atau
swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan, artis, dan wiraswasta. Jika
penghasilannya selama setahun lebih dari senilai 85 gram emas dan zakatnya
dikeluarkan setahun sekali sebesar 2,5% setelah dikurangi kebutuhan pokok.
(Aminah, 2010: 119)
h. Zakat Perindustrian
Dalam kamus bahasa Indonesia industri adalah kegiatan memproses atau
mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya dengan
mesin, yaitu suatu proses pengolahan bahan baku dan yang sejenisnya menjadi
produk atau menjadi jasa yang mempunyai manfaat dan nilai tambah.
Para pakar zakat menyatakan zakat perindustrian dapat dianalogikan sama
dengan zakat perniagaan. Sehingga nishabnya juga sama dengan nishab emas
yaitu 85 gram emas, kadar zakatnya sebesar 2,5 persen. Mencapai nishab pada
setiap akhir tahun, atau setelah berakhirnya rapat umum pemegang saham bagi
zakat para pemegang saham.
Ayat di atas menunjukkan bahwa yang berhak menerima zakat 8 asnaf. Diriwayatkan
oleh al-jamah dari Ibnu Abbas bahwasannya Nabi SAW Pernah berkata kepada
Muadz bin Jabbal ketika beliau mengutusnya ke Yaman, ” Jika mereka menuruti
perintahmu untuk itu ketetapan atas mereka untuk mengeluarkan zakat beritahukanlah
kepada mereka bahwasannya Allah SWT mewajibkan kepada mereka untuk
mengeluarkan zakat yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan lagi
kepada orang-orang fakir diantara mereka ”.Dalil ini menunjukkan bahwa zakat
diambil oleh imam dari orang-orang Muslim yang kaya, kemudian dibagikan olehnya
kepada orang-orang fakir. Pembagian zakat kepada “kaum kafir” dalam riwayat
tersebut dijadikan dasar bagi Madzhab Maliki bahwa zakat boleh dibagikan hanya
kepada satu kelompok saja. (Wahbah al-Zuhaily, 2005: 276-278). Madzhab Syafi’I,
mengatakan “ zakat wajib dikeluarkan kepada 8 asnaf baik itu zakat fitrah maupun
zakat mal berdasarkan QS at-Taubah: 60.” Ayat di atas menisbatkan bahwa
kepemilikan semua zakat oleh kelompok-kelompok itu dinyatakan dengan pemakaian
huruf lam yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan, kemudian masing-masing
kelompok memiliki hak yang sama karena dihubungkan dengan dengan huruf wawu
(salah satu kata sandang yang berarti “dan”) yang menunjukkan kesamaan tindakan.
Oleh karena itu, semua bentuk zakat adalah milik semua kelompok itu, dengan hak
yang sama. Adapun menurut jumhur (Hanafi, Maliki, dan Hambali) zakat boleh
dibagikan hanya kepada satu kelompok saja. Bahkan, madzhab Hanafi dan Maliki
memperbolehkan pembayaran zakat kepada satu orang saja diantara 8 kelompok yang
ada. menurut madzhab Maliki, memberikan zakat kepada orang yang sangat
memerlukan dibandingkan dengan kelompok yang lainnya merupakan sunnah.
Pemberian dan pembagian zakat kepada 8 kelompok yang ada lebih disukai karena
tindakan itu sama sekali tidak mengandung perbedaan pendapat dan lebih meyakinkan
tanpa ada cacatnya. Dalil mereka adalah bahwa sesungguhnya ayat tersebut
menyatakan zakat tidak boleh dibagikan kepada selain kelompok tersebut dan bila
dibagikan kepada yang ada maka tindakan itu dianggap sangat baik.
Di bawah ini adalah isi UU 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (bukan format
asli):
UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
Pengelolaan zakat berasaskan:
a. syariat Islam;
b. amanah;
c. kemanfaatan;
d. keadilan;
e. kepastian hukum;
f. terintegrasi; dan
g. akuntabilitas.
Pasal 3
Pengelolaan zakat bertujuan:
a. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat;
dan
b. meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dan penanggulangan kemiskinan.
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara
nasional.
Pasal 7
Bagian Kedua
Keanggotaan
Pasal 8
Pasal 9
Masa kerja anggota BAZNAS dijabat selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk
1 (satu) kali masa jabatan.
Pasal 10
1. Anggota BAZNAS diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri.
2. Anggota BAZNAS dari unsur masyarakat diangkat oleh Presiden atas usul Menteri
setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
3. Ketua dan wakil ketua BAZNAS dipilih oleh anggota.
Pasal 11
Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota BAZNAS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 paling sedikit harus;
Pasal 12
1. meninggal dunia;
2. habis masa jabatan;
3. mengundurkan diri;
4. tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara terus menerus; atau
5. tidak memenuhi syarat lagi sebagai anggota.
Pasal 13
Ketentuan lebih lanjut mengenai, tata cara pengangkatan dan pemberhentian anggota
BAZNAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 14
Bagian Ketiga
BAZNAS Provinsi
dan BAZNAS Kabupaten/Kota
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
1. Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri.
2. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan apabila memenuhi
persyaratan paling sedikit:
a. terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang
pendidikan, dakwah, dan sosial;
b. berbentuk lembaga berbadan hukum;
c. mendapat rekomendasi dari BAZNAS;
d. memiliki pengawas syariat;
e. memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk melaksanakan
kegiatannya;
f. bersifat nirlaba;
g. memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan
h. bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.
Pasal 19
Pasal 20
BAB III
PENGUMPULAN, PENDISTRIBUSIAN,
PENDAYAGUNAAN, DAN PELAPORAN
Bagian Kesatu
Pengumpulan
Pasal 21
1. Dalam rangka pengumpulan zakat, muzaki melakukan penghitungan sendiri atas
kewajiban zakatnya.
2. Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya, muzaki dapat meminta
bantuan BAZNAS.
Pasal 22
Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari
penghasilan kena pajak.
Pasal 23
1. BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada setiap muzaki.
2. Bukti setoran zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai
pengurang penghasilan kena pajak.
Pasal 24
Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS
kabupaten/kota diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Pendistribusian
Pasal 25
Pasal 26
Pendistribusian zakat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, dilakukan berdasarkan skala
prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan.
Bagian Ketiga
Pendayagunaan
Pasal 27
1. Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir
miskin dan peningkatan kualitas umat.
2. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha produktif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Keempat
Pengelolaan Infak, Sedekah,
dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya
Pasal 28
1. Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak, sedekah, dan
dana sosial keagamaan lainnya.
2. Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan syariat Islam
dan dilakukan sesuai dengan peruntukkan yang diikrarkan oleh pemberi.
3. Pengelolaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya harus dicatat dalam
pembukuan tersendiri.
Bagian Kelima
Pelaporan
Pasal 29
BAB IV
PEMBIAYAAN
Pasal 30
Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan Hak Amil.
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 34
BAB VI
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 35
BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 36
BAB VIII
LARANGAN
Pasal 37
Pasal 38
Setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat melakukan pengumpulan,
pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat yang berwenang.
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 39
Setiap orang yang dengan sengaja melawan hukum tidak melakukan pendistribusian zakat
sesuai dengan ketentuan Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 40
Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 41
Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pasal 42
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 43
1. Badan Amil Zakat Nasional yang telah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku tetap
menjalankan tugas dan fungsi sebagai BAZNAS berdasarkan Undang-Undang ini
sampai terbentuknya BAZNAS yang baru sesuai dengan Undang-Undang ini.
2. Badan Amil Zakat Daerah Provinsi dan Badan Amil Zakat Daerah kabupaten/kota
yang telah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku tetap menjalankan tugas dan
fungsi sebagai BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota sampai terbentuknya
kepengurusan baru berdasarkan Undang-Undang ini.
3. LAZ yang telah dikukuhkan oleh Menteri sebelum Undang-Undang ini berlaku
dinyatakan sebagai LAZ berdasarkan Undang-Undang ini.
4. LAZ sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib menyesuaikan diri paling lambat 5
(lima) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua Peraturan Perundang-undangan tentang
Pengelolaan Zakat dan peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 164;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885) dinyatakan masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 45
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 164;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885) dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 46
Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun
terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 47
2. Zakat produktif
Zakat produktif adalah Pendistribusian harta zakat yang dapat membuat para
penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat
yang telah diterimanya. Pendistribusian zakat produktif diarahkan kepada
pengembangan usaha mustahiq sehingga harta zakat tersebut dijadikan sebagai
modal usaha
Pendistribusian zakat produktif diiringin dengan pembinaan keahlian mustahiq
sehingga mampu mengembangkan harta zakat tersebut sebagai peluang bisnis
Dalil:Secara sharih dan manthuq tidak ditemukan dalil mengenai
pendistribusian zakat secara produktif. Akan tetapi, ulama melakukan ijtihad
dengan memperhatikan filosofi zakat. Jika ditinjau dari dimensi kemanusiaan
yang senantiasa memperhatikan hak-hak sosial, maka memprioritaskan
kelompok fuqara` dalam hadis sebelumnya mengindikasikan bahwa salah satu
filosofi yang dapat ditangkap dari pensyariatan zakat adalah mengentaskan
kefakiran dan kemiskinan. Dengan formulasi lain, dapat diungkapkan bahwa
zakat merupakan media untuk meminimalisir umat Islam yang termasuk
dalam kategori fakir dan miskin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Zakat diwajibkan atas setiap orang Islam
yang telah memenuhi syarat. Selain melaksanakan perintah Allâh Subhanahu wa
Ta’ala, tujuan pensyariatan zakat ialah untuk membantu umat Islam yang
membutuhkan bantuan dan pertolongan. Oleh karena itu, syariat Islam memberikan
perhatian besar dan memberikan kedudukan tinggi pada ibadah zakat ini. Kedudukan
zakat dalam Islam sudah banyak diketahui oleh kaum Muslimin secara garis besarnya,
namun untuk menegaskan pentingnya masalah zakat ini perlu dirinci kembali
permasalahan ini dalam bentuk yang lebih jelas dan gamblang.
Islam telah menetapkan zakat sebagai kewajiban dan menjadikannya sebagai salah
satu rukunnya serta memposisikannya pada kedudukan tinggi lagi mulia. Karena
dalam pelaksanaan dan penerapannya mengandung tujuan-tujuan syar’i (maqâshid
syari’at) yang agung yang mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat, baik bagi si
kaya maupun si miskin.
B. Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini, kami sebagai penyusun berharap materi yang
dijabarkan dapat diterima dan dipahami dengan baik, walaupun mungkin terjadi
beberapa kesalahan dalam pengetikan atau bahkan dalam penyampaian materi yang
sekiranya kurang tepat. Oleh karena itu, kami sangan menerima saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca senagai bahan evaluasi diri nantinya.
Daftar Pustaka
https://pasamanbarat.kemenag.go.id/jzmedia/files/zakat_konsumtif_
%26_produktif.pptx
https://www.google.com/search?
q=Badan+Amil+Zakat+menurut+UU+23+Tahun+2011&client=firefox-b-
d&sxsrf=AOaemvLMtCdPoOHJSg16jbDTncZI6J7Wfg
%3A1636729603402&ei=A4OOYfSAGM6vyAPFqaWICA&oq=Badan+Amil+Zakat
+menurut+UU+23+Tahun+2011&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBQgAEM0CMgUIA
BDNAjIFCAAQzQIyBQgAEM0COgcIIxCwAxAnOgcIABBHELADSgUIPBIBMU
oECEEYAFDiA1j_BmC2EWgBcAJ4AIAB8AKIAYkHkgEFMi0yLjGYAQCgAQHI
AQnAAQE&sclient=gws-
wiz&ved=0ahUKEwi0jur0jJP0AhXOF3IKHcVUCYEQ4dUDCA0&uact=5
https://baznasgresik.com/zakat-dalam-islam-kedudukan-dan-tujuan-syarinya/
https://www.google.com/search?
q=Badan+Amil+Zakat+menurut+UU+23+Tahun+2011&client=firefox-b-
d&sxsrf=AOaemvLMtCdPoOHJSg16jbDTncZI6J7Wfg
%3A1636729603402&ei=A4OOYfSAGM6vyAPFqaWICA&oq=Badan+Amil+Zakat
+menurut+UU+23+Tahun+2011&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBQgAEM0CMgUIA
BDNAjIFCAAQzQIyBQgAEM0COgcIIxCwAxAnOgcIABBHELADSgUIPBIBMU
oECEEYAFDiA1j_BmC2EWgBcAJ4AIAB8AKIAYkHkgEFMi0yLjGYAQCgAQHI
AQnAAQE&sclient=gws-
wiz&ved=0ahUKEwi0jur0jJP0AhXOF3IKHcVUCYEQ4dUDCA0&uact=5