Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FIQIH 1

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM IBADAH ZAKAT


Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Fiqih 1

Dosen Pengampu: Ubaidillah, S.HI

Disusun oleh:

Nurhayati Nufus (21.1.2246)

FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AL KARIMIYAH SAWANGAN KOTA DEPOK
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb.
            Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul " NILAI-
NILAI PENDIDIKAN DALAM IBADAH ZAKAT ”, shalawat serta salam
semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun penyusunan
makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Keguruan. Kami
menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik
serta saran yang membangun senantiasa kami harapkan guna perbaikan di masa
mendatang.
          Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu
penyusunan makalah ini.
          Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bemanfaat bagi kelompok
kami khususnya dan anda yang membaca makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Depok, 9 Desember 2021


Penyusun

X
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat.................................................................................................4
B. Perbedaan Zakat dan Pajak .......................................................................6
C. Wajib Zakat .............................................................................................8
D. Pengelolaan dan Penggunaan Zakat ……….……………….. 10
E. Nilai Pendidikan dalam Zakat ...............................................................11

BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

X
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna karena didalamnya memuat ajaran yang
sangat sempurna yang melingkupi segala aspek, baik aspek ibadah mahdhah
maupun ibadah ghairumahdhah. Dalam aturan ibadah mahdhah orang akan sibuk
dengan ibadah-ibadah yang sifatnya vertikal, sedangkan dalam ibadah ghairu
madhah akan banyak bersentuhan dengan orang lain. Dalam kaitan ibadah
mahdhah ini penulis akan mengulas tentang ibadah zakat.Dalam al-Qur’an,
sunnah Nabi, dan ijma’ para ulama. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang
selalu disebutkan sejajar dengan shalat. Inilah yang menunjukkan betapa
pentingnya zakat sebagai salah satu rukun Islam. Bagi mereka yang mengingkari
kewajiban zakat maka telah kafir, begitu juga merekayang melarang adanya zakat
secara paksa. Jika ada yang menentang adanya zakat, harus dibunuh hingga mau
melaksanakannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Zakat?
2. Apa perbedaan Zakat dan Pajak?

X
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
Zakat dari segi etimologi memiliki beberapa arti, antara lain ilah
“pengembangan”. Harta yang diserahkan zakatnya, memberi berkah
terhadap sisa harta sehingga secara kulitatif lebih bernilai guna meskipun
secara kuantitatif berkurang, sebagai mana diisyaratkan dalam firman
Allah SWT (QS. Al-Baqarah (2): 276).

‫ار َأثِ ٍيم‬


ٍ َّ‫ت ۗ َوهَّللا ُ اَل ي ُِحبُّ ُك َّل َكف‬ َّ ‫ق هَّللا ُ الرِّ بَا َويُرْ بِي ال‬
ِ ‫ص َدقَا‬ ُ ‫يَ ْم َح‬ 
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” Zakat juga berarti
„penyucian” dengan pengertian harta yang telah dikeluarkan zakatnya
menjadikan sisanya suci dari hak orang lain yang oleh AL-Qur‟an dilarang
memakainya. Allah SWT berfirman: (QS Al-Baqarah (2):188).

‫وَاَل تَْأ ُكلُوا َأ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل‬


“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
diantara kamu dengan jalan yang bathi” Dalam terminologi fiqh, secara
umum zakat didefinisikan sebagai bagian tertentu dari harrta kekayaan
yang diwajibkan Allah untuk sejumlah orang yang berhak menerimanya.
Mahmud syaltut, seorang ulama kontemporer dari Mesir,
mendefinisikanya sebagai ibadah kebendaan yang diwajibkan oleh allah
SWT agar orang yang kaya menolong orang yang miskin berupa sesuatu
yang dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Pengertian ini sejalan dengan
yang dirumuskan oleh Yusuf Qardhawi yang mengatakan bahwa zakat.
adalah ibadah maliah yang diperuntukan memenuhi kebutuhan pokok
orang-orang yang membutuhkan (miskin). Beberapa pengertian di atas
terkandung makna bahwa zakat Memiliki dua dimensi yaitu dimensi
ibadah yang dilaksanakan dengan perantaran harta benda dalam rangka
mematuhi perintah Allah SWT dan mengharap pahala dari-Nya, dan
dimensi sosial yang dilaksanakan atas dasar kemanusiaan. Informasi yang

X
ditemukan di dalam kitab al-mu‟jam al-mufahras li al-faz. Al-Qur‟an oleh
abdul Baqi, bahwa persoalan zakat salah satu yang mendapat perhatian
besar dalam Islam sehingga al-qur‟an menyebut kata “zakat” sebanyak 32
kali, 26 kali diantaranya disebut bersamaan dengan kata shalat. Sebagai
isyarat bahwa kedua hal itu mempunyai kedudukan yang sama pentingnya
dalam Islam. Al-Qur‟an menggunakan beberapa terminologi untuk arti
zakat yaitu:
1. Al-zakat (zakat) seperti terdapat pada QS. Al-Baqarah (2): 110.

َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬


َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاة‬
“Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat”
2. Al-Sadaqah (sedekah) seperti yang ditemukan QS. at-Taubah (9): 103

‫لِّ َعلَ ْي ِه ْم ۖ ِإ َّن‬w‫ص‬


َ ‫ز ِّكي ِه ْم بِهَا َو‬w َ ‫ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ wُ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوت‬
‫ك َس َك ٌن لَهُ ْم ۗ َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬
َ َ‫صاَل ت‬َ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan. mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.
3. Al-Nafaqah (infak) seperti yang ditemukan pada QS. At-Taubah (9):
34

 ‫رْ هُ ْم‬w ‫بِي ِل هَّللا ِ فَبَ ِّش‬w ‫يُ ْنفِقُونَهَا فِي َس‬ َّ ِ‫َب َو ْالف‬
‫ةَ َواَل‬w ‫ض‬ َ ‫ َّذه‬w ‫ ُزونَ ال‬w ِ‫َوالَّ ِذينَ يَ ْكن‬

‫ب َألِي ٍم‬
ٍ ‫بِ َع َذا‬ 

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak


menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”
4. Al-Haq (hak) seperti pada QS. Al-An‟am (6): 141
ِ ُّ ِ‫ص ِاد ِه ۖ َواَل تُ ْس ِرفُوا ۚ ِإنَّهُ اَل حُي‬
َ ‫ب الْ ُم ْس ِرف‬
‫ني‬ َ ‫َوآتُوا َحقَّهُ َي ْوَم َح‬

X
“Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan” Pengertian zakat yang berkembang dalam masyarakat adalah
bahwa bila disebut zakat maka yang dimaksud ialah sedekah ialah
sedekah wajib, jika disebut sedekah atau infak maka yang dimaksud
adalah sedekah sunat, dan jika disebut hak maka yang di maksud ialah
hak milik. Pada awal kelahiran Islam di mekkah, kewajiban zakat
senantiasa disampaikan Allah SWTdengan ungkapan anfiqu fi sabilillah
(berinfak kamu di jalan Allah SWT). Saat itu belum ditentukan jenis-
jenis harta kekayaan yang wajib diinfakkan, demikian juga nisab dan
persentase yang harus diserahkan untuk kepentingan fi sabilillah.4
Tujuan infak pada saat itu adalah untuk menutupi hajat orangorang
miskin, dan dana penyiaran agama Islam. Pada saat Al-Qur‟an yang
memerintahkan berinfak diturunkan, kaum muslimin pernah dua kali
mengajukan pertanyaan tentang apa saja yang akan mereka infakkan
dan berapa nilai atau kadar yang harus diinfakkan. Tetapi Allah tetap
saja tidak menentukan batas-batas an infak, dan memberi kebebasan
kepada mereka untuk menentukan apa saja dan berapa saja yang
mereka infakkan. Allah SWT menyerahkan kepada hati nurani umat
islam untuk mengaplikasikan rasa kesukuran terhadap nikmat dan dan
keimanan kepada Allah Swt, Allah swt memberi batasan bahwa yang
diinfakkan itu adalah yang melebihi dari kebutuhan, seperti firman
Allah dalam QS. Al-Baqarah (2): 219

‫ك َماذَا يُْن ِف ُقو َن قُ ِل الْ َع ْف َو‬


َ َ‫َويَ ْسَألُون‬
“Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
Katakanlah: " yang lebih dari keperluan” Tentang kepada siapa infak

X
itu diserahkan, Allah SWT menerangkanya sebagaimana QS. al-
Baqarah (2): 215

َ ِ‫ون ۖ قُلْ َما َأ ْنفَ ْقتُ ْم ِم ْن َخي ٍْر فَلِ ْل َوالِ َدي ِْن َواَأْل ْق َرب‬
‫ين‬ َ ُ‫ك َما َذا يُ ْنفِق‬َ َ‫يَ ْسَألُون‬
َ ‫ر فَِإ َّن هَّللا‬w
ٍ w‫وا ِم ْن َخ ْي‬wwُ‫يل ۗ َو َما تَ ْف َعل‬ ِ ِ‫ين َواب ِْن ال َّسب‬ ِ ‫َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِك‬
‫بِ ِه َعلِي ٌم‬ 
“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah:
"Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-
bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-
orang yang sedang dalam perjalanan."
dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah
Maha mengetahuinya. Demikianlah Al-Qur‟an memerintahkan
kewajiban zakat dengan ungkapan kata nafaqa tanpa memberi batasan
tentang jenis harta dan kadar yang dinafkahkan, hal ini berlangsung
sampai tahun pertama setelah nabi bersama umatnya hijrah ke
madinah. Hal ini dapat dipahami, karna umat islam saat itu belum siap
menerima kewajiban yang beraspek sosial yang di batasi dengan
ketentuan ketentuan yang mengikat. Oleh karna itu, kepada mereka
diberi kebebasan apa saja dan berapa saja kadar yang mereka
nafkahkan. Pada tahun kedua hijriyah, baru Allah SWT
memerintahkan kewajiban zakat dengan menggunakan ungkapan atu
al-zakat ( tunaikanlah zakat ). Seiring dengan perintah itu Nabi SAW
memberi penjelasan mengenai ketentuan-ketentuanya seperti jenis
zakat yang di kenakan wajib zakat, kadar nisab, dan persentasenya.
Jadi sebenarnya pensyariatan zakat di madinah merupakan pembaruan
terhadap printah zakat yang diturunkan di Mekah dengan ungkapan
infaq. Ketentuan zakat tesebut ditetapkan karna umat islam saat itu
sudah berbeda dengan ketika mereka di mekah. Di Madinah mereka
telah memiliki iman yang terkonsentrasi dan wilayah kehidupan
mereka pun menjadi luas. Mereka telah membangun satu masyarakat

X
yang memiliki sistem kehidupan dan tujuan yang ingin dicapai
disamping kondisi mereka yang telah memungkinkan menerima
ketentuan dan batasan zakat. Puncak dari pensyariat zakat adalah
menetapkan atau mengumumkanya sebagai salah satu rukun islam oleh
Nabi SAW beerdasarkan QS. al-Taubah (9): 11

َّ ‫فَِإ ْن تَابُوا َوَأقَا ُموا‬


ِ ‫د‬w‫اَل ةَ َوآتَ ُوا ال َّزكَاةَ فَِإ ْخ َوانُ ُك ْم فِي ال‬w‫الص‬
ۗ ‫ِّين‬
ِ ‫َونُفَصِّ ُل اآْل يَا‬
َ ‫ت لِقَ ْو ٍم يَ ْعلَ ُم‬
‫ون‬
“Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang Mengetahui” Ayat itu
mengandung arti bahwa menunaikan zakat salah satu syarat seseorang
menjadi saudara seagama. Dari sini dipahami bahwa orang yang tidak
menunaikan zakat dapat disebut muslim, sehingga para ulama
menetapkan zakat sebagai salah satu rukun Islam.5 Demikian pula
wasiat Nabi SAW kepada sahabat mu‟azin bin jabal ketika
mengutusnya untuk menjadi gubernur di negi yaman, sebagai mana hal
itu dijelaskan dalam hadis yang artinya: Dari ibnu Abbas,
sesungguhnya nabi SAW ketika mengutus Mu‟az bin Jabal ke Yaman,
berpesan: ”sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari
ahli kitab, maka serulah mereka untuk bersaksi bahwa tidak tuhan
selain Allah jika meneria seruanmu, beritahukanlah kepada mereka
bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang akan dipungut
dari orang-orang yang kaya dari mereka dan akan dan akan diserahkan
kepada orang-orang yang fakir miskin mereka...( HR al-jamaah).
B. Perbedaan Zakat dengan Pajak
Pada masa Nabi Muhammad, kewajiban yang berkaitan dengan
harta yang diwajibkan kepada umat Islam hanya satu yaitu zakat.
Kewajiban itu ditetapkan berdasarkan Al-Qur‟an, surat Al-baqarah ayat
110:

X
ٍ ‫ ُك ْم ِم ْن َخي‬w‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ ۚ َو َما تُقَ ِّد ُموا َأِل ْنفُ ِس‬
ُ‫ ُدوه‬w‫ر تَ ِج‬wْ َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬
‫صي ٌر‬ِ َ‫ون ب‬ َ ُ‫ع ْن َد هَّللا ِ ۗ ِإ َّن هَّللا َ ِب َما تَ ْع َمل‬ 
ِ
“Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang
kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada
sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu
kerjakan”
Zakat saat itu merupakan salah satu sumber keuangan negara. Karna
negara yang dibangun oleh Rasulullah SAW itu bukan hanya terdiri dari
orang–orang Islam saja, melainkan juga non muslim yang tidak terkena
kewajiban zakat, maka sebagai imbangan kewajiban zakat terhadap
muslim, kepada non muslim diwajibkan membayar pajak (jizyah).
Kewajiban pajak ini ditetepkan berdasarkan QS. Al-Taubah (9): 29

َ ‫ون بِاهَّلل ِ َواَل بِ ْاليَ ْو ِم اآْل ِخ ِر َواَل يُ َحرِّ ُم‬


‫ون َما حَ َّر َم‬ َ ‫قَاتِلُوا الَّ ِذ‬
َ ُ‫ين اَل يُْؤ ِمن‬
َ ‫وا ْال ِك‬wwُ‫ين ُأوت‬
‫تَاب َحتَّ ٰى‬ ِّ َ‫ين ْالح‬
َ ‫ق ِم َن الَّ ِذ‬ َ ‫ون ِد‬ َ ُ‫ولُهُ َواَل يَ ِدين‬w ‫هَّللا ُ َو َر ُس‬
‫ُون‬
َ ‫اغر‬ َ ‫يُ ْعطُوا ْال ِج ْزيَةَ َع ْن يَ ٍد َوهُ ْم‬
ِ ‫ص‬
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)
kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang
diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama
yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab
kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang
mereka dalam keadaan tunduk”.
Ketidak bolehan menyatukan antara pajak dan zakat dalam perhitungan
persentase pembayaran disebabkan antara keduanya terdapat banyak
perbedaan meskipun dari segi-segi tertentu terdapat persamaan. Wahbah
Zuhayli menulis secara rinci perbedaan tersebut, yang kelihatan diikuti
penulis-penulis dari indonesia seperti Daud Ali dan Amir syarifuddin,
sebagai berikut:

X
1. Zakat adalah kewajiban yang ditetapkan berdasarkan Al-Qur‟an.
Oleh karena itu kedududkannya sebagi ibadah yang memerlukan.
niat dalam pelaksanaannya. Pajak adalah kewajiban yang
ditetapkan berdasarkan undang-undang perpajakan yang ditetapkan
oleh penguasa atau pemerintah. Oleh karena itu kedudukannya
adalah sebagai kewajiban sosial yang tidak memerlukan niat.
2. Zakat merupakan kewajiban terhadap agama yang apabila di
langgar mendapat hukuman keakhiratan (dosa); sedang pajak
merupakan kewwajiban terhadap negara yang apabila dilanggar
mendapat hukuman ke duniaan (penjara).
3. Zakat diwajibkan kepada umat Islam yang kaya; sedang pajak
diwajibkan kepada semua rakyat muslim maupun non muslim, baik
kaya maupun miskin.
4. Kadar kewajiban zakat ditetapkan berdasarkan Al-Qur‟an dan
hadis nabi SAW; sedang kadar kewajiban pajak ditetapkan oleh
negara sesuai dengan kebutuhan.
5. Zakat hanya diserahkan kepada asnaf yang selapan seperti yang
ditetapkan Allah SWT dalam Al-Qur‟an; pajak diserahkan kembali
kepada semua warga negara dalam bentuk pembangunan berbagai
sarana untuk kemasalahatan bersama.
6. Zakat tidak mungkin dihapuskan meskipun para mustakhiknya
tidak ada lagi yang membutuhkan, sedang pajak mungkin saja
dihapuskan tergantung pada pertimbangan pemerintah dan keadaan
keuangan negara.
c. Wajib Zakat
Para ahli fikih telah menetapkan bahwa zakat diwajibkan kepada
seseorang apabila kepadanya terpenuhi syarat-syarat wajib zakat sebagai
berikut:
1. Merdeka (al-Huriyah) Keharusan merdeka bagi wajib zakat menafikan
kewajiban zakat terhadap hamba sahaya. Hal ini sebagai konsekuensi
dari ketiadaan hak milik yang diberikan kepadanya. Hamba sahaya dan

X
semua yang ada padanya menjadi milik taunya. Demikian halnya
dirinya dengan tebusan, karna ia belum secara sempurna memiliki apa
yang ada padanya. Dalam hal ini, menurut jumhur fuqaha, tuanyalah
yang wajib mengeluarkan zakat dari harta yang ada paa hamba sahaya
tidak dikenakan wajib zakat baik terhadap tuanya maupun dirinya
sendiri. Karna tuanya tidak berhak memiliki harta hambanya dan
hamba sen, iri tidak sempurna memiliki hartanya.
2. Islam Oleh karna zakat merupakan ibadah yang berfunggsi
menyucikan jiwa orang yangg berzakat ( nuzakki ) maka hanya orang
muslimah yang dikenakan kewajiban zakat. Karna orang kafir
bukanlah orang yang ahli di dalam beribadah seperti yang di syari‟at
Islam. Seorang islam yang telah memenuhi syarat wajib zakat
kemudian ia murtad sebelum membayarkan zakat maka menurut
fuqaha syafi‟iah, wajib baginya mengeluarkan zakat yang di milikinya
sebelum murtad. Sedangkan abu Hanifah berpendapat murtanya
seseorang menggugurkan semua kewajiban sebelum murtad, sebab
setelah murtad ia menjadi kafir asli dalam pengertian semua amal
ibadahnya yang lalu tidak ada gunanya.
3. Baligh dan Berakal Fikih mazhab Hanafi menetapkan baligh dan
berakal sebagai syarat wajib zakat. Menurut mereka harta anak kecil
dan orang gila tidak dikenakan wajib zakat, karna keduanya tidak
dituntut membayarkan zakat hartanya seperti halnya shalat dan puasa.
Mayoritas ahli fiqh selain hanafiyah tidak menetapkan baliqh dan
berakal sebagai syarat wajib zakat. Oleh karna itu, menurut mereka
harta anak kecil dan orang gila wajib dikeluarkan zakatnya, dan yang
mengeluarkannya adalah walinya, berdasarkan hadist nabi (HR
alBaihaqi). Hadist tersebut mengandung arti bahwa seorang wali
mempunyai kewajiban untuk mengembangkan harta anak kecil yang
berada di bawah kewliannya dan jika harta anak kecil itu mencapai
dalam jumlah nisab maka wali wajib mengeluarkan zakatnya.

X
4. Mencukupi Satu Nisab Di antara syarat wajib zakat adalah apabila
jumlah harta itu mencapai satu nisab.
5. Harta itu milik sendiri secara sempurna Yang dimaksud dealam istilah
ini ialah harta yang tidak ada didalamnya hak orang lain yang wajib
dibayarkan atas dasar syarat ini seorang yang memiliki harta yang
cukup satu nisab, tetapi karna ia masih mempunyai hutang pada orang
lain yang jika dibayarkan sisa hartanya tidak lagi mencapai satu nisab,
maka dalam hal ini tidak wajib zakat padanya; karna hartanya
bukanlah miliknya secara. sempurna. Orang tersebut tidak dapat
disebut orang kaya melainkan orang miskin.
6. Sampai Haul Haul adalah perputaran masa selama satu tahun atau dua
belas bulan. Harta yang sudah cukup senisab baru wajib dizakatkan
jika sudah sampai setahun dimiliki secara sempurna. Tetapi harta
kekayaan yang dikenakan wajib zakat itu tidak semuanya disyaratkan
haul, karena ada diantara harta kekayaan yang walaupun baru
diperoleh hasilnya tetapi sudah wajib dizakatkan apabila cukup
nisabnya, misalnya: tanaman-tanaman dan logam yang ditemukan dari
galian. Harta-harta yang jumlahnya sampai senisab dan disyaratkan
pula cukup haul seperti emas, perak, uang kertas, hasil ternak dan hasil
perdagangan. Dalam hal ini nabi SAW bersabda yang artiya: Dari ali
Karamallahu Wajhahu, Sesungguhnya nabi Saw bersabda: “tidak wajib
zakat pada harta kekayaan sebelum sampai haulnya.” (HR Ahmad,
Abu Daud dan Baihaqi).
D. Pengelolaan Dan Penggunaan Zakat
Al-Qur‟an memerintahkan orang-orang yang beriman untuk membayarkan
zakatnya (QS 2:110). Perintah itu bersifat mutlak, tidak ada batasan
tentang siapa saja yang dikenakan wajib zakat,dan bagaimana cara
pelaksanaannya. Dari hadist Nabi yang diriwayatka oleh Bukhari dan
Muslim yang diterima dari Ibnu Abbas,diketahui bahwa yang
diperintintahkan menguluarakan zakat itu hanya tebatas kepada orang-
orang yang kaya,yang memiliki hartanya diketahui dari hadis–hadis Nabi

X
SAW sebagaimana yang dijelaskan pada bagian terdahulu. Ketahuan
siapa-siapa yang berhak menerima zakat diketahui dari QS. Al-Taubah (9):
60. Dari ayat diatas dan hadis-hadis Nabi dimaksud, belum diketahui
secara jelas bagaimana cara mengelola dan mendaya gunakan zakat itu
sehingga benar-benar tujuan dari pensyariatannya dapat terwujud. Dalam
membicarakan pengelolaan dan pemanfaatan zakat, ada beberapa hal yang
mesti diketahui,yaitu waktu pembayaran zakat oleh muzakki,pembayaran
kepada golongan-golongan yang berhak menerimanya,cara pembayaran
dan pendisrtibusiannya, dan lembaga penggolongannya.
1. Waktu pembayaran Para ahli telah sepakat atas kewajiban
membayar zakat dangan cara segera, apabila telah memenuhi
persyaratan nisab dan haul (bagi harta kekayaan yang disyaratkan
haul).
2. Membayar zakat sebalum waktunya Pada prinsipnya para hali
berpendapat bahwa zakat harta tidak boleh dikeluarkan sebelum
kewajiban tiba, sebab saat itu ia belum memenuhi syarat untuk
dikenakan wajib zakat.
3. Memberi Zakat Kepada Mustahik yang delapan Kesepakatan ahli
fiqh menetapkan bahwa yang berhak yang menerima zakat itu
adalah delapan golongan atau jenis.
4. Pembayaran dana pendistribusian zakat dalam bentuk nilai.
Mayoitas ahli fiqh mengatakan bahwa zakat tidak boleh dibayarkan
dalam bentuk nillai sebagai ganti benda yang dikenakan wajib
zakat.
5. Lembaga Pengelolaan zakat Tidak ada ayat al-Quran yang
menjelaskan tentang lembaga yang berwenang mengelola zakat.
E. Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Yang Terkandung dalam Ibadah Zakat Menurut Sumaryono Zakat
menurut rukun Islam adalah suatu kewajiban bagi orang kaya yang hartanya sudah
waktunya untuk dizakati sudah satu nisab yang diberikan oleh sikaya kepada
simiskin dengan syarat-syarat yang ditentukan, sebagai bentuk rasa syukur atas

X
segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada mereka. Maka dalam konteks ini
zakat mempunyai fungsi membersihkan diri dari harta yang dimiliki sikaya,
sehingga harta yang dizakatkan ini menjaga sikaya dari siksaan api neraka. Zakat
sebagai salah satu rukun Islam ialah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
ummat Islam, yang tidak boleh tidak dilaksanakan. Sesuai dengan hasil Observasi
bahwa zakat ialah suatu syariat Islam yang diwajibkan oleh umat Islam yang
mampu mengeluarkan zakat bagi yang mampu dan wajib menerima zakat bagi
orang yang tidak mampu. Sedangkan Menurut Aris Sukarno Umar zakat adalah
salah satu rukun Islam yang harus dilaksanakan oleh setiap ummat muslim yang
mampu atau yang sudah cukup nishab hartanya. Sedangkan menurut Densink
Tobing bahwa zakat sebagai salah satu rukun Islam yang ke 3 yang harus
dilaksanakan oleh setiap umat muslim yang memiliki harta yang lebih dan
bahwasanya barang siapa yang tidak membayar zakat wajib diperangi hingga ia
ingin membayar zakat. Sesuai dengan hasil observasi bahwa Islam adalah agama
yang sempurna karena didalamnya memuat ajaran-ajaran yang sangat sempurna
yang melingkupi segala aspek, baik aspek ibadah mahdhah maupun ibadah ghairu
mahdhah. Dalam aturan ibadah mahdhah orang akan sibuk dengan ibadah-ibadah
yang sifatnya vertikal, sedangkan dalam ibadah ghairumahdhah akan banyak
bersentuhan dengan orang lain. Sesuai dengan hasil observasi bahwa nilai Islam
adalah usaha orang muslim agar bertakwa secara sadar mengarahkan dan
membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah manusia melalui ajaran
Islam agar menuju kebahagian di dunia dan akhirat. Sesuai hasil observasi bahwa
perintah zakat adalah bagian yang terpenting dari berbagai ibadah yang
disyariatkan oleh agama. Ibadah zakat mempunyai keistimewaan yang lebih, yaitu
ibadah yang bisa berfungsi sebagai investasi di dunia dan bisa berfungsi sebagai
investasi pada hari pembalasan kelak. Ini bisa dilihat bahwa apabila seseorang
yang enggan melaksanakan zakat maka orang tersebut menjadi bahan gunjingan
dan bahasan orang lain, dan menjadi cemoohan orang lain, bisa dikatakan bahwa
orang tersebut adalah orang yang kikir, bakhil dan sebagainya.

X
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Zakat dari segi etimologi memiliki beberapa arti, antara lain ilah
“pengembangan”. Dalam terminologi fiqh, secara umum zakat
didefinisikan sebagai bagian tertentu dari harrta kekayaan yang
diwajibkan Allah untuk sejumlah orang yang berhak menerimanya.
2. Pada masa Nabi Muhammad, kewajiban yang berkaitan dengan harta
yang diwajibkan kepada umat Islam hanya satu yaitu zakat. Zakat saat
itu merupakan salah satu sumber keuangan negara. Karna negara yang
dibangun oleh Rasulullah SAW itu bukan hanya terdiri dari orang–
orang Islam saja, melainkan juga non muslim yang tidak terkena
kewajiban zakat.
3. Para ahli fikih telah menetapkan bahwa zakat diwajibkan kepada
seseorang apabila kepadanya terpenuhi syarat-syarat wajib.
B. Saran-saran
1. Kepada semua pihak yang terkait dalam masalah zakat terutama para
penguasa penulis berharap agar pengfungsian lembaga badan zakat benar-
benar bisa dioptimalkan sehingga pelaksanaan zakat bena-benar tepat
sasaran hingga tercapai tujuan yang diharapkan untuk mewujudkan
pemerataan ekonomi berbasis Islam yang mempunyai sifat keimanan dan
kemanusiaan
2. Kepada orang-orang Islam yang mempunyai harta yang sudah mencapai
satu nisab, agar mengeluarkan zakatnya karena harta yang dimilikki itu
merupakan bagian harta simiskin yang harus diberikan kepada mereka.
Dengan adanya kesadaran orang-orang kaya itulah akan terwujud
kesehjahtrean masyarakat. Sehingga terciptanya rasa keadilan, rasa
sepenanggungan untuk semua umat Islam yang pada akhirnya tercapai apa
yang disebut kesadaran sosial bermasyarakat dan beragama.

X
X
DAFTAR PUSTAKA

Ali Al Sais, Tafsir Ayat Al Ahkam, Bagian Ketiga, Dar- Al Fikr, Beirut, ,t.t., Al-Khalani,
Subul al-Salam, jilid II, Maktabah Dahlan, Bandung, t.t.,

Amir Syarifudin, Pembaharuan Pemikiran Dalam Islam, (Padang Angkasa Raya), Hasbi Ash
Siddiqi, Kuliah Ibadah, (Jakarta, Bulan bintang, 1994).,

Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, jilid 1, (Beirut, Dar Al-Fikri), Muhammad Farid Abdul
Baqi, Mu‟jam Al-Mufharas Li Al-Faz Al-Qura‟an, (Beirut, Dar Al-Fikr, 1987),

Quraish Shihab, Filsafah Ibadah dalam Islam dalam buku Filsafat Hukum Islam, (Bumi
Putra, jakarta, 1992), Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunanah, jilid 1, (Beirut, Dar Al-Fikri, Cet, IV,
1983),

Syauqi Ismail Syahhatih, Prisip Zakat dalam Dunia Modern, alih bahasa: Anshari Umar,
(Pustaka Dian, Jakarta) Wahbah Zuhayli, al-Fiqh al-Islam wa Adilatuh, (Beirut, Dar Al Fikri,
1987)

Yusuf Qardawi, al-„ibadah fi al-islam, (Muassasah al-Risalah, Mesir,1979).

Djuanda Gustian, Sugiarto Aji & Dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak, Surabaya: 2006.

Husnul Albab, Sucikan Hatimu Dengan Zakat & Sedekah, Surabaya: 2006.

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnya. Cipta Bagus Sagara, Jawa Barat: 2011.

Anda mungkin juga menyukai