Oleh Kelompok 15
- MUZDALIFAH ( 71200312079 )
- DWIKY KOSWARA ( 71200312034 )
- RISKY WAHYUDI S
FAKULTAS EKONOMI
TAHUN 2022
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang “Muamalah’’ yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh penulis dengan
berbagai rintangan baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah yang lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
hal
Kata Pengantar...................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................ ii
BAB I ( PENDAHULUAN )
1.1 Latar Belakang............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................... 1
BAB II ( PEMBAHASAN )
2.1 Pengertian Wakalah....................................................... 2
2.2 Landasan Hukum........................................................... 2-3
2.3 Rukun dan Syarat Wakalah............................................ 3-4
2.4 Bentuk-bentuk Wakalah................................................ 4-5
2.5 Aplikasi Wakalah dalam Kehidupan Sehari-hari........... 5
2.6 Berakhirnya Wakalah.................................................... 5
2.7 Hikmah Wakalah........................................................... 5
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melihat kehidupan sekarang perlu kiranya kita mengetahui akad dalam muammalah
yang sekarang ini akan kita bahas adalah wakalah (perwakilan), yang semuanya itu sudah ada
dan diatur dalam al Qur’an, Hadist, maupun dalam kitab-kitab klasik yang telah dibuat oleh
ulam terdahulu. Untuk mengetahui tentang hukm wakalah, sumber-sumber hukum wakalah,
dan bagaimana seharusnya wakalah diaplikasikan dalam kehidupan kita.
Wakalah sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena wakalah dapat
membantu seesorang dalam melakukan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh orang
tersebut, tetapi pekerjaan tersebut masih tetap berjalan seperti layaknya yang telah
direncanakan. Hukum wakalah adalah boleh, karena wakalah dianggap sebagai sikap tolong-
menolong antar sesama, selama wakalah tersebut bertujuan kepada kebaikan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat kita rumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian wakalah dan dasar hukumnya?
2. Apa saja rukun-rukun dalam wakalah?
3. Bagaimana praktek wakalah di masyarakat?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian wakalah dan dasar hukumnya!
2. Untuk mengetahui apa saja rukun-rukun dalam wakalah!
3. Untuk mengetahui bagaimana praktek wakalah di masyarakat!
i
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Dari dua definisi diatas dapat ditari kesimpulan bahwa wakalah adalah sebuah transaksi
dimana seseorang menunjuk orang lain untuk menggantikan dalam mengerjakan
pekerjaannya/perkaranya ketika masih hidup.
Dalam wakalah sebenarnya pemilik urusan (muwakkil) itu dapat secara sah untuk
mengerjakan pekerjaannya secara sendiri. Namun, karena satu dan lain hal urusan itu ia
serahkan kepada orang lain yang dipandang mampu untuk menggantikannya. Oleh karena itu,
jika seorang (muwakkil) itu ialah orang yang tidak ahli untuk mengerjakan urusannya itu
seperti orang gila atau anak kecil maka tidak sah untuk mewakilkan kepada orang lain.
Contoh wakalah, seseorang mewakilkan kepada orang lain untuk bertindak sebagai wali
nikah dalam pernikahan anak perempuannya. Contoh lain seorang terdakwa mewakilkan
urusan kepada pengacaranya.
ii
Dalam hal ini, nabi Yusuf siap untuk menjadi wakil dan pengemban amanah
menjaga Federal Reserve negeri Mesir.
Dalam surat al-Kahfi juga menjadi dasar al-wakalah yang artinya berikut:
“Dan demikianlah Kami bangkitkan mereka agar saling bertanya di antara mereka sendiri.
Berkata salah seorang diantara mereka agar saling bertanya, ‘Sudah berapa lamakah kamu
berdiri di sini?’ Mereka menjawab, ‘Kita sudah berada di sini satu atau setengah hari.’
Berkata yang lain, ‘Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada di sini.
Maka, suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu
ini dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik dan hendaklah ia membawa
makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut, dan janganlah sekali-kali
menceritakan halmu kepada seorang pun.” (al-Kahfi: 19).
Ayat di atas menggambarkan perginya salah seorang ash-habul kahfi yang bertindak
untuk dan atas nama rekan-rekannya sebagai wakil mereka dalam memilih dan membeli
makanan.
b. Ijma’
Ulama membolehkan wakalah karena wakalah dipandang sebagai bentuk tolong
menolong atas dasar kebaikan dan taqwa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Maaidah ayat 2 :
c. Hadits
نةxرجال من اال نصار فزو جاه ميمو ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم بعث اب رافع و
بنت الحارث
“Bahwasanya Rasulullah saw. mewakilkan kepada Abu Rafi’ dan seorang Anshar untuk
mewakilinya mengawini Maimunah binti Harits.”
Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah telah mewakilkan kepada orang lain untuk berbagai
urusan. Diantaranya membayar utang, mewakilkan penetapan had dan membayarnya,
mewakilkan pengurusan unta, membagi kandang hewan, dan lain-lain.
ii
1. Pekerjaan itu boleh digantikan oleh orang lain untuk mengerjkannya, maka sah
mewakilka untuk mengerjakannya. Hal yang tidak bisa diwakilkan seperti ibadah
puasa, sholat, membaca ayat Al-Qur’an
2. Pekerjaan itu telah menjadi kepunyaan yang berwakil sewaktu dia berwakil. Oleh
karna itu, tidak sah menjual barang yang belum dimilikinya.
3. Pekerjaan itu diketahui dengan jelas, maka batal mewakili barang yang masih
samar. Seperti seseorang berkata ” aku jadikan engkau sebagai wakilku untuk
mengawinkan salah seorang anakku”.
d. Sighat ( ucapan serah terima)
1. Al-Wakalah Al-Muthlaqah Adalah mewakilkan secara mutlak tanpa batas waktu dan
untuk segala urusan. Dalam hukum positif, sering dikenal dengan istilah kuasa luas, yang
biasanya digunakan untuk mewakilkan segala kebutuhan pemberi kuasa dan biasanya hanya
untuk perbuatan pengurusan (beheren).
2. Al-Wakalah Al-Muqayyadah Adalah penunjukkan wakil untuk bertindak atas namanya
dalam urusaan-urusan tertentu. Dalam hukum positif, hal ini dikenal sebagai kuasa khusus
dan biasanya hanya untuk satu perbuatan hukum.
Contohnya, kuasa membeli barang dari bank kepada nasabah sebelum pelaksanaan akad
murabahah, atau kuasa untuk menjual barang yang digadaikan dalam akad Rahn, atau kuasa
untuk menandatangani suatu perbuatan hukum tertentu lainnya. Kuasa khusus ini biasanya
diperuntukkan bagi perbuatan hukum tertentu yang berkaitan dengan kepemilikan atas suatu
barang, membuat perdamaian, atau perbuatan lain yang hanya bisa dilaksanakan oleh pemilik
barang.
3. Al-Wakalah Al-Ammamah Adalah perwakilan yang lebih luas dari al-muqayyadah tetapi
lebih sederhana daripada al-muthlaqah. Biasanya kuasa ini untuk perbuatan pengurusan
ii
sehari-hari. Dalam praktik perbankan syariah, wakalah ini sering sekali digunakan sebagai
perlengkapan transaksi suatu akad atau sebagai jembatan atas keterbatasan ataupun hambatan
dari pelaksanaan suatu akad.
Misalnya, untuk pelaksanaan murabahah, seharusnya bank syariahlah yang memberi suatu
asset yang akan diikat dalam bentuk akad murabahah
Hikmah yang bisa diambil dalam wakalah ada banyak sekali, di antaranya:
1. Menyambung dan mempererat tali silaturrahmi.
2. Meningkatkan kepekaan sosial.
3. Mempermudah dan membantu wakil sebagai orang yang membutuhkan.
4. Menjadikan pekerjaan menjadi lebih simpel.
5. Terciptanya sikap saling mempercayai satu sama lain
ii
BAB III
KESIMPULAN
ii