Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“INSTALASI LISTRIK”

KELOMPOK 5

DISUSUN OLEH:

TAUFIK AKBAR

RAZEL

FAUZAN

ROZI

ZONA

JURUSAN D3 ELEKTROMEDIK

POLTEKESSITEBAPADANG

T.A2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “KESEIMBANGAN BENDA
TEGAR” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang pelanggaran atau kesalahan
apa saja yang biasa terjadi dalam bahasa keseharian yang bisa kita pelajari salah satunya dari
karya film. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai
kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui
kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dan juga kepada teman-
teman seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan
materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang
sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami
memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Padang, 14 November 2022

Penulis:

KELOMPOK 11

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR…………………………………………………… i

DAFTAR ISI………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN…................................................................ iii

1. Latar Belakang ……………………………………………….…. 1


2. Rumusan Masalah…………………………………………….… 2
3. Tujuan ………………………………...…............................ 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Apa itu dinamika Rotasi……………………………………………….. 3


2. Sistem Pentanahan…………............................ 3

BAB III PENUTUP DAN KESIMPULAN

A. Kesimpulan………………………………………………….......... 4

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masalah Muamalah adalah satu aspek dari ajaran yang telah melahirkan peradaban
Islam yang maju di masa lalu. Ia merupakan satu bagian dari syariat Islam, yaitu yang
mengatur kehidupan manusia dalam hubungan dengan manusia, masyarakat dan alam
berkenaan dengan kebendaan dan kewajiban1 .

Diantara permasalahan yang paling berkembang dalam kehidupan bermasyarakat hari


ini adalah masalah muamalah, khususnya muamalah maliyah atau interaksi sesama manusia
yang berkaitan dengan uang dan harta dengan segala bentuk macam transaksinya. Hal ini
tidak dapat kita bendung, sebab perubahan itu terjadi seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan kemajuan teknologi.

Dalam persoalan muamalah syariat Islam lebih banyak memberikan penjelasan


terkait prinsip dan kaidah secara umum dibandingkan jenis dan bentuk muamalah secara
perinci2 . Memang telah kita ketahui, manusia adalah makhluk sosial yang tidak lepas dari
kegiatan muamalah. Namun tidak semua masyarakat mengetahui secara kaffah akan
peraturan-peraturan dalam bermuamalah, misalnya dalam kasus jual beli.

Terdapat larangan atas 1 Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), hlm. 9. 2Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, (Jakarta:
Kencana, 2012), hlm. 6. 2 memperjual belikan barang yang najis sebagaimana hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhori dan muslim Nabi bersabda: َ ‫وم ُ ْ َت ُشح َأي َ َأر ِ َول هَّللا ُ س َ ا ر َ ي َ يل ِ َق‬
‫ف ِام َ ْصن ْ ْا َل َ ِزيِر و ْ ن ا ْْ ِل َ و ِ ة َ ت ْ ي َ ْالم َ ِر و ْ ا ْْلَم َ ع ْ ي َ ب َ َّم ر َ ُ ح ولَه ُ س َ ر َ و َ َّن هَّللا ِ إ ٌ ام َ ر َ ح َ و ُ اَل َل‬
َ ‫طلَىب ُ ا ي َ ن َّه ِ إ َ ف ِ ة َ ت ْ ي‬ ْ ‫ب ُ َن ْده ُ ي َ و ُ ُن ُّسف ا ال َ ِه‬
ِ ِ َ ‫ب ُ ِح َ ْصب ت ْ َس ي َ ُ و لُود ُ ا ا ْْل‬ ِ ِ َ ‫ه َ َق ف ُ ا النَّاس‬
‫ ْالم‬sesungguhnya Allah mengharamkan jual-beli khamer (minuman keras), bangkai, babi dan
berhala" Kemudian seseorang bertanya: "Bagaimana tentang lemak bangkai, karena banyak
yang menggunakannya sebagai pelapis perahu dan, meminyaki kulit dan untuk bahan bakar
lampu?" Rasulullah SAW. menjawab:"Tidak boleh, semua itu adalah haram 3 .

1
2 Rumusan Masalah.
1. Pengertian Muamalat (jual beli).
2. Rukun jual beli.
3. Hukum jual beli.
4. Beberapa jual beli yang sah tetapi dilarang.

3 TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian Muamalat (jual beli).
2. Mengetahui Rukun jual beli.
3. Mengetahui Hukum jual beli.
4. Mengetahui Beberapa jual beli yang sah tetapi dilarang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Muamalat (jual beli).

Muamalah adalah suatu perkara atau urusan yang mengatur hubungan antar sesama
manusia. Baik secara individu maupun berkelompok. Asal katanya adalah amala,
ya'malu dengan wazan fa'alu, ya'filu yang artinya saling bertindak, berbuat, dan
mengamalkan, seperti yang dikutip dari Buku Ajar Fiqih Muamalah Kontemporer
karya Taufiqur Rahman.

Sementara itu, pengertian muamalah menurut fiqh Islam adalah kegiatan tukar
menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditempuhnya.
Seperti jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang, pinja meminjam, urusan bercocok
tanam, berserikat, dan usaha lainnya.

Tujuan muamalah adalah untuk menciptakan suatu kehidupan bermasyarakat yang


tenteram, damai, makmur, dan sejahtera. Pasalnya, manusia merupakan makhluk
sosial yang perlu berinteraksi dan membutuhkan bantuan orang lain. Allah SWT
secara tegas berfirman dalam surat Al Ma'idah ayat 2, ‫َوتَ َعا َونُوا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َعا َونُوا‬
ِ ‫َعلَى اِإْل ْث ِم َو ْال ُع ْد َو‬
‫ان‬

Artinya: "... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan..."

Berdasarkan ayat di atas, tolong menolong yang diperintahkan oleh Allah SWT
adalah tolong menolong dalam kebaikan. Salah satunya dalam memenuhi kebutuhan
hidup sesama. Sebab itu, manusia diperintahkan Allah untuk menggali semua sumber
ekonomi yang ada di bumi dengan saling bermuamalah.

3
2. Rukun jual beli.

Islam mengatur banyak sekali aspek kehidupan umatnya, tanpa terkecuali soal proses
jual beli. Dalam Islam, ada rukun jual beli yang dijadikan pedoman untuk bertransaksi
khususnya dalam konsep perdagangan barang. Pada dasarnya, jual beli menurut cara
pandang Islam merupakan transaksi yang didalamnya terdapat dua unsur yaitu ijab
dan qabul. Sehingga, mana yang termasuk rukun jual beli dalam Islam?

Ada empat rukun jual beli dalam Islam, yakni adanya penjual, adanya pembeli,
adanya barang, dan terakhir adanya shighah atau ijab–kabul. Patokan tentang rukun
jual beli tercantum dalam Surat Al-Baqarah Ayat 275 yang berbunyi, “Allah
menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”.

3. Hukum jual beli.

Allah SWT telah menghalalkan praktek jual beli yang sesuai dengan ketentuan dan
syari’atNya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al Baqarah ayat
275 yang artinya:” …Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba…(Q.S. al-Baqarah: 275). Rasullullah SAW bersabda: Emas ditukar dengan
emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma, garam
dengan garam, sama beratnya dan langsung diserahterimakan. Apabila berlainan
jenis, maka juallah sesuka kalian namun harus langsung diserahterimakan/secara
kontan” (HR. Muslim). Maka berdasarkan hadits ini, jual beli merupakan aktivitas
yang disyariatkan. Namun disisi lain, Rasullullah SAW juga
bersabda “Sesungguhnya para pedagang itu adalah kaum yang fajir (suka berbuat
maksiat), para sahabat heran dan bertanya, “Bukankah Allah telah menghalalkan
praktek jual beli, wahai Rasulullah?”. Maka beliau menjawab, “Benar, namun para
pedagang itu tatkala menjajakan barang dagangannya, mereka bercerita tentang
dagangannya kemudian berdusta, mereka bersumpah palsu dan melakukan
perbuatan-perbuatan keji.” (Musnad Imam Ahmad 31/110, dinukil dari Maktabah
Asy Syamilah. Oleh karena itu seseorang muslim yang melaksanakan transaksi jual
beli, sebaiknya mengetahui syarat-syarat praktek jual beli berdasarkan ketentuan Al
Qur’an dan Hadits, agar dapat melaksanakannya sesuai dengan syari’at sehingga tidak
terjerumus kedalam tindakan-tindakan yang dilarang dan diharamkan.

4
4. Beberapa jual beli yang sah tetapi dilarang.

Jual-beli dianggap sah apabila memenuhi syarat dan rukunnya. Jual-beli yang sah
tapi terlarang apabila jual-beli itu memenuhi syarat dan rukun tetapi melanggar
larangan-larangan syara’ atau merugikan kepentiangan umum.

Jual-beli yang tidak sah karena kurang syarat rukun.

Jual-beli dengan sistem ijon, yaitu jual-beli yang belum jelas barangnya, seperti
buah-buhan yang masih muda, padi yang masih hijau yang memungkinkan dapat
merugikan orang lain.

Dari Ibnu Umar, Nabi SAW telah melarang jual-beli buah-buhan sehingga nyata
baiknya buah itu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Jual-beli binatang ternak yang masih dalam kandungan dan belum jelas apakah
setelah lahir anak binatang itu hidup atau mati.

Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang jual-beli anak binatang yang masih dalam
kandungan induknya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Jual-beli sperma (air mani) binatang jantan.

Dari Jabir bin Abdullah ra, ia berkata : Rasulullah SAW telah melarang jual-beli
kelebihan air. (HR. Muslim) dan Nabi menambahkan pada riwayat yang lain bahwa
belia telah melarang (menerima bayaran) dari persetubuhan air (mani) jantan. (HR.
Muslim dan An-Nasai)

Adapun meminjamkan binatang jantan untuk dikawinkan dengan binatang betina


orang lain tanpa maksud jual-beli hal ini sah, malah dianjurkan. Rasulullah SAW
bersabda :

Dari Abu Kabsyah, Nabi SAW telah bersabda : “Siapa yang telah mencampurkan
binatang jantan dengan binatang betina kemudian dengan pencampuran itu
mendapatkan anak, maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak tujuh puluh
binatang.” (HR. Ibnu Hibban)
Jual-beli barang yang belum ada di tangan, maksudnya ialah barang yang dijual itu
masih berada di tangan penjual pertama. Dengan demikian secara hukum, penjual
belum memiliki barang tersebut.

Rasulullah SAW telah bersabda : “Janganlah engaku menjual sesuatu yang baru saja
engkau beli sehingga engkau menerima barang itu.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi)
Jual-beli benda najis, minuman keras, babi, bangkai dan sebagainya.

Jual-beli sah tapi terlarang

Jual-beli ini disebabkan karena ada satu sebab atau akibat dari perbuatan itu. Yang
termasuk dalam jual-beli jenis ini adalah :

Jual-beli yang dilakukan pada waktu shalat jum’at. Hal ini akan menyebabkan orang
lupa menunaikan shalat jum’at. Allah SWT berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada
hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-
Jumuah : 9)
Jual-beli dengan niat untuk ditimbun pad saat masyarakat membutuhkan. Jual-beli
ini sha tetapi dilarang karena ada maksud tidak baik, yaitu akan menjualnya dengan
harga yang lebih mahal. Rasulullah SAW bersabda :

“Tidaklah seseorang meimbun barang kecuali orang yang durhaka.” (HR. Muslim)
Membeli barang dengan mengahadang di pinggir jalan. Hal ini sah tetapi terlarang
karena penjual tidak mengetahui harga umum di pasar sehingga memungkinkan ia
menjual barangnya dengan harga lebih rendah.
Membeli atau menjual barang yang masih dalam tawaran orang lain. Rasulullah
SAW bersabda :

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah sebagian kamu
menjual atau membeli dari sebagain kamu atas barang yang sudah dijual/dibeli oleh
orang lain.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Jual-beli dengan menipu, eperti mengurangi timbangan, takaran atau ukuran.
Jual-beli alat-alat untuk maksiat.
BAB III

KESIMPULAN

Hukum jual beli pada dasarnya diperbolehkan atau bersifat mubah karena syarat dan
rukun jual beli tidak bertentangan dengan rukun dan syarat dalam sistem hukum
perikatan Islam dan sesuai dengan muamalah. Jual beli dapat dikatakan haram jika
ada unsur seperti haram, riba, garar (penipuan), mengandung ketidakjelasan dan
merugikan konsumen. Produk yang diperjualbelikan juga harus barang yang bersifat
baik atau halal, bukan barang yang diharamkan seperti khamr, babi, narkoba, bangkai,
judi online dan sebagainya. Sesuai dengan Pasal 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen yang khusus membahas terkait hak-hak dan
kewajiban pelaku usaha dan konsumen, jual beli juga harus mempertimbangkan
kemaslahatan seperti memberikan kemudahan dan efisiensi waktu transaksi.
Kesepakatan ulama terhadap jual beli melalui surat dan perantara juga ditemukan di
dalam fikih, sehingga jual beli online dapat dikategorikan sebagai jual beli melalui
surat atau perantara selama menggunakan prinsip kejujuran dan prinsip kerelaan (suka
sama suka).Konsep perlindungan konsumen dalam Islam dibuktikan dengan adanya
khiyār atau hak memilih sebagai bentuk perlindungan terhadap hak-hak konsumen
dalam proses transaksi jual beli seperti khiyār majlis, khiyār

Anda mungkin juga menyukai