Anda di halaman 1dari 28

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya dengan sangat sederhana. Semoha makalah ini dapat
dipergunakan sebagai satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
administrasi Pendidikan dan profesi keguruan.

Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik secara
teknis maupun materi mengingat minimnya kemampuan yang dimiliki. Maka dari itu,
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak dibutuhkan demi penyempurnaan
makalah ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak
yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan setimpal kepada
mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan itu sebagai
ibadah. Amin Ya Rabbal Alamin.

Pekanbaru 17 Oktober 2022

Sri Wahyuni
2202030042

1
DAFTAR ISI
Kata pengantar …………………………………………………………………………..1
Daftar Isi…………………………………………………………………………………...2
BAB I (Pendahuluan)…………………………………………………………………….3
1.1 Latar belakang……………………………………………………………….3
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………..3
BAB II (Pembahasan)……………………………………………………………………4

2.1 Muamalah…………………………………………………………………….4

2.1.1 Pengertian Muamalah…………………………………………………….4

2.1.2 Ayat-ayat tentang larangan transaksi dalam muamalah……………...5

2.1.3 Macam – macam muamalah…………………………………………….9

2.1.4 Ruang lingkup muamalah……………………………………………….13

2.1.5 Hikmah muamalah dalam islam…………………………………………24

BAB III (Penutup)………………………………………………………………………..26

Kesimpulan………………………………………………………………………………26

Daftar pustaka …………………………………………………………………………..27

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mu’amalah adalah satu aspek dari ajaran yang telah melahirkan peradaban Islam
yang maju di masa lalu. Ia merupakan satu bagian dari syari’at Islam, yaitu yang
mengatur kehidupan manusia dalam hubungan dengan manusia, masyarakat dan
alam. Karena mu’amalah merupakan aspek dari ajaran Islam, maka ia juga
mengandung aspek teologis dan spiritual. Aspek inilah yang merupakan dasar dari
mu’amalah tersebut.
Sehubungan dengan itu bimbingan mualamah menjadi penting, karena masalahnya
komplek, ia berkaitan dengan masalah rohani dan jasmani, manusia dan alam,
dunia akhirat. Disamping itu bimbingan mu’amalah akan mengarahkan kehidupan
duniawi, dan mendapatkan ganjaran diakhirat.
Dalam makalah ini membahas mu’amalah tentang jual beli, dimana manusia
dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu
dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berusaha
mencari karunia Allah yang ada di muka bumi sebagai sumber ekonomi.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam makala ini penyusun, merumuskan masaklah yang akan diutarakan
sebagai berikut:
1. Apa pengertian, ruang lingkup, dan perubahan masyarakat berkaitan dengan
muamalah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. MUAMALAH
2.1.1 Pengertian Muamalah
Di dalam Islam transaksi lebih dikenal dengan istilah muamalah. Adapun pengertian
dari muamalah itu sendiri adalah suatu kegiatan tukar menukar barang yang
memberikan manfaat tertentu. Pada dasarnya ada banyak sekali kegiatan yang
termasuk ke dalam muamalah, sehingga bagi umat Islam bisa memilih macam
muamalah yang sesuai dan saling memberikan manfaat satu sama lain.
Dengan demikian, muamalah dapat dikatakan sebagai salah satu syariat Islam
dalam bidang ekonomi. Adapun beberapa contoh transaksi yang termasuk dalam
muamalah, seperti upah mengupah, sewa menyewa, jual beli, dan sebagainya.
Transaksi muamalah bisa juga dilakukan pada kegiatan permodalan dan usaha karena
kedua kegiatan transaksi tersebut masih masuk ke dalam kegiatan transaksi
muamalah.
Apabila, umat Islam melakukan transaksi yang sesuai dengan muamalah atau
syariat Islam, maka kehidupan kitab akan menjadi lebih terjamin. Terlebih lagi, kita akan
terhindar dari perbuatan yang tercela, seperti merugikan, curang, dan sebagainya.
Dengan terhindar dari perbuatan tercela, maka kita terhindar juga dari dosa. Selain itu,
kegiatan transaksi muamalah juga bisa mengurangi terjadinya konflik karena salah satu
pihak merasa dirugikan.
Maka dari itu, alangkah baiknya mulai sekarang ketika melakukan transaksi jual beli
menggunakan sistem ekonomi syariah Islam, yaitu muamalah. Dengan menggunakan
muamalah, kita akan mendapatkan keberkahan dari transaksi yang dilakukan sekaligus
sama-sama mendapatkan manfaat dan yang terpenting tidak saling merugikan satu
sama lain.

4
2.1.2 Ayat-Ayat Tentang Larangan-Larangan dalam Transaksi
Muamalah
Transaksi ekonomi syariat Islam itu sendiri sudah tercantum di dalam ayat-ayat Al-
Quran dan hadist-hadist Nabi. Berikut ini beberapa ayat Al-Quran dan hadist nabi yang
berkaitan dengan larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan dalam kegiatan
transaksi muamalah.
1. Larangan Melakukan Kecurangan pada Timbangan, Kualitas, Takaran, dan
Kehalalan
Di dalam Islam ketika berdagang atau bertransaksi sangat dilarang untuk
melakukan kecurang yang bisa merugikan salah satu pihak. Kecurangan yang
dilakukan bukan hanya pada saat menimbang saja, tetapi tidak melakukan kecurangan
pada kualitas barang, takaran barang yang akan dijual, dan kehalalan dari barang yang
akan dijual.
Apabila seorang penjual melakukan kecurangan yang bisa merugikan pembeli,
makai a akan mendapatkan celaka seperti firman Allah yang terkandung di dalam Al-
Quran surat Al-Muthaffifin ayat 1-3

Artinya: Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang).
(Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dicukupkan. Dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka
mengurangi.

5
2. Larangan Menggunakan Transaksi dengan Cara yang Zalim
Dengan tidak melakukan perbuatan zalim antar sesama umat muslim, maka
perdamaian akan tercipta. Dalam melakukan transaksi muamalah tidak boleh dilakukan
dengan perbuatan yang zalim. Rasulullah S.A.W melarang bagi seluruh umat muslim
yang satu dengan umat muslim yang lainnya saling melakukan perbuatan zalim.

Hadits yang dikutip dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu yang diambil dari sabda
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tersebut mengandung larangan agar sesama
hamba Allah tidak saling mendengki, saling menipu, dan saling marah hingga
memutuskan hubungan persaudaraan.Muslim satu dengan muslim lainnya adalah
saudara sehingga tidak boleh ada perbuatan zalim atau aniaya di antara sesama
muslim. Bahkan dengan tegas hadits tersebut melarang umat muslim untuk menghina
dan mendustakan orang lain. Haram darah setiap muslim atas muslim yang lain.
3. Larangan Melakukan Kegiatan Riba
Di dalam Islam melakukan transaksi yang mengandung unsur riba sangatlah dilarang
karena bisa memberikan hutang yang lebih banyak. Kegiatan transaksi yang mengandung riba
akan membuat seorang hamba kesulitan dalam membayar hutang. Hal ini dikarenakan bunga
pada hutang juga harus dibayar. Maka dari itu, dalam Islam kegiatan transaksi yang
mengandung unsur riba hukumnya adalah haram dan itu sudah terkandung di dalam Al-Quran
surat Al-Imran ayat 130

6
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
4. Larangan Berspekulasi atau Berjudi
Larangan berikutnya yang tidak boleh dilakukan dalam transaksi muamalah adalah
larangan berspekulasi. Transaksi yang mengadung berspekulasi dilarang dalam Islam
karena keuntungan dan kerugian yang diperoleh tidak jelas.
Bukan hanya larangan berspekulasi saja, di dalam Islam bermain judi dilarang. Hal
ini dikarenakan ketika berjudi kita akan mencari duit atau barang yang bisa
dipertaruhkan, sehingga bisa merugikan diri sendiri dan pasti akan mendapatkan dosa
dari Allah.

Larangan transaksi berspekulasi dilarang dengan jelas seperti yang diikuti dari Abu
Hurairah radhiyallahu anhu dalam hadits Muslim Turmudzi, Nasa’, Abu Daud, Ahmad,
dan Ibnu Majah. Hadits tersebut secara tegas berbunyi, “Nabi melarang jual-beli
spekulasi (gharar).
Surat Al-Maidah ayat 90

Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban
untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan
termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu
beruntung.

5. Larangan Menggunakan Cara yang Tidak Benar


Surat AN-Nisa Ayat 29

7
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
6. Larangan Melakukan Kegiatan Bertransaksi Barang-Barang Haram
Sudah merupakan kewajiban bagi umat Islam untuk menjual dan membeli barang-
barang yang halal. Oleh karena itu, barang-barang yang haram tidak boleh dibeli,
bahkan tidak boleh untuk dijual.
Ahmad dan Abu Dawud

Dari Ibnu Abbas Nabi saw bersabda: Allah melaknat orang-orang Yahudi, karena telah
diharamkan kepada mereka lemak-lemak (bangkai) namun mereka menjualnya dan
memakan hasil penjualannya. Sesungguhnya Allah jika mengharamkan kepada suatu
kaum memakan sesuatu, maka haram pula hasil penjualannya”.

2.1.3 Macam-Macam Muamalah


Setelah membahas larangan-larangan yang tidak boleh dalam transaksi muamalah,
kini kita akan membahas macam-macam dari muamalah, di antaranya:

8
1. Jual Beli
Dalam Bahasa Arab, jual beli sering disebut dengan nama ba’i yang secara Bahasa
berarti tukar menukar. Sementara itu, bagi Sebagian ulama mengartikan jual beli secara
syar’i sebagai suatu akad yang di mana di dalam akad tersebut mengandung suatu sifat
menukar dari harta yang satu dengan harta lainnya.
Dasar hukum jual beli sudah tercantum di dalam Surat Al-Baqarah ayat 275, yang
berbunyi.

Artinya:
Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa
jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia
berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya.
Di dalam Islam, ada beberapa syarat untuk melakukan transaksi jual beli yang sesuai
dengan syariat.
A. Harus ada barang atau uang yang bisa dijadikan sebagai alat tukar untuk
transaksi. Selain itu, barang atau uang yang dijadikan sebagai alat tukar harus
halal dan suci.

B. Penjual dan pembeli harus dalam keadaan sehat, baik itu secara jasmani atau
berakal, dalam keadaan baligh atau dewasa, dan transaksi yang dilakukan harus
sesuai dengan keinginan bukan paksaan.

9
C. Jual beli dalam Islam harus ada akad atau ijab qabul, yang bisanya berbunyi
“barang ini saya jual kepada Anda dengan harg20 ribu rupiah” kemudian pembeli
menjawab, “saya setuju dengan harga 20 ribu rupiah
2. Khiyar
Khiyar adalah suatu transaksi muamalah yang di mana penjual dan pembeli dapat
melanjutkan transaksi, atau tidak melanjutkan transaksi. Dalam Islam, khiyar
memberikan kebebasan kepada penjual dan pembeli untuk berpikir terlebih dahulu
sebelum melakukan transaksi supaya tidak ada penyesalan ketika selesai bertransaksi.
A. Khiyar Majis
Khiyar majis adalah penjual dan pembeli dapat memilih, apakah ingin
melanjutkan transaksi atau tidak selama mereka masih dalam tempat yang
sama.

B. Khiyar Syarat
Khiyar syarat adalah transaksi muamalah dengan sebuah syarat yang telah
disepakati antara dua belah pihak.

C. Khiyar Aibi
Khiyar syarat adalah transaksi muamalah yang di mana pembeli dapat
mengembalikan barang yang sudah dibeli selama barang tersebut tidak ada
yang rusak ketika pertama kali membelinya.

. 3. Mukhabarah
Mukhabarah adalah transaksi muamalah yang berkaitan dengan pembagian ladang
atau sawah yang di mana pembagian tersebut disesuaikan dengan kesepakatan yang
sudah disetujui, bisa seperdua, sepertiga, bahkan bisa lebih. Sementara itu, bibit atau
benihnya berasal dari pemilik tanah.
Misalnya, ada seorang petani yang sudah mengelola sawah milik orang lain,
kemudian petani tersebut tetap mengelola sawah tanpa mengeluarkan biaya untuk
membeli benih. Lalu, muncullah kesepakatan yang terjadi antara petani dan pemilik

10
sawah dan kesepakatan itu berupa petani akan memperoleh hasil bertani sebanyak
seperdua dari semua jumlah hasil panen.

4. Muzara’ah
Muzara’ah adalah transaksi muamalah yang berupa kerja sama yang terjadi pada
bidang pertanian yang di mana seorang petani yang mengelola sawah akan
menyediakan benihnya dan membagi hasilnya dengan pemilik sawah sesuai dengan
kesepakatan.
Misanya, ada seorang petani sedang mengelola sawah milik orang lain, kemudian
petani tersebut mengeluarkan biaya untuk membeli benih. Kesepakatan yang telah
disetujui antara petani dengan pemilik tanah adalah petani akan memperoleh seperdua
dari semua jumlah hasil panen.

5. Musaqah
Musaqah adalah kerja sama dalam bidang perkebunan yang di mana pemilik kebun
akan memberikan tanah atau kebunnya kepada petani untuk dikelola. Kemudian, hasil
panen akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang sudah terjadi

6. Utang Piutang
Utang piutang adalah transaksi yang dilakukan oleh peminjam hutang dengan
penerima hutang dengan suatu perjanjian yang di mana penerima hutang akan
meberikan suatu barang kepada pemberi hutang, kemudian barang tersebut akan
dikembalikan setelah penerima hutang melunasi hutangnya.
Misalkan ada seseorang yang meminjam hutan dan memberikan handphone sebagai
jaminan. Setelah peminjam hutang melunasi hutangnya, maka pemberi hutang akan
mengembalikan handphone tersebut
.
7. Perbankan Syariah
Dewasa ini, sudah banyak orang yang menyimpan uangnya di bank, terlebih lagi
sudah mulai banyak bank syariah di berbagai daerah. Sama dengan bank pada
umumnya, bank syariah berfungsi untuk menyimpan uang nasabah dengan baik.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bank syariah adalah suatu Lembaga
11
keuangan yang mengelola keuangan dan menyimpan uang nasabah sesuai dengan
sistem syariah Islam.

8. Syirkah
Syirkah adalah suatu transaksi muamalah dengan sebuah akad antara kedua belah
pihak atau lebih dengan tujuan yang sama, yaitu membuat kesepakatan untuk
mendirikan sebuah usaha dengan harapan memperoleh keuntungan. Ada beberapa
jenis syirkah, yaitu syirkah ‘abdan, syirkah ‘inan, syirkah wujuh, dan syirkah
mufawdhah.
A. Syirkah ‘Abdan
Syirkah ‘abdan adalah salah satu jenis syirkah yang dilakukan oleh kedua belah
pihak, tetapi kedua belah pihak tersebut tidak memberikan modal dan hanya
memberikan tenaga atau bekerja.

B. Syirkah ‘Inan
Syirkah ‘inan adalah syirkah yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang di
mana kedua belah pihak saling memberikan kontribusi pada modal dan kerja.

C. Syirkah Wujuh
Syirkah wujuh adalah salah satu bentuk kerja sama yang dilakukan dengan
melihat kedudukan, ketokohan, dan keahlian.

D. Syirkah Mufawadah
Syirkah mufawadhah adalah syirkah yang dilakukan oleh kedua belah pihak
dengan cara mempersatukan semua jenis syirkah.

9. Ariyah (Pinjam Meminjam)


Ariyah atau pinjam meminjam ini bisa diartikan sebagai meminjamkan suatu barang
yang memiliki manfaat dan halal kepada orang lain, kemudian si peminjam tidak
merusak barang yang sudah dipinjam dan segera mengembalikannya.

12
Misalkan, budi ingin tidak memiliki buku mata pelajaran matematika, kemudian ia
meminjam buku itu kepada Andi dan berjanji kalau besok pagi akan dikembalikan.
Keesokan harinya, Budi mengembalikan buku mata pelajaran matematika yang sudah
dipinjam kepada Andi.

10. Ihyaul Mawat (Membuka Lahan Baru)


Ihyaul Mawat atau membuka lahan baru bukan berarti langsung memiliki lahan itu.
Namun, yang diartikan sebagai membuka lahan baru adalah lahan atau tanah yang
belum pernah dikelola oleh siapa pun dan pemilik dari lahan atau tanah tersebut belum
diketahui.
Cara untuk membuka lahan baru sebagai berikut:

A. Tanah atau lahan diberikan tanda secukupnya saja. Apabila tanah kosong
memiliki kelebihan, maka bisa diberikan oleh orang lain.

B. Memiliki kesanggupan dan alat yang cukup untuk memiliki tanah itu, bukan
hanya sekadar menandai lahan saja.

4.1.4 Ruang Lingkup Muamalat


Ruang Lingkup Muamalah Yaitu seluruh kegiatan muamalah manusia berdasarkan
hukum-hukum Islam, baik itu berupa perintah maupun larangan yang terkait dengan
hubungan manusia dengan manusia lainnya. Ruang lingkup muamalah dari bentuk
aspeknya terbagi menjadi 2 yaitu:
A. Muamalah Adabiyah
muamalah adabiyah yaitu muamalah yang berkaitan dengan bagaimana cara
tukar menukar barang yang ditinjau dari segi subjeknya yakni
manusia.sedangkan muamalah madiyah yaitu muamalah yang berkaitan dengan
objek muamalah maupun bendanya.
B. Muamalah Madiyah
muamalah madiyah ini menetapkan suatu aturan secara syara’ yang terkait
dengan objek bendanya

13
Jadi muamalah madiyah ini tentang suatu benda, apakah benda ini halal, haram
atau syubhat. Dan bagaimana jika benda tersebut menyebabkan kemaslahatan serta
kemudharatan bagi manusia. Ruang lingkup muamalah madiyah yaitu meliputi : jual
beli, gadai, jaminan dan tanggungan, syirkah, mukhabarah dan mudharabah. Ruang
lingkup muamalah dilihat dari segi tujuannya yaitu meliputi :
 Hukum Keluarga (Ahkam Al Ahwal Al-Syakhiyyah
 Hukum Perdata (Al Ahkam Al Maliyah)
 Hukum Pidana (Al-Ahkam Al-Jinaiyyah)
 Hukum Acara (Al-Ahkam Al-Murafa’at)
 Hukum Perundang-Undangan (Al-Ahkam Al-Dusturiyyah)
 Hukum Kenegaraan (Al-Ahkam Al-Duwaliyyah)
 Hukum Keuangan dan Ekonomi (Al-Ahkam Al-Iqtishadiyyah Wa Al-Maliyyah

1. Prinsip-prinsip Muamalah
Adapun prinsip dalam muamalah diantaranya adalah sebagai berikut:
o Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang ditentukan
oleh al-qur’an dan sunnah rasul. Bahwa hukum islam memberi kesempatan luas
perkembangan bentuk dan macam muamalat baru sesuai dengan
perkembangan kebutuhan hidup masyarakat.
o Muamalah dilakukan atas dasar sukarela , tanpa mengandung unsur paksaan.
Agar kebebasan kehendak pihak-pihak bersangkutan selalu diperhatikan.
o Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindari madharat dalam hidup masyarakat. Bahwa sesuatu bentuk
muamalat dilakukan ats dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindari madharat dalam hidup masyarakat.

o Apakah Jual beli Online dilarang dalam Islam

14
o Jual beli online menurut islam dibolehkan asalkan sesuai dengan syarat-syarat
yang telah ditentukan dalam islam . karena  Kepuasan pelanggan dan
kesenangan hati penjual adalah point paling penting dari hukum jual beli online
dalam islam. Dan juga apabila sebelum transaksi kedua belah pihak sudah
melihat mabi’ (barang yang diperjualbelikan) atau telah dijelaskan baik sifat
maupun jenisnya, serta memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun jual beli
lainnya. barang yang diperjual belikan disyaratkan dapat  dilihat secara langsung
oleh kedua belah pihak. 
o Hal ini merupakan bentuk kehati-hatian agar tidak terjadi penipuan (ghoror)
dalam jual beli karena Rasulullah melarang
o praktek yang demikian, sebagaimana  dalam sebuah hadis dinyatakan yang
Artinya: Rasulullah saw melarang jual beli yang didalamnya terdapat penipuan.
(HR.Muslim).
Namun ada beberapa prinsip yang menjadi acuan dan pedoman secara umum untuk
kegiatan mumalat ini. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
1. Muamalah adalah Urusan Duniawi Muamalat berbeda dengan ibadah. Dalam
ibadah, semua perbuatan dilarang kecuali yang diperintahkan. Oleh karena itu,
semua perbuatan yang dikerjakan harus sesuai dengan tuntuna yang diajarkan
oleh Rasulullah.
Sebaliknya, dalam muamalat, semua boleh kecuali yang dilarang. Muamalat atau
hubungan dan pergaulan antara sesama manusia di bidang harta benda
merupakan urusan duniawi, dan pengaturannya diserahkan oleh manusia itu
sendiri. Oleh karena itu, semua bentuk akad dan berbagai cara transaksi yang
dibuat oleh manusia hukumnya sah dan dibolehkan. Asal tidak bertentangan
dengan ketentuan-ketentuan umum yang ada dalam syara‘.
2. Muamalat harus Didasarkan kepada Persetujuan dan Kerelaan Kedua Belah
Pihak. Persetujuan dan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi
merupakan asas yang sangat penting untuk keabsahan setiap akad. Hal ini
didasarkan kepada firman Allah dalam surat an-nisa. (4): 29:

15
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu33; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

3. Adat kebiasaan dijadikan dasar hukum Dalam masalah Muamalat, adat


kebiasaan bisa dijadikan dasar hukum, dengan syarat adat tersebut diakui dan
tidak bertentangan dengan ketentuanketentuan umum yang ada dalam syara'.
Sesuatu yang oleh orang muslim dipandang baik maka di sisi Allah juga
dianggap baik.

4. Tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain Setiap transaksi dan hubungan
perdata (muamalat) dalam Islam tidak boleh menimbulkan kerugian kepada diri
sendiri dan orang lain hal ini didasarkan pada hadis Nabi Shallallahu alaihi
wasallam yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah addaruquthni dan lain-lain dari Abi
Sa'id al-khudri bahwa Rasulullah bersabda:
‫ال ضر ر و ال ضرار‬
“Janganlah merugikan diri sendiri dan janganlah merugikan orang lain.”

Dari hadits ini kemudian dibuatlah kaidah kuliah yang berbunyi:


‫أضر ر يزال‬
“Kemudhorotan harus dihilangkan”

16
Mohammad Daud Ali mengemukakan 18 Prinsip yang menjadi asasasas
hukum Islam di bidang muamalah asas-asas tersebut adalah sebagai berikut
1. Asas kebolehan atau mubah Azas
ini menunjukkan kebolehan melakukan semua hubungan perdata,
sepanjang hubungan itu tidak dilarang oleh Alquran dan as-sunnah.
Dengan demikian, pada dasarnya segala bentuk hubungan perdata boleh
dilakukan, selama tidak ditentukan lain dalam Alquran dan as-sunnah. Ini
berarti bahwa.
Islam membuka pintu selebar-lebarnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan untuk mengembangkan dan menciptakan bentuk dan
macam hubungan perdata baru, Sesuai dengan perkembangan zaman
dan kebutuhan masyarakat.

2. Asas kemaslahatan hidup


Kemaslahatan hidup adalah segala sesuatu yang mendatangkan
kebaikan, berguna dan berfaedah bagi kehidupan. Asas kemaslahatan
hidup adalah suatu asas yang mengandung makna bahwa hubungan
perdata apapun dapat dilakukan, asal hubungan itu mendatangkan
kebaikan, berguna dan berfaedah bagi kehidupan pribadi dan
masyarakat, meskipun tidak ada ketentuannya dalam Alquran dan as-
sunnah. Asas ini sangat berguna untuk mengembangkan berbagai
lembaga hubungan perdata, dan dalam menilai lembaga-lembaga hukum
non Islam yang ada dalam suatu masyarakat.

3. Asas kebebasan dan kesukarelaan


Asas ini mengandung makna bahwa setiap hubungan perdata harus
dilakukan secara bebas dan sukarela. Kebebasan kehendak para pihak
yang melahirkan kesukarelaan dalam persetujuan harus selalu
diperhatikan. Asas ini juga mengandung arti bahwa selama Alquran dan
as-sunnah tidak mengatur secara rinci suatu hubungan perdata, maka
selama itu pula para pihak yang bertransaksi mempunyai kebebasan

17
untuk mengaturnya atas dasar kesukarelaan masing-masing. Asas ini
Sebagaimana telah penulis Kemukakan dibuka, bersumber dari AlQuran
surat annisa (4) ayat 29.

4. Asas menolak mudharat dan mengambil manfaat


Asas ini mengandung makna bahwa segala bentuk hubungan
perdata yang mendatangkan kerugian atau mudharat harus dihindari,
sedangkan hubungan perdata yang mendatangkan manfaat bagi diri
sendiri dan masyarakat harus dikembangkan. Dalam asas ini juga
terkandung pengertian bahwa dalam melakukan suatu transaksi,
menghindari kerusakan harusdidahulukan daripada meraih keuntungan.
Contohnya perdagangan narkotika, prostitusi, dan perjudian.

5. Asas kebajikan (kebaikan)


Ini mengandung arti bahwa setiap hubungan perdata seyogyanya
mendatangkan kebajikan atau kebaikan kepada kedua belah pihak dan
pihak ketiga dalam masyarakat. kebajikan yang akan diperoleh
seseorang haruslah didasarkan pada kesadaran pengembangan
kebaikan dan kerangka kekeluargaan.

6. Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat.


Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat adalah
asas hubungan perdata yang disandarkan pada Sikap saling
menghormati, mengasihi, dan tolong-menolong dalam mencapai tujuan
bersama. Asas ini menunjukkan suatu hubungan perdata antara para
pihak yang menganggap diri masing-masing sebagai anggota keluarga,
meskipun pada hakekatnya bukan keluarga. Asas ini diambil dari Al
Quran surat Al Maidah (5) ayat 5 dan Hadis yang menyatakan bahwa
umat manusia berasal dari satu keluarga.

18
Ayat Al Maidah ayat 5:

artinya: Pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-baik.


Makanan (sembelihan) Ahli Kitab itu halal bagimu, dan makananmu
halal bagi mereka. Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-
perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan-
perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga
kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu,
apabila kamu membayar maskawin mereka untuk menikahinya, tidak
dengan maksud berzina dan bukan untuk menjadikan perempuan
piaraan. Barangsiapa kafir setelah beriman, maka sungguh, sia-sia
amal mereka, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.

7. Asas adil dan berimbang


Asas keadilan mengandung makna bahwa hubungan perdata tidak
boleh mengandung unsur-unsur penipuan, penindasan, pengambilan
kesempatan pada waktu pihak lain sedang berada dalam kesempitan.
Asas ini juga mengandung arti bahwa hasil yang diperoleh harus
berimbang dengan usaha atau ikhtiar yang dilakukan oleh seseorang.

8. Asas mendahulukan kewajiban dari hak


Asas Ini mengandung arti bahwa dalam pelaksanaan hubungan perdata.
Para pihak harus mengutamakan penunaian kewajiban terlebih dahulu
daripada menuntut hak. Dalam ajaran islam, seseorang baru memperoleh

19
haknya misalnya mendapat imbalan (pahala) setelah ia menunaikan
kewajibannya terlebih dahulu.

9. Asas larangan merugikan diri sendiri dan orang lain


Asas ini mengandung arti bahwa para pihak yang mengadakan
hubungan perdata tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain dalam
hubungan perdata nya. Merusak harta Meskipun tidak merugikan diri
sendiri, tetapi merugikan orang lain, tidak dibenarkan dalam hukum Islam.
Ini berarti bahwa menghancurkan atau memusnahkan barang untuk
mencapai kemantapan harga atau keseimbangan pasar, tidak dibenarkan
oleh hukum Islam.

10. Asas kemampuan berbuat atau bertindak


Pada dasarnya setiap manusia dapat menjadi subjek hukum dalam
setiap hubungan perdata, jika memenuhi syarat untuk melakukan
tindakan hukum. Dalam hukum Islam manusia yang dipandang mampu
berbuat atau bertindak melakukan hubungan perdata adalah orang yang
mukallaf, yaitu orang yang mampu memikul kewajiban dan hak, sehat
rohani dan jasmani. Hubungan perdata yang dibuat oleh orang yang tidak
mampu memikul kewajiban dan hak dianggap melanggar asas ini. Oleh
karena itu, hubungan perdatanya batal karena dipandang bertentangan
dengan salah satu asas hukum Islam.

11. Asas kebebasan berusaha


Asas ini mengandung makna bahwa pada prinsipnya setiap orang
bebas berusaha untuk menghasilkan sesuatu yang baik bagi dirinya dan
keluarganya. Asas ini juga mengandung arti bahwa setiap orang
mempunyai kesempatan yang sama untuk berusaha tanpa batasan,
kecuali yang telah ditentukan batasannya (dilarang) oleh hukum Islam

20
12. Asas mendapatkan hak karena usaha dan jasa
Asas ini mengandung makna bahwa seseorang akan memperoleh
suatu hak, misalnya berdasarkan usaha dan jasa baik yang dilakukannya
sendiri maupun yang diusahakannya bersama-sama dengan orang lain.
Usaha dan jasa yang dilakukan haruslah usaha dan jasa yang baik,
bukan usaha dan jasayang mengandung unsur kejahatan keji dan kotor.
Usaha dan jasa yang dilakukan melalui kejahatan, kekejian, dan
kekotoran tidak dibenarkan oleh hukum Islam.

13. Asas perlindungan hak


Asas Ini mengandung arti bahwa semua hak yang diperoleh
seseorang dengan jalan yang halal dan sah harus dilindungi. Apabila hak
itu dilanggar oleh salah satu pihak dalam hubungan perdata, maka pihak
yang dirugikan berhak untuk menuntut pengembalian hak itu atau
menuntut kerugian kepada pihak yang merugikannya.

14. Asas hak milik berfungsi sosial


Asas ini menyangkut pemanfaatan hak milik yang dimiliki oleh
seseorang menurut hukum, Islam hak milik tidak boleh dipergunakan
hanya untuk kepentingan pribadi pemiliknya, tetapi juga harus diarahkan
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial. Agama Islam mengajarkan
bahwa harta yang telah dikumpulkan oleh seseorang dalam jumlah yang
cukup mencapai nisab, wajib dikeluarkan zakatnya untuk menyantuni
golongan masyarakat, antara lain fakir miskin, yang disebut mustahik
zakat, sebagaimana yang tercantum dalam surat at-taubah (9) ayat 60:

21
Artinya:  Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk
(memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang
berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana.

15. Asas yang beritikad baik harus dilindungi


Asas ini berkaitan erat dengan asas lain yang menyatakan bahwa
orang yang melakukan perbuatan tertentu bertanggung jawab atas risiko
perbuatannya. namun, jika ada pihak yang melakukan suatu hubungan
perdata tidak mengetahui cacat yang tersembunyi dan mau punya itikad
baik dalam hubungan perdata, maka kepentingannya harus dilindungi,
dan ia berhak menuntut sesuatu Jika dia dirugikan karena itikad baiknya
itu.

16. Asas resiko dibebankan pada harta, tidak pada pekerja


Asas ini mengandung penilaian yang sangat tinggi terhadap kejadian
pekerjaan, yang berlaku terutama di perusahaan-perusahaan yang
merupakan persekutuan antara pemilik modal (harta) dan pemilik tenaga
(kerja). Jika perusahaan merugi Maka menurut asas ini, kerugian hanya
dibebankan pada pemilik modal atau harta saja, tidak pada pekerjaannya.
Ini berarti bahwa pemilik tenaga dijamin haknya untuk mendapatkan upah
sekurang-kurangnya untuk jangka waktu tertentu setelah ternyata
perusahaan menderita kerugian.

17. Asas mengatur dan memberi petunjuk


Sesuai dengan sifat hukum keperdataan pada umumnya dalam
hukum Islam berlaku asas yang menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan
hukumperdata kecuali yang bersifat ijbari karena ketentuannya telah kota
hanyalah bersifat mengatur dan memberi petunjuk kepada orang-orang

22
yang akan memanfaatkannya telah mengadakan hubungan perdata para
pihak dapat memilih ketentuan lain berdasarkan kesukarelaan asal
ketentuan itu tidak bertentangan dengan ketentuan yang ada dalam
hukum Islam (syara')

18. Asas tertulis atau diucapkan di depan saksi


Asas ini mengandug makna bahwa hubungan perdata selayaknya
dituangkan dalam perjanjian tertulis dihadapan para saksi hal ini sesuai
dengan Firman Allah dalam surat Al-Baqarah 2 ayat 282 :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu


bermu'amalah35tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis

23
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya
atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan,
Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak
ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksisaksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan
(memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu
jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada
dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya
hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada
Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

2.1.5 Hikmah Muamalah dalam Islam


Adanya prinsip, adanya aturan tersebut semata karena Allah sangat menyayangi
kita, hamba-hamba-Nya. Allah pun lebih tahu mana yang terbaik bagi kita, daripada
orang tua atau pun diri kita sendiri.
Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 216, Allah SWT berfirman:
‫ ٌّر لَ ُك ْم ۗ َوهَّللا ُ َي ْعلَ ُم َوَأ ْن ُت ْم اَل‬D‫ش‬ َ ‫ ٰى َأنْ ُت ِح ُّبوا‬D‫س‬
َ ‫و‬Dَُ ‫ ْيًئ ا َوه‬D‫ش‬ َ ‫س ٰى َأنْ َت ْك َرهُوا‬
َ ‫ ٌر لَ ُك ْم ۖ َو َع‬D‫و َخ ْي‬Dَُ ‫ش ْيًئ ا َوه‬ َ ‫ِب َعلَ ْي ُك ُم ا ْلقِ َتال ُ َوه َُو ُك ْرهٌ لَ ُك ْم ۖ َو َع‬
َ ‫ُكت‬
َ‫َت ْعلَ ُمون‬
Artinya:

24
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang
kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Dalam bermuamalah sesuai syariat Islam, tersirat  makna  yang mengandung sifat tolong
menolong. Sifat ini sangat dianjurkan sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2
berikut ini:

‫هّٰللا‬ ‫ُ هّٰللا‬
ِ ‫ش ِد ْي ُد ا ْل ِع َقا‬
‫ب‬ َ َ َّ‫َ ۗ اِن‬ ‫َو َت َع َاو ُن ْوا َعلَى ا ْلبِ ِّر َوا ل َّت ْق ٰوى  َۖ واَل َت َع َاو ُن ْوا َعلَى ااْل ِ ْث ِم َوا ْل ُعدْ َوا ِن  َۖ وا َّتقوا‬

Artinya:

“Tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong


dalam  berbuat dosa dan permusuhan. Bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya
sangat berat siksanya Allah.”

Ayat tersebut menjadi penguat adanya muamalah,  yang mana Allah memberikan
perintah kepada hambanya yang beriman agar saling tolong-menolong dalam kebaikan

Perintah Allah tersebut seiring dengan perintah-perintah Allah lainnya yang mewajibkan
kita untuk hidup dengan saling menolong. Menopang dan tidak hanya mementingkan
kepentingan diri sendiri.

25
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Dalam masalah muamalat, adat kebiasaan bisa dijadikan dasar hukum dengan

syarat hubungan keperdataan tersebut tidak dilarang oleh al-qur’an dan as-sunnah. Ini

berarti Islam membuka pintu selebar-lebarnya kepada pihak –pihak yang

berkepentingan untuk mengembangkan dan menciptakan bentuk dan macam-macam

transaksi baru sesuai dengan perkembangan zaman sepanjang itu tidak merugikan diri

sendiri dan orang lain.

Selain itu dalam transaksi-transaksi muamalat, yang menjadi acuannya adalah

terciptanya unsur kemaslahatan yang mengandung makna bahwa hubungan itu

mendatangkan kebaikan, berguna dan berfaedah bagi kehidupan pribadi dan

masyarakat.

26
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012 ),3. 3 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2013),3.

Amin Muchtar, (http://www.sigabah.com/beta/hukum-bisnis-melalui-mlm/, 21 April 2015)


diunduh pada 9 juni 2016 pukul 11:40

http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-multi-level-marketing_25.html, Wester, rabu


09 mei 2012,

http://westar-holligant.blogspot.co.id/2012/05/makalah-mlm syariah.html, diunduh pada


senin,

http://www.stiualhikmah.ac.id/index.php/artikel-ilmiah/116-fatwa-mui-mengenai-mlm,

Budihardjo, "panduan praktis menyusun SOP Standard Operating Procedure", (Jakarta


: Raih Asa Sukses, 2014), 7. 45 Arini, ―Mudah Menyusun SOP‖,(Jakarta: Penebar
Plus, 2014), 11.

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-muamalah/

https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/

http://etheses.iainkediri.ac.id/2377/3/931203915%20bab2.pdf

27
28

Anda mungkin juga menyukai