Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH AGAMA ISLAM

MANUSIA MENGENAL ALLAH (MAKRIFATULLAH)

Disusun Oleh :

SRI WAHYUNI

NIM : 2202030042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya dengan sangat sederhana. Semoha makalah ini dapat
dipergunakan sebagai satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
administrasi Pendidikan dan profesi keguruan.

Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik
secara teknis maupun materi mengingat minimnya kemampuan yang dimiliki.
Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak dibutuhkan
demi penyempurnaan makalah ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-
pihak yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan setimpal
kepada mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan
itu sebagai ibadah. Amin Ya Rabbal Alamin.

Pekanbaru 17 Oktober 2022

SRI WAHYUNI

NIM 2202030042

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………….1
Daftar Isi………………………………………………………………………..2
Bab 1 (Pendahuluan)……………………………………………………………3
Bab 2 (Pembahasan)…………………………………………………………….5
Bab 3 (Penutup)…………………………………………………………………28
Daftar Pustaka..…………………………………………………………………29

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan
mengadakan hubungan dengan Dia melalui serangkaian kegiatan ibadah
yang sesuai dengan ajaran agama itu.
Sudah menjadi kodrat manusia sebagai ciptaan Tuhan. Sejatinya, manusia
adalah makhluk yang lemah, manusia tidak dapat hidup tanpa adanya
perlindungan dari Tuhannya. Dengan agama yang dimiliki, manusia akan
memperoleh perlindungan dengan menjalin hubungan dengan Tuhannya.
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik, makhluk yang paling unik,
dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna,
seperti yang dinyatakan Allah di dalam Al Qur’an Surat At Tiin (95); ayat
4:

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang
dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?

Dapat disimpulkan bahwa agama sangat perlu bagi manusia, terutama bagi
orang yang berilmu.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas penyusun dapat merumuskan masalah, sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan manusia dengan alam semsesta ?
2. Bagaimana manusia menurut agama Islam ?
3. Bagaimana agama dalam arti dan ruang lingkupnya ?
4. Bagaimana hubungan manusia dengan agama ?

3
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan manusia dengan alam semesta.
2. Untuk mengetahui manusia menurut agama Islam.
3. Untuk mengetahui agama dalam arti dan ruang lingkupnya.
4. Untuk mengetahui hubungan manusia dengan agama.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. MANUSIA DAN ALAM SEMESTA


Sesungguhnya dilihat dari sudut pandang manusia, yang ada adalah Allah
dan Alam Semesta. Allah pencipta, sedang alam yang diciptakan. Alam
adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindera, perasaan,
dan pikiran, kendatipun samar-samar. Mulai dari partikel atau zarrah
yakni bagian dari benda yang sangat kecil dan berdimensi samapi kepada
jasad (tubuh) yang besar-besar, dari yang inorganik sampai pada yang
organik, dari yang paling sederhana susunan tubuhnya sampai kepada
yang kompleks (rumit, saling berhubungan) seperti tubuh manusia. Ruang
dan waktu (space and time) adalah alam. Juga manusia termasuk alam atau
bagian alam semesta (Osman Raliby).

Sebelum Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama, alam


semesta telah diciptakan-Nya dengan tatanan kerja yang teratur, rapi dan
serasi. Keteraturan, kerapian, dan keserasian alam semsta dapat dilihat
pada dua kenyataan. Pertama, berupa keteraturan, kerapian, dan keserasian
dalam hubungan alamiah antara bagian-bagian di dalamnya dengan pola
saling melengkapi dan mendukung. Perhatikan misalnya apa yang
diberikan matahari untuk kehidupan alam semesta. Selain berfungsi
sebagai penerang di waktu siang, matahari juga berfungsi sebagai salah
satu sumber energi dan kehidupan. Dari pancaran dan gerak edarannya
yang bekerja menurut ketentuan Allah, manusia dapat menikmati
pertukaran musim, perbedaan suhu antara satu wilayah denga wilayah lain.
Semua keteraturan dan ketentuan yang dikerjakan sistim keeja matahari
itu, pada perkembangannya kemudian membentuk sistim keteraturan dan
ketentuan lain yang telah ditetapkan oleh Allah. Ingatlah, misalnya iklim
suatu daerah yang berpengaruh pada keanekaan potensi alam, jenis flora

5
dan fauna yang tumbuh dan ada di daerah itu. Kedua, keteraturan yang
ditugaskan kepada malaikat untuk menjaga dan melaksanakannya (Basofi
Soediman, 1995:1).

Kedua hal itulah yang kemudian membuat keserasian, kerapian, dan


keteraturan yang kita yakini sebagai sunnatullah yakni ketentuan dan
hukum yang ditetapka Allah. Melalui sunnatullah inilah, bumi dan alam
semesta dapat bekerja secara sistematik (menurut suatu cara yang teratur
rapi) dn berkesinambungan, tidak berubah-ubah, tetap saling berhubungan,
berketergantungan dan sekaligus secara dinamis saling melengapi.
Perhatikanlah, misalnya bagaimana matahari bekerja menurut ketentuan
Allah. Sejak diciptakannya sampai akhir zaman, Insya Allah, matahari
tetap berada pada titik pusat tata surya yang berputar mengelilingi
sumbunya. Dalam proses itu, menurut para ahli, gerak matahari selalu
ketinggalan 3 menit 56 derik dari bintang-bintang yang ada di tata surya.
Karena keterlambatan itu, dalam waktu 365 hari (jumlah hari dalam satu
tahun) matahari sudah melintasi sebuah lingkaran besra penuh di langit.

Setiap waktu, secara teratur dan tetap matahari menyiramkan energinya


kepada alam semesta tanpa bergeser daro prosisi yang ditetapkan Allah
baginya. Bumi, sebagai bagian alam semesta, menyerap sinar matahari
yang turun secara tetap, tidak berubah-ubah. Menurut para ahli, sebesa
seperdua milyar bagian dari seluruh pancaran matahari yang meluncur ke
bumi.

Dari satu bagian tata surya yang sama, dapat dilihat kenyataan, bagainama
luar biasanya keteraturan, karapian, keserasian dan keseimbangan yang
ada pada ciptaan Allah. Tanpa ketepatan (presisi) yang sangat cermat
(akurat), mustahil bumi, sebagai bagian tata surya dapat mendukung
kehidupan dengan keseimbangan yang serasi. Sistem alam seperti inilah
secara faktual membuat para ahli ilmu falak dapat meramalkan berbagai
peristiwa alam seperti gerhana matahari dan bulan, pergantian musim,

6
prakiraan cuaca dan sebagainya yang sangat bertautan dengan ketentuan-
ketentuan yang telah menjadi hukum dalam sistem alam semesta (Basofi
Soedimen, 1995:2-3).

Dalam lingkup yang lain, bisa pula dilihat bagaimana Sunnatullah


(ketetapan atau ketentuan-ketentuan Allah) berlaku pada benda atau
makhluk lain yang sepintas lalu dianggap tidak berguna, namun ternyata
bermanfaat dan memengaruhi benda atau makhluk lain. Lihatlah,
bagaimana tumbuh-tumbuhan yang membusuk atau kotoran hewan yang
memiliki Sunnatullah pada dirinya berguna sebagai pupuk yang
menumbuhkan tanaman.

Demikian kekuasaan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya yang


menyebabkan masing-masing bagian alam ini berada dalam ketentuan
yang teratur rapi, hidup dalam suatu sistem hubungan sebab akibat.
Sampai ke benda yang sekecil apa pun, ketentuan Allah ada dan berlaku,
baik secara mikrokosmetik (berlaku terbatas pada benda kecil itu) maupun
skala makrokosmetik (sistem yang menyeluruh) suatu benda atau zat
membentuk Sunnatullah baru melalui jalinan hubungan yang dibentuknya
(Basofi Soediman, 1995:4).

Sunnatullah atau hukum Allah yang menyebabkan alam semesta selaras,


serasi, dan seimbang dipatuhi sepenuhnya oleh partikel atau zarrah yang
menjadi unsur dalam semesta itu. Ada tiga sifat utama Sunnatullah yang di
singgung dalam al-Quran yang dapat ditemukan oleh ahli ilmu
pengetahuan dalam penelitian. Ketiga sifat itu adalah (1) pasti, (2) tetap,
dan (3) objektif (Imaduddin Abdulrahim, 1966:30).

Sifat Sunnatullah pertama adalah pasti atau tentu disebut pada ujung ayat 2
al-Quran. Surat 25 (al-Furqan) :

7
Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya),
dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya.
Di penghujung ayat 3 surat 65 (at-Talaq) Allah berfirman :

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan


barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu.
Sifat Sunnatullah yang pasti, tentu itu menjamin da memberi kemudahan
kepada manusia membuat rencana. Seseorang yang memanfaatkan.
Sunnatullah dalam merencanakan satu pekerjaan besar, tidak perlu ragu
akan ketetapan perhitungannya.karena kalau dia bekerja menurut
Sunnatullah, Allah menjamin ketentuan-letentuan yang sudah pasti itu,
bisa melihat hasil pekerjaan yang dilakukannya. Karena itu pula,
keberhasilan suatu pekerjaan (usaha atau amal) dapat diperkirakan terlebih
dahulu. Jika dalam pelaksanaan suatu rencana atau pekerjaan ternyata
orang itu kurang atau tidak berhasil, dapat dipastikan perhitungannyalah
yang salah bukan kepastian atau ketentuan yang terdapat dalam
Sunnatullah. Manusia yang slah membuat suatu perhitungan atau
perencanaan dengan mudah dapat menelusuri kesalahan perhitungan dalan
perencanaannya.

Pernyataan tersebut di atas didukung oleh sifat Sunnatullah kedua yaitu


tetap, tidak berubah-ubah. Sifat ini terdapat dalam bagian ayat 115 surat
AlAnam(6):

8
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quraan) sebagai kalimat yang
benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat- kalimat-
Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.

Dalam bagian ayat 77 surat Al-Isra (17) :

(Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap


rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu [864]
dan tidak akan kamu
dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu.

Sifat Sunnatullah yang ketiga adalah objektif. Sifat ini tergambar pada
firman Tuhan dalam bagian ayat 105 surat Al-Anbiya (21) :

Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam)
Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang
saleh.
Sunnatullah adalah kebenaran objektif, berlaku bagi siapa saja dan di mana
saja. Apa atau siapa saja yang tidak mengikuti Sunnatullah bahkan
melanggar akan mendapat hukuman, apa pun alasan pelanggaran itu,
termasuk kebodohan dan kealpaan di dalamnya (Imaduddin Abdulrahim,
1966:26-35).

9
Alam semesta yang mengandung dan patuh kepada hukum, ketetapan dan
ketentuan yang disebut Sunnatullah itu, berasal dari suatu masa yang
kemudian berdiferensi menjadi benda-benda langit. Benda-benda langit itu
membentuk gugus bimasakti. Jumlah gugus itu tidak terhitung banyaknya.
Benda-benda langit, baik berkelompok atau sendiri-sendiri bergerak secara
teratur, arahnya tetap, kecepatannya cepat pun tetap pula seperti yang
tertera pada firman Allah yakni surat Yasin (36):40 :

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak


dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
dan suran Luqman (31) ayat 20 :

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk


(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu ni'mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara
manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu
pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.

Demikianlah alam semesta diciptakan Allah dengan hukum-hukum yang


berlaku baginya yang (kemudian) diserahkan-Nya kepada manusia untuk
dikelola dan dimanfaatkan. Manurut agama Islam, manusia selain sebagai
abdi diberi kedudukan sebagai khalifah yang mengelola dan
memanfaatkan alam semesta terutama “mengurus” bumi ini. Agar dapat
menjalankan kedudukannya, manusia diberi bekal berupa potensi berupa

10
akal yang melahirkan berbagai ilmu. Ketika Adam sebagai manusia
diangkat menjadi khalifah di bumi, Allah megajarkan kepadanya ilmu
pengetahuan tentang “nama-nama (benda). “Dalam bagian pertama ayat 31
surat Al-Baqarah (2) :

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)


seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!"
Pengetahuan yang diajarka Allah kepada Adam ini merupakan keunggulan
komperatif manusia dari makhluk-makhluk lainnya. Dan, untuk
pelaksanaan kedudukannya sebagai khalifah itu, manusia akan dimintai
pertanggungjawaban di akhirat kelak. Manusia akan ditanya apakah dalam
menjalankan “amanat” yang dipercayakan kepadanya itu, ia mengikuti dan
mematuhi pola dan garis-garis besra kebijaksanaan yang diberika
kepadanya melalui para nabi dan rosul yang termuat dalam ajaran agama.

B. MANUSIA MENURUT AGAMA ISLAM

Manusia adalah makhluk yang sanagat menarik. Oleh karena itu ia telah
menjadi sasaran studi sejak dahulu , kini dan kemudian hari. Para ahli
telah mengkaji manusia menurut bidang studinay masing – masing , tetapi
sampai sekarang para ahli masih belum mencapai kata sepakat tentang
manusia . Terbukti dari banyaknya penamaan manusia , misalnya homo
sapien ( manusia berakal ), homo economicus ( manusia ekonomi ) yang
kadang kala disebut economic animal ( binatang ekonomi ), dan
sebagainya, Al- Qur’an tidak menggolongkan manusia ke dalam
kelompok binatang selama manusia mempergunakan akalnya dan karunia
Tuhan lainnya.

11
Di dalam Al-Qur’an manusia disebut antara lain dengan:

1. bani Adam (QS. Al Isra (17) : 7 )

‫ ْد ُخلُوا‬Oَ‫وهَ ُك ْم َولِي‬OO‫و ُءوا ُو ُج‬O‫ َر ِة لِيَ ُس‬O‫ ُد اآْل ِخ‬O‫ِإ ْن َأحْ َس ْنتُ ْم َأحْ َس ْنتُ ْم َأِل ْنفُ ِس ُك ْم ۖ َوِإ ْن َأ َسْأتُ ْم فَلَهَا ۚ فَِإ َذا َجا َء َو ْع‬
‫ْال َم ْس ِج َد َك َما َدخَ لُوهُ َأ َّو َل َم َّر ٍة َولِيُتَبِّرُوا َما َعلَوْ ا تَ ْتبِيرًا‬

Artinya : Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi
dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi
dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang
kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-
muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-
musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. 

2. Basyar QS. Al Khafi (18) :110)

ً‫ي َأنَّ َما ِإلَهُ ُك ْم ِإلَهٌ َوا ِح ٌد فَ َمن َكانَ يَرْ جُو لِقَاء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َملْ َع َمال‬
َّ َ‫قُلْ ِإنَّ َما َأنَا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْم يُو َحى ِإل‬
١١٠﴿ ً‫صالِحا ً َواَل يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه َأ َحدا‬ َ

Artinya : Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia


seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”. “Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya“.

3. Al-Insan ( QS. Al Insan (76):1 )

Artinya : Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa,
sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?

12
4. An-nas (QS.An-Nas (14):1)

ِ َّ‫قُلْ َأعُو ُذ بِ َربِّ الن‬


‫اس‬

Artinya: Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara


dan menguasai) manusia. 

Bertolak dari rumusan singkat itu , menurut ajaran Islam , manusia ,


dibandingkan dengan makhluk lain , mempunyai berbagai ciri, antara lain
ciri utamanya adalah :

1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik ,


ciptaan Tuhan yang paling sempurna, (QS. At –Tiin (95):4) :

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang
dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
Manusia , sebagai makhluk , karena itu seyogyanya menyadari
kelemahannya . Kelemahan manusia berupa sifat yang melekat pada
dirinya disebutkan Alloh dalam Al-Qur’an , diantaranya adalah
melampaui batas (QS.Yunus (10):11) :

Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia


seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah
diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak
mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam
kesesatan mereka.

Zalim (bengis, kejam, tidak menaruh belas kasihan , tidak adil,


aniaya ) dan mengingkari karunia Alloh (QS.Al -Ibrahim (14):34) :

13
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala
apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung
ni'mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari
(ni'mat Allah).
Tergesa-gesa (QS.Al- Isra (17):11) :

Dan manusia mendo'a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo'a


untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.
Suka membantah (QS.Al-Kahfi (18):54) :

Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia


dalam Al Quran
Berkeluh kesah dan kikir (QS.Al-Ma’arij (70):19-20) :

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.

Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.

Ingkar dan tidak terima kasih (QS. Al-Adiyat (100):6) :

14
Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih
kepada Tuhannya.

2. Manusia memiliki potensi ( daya atau kemempuan yang mungkin


dikembangkan ) beriman kepada Alloh.
3. Manusia diciptakan Alloh untuk mengabdi kepada-Nya . Tugas
manusia untuk mengabdi kepada Alloh dengan tegas dinyatakan-Nya
dalam Al-Qur’an surat Az-Zariyat (51):56 :

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya


mereka mengabdi kepada-Ku.

4. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadikan Khalifah-Nya di bumi.


Hal ini dinyatakan Alloh dalam firman-Nya didalam surat Al-
Baqoroh (2):30 :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:


"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui."

15
Manusia mempunyai kedudukan sebagai khalifah (pemegang
kekuasaan Alloh) di bumi itu bertugas memakmurkan bumi dan
segala isinya. Memakmurkan artinya mensejahterakan kehidupan di
dunia ini. Untuk itu manusia wajib bekerja, beramal saleh serta
menjaga keseimbangan alam dan bumi yang didiaminya , sesuai
dengan tuntunan Alloh.
5. Di samping akal , manusia dilengkapi dengan perasaan dan
kemauan atau kehendak . Dengan akal dan kehendaknya manusia
akan tunduk dan patuh kepada Alloh, menjadi muslim,tetapi dengan
akla dan kehendaknya juga manusia dapat tidak percaya , tidak
tunduk dan tidak patuh kepada kehendak Alloh, bahkan
mengingkari-Nya .
6. Secara individual manusia bertanggungjawab atas segala
perbuatannya. Ini dinyatakan Tuhan dalam firman-Nya yang kini
dapat dibaca dalam Al-Qur’an surat At Thur (52) ujung ayat 21 :

Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka


mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu
mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari
pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya.

7. Berakhlak. Berakhlak adalah ciri utama manusia dibandingkan


dengan makhlik lain. Artinya , manusia adalah makhluk yang diberi
Alloh kemempuan untuk membedakan yang baik dengan yang
buruk.
Setelah menguraikan rumusan tentang manusia di atas kini kita catat
pula asal-usulnya.Di dalam Al-Qur’an Alloh menyebutkan dari apa

16
manusia diciptakan , dari bahan apa manusia berasal. Di dalam Surat Al
An’am (6):2 :

Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya


ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya
(yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu
(tentang berbangkit itu).
Di tempat lain Alloh menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari
lumpur (tanah) hitam yang diberi bentuk (QS.Al Hijr (15):26) :

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari


tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Dalam surat Ar Rahman (55) ayat 14 :

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.


Selain dari tanah , Al-Qur’an juga mengatakan dalam beberapa ayat-Nya
menyebutkan bahwa air (yang menjadi asal manusia ) itu adalah air hina
(mani) yang terpencar dari tulang sulbi (pinggang) dn tulang dada (QS.
At Tariq (86):6-7) :

Dia diciptakan dari air yang dipancarkan.

17
Yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada
perempuan.
Dari uraian diatas dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa manusia
berasa dari tanah dan air. Yang dimaksud adalah air mani yang berasal
dari saripati makanan yang timbul di atas tanah .Selain dari air yang
berasal dari saripati tanah , komponen pembentukan manusia adalah ruh
(ciptaan) Alloh.
Dari uraian singkat mengenai asal manusia itu dapat diketahui bahwa
manusia , menurut agama islam ,terdiri dari dua unsure yaitu unsure
material dan unsure immaterial . Unsur material adalah tubuh yang
berasal dari tanah dan air. Unsur immaterial adalah ruh yang yang
berasal dari alam ghaib. Proses kejadian manusia itu secara jelas
disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun (23) ayat 12-14 :

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu


saripati (berasal) dari tanah.

Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim).

18
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
dan surat Al-Sajdah (32) ayat 7,8,9 :

Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan


Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.

Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh


(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur

Dari proses kejadian dan asal manusia m,enurut Al-Qur’an , Ali


Syari’ati sejarawan dan ahli sosiologi islam , mengenukakan
pendapatnya berupa interpretasi tenetang hakikat penciptaan manusia .
Menurut beliau ada simbolisme dalam penciptaan manusia dari tanah
dan dari ruh (ciptaan) Alloh. Makna simbolisnya adalh manusia
memounyai dua dimensi : dimensi ketuhanan,dan dimensi dimensi
kerendahan atau kehinaan. Ali Syari’ati lalu memberikan rumusan
tentang filsafat manusia sebagai berikut : pertama,manusia tiadak saja
sama, tetapi bersaudara .Perbedaan antara persamaan dan persaudaraan

19
adalah jelas . Persamaan menunjuk pada esensi yang identik dalam diri
seliruh umat manusia terlepas dari latarbelakang ras, jenis kelamin, dan
warna kulit. Kedua,terdapat persamaan antara pria dan wanita , karena
mereka berasal dari sumber asal yang sama yakni dari Tuhan,
kendatipun dalam beberapa aspek terdapat perbedaan-perbedaan (karena
kodratnya atau bawaan sejak lahir).Ketiga,manusia mempunyai drajat
lebih tinggi dibandingkan dengan malaikat karena pengetahuan yang di
milikinya.Yang di maksud adalah pengetahuannya tentang nama-
nama.Allah telah mengajarkan nama-nama pada manusia,dan dengan
demikian manusia member nama pada (benda) di
dunianya,menyebutkan segala sesuatu dengan tepat.Keempat,manusia
mempunyai fenomena dualistis: terdiri dari tanah dan roh (ciptaan)
Tuhan.Karena fenomena dualistis itu,manusia bebas untuk
memilih.Dengan kebebasanya,manusia bias kemana saja dapat memilih
apa saja,tetapi harus mempertanggung jawabkan pilihannya itu.
Manusia kalau diamati perjalanan hidupnya,tanpa kecuali,melalui
beberapa tahap. Tahap pertama manusia hidup dan berada dialam ghaib
dimana alam ghaib berada tidak ada manusia yang mengetahuinya
dengan pasti.Manusia seperti telah di kemukakan diatas berasal dari
saripati tanah dan ruh (ciptaan) Tuhan.Tahap kedua kehidupan manusia
sudah dapat di ketahui dengan pasti yakni dalam kandungan manusia
seorang wanita.Lamanya pun hidup didalam rahim di perkirakan sekitar
9 bulan.Tahap ketiga lahirlah janin kea lam dunia.Yang menarik adalah
setiap bayi normal dan sehat akan menangis setelah keluar dari
nkandungan ibunya,sedangkan keluarga yang menanti kehadiranya
tertawa.Makna simbolistangis itu adalah manusia yang baru lahir ke
alam dunia “merasakan tantangan” yang akan dihadapinya berupa suka
duka silih berganti dalam kehidupan di tahap ketiga itu nanti.Dan setelah
sampai waktunya ruh (ciptaan) Allah yang merupakan hakikat manusia
itu dipisahkan malaikat izrail dari tubuh manusia.Terjadilah kematian
yang pada hakikatnya adalah perpisahan ruh dengan jasad yang bersatu

20
pada diri manusia selama waktu tertentu.Masuklah kehidupan manusia
ke tahap keempat . Di alam ini ruh menunggu sanpai dunia kiamat
(berakhir). Setelah itu semua yang pernah hidup di dunia dibangkitkan
untuk diperiksa , dihitung segala perbuatannya selama kehidupan tahap
ketiga , di suatu yempat yang disebut Padang Mahsyar (tempat
dikumpulkan seperti manusia berkumpul disuatu tempat waktu
melakukan ibadah haji di padang Arafah).Orang yang beriman dan
bertakwa , mengikuti pedoman yang diberikan Alloh dan
melaksanakannya , dimasukkan ke dalam janah atau surge. Sebaliknya,
jika manusia tidak beriman dan tidak bertakwa serta tidak melakukan
amal saleh selama hidupnya di dunia dimasukkan ke dalam nar atau
neraka.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa manusia adalah
makhluk ciptaan Alloh yang terdiri dari jiwa dan raga , berwujud fisik
dan ruh (ciptaan) Alloh (QS. Al-Hijr (15):29) :

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh


(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Sebagai makhluk ilahi hidup dan kehidupannya berjalan melalui lima


tahap, masing-masing tahap disebut “alam” yaitu : (1) di alam ghaib,(2)
di alam rahim,(3) di alam dunia ,(4) di alam barzah dan (5) di alam
akhirat yakni alam tahap terakhir hidup dan kehidupan manusia.

21
C. AGAMA : ARTI DAN RUANG LINGKUPNYA

Agama berasal dari bahasa Sansekerta yang erat hubungannya dengan


agama Hindu dan Budha.

Ada bermacam teori mengenai kata agama. Pada mulanya akar kata agama
adalah gam yang mendapat awalan a sehingga menjadi a-gam-a. Akar
tersebut dapat pula mendapat awalan i dengan akhiran yang sama,
sehingga menjadi i-gam-a. Dan mendapat awalan u dengan akhiran yang
sama, sehingga menjadi u-gam-a. Dalam bahasa bali, ketiga bahasa
tersebut mempunyai makna sebagai berikut;

1. Agama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan


raja.
2. Igama artinya peraturan, tata cara, upacara dalam berhubungan dengan
dewa-dewa,
3. Ugama artinya peraturan, tata cara dalam berhubungan dengan sesama
manusia.

Dalam bahasa Belanda terdapat kata ga,gaan dan dalam bahasa Inggris
kata go yang artinya sama dengan gam yaitu pergi. Namun setelah
mendapat awalan a pengertian tersebut berubah menjadi jalan.

Kata jalan sebagai perubahan arti pergi juga terdapat dalam agama Shinto
(Jepang), Budha menyebut undang-undang pokonya :jalan. Dalam agama
islam terdapat kata syari’at dan tariatknya artinya jalan.

Selain arti yang disebutkan di atas, menurut teori, ada beberapa arti lain
yang terkandung dalam kata agama yaitu tradisi. Yang dimaksud adalah
tradisi atau kebiasaan dalam agama Hindu dan Budha.

Setelah agama islam datang ke Indonesia, masyarakat yang berbahasa


melayu mempergunakan kata ag ama untuk menunjukkan sistem
ajaran yang dibawa oleh islam. Sistem dan ruang lingkup ajaran agama
islam berbeda dengan sistem ajaran agama Hindu dan Budha. Ajaran

22
agama Islam tidak berasal dari tradisi, tetapi dari Alloh melalui wahyu-
Nya yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan
dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain dalam lingkungan
masyarakat, dan dengan lingkungan hidupnya.

Dalam bahasa aslinya agama islam disebut din, tetapi mulai timbul
kerancuan pengertian karena lambing yang biasa dipakai dalam agama
Hindu dan Budha dipergunakan untuk din al Islam yang memiliki sistem
ajaran dan ruang lingkup yang sangat berbeda dengan agama yang
mendahuluinya.

Kedatangan agama islam ke Indonesia kemudian disusul oleh agama


Nasrani dan timbul istilah baru yang menunjukkan sistem dan ruang
lingkup agama Nasrani. Istilah tersebut adalah religion yang berasal dari
bahasa Latin relegere mempunyai arti berpegang pada norma-norma.
Istilah religion kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi religi.

Bagi orang Eropa, religion hanya mengatur hubungan tetap atau vertikal
antara manusia dengan Tuhan saja, tetapi menurut ajaran Islam, istilah dini
yang tercantum dalam Q.S. al-Maidah(5): 3 ُ‫ير‬ ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ ْن ِز‬ ْ ‫رِّ َم‬
‫ا ُذبِ َح‬OO‫ا َذ َّك ْيتُ ْم َو َم‬OO‫َو َما ُأ ِه َّل لِ َغي ِْر هَّللا ِ بِ ِه َو ْال ُم ْن َخنِقَةُ َو ْال َموْ قُو َذةُ َو ْال ُمتَ َر ِّديَةُ َوالنَّ ِطي َحةُ َو َما َأ َك َل ال َّسبُ ُع ِإال َم‬
َ ‫وْ َم يَِئ‬OOَ‫ق ْالي‬
‫وْ هُ ْم‬O ‫رُوا ِم ْن ِدينِ ُك ْم فَال ت َْخ َش‬O َ‫س الَّ ِذينَ َكف‬ ٌ O ‫الم َذلِ ُك ْم فِ ْس‬
ِ ‫األز‬O ْ Oِ‫ ُموا ب‬O ‫ب َوَأ ْن تَ ْستَ ْق ِس‬ ِ O‫ص‬ ُ ُّ‫َعلَى الن‬
‫طُ َّر فِي‬O‫اض‬ ْ ‫يت لَ ُك ُم‬
ْ ‫ا فَ َم ِن‬Oً‫ال َم ِدين‬O‫اإلس‬ ُ O‫ض‬ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َو َر‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوَأ ْت َم ْم‬
ُ ‫وْ َم َأ ْك َم ْل‬Oَ‫اخ َشوْ ِن ْالي‬
ْ ‫َو‬
ْ ‫ف‬
)٣( ‫إلث ٍم فَِإ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬ َ ‫َم ْخ َم‬
ٍ ِ‫ص ٍة َغ ْي َر ُمتَ َجان‬

Artinya : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,


dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas nama Allah, yang
tercekik, yang dipukul, yang jatuh (dari tempat tinggi), yang ditanduk, dan
yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan
(diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan
pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu
perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk

23
(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka,
tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan
agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah
Aku ridhai Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena
lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

Mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhan (vertikal) dan


hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat, termasuk dirinya
sendiri dad lingkungan hidupnya (horizontal). Kedua tata hubungan ini
hablum minallah wa hablum minannas (Q.S. al-Imran (3): 112)

‫ت‬ ُ ‫ب ِمنَ هَّللا ِ َو‬


ْ َ‫ ِرب‬O‫ض‬ ٍ O‫َض‬َ ‫ا ُءوا بِغ‬Oَ‫اس َوب‬ ِ َّ‫ت َعلَ ْي ِه ُم ال ِّذلَّةُ َأ ْينَ َما ثُقِفُوا ِإاَّل بِ َح ْب ٍل ِمنَ هَّللا ِ َو َح ْب ٍل ِمنَ الن‬ ْ َ‫ُرب‬ِ ‫ض‬
‫وْ ا‬O‫َص‬َ ‫ا ع‬OO‫ك بِ َم‬ َ Oِ‫ق ۚ ٰ َذل‬ ِ O‫ا َء بِ َغ ْي‬OOَ‫ونَ اَأْل ْنبِي‬OOُ‫ت هَّللا ِ َويَ ْقتُل‬
ٍّ O‫ر َح‬O َ ِ‫َعلَ ْي ِه ُم ْال َم ْس َكنَةُ ۚ ٰ َذل‬
ِ ‫ا‬OOَ‫رُونَ بِآي‬Oُ‫انُوا يَ ْكف‬OO‫ك بَِأنَّهُ ْم َك‬
Oَ ‫َو َكانُوا يَ ْعتَد‬
‫ُون‬

Artinya : Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali


jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian)
dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah
dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir
kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang
benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui
batas. 

Merupakan komponen yang berjalan dan terjalin di dalam sistem ajaran


islam.

Kita harus menghormati pemeluk agama yang sistem dan ruang


lingkupnya berbeda, namun perlu ditegaskan bahwa persamaan istilah
dalam agama tidak dijadikan alasan untuk mengatakan semua agama
adalah sama.

24
Menurut Paul Tillich, setiap orang yang beragama selalu berbeda dalam
keadaan involved (terlibat) dengan agama yang dianutnya. Menurut prof.
Rasjidi, manusia yang beragama itu “aneh”, ia melibatkan diri dengan
agama yang dipeluknya dan mengikatkan dirinya kepada Tuhan. Tetapi
bersamaan dengan itu ia merasa bebas, karena bebas menjalankan sesuatu
menurut keyakinannya. Ia tunduk kepada Yang Maha Kuasa, tetapi ia
merasa dirinya terangkat karena mendapat kesleamatan. Keselamatanlah
yang menjadi tujuan akhir kehidupan manusia dan keselamatan itu akan
diperoleh melalui pelaksanaan keyakinan agama yang ia anut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa agama adalah kepercayaan kepada Tuhan


yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui
upacara, menyembah dan permohonan, dan membentuk sikap hidup
manusia menurut ajaran agama tersebut.

D. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AGAMA

Dalam masyarakat sederhana banyak peristiwa yang terjadi dan


berlangsung di sekitar manusia dan di dalam diri manusia, tetapi tidak
dipahami oleh mereka. Yang tidak dipahami itu dimasukkan ke dalam
kategori gaib. Karena banyak hal atau peristiwa gaib ini menurut pendapat
mereka, meraka merasakan hidup dan kehidupan penuh dengan kegaiban.
Menghadapi peristiwa gaib ini mereka merasa lemah tidak berdaya. Untuk
mengautkan diri, merela mencari perlindungan pada kekuatan yang
menurut anggapan mereka menguasai alam gaib yaitu dewa atau Tuhan.
Karena itu hubungan mereka dengan para dewa atau Tuhan menjadi akrab.
Keakraban hubungan dengan dewa-dewa atau Tuhan itu terjalin dalam
berbagai segi kehidupan : social, ekonomi, kesenian,dan sebagainya.
Kepercayaan dan system hubungan manusia dengan para dewa atau Tuhan
itu membentuk agama. Manusia, karena itu, dalam masyarakat sederhana
mempunyai hubungan erat dengan agama. Gambaran ini berlaku di
seluruh dunia.

25
Dalam masyarakat modern yaitu masyarakat yang telah maju, masayarakat
yang telah memahami peristiwa-peristiwa alam dan dirinya melalui ilmu
pengetahuan, ketergantungan kepada kekuatan yang dianggap menguasai
alam gaib dalam masyarakat sederhana menjadi berkurang bahkan di
beberapa bagian dunia menjadi hilang. Perkembangan pemikiran manusia
terhadap diri dan alam sekitarnya menjadi berubah. Timbullah berbagai
teori mengenai hubungan manusia dengan diri dan alam sekitarnya.

Salah satu teori yang banyak mempengaruhi perkembangan ilmu


pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan social, adalah teori August
Comte yang terdapat dalam bukunya yang mashur : Course de la
Philosophie (1842). Ia menyebut tiga tahap perkembangan manusia, yaitu :

a. Tahap Teologik, yaitu tahap pemikiran manusia yang percaya kepada


Tuhan, percaya kepada ajaran agama. Dalam pemikiran teologik ini
manusia belum tahu tentang musabab kejadian di alam ini, tidak tahu
mengenai hal atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
b. Tahap Metafisik, yaitu tahap pemikiran manusia yang percaya pada
ketakutan atau hal-hal non fisik, yang tidak terlihat. Untuk
keselamatan dirinya, dalam tahap ini manusia berusaha menjinakkan
kekuatan-kekuatan non fisik itu dengan sajian-sajian. Dan apabila
pengalaman serta pengetahuan manusia tumbuh dan berkembang lebih
lanjut, tahap pemikirannya pun meningkat ke tingkat yang lebih tinggi.
Pada tingkat atau tahapan nin sepei jaman modern sekarang, manusia
telah mempunyai pengetahuan yang cukup tentang alam dan dirinya
sendiri.
c. Tahap Positif, yaitu tahap pemikiran manusia yang masih tetap percaya
pada Tuhan dan metafisika. Di Eropa dan Amerika cenderung kembali
pada Tuhan atau ajaran agama di penghujung abad XX dan dalam abad
XXI yang akan datang. Sekuralisme yang berasal dari Inggris,
menyeberang ke Eropa dan Amerika serta menjalar ke seluruh dunia,
menopang teori August Comte.

26
Sejarah umat manusia di barat menunjukkan kepada kita bahwa dengan
mengenyampingkan agama dan menempatkan ilmu dan akal manusia
semata-mata sebagai satu-satunya ukuran untuk menilai segala-galanya
(anthropocentrisme yaitu paham yang mejadikan manusia menjadi pusat),
telah menyebabkan berbagai krisis dan malapetaka. Dan karena
pengalaman itu, kini perhatian manusia di bagian dunia itu dan di selururh
dunia kembali kepada agama. Ini disebabkan karena beberapa hal, di
antaranya adalah :
1. Para ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali
berpaling pada agama sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya.
2. Karena harapan manusia kepada otak manusia untuk memecahkan
segala masalah yang dihadapinya pada abad-abad lalu, ternyata tidak
terwujud.
Memang, sains dan teknologi telah memudahkan dan menyenangkan
kehidupan manusia, namun bersamaan dengan itu teknologi itu sendiri
telah mengancam kehidupan manusia yang membuatnya. Dengan panduan
agama, terutama agama yang berasal dari Alloh SWT, teknologi dapat
dikembangkan dan diarahkan untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat bagi
kehidupan, membawa keselamatan dan kebahagiaan umat manusia.
Agama sangat perlu bagi manusia terutama bagi orang yang berilmu, apa
pun disiplim ilmunya. Sebabnya, karena dengan agama ilmunya akan lebih
bermakna.Bagi kita umat Islam, agama yang dimaksud adalah agama yang
kita peluk yaitu agama Islam.

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dengan akal dan ilmu yang dikuasainya manusia akan mampu


menjalankan kedudukannya sebagai khalifah mengelola dan
memanfaatkan alam semesta serta mengurus bumi ini untuk
kepentingan hidup dan kehidupan manusia serta makhluk lain di
lingkungannya.

2. Al Qur’an tidak memandang manusia sebagai makhluk yang tercipta


secara kebetulan, atau tercipta dari kumpulan atom, tapi diciptakan
setelah sebelumnya direncanakan untuk mengemban tugas mengabdi
dan menjadi khalifah di bumi.

3. Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan


mengadakan hubungan dengan Dia melalui ibadah dan membentuk
sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.

4. Agama sangat perlu bagi manusia, terutama bagi yang berilmu. Karena
dengan agama ilmunya akan lebiih bermakna. Bagi kita umat Islam,
agama yang dimaksud adalah agama yang kita peluk yaitu agama
Islam.

28
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad A.K. Muda. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Reality
Publisher.
Anonim, 2011. Konsep Manusia dalam Al Quran
Arifin. 2008. Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Azra, Prof. Dr. Asyurmudi, dkk. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada
Perguruan Tinggi dan Umum. Jakarta : Departemen Agama RI

29

Anda mungkin juga menyukai