Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Menganalisis Konsep Islam Dalam Lingkungan Hidup

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam


Dosen Pengampu : Asep Aomudin, M.Pd.

Disusun oleh:

Muhammad Fachri (604031423051)


Muhammad Herlani Firdaus (604031423044)
Moh. Wildan Fahruroji (604031423089)
Rosikah (604031423067)

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI (PJKR)


STKIP BINA MUTIARA SUKABUMI

Tahun 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalak pendidikan bahasa indonesia dengan judul
“Menganalisis Konsep Islam Dalam Lingkungan Hidup” tepat pada waktnya. Tidak lupa
penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dan
membantu baik pikiran maupun material.

Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan penyusun berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan.

Namun tidak lepas dari semua itu, penyusun menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa ataupun aspek lainnya. Untuk itu penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi untuk
memperbaiki makalah ini.

Sukabumi, 05 November 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................... 4

1. Latar Belakang........................................................................................................................ 4

2. Rumusan Masalah................................................................................................................... 6

3. Tujuan...................................................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................... 7

1. Pengertian Lingkungan Hidup............................................................................................... 7

2. Bagaimana Konsep Islam Dalam Memelihara Lingkungan Hidup.......................................10

3. Dampak Terhadap Terusakan Lingkungan serta Mencrgah dan Mengatasi Pencemaran. 17

BAB III PENUTUP........................................................................................................................... 20

1. Kesimpulan............................................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Islam adalah agama yang komprehensip (syaamil), sempurna (kaamil) dan
menyempurnakan semua sistem yang lain (mutakaamil). Islam mengatur semua sisi
kehidupan manusia. Islam adalah sistem hidup yang diturunkan oleh Yang Maha
Mengetahui dan Maha Bijaksana, hal ini didasarkan pada firman Alah swt : “Pada hari
ini Aku sempurnakan bagimu agamamu dan Aku cukupkan atasmu nikmatku, dan Aku
ridhai Islam sebagai aturan hidupmu” (5: 3). Oleh karena itu, aturan Islam haruslah
mencakup semua sisi yang dibutuhkan oleh manusia dan kehidupannya. Demikian
tinggi, indah dan terperincinya aturan Sang Maha Rahman dan Rahim ini, sehingga
bukan hanya mencakup bagi sisi sesama manusia saja, melainkan juga terhadap alam
dan lingkungan hidupnya.
Jika Islam itu artinya tunduk dan patuh kepada iradah (kehendak) Allah, maka
kehendak-kehendak Allah itu perlu kita kenal dan pelajari agar kita dapat memahami
serta mematuhinya sebagai muslim yang baik (M. Imaduddin Abdurrahim, 2002: 15).
Memahami alam adalah bagian yang tidak terpisahkan agar terjadi keseimbangan dan
keharmonisan antara manusia dengan alam tetap terjamin.
Berkaitan dengan keharmonisan alam ini, Imaduddin melukiskan bahwa kelestarian
dan keharmonisan alam jagat raya ini telah dijamin oleh Allah swt. Selanjutnya Allah
memberikan tantangan bagi manusia agat meneliti andai manusia menemukan cacat,
ketidaksempurnaan atau kerusakan di dalam ciptaan-Nya. Allah berfirman dalam al
Quran (67: 3-4): 1 yang artinya ialah “Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-
lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu
yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang? (4.) Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan
kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun
dalam keadaan payah.”

4
Ayat ini memberikan pemahaman bahwa al Quran sangat menggalakkan manusia
memperhatikan bahkan meneliti alam dan menemukan ayat-ayat yang mengatur
fenomena alam. Ibnu Rusyd mengatakan “alam raya ini adalah kitab Allah pertama
yang diturunan sebelum kitab-kitab lain yang berbentuk kumpulan wahyuNya.” Gejala
alam telah berbicara kepada mereka yang mau mengganti akan ayatayat Allah yang
telah dipatuhi itu (M. Imaduddin Abdurrahim, 2002: 26).
Penciptaan alam raya termasuk lingkungan kosmos manusia (tanah, air dan udara)
telah ditentukan qadar-nya (ukurannya atau ketentuannya) yang harus senantiasa dijaga
dan dilestarikan. Maka, siapa yang merusaknya berarti telah merusak qadar Allah. Hal
ini sebagaimana ditegaskan dalam al-Quran (15: 19-20): “Dan kami Telah
menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan
padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan kami Telah menjadikan untukmu di bumi
keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu
sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya.” Hal ini berarti bahwa masyarakat dunia
membutuhkan peran agama guna menumbuhkan kesadaran otentik dalam diri manusia,
yaitu nilai-nilai agama.
Nilai-nilai ini dipercaya memiliki kemampuan tinggi dalam mempengaruhi sikap
dan perilaku pemeluknya dalam kehidupan. Artinya, pemahaman agama saat ini tidak
lagi berkutak pada masalah-masalah spiritual dan eskatologis, tetapi juga harus beranjak
ke aspek-aspek nyata masyarakat pemeluknya. Dengan nilai-nilai 3 agama, manusia
akan memiliki kecakapan mengatasi dan ketajaman membaca tanda-tanda zaman
berikut kemampuan menciptakan seperangkat nilai untuk melestarikan lewat hukum dan
sejumlah peraturan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, lingkungan sangat berguna bagi kehidupan
manusia. Manusia sangat membutuhkan lingkungan dan berperan dalam lingkungan
hidup. Lingkungan mencakup segala sesuatu yang ada di sekitar manusia. Bahkan
manusia pun dapat dikategorikan sebagai lingkungan hidup. Pembentukan lingkungan
yang baik menjadi tugas dan tanggungjawab manusia. Dalam konteks tulisan ini
fokusnya adalah prinsip-prinsip al Quran tentang lingkungan hidup.

5
2. Rumusan Masalah
a. Pegertian lingkungan hidup
b. Bagaimana konsep islam dalam memelihara lingkungan hidup
c. Dampak terhadap kerusakan lingkungan serta mencrgah dan mengatasi pencemaran

3. Tujuan
Dengan adanya makalah ini pembaca diharapkan dapat menjaga kelestarian
lingkungan hidup dengan baik agar dapat tercapainya keselarasan, keserasian dan
keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup dengan memperhatikan syariat
islam.

6
BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya sebagaimana Firman Allah dalam Qur’an Surat
Al-Baqoroh ayat 164ya “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna
bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering) nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi ;
sungguh terdapat tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.
Lingkungan hidup merupakan dukungan terhadap kehidupan dan kesejahteraan,
bukan saja terhadap manusia, tetapi juga makhluk hidup lain, seperti hewan dan
tumbuhan. Oleh karena seluruh isi alam diperuntukkan bagi kelangsungan hidup dan
kesejahteraan manusia maka tumbuhan dan hewan yang dapat mendukung kedua hal
tersebut harus tetap terjaga kedalam fungsinya sebagai pendukung kehidupan.
Karena lingkungan mempunyai hubungan yang sangat banyak dengan penghuni,
banyak interaksi dan korelasinya. Maka perlu diteliti dengan cermat untuk memperoleh
pengetahuan lengkap tentang kerumitan yang terdapat dalam lingkungan hidup, agar
pengelolaan lingkungan hidup dapat dilaksanakan setepat mungkin. Dapat
mempertahankan produktivitas, dapat menghindarkan perusakan, dapat menjaga
kelestarian demi generasi penerus yang akan mewarisi lingkungan hidup beserta aneka
sumber dayanya. Pengelolaan lingkungan hidup adalah pemanfaatan dan peningkatan
kualitas lingkungan hidup yang dibebankan kepada manusia sebab Allah telah
menciptakan manusia dari bumi (tanah) dan menjadikan manusia sebagai
pemakmurnya.
Amanat Allah yang di bebankan kepada manusia ialah memakmurkan bumi ini
dengan kemakmuran yang mencakup segala bidang, menegakkan masyarakat insani
yang sehat dan membina peradaban insani yang menyeluruh, mencakup semua segi

7
kehidupan sehingga dapat mewujudkan keadilan hukum ilahi di bumi tanpa paksaan dan
kekerasan, tapi dengan pelajaran dan kesadaran sendiri.
Menyadari manusia dicipta dan dibangun dari komponen-komponen tanah dan oleh
karena itu manusiapun bertanggung jawab sebagai pembangun, pemelihara dan
pemakmur tanah. Karena pembangunan itu sendiri adalah bagian penting dari
pengelolaan lingkungan menjangkau menjangkau semua segi lingkungan hidup, oleh
karenanya harus dipilih prioritas pembangunan yang secara strategi mampu menjangkau
sebanyak mungkin segi kehidupan.
Manusia wajib memelihara dan menjaga lingkungan hidup agar tetap lestari dan
alami. Hal ini disebabkan, karena lingkungan menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dala kehidupan manusia. Lingkungan hidup menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun
1997, didefiniikan sebagai “kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup”. Dalam pengelolaan
lingkungan hidup, manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Karena
pengelolaan lingkungan hidup itu sendiri, pada akhirnya ditujukan untuk
keberlangsungan kehidupan manusia di muka bumi ini.
Selanjutnya lingkungan hidup (Human Ecology) menurut H.A. Mattulada (1994)
meliputi makhluk biologis, makhluk bermasyarakat dan sebagai insan budaya. Dapat
dikatakan, lingkungan hidup manusia terdiri atas: lingkungan biofisik, lingkungan
sosial, dan lingkungan budaya. Adapun Yusuf al-Qardhawi (2002) (dalam Jalaluddin,
2008) menilai lingkungan hidup meliputi yang dinamis (hidup) dan yang statis (mati).
Lingkungan dinamis (hidup), lanjut al Qardhawi meliputi wilayah manusia, hewan,
dan tumbuhan. Sedangkan lingkungan statis (mati) meliputi alam (thabi‟ah) yang
diciptakan Allah, dan industri (shinaiyyah) yang diciptakan manusia. Lingkungan statis
ini dapat dibedakan dalam dua kategori pokok. Pertama, bahwa seluruh alam ini
diciptakan untuk kemaslahatan manusia, membantu dan memenuhi semua kebutuhan
mereka. Kedua, bahwa lingkungan dengan seisinya, satu sama lain saling mendukung,
saling menyempurnakan, saling menolong, sesuai dengan sunnah-sunnah Allah yang
berlaku di jagat raya ini.
Di sini terlihat, bahwa “naturnya” lingkungan itu berada dalam sebuah sistem
tatanan yang harmonis. Menurut H.A. Mattulada (1994), saling hubungan dan
ketergantungan antara segenap anasir melahirkan apa yang disebut “sistem lingkungan”
(ecosystem). Suatu sistem yang berlaku pada lingkungan hidup sosial dan lingkungan

8
hidup budaya, sebagai keseluruhan lingkungan hidup manusia. Ketiga lingkungan hidup
(alam fisik, sosial dan budaya) itu pun berada dalam saling berhubungan dan saling
ketergantungan.
Dari pendapat di atas dapatlah disimpulkan bahwa lingkungan itu sebenarnya ada
dua, yaitu lingkungan manusia dan lingkungan selain manusia atau disebut juga
lingkungan alam (hewan, tumbuhan, sosial, benda, daya, keadaan dan termasuk juga
perilaku manusia). Atau dengan kata lain, lingkungan mencakup segala sesuatu yang
berada di sekitar manusia. Bahkan manusia pun dapat dikategorikan sebagai
lingkungan. Pembentukan lingkungan yang baik menjadi tugas dan tanggung jawab
manusia.
Setiap lingkungan memiliki esensi keperluan memelihara kelangsungannya.
Lingkungan bio-fisik, amat ditentukan kelangsungan hidupnya oleh air. Lingkungan
sosial kelangsungannya ditentukan oleh ketertiban hidup dan keteraturan hubungan.
Sedangkan lingkungan budaya kelangsungannya ditentukan oleh kelanjutan adanya
kreatifitas (daya cipta) dari pendukungnya.
Berangkat dari pemahaman ini terlihat peran strategis manusia dalam hubungannya
dengan pelestarian lingkungan. Nilai-nilai ajaran Islam mengakomodasi peran tersebut
dalam konsep Khalifah Allah fi al-Ard . Menurut M. Quraish Shihab (1992), pengertian
khalifah mencakup : 1) orang yang diberi kekuasaan untuk mengelola wilayah luas
ataupun terbatas; dan 2) memiliki potensi untuk mengemban tugasnya, namun juga
dapat berbuat kesalahan dan kekeliruan.
Walaupun memperoleh anugerah status khalifah, namun sebagai makhluk manusia
memiliki kelemahan. Di awal penciptaannya, para malaikat sempat mengendus sifat-
sifat buruk pada manusia yang dinilai berpotensi untuk membuat kerusakan di muka
bumi ( QS, 2: 30). Namun, sesuai dengan kedudukan yang diamanatkan kepadanya,
Sang Khalik menganugerahkan peralatan lengkap kepada manusia. Adam As. sebagai
manusia pertama dianugerahi ilmu pengetahuan (Asma Kullaha) dan teknologi
(„Aradhahum) melalui proses pendidikan langsung dari Allah, seperti dalam al-Quran
(2: 31), sebagai berikut: yang artinya “Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar!"”.
Babakan awal penciptaan manusia ini menggambarkan adanya hubungan antara
tugas kekhalifahan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), serta nilai-nilai

9
imani. Manusia hanya akan mampu melaksanakan tugas kekhalifahan dimaksud, bila
didasarkan pada prinsip utamanya, yakni iman kepada Allah dan kreatifitas yang
bersumber dari ilmu pengetahuan yang ia miliki. Keduanya terangkum dalam kata-kata
kunci amanu dan amil al-shalihat yang mengacu kepada tugas dan tanggungjawab
bersama.
2. Bagaimana Konsep Islam Dalam Memelihara Lingkungan Hidup

Dalam pandangan Islam, manusia ialah makhluk terbaik diantara semua ciptaan Tuhan
dan berani memegang tanggungjawab mengelola bumi, maka semua yang ada di bumi
diserahkan untuk manusia. Oleh karena itu manusia diangkat menjadi khalifah di muka
bumi. Sebagai makhluk terbaik, manusia diberikan beberapa kelebihan diantara makhluk
ciptaan-Nya, yaitu kemuliaan, diberikan fasilitas di daratan dan lautan, mendapat rizki dari
yang baik-baik, dan kelebihan yang sempurna atas makhluk lainnya.
Bumi dan semua isi yang berada didalamnya diciptakan Allah untuk manusia, segala
yang manusia inginkan berupa apa saja yang ada di langit dan bumi. Daratan dan lautan
serta sungai-sungai, matahari dan bulan, malam dan siang, tanaman dan buah-buahan,
binatang melata dan binatang ternak.
Sebagai khalifah di bumi, manusia diperintahkan beribadah kepada-Nya dan diperintah
berbuat kebajikan dan dilarang berbuat kerusakan. Selain konsep berbuat kebajikan
terhadap lingkungan yang disajikan Al-Qur’an seperti dipaparkan di atas, Rasulullah SAW
memberikan teladan untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat
diperhatikan dari Hadist-Hadist Nabi, seperti Hadist tentang pujian Allah kepada orang
yang menyingkirkan duri dari jalan; dan bahkan Allah akan mengampuni dosanya,
menyingkirkan gangguan dari jalan ialah sedekah, sebagian dari iman,dan merupakan
perbuatan baik.
Di samping itu Rasulullah melarang merusak lingkungan mulai dari perbuatan yang
sangat kecil dan remeh seperti melarang membuang kotoran (manusia) di bawah pohon
yang sedang berbuah, di aliran sungai, di tengah jalan, atau di tempat orang berteduh.
Rasulullah juga sangat peduli terhadap kelestarian satwa, sebagaimana diceritakan dalam
Hadist riwayat Abu Dawud. Rasulullah pernah menegur salah seorang sahabatnya yang
pada saat perjalanan, mereka mengambil anak burung yang berada di sarangnya. Karena
anaknya dibawa oleh salah seorang dari rombongan Rasulullah tersebut, maka sang induk
terpaksa mengikuti terus kemana rombongan itu berjalan. Melihat yang demikian,
Rasulullah lalu menegur sahabatnya tersebut dengan mengatakan ”siapakah yang telah

10
menyusahkan induk burung ini dan mengambil anaknya? Kembalikan anak burung
tersebut kepada induknya!”.

Dalam berinteraksi dan mengelola alam serta lingkungan hidup itu, manusia
mengemban tiga amanat dari Allah. Pertama, al-intifa’. Allah mempersilahkan kepada
umat manusia untuk mengambil manfaat dan mendayagunakan hasil alam dengan sebaik-
baiknya demi kemakmuran dan kemaslahatan. Kedua, al-i’tibar. Manusia dituntut untuk
senantiasa memikirkan dan menggali rahasia di balik ciptaan Allah seraya dapat
mengambil pelajaran dari berbagai kejadian dan peristiwa alam. Ketiga, al-islah. Manusia
diwajibkan untuk terus menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan itu.
Sudah sewajarnya apabila Islam menjadi pelopor bagi pengelolaan alam dan
lingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih bagi alam semesta tersebut. Selain
melarang membuat kerusakan di muka bumi, Islam juga mempunyai kewajiban untuk
menjaga lingkungan dan menghormati alam semesta yang mencakup jagat raya yang
didalamya termasuk manusia, tumbuhan, hewan, makhluk hidup lainnya, serta makhluk
tidak hidup. Pelestarian alam dan lingkungan hidup ini tak terlepas dari peran
manusia,kerusakan lingkungkan adalah cerminan dari turunnya kadar keimanan manusia.
Dalam Islam, manusia mempunyai peranan penting dalam menjaga kelestarian alam
(lingkungan hidup). Islam merupakan agama yang memandang lingkungan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari keimanan seseorang terhadap Tuhannya, manifestasi dari
keimanan seseorang dapat dilihat dari perilaku manusia, sebaha khalifah terhadap
lingkungannya. Islam mempunyai konsep yang sangat detail terkait pemeliharaan dan
kelestarian alam (lingkungan hidup).
Sejak penciptaan alam semesta, Allah swt telah memberlakukan sunatullah bagi
ciptaanNya sehingga senantiasa dalam keteraturan dan keseimbangan atau dikenal dengan
“hukum alam”. Secara alamiah, alam akan memperbaiki dirinya sendiri bila terjadi
ketidakseimbangan/ketidakteraturan akibat adanya kerusakan oleh alam itu sendiri dan
manusia.
Tuntunan Islam tentang keseimbangan alam sangatlah jelas sebagaimana firman Allah
swt: “Allah menjadikan tujuh langit, kamu sama sekali tidak melihat sesuatu yang tidak
seimbang/serasi di dalam ciptaan Allah Yang Maha Rahman. Lihatlah berulang kali
dengan teliti, adakah kamu temui sesuatu yang tidak seimbang/serasi” (QS. Al-Mulk: 3).

Petikan ayat di atas menjelaskan bahwa alam semesta yang diciptakan Allah dalam

11
keadaan seimbang dan serasi. Kemudian, firman dalam ayat lain: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah (Adam dari golongan manusia) di muka bumi. Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada malaikat” (QS. Al-Baqarah: 30 dan 31).
Dengan dasar itulah manusia diberikan Allah kemampuan menundukkan alam dan
membangun konsep-konsep ilmiah dari yang bersifat abstrak hingga yang konkret yang
menjadi dasar bagi perkembangan Iptek. Tunduknya alam di bawah kewenangan manusia
dengan izin Allah, tidaklah serta merta memposisikan manusia sebagai penakluk dan alam
sebagai yang ditaklukan. Tetapi kewenangan yang diberikan Sang Khalik adalah
kewenangan untuk memanfaatkan maksud dan tujuan penciptaan alam tersebut.
Kelestarian dan keseimbangan alam ini harus menjadi tolok ukur dalam pembangunan
dan agama menjadi pedomannya. Konsep keseimbangan yang difirmankan Allah swt,
merupakan kunci dari segala keserasian/keteraturan alam. Hukum Fisika, Kimia dan
Biologi yang dinyatakan sebagai temuan pakar Iptek, yang telah mengubah peradaban
manusia pada dasarnya bermula dari konsep keseimbangan Ilahi.
Allah mencipta dan menjadikan alam ini untuk kemaslahatan manusia, untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat baik jumlah maupun jenisnya. Ini
sudah dapat dipastikan membutuhkan sumber daya alam yang tidak sedikit. Tetapi
pemanfatannya haruskan dengan penuh kearifan dan perlu ada usaha memperbaikinya.
Dengan adanya kearifan mengedepankan kelestarian alam, sehingga sumber daya alam
tidak terkuras dan tidak merusak, bahkan justru dapat melestarikan potensi dan fungsi
alam serta memelihara kebutuhan makhluk Tuhan. Akan tetapi segala kegiatan
pembangunan dilakukan menurut hawa nafsu, tentunya akan mendatangkan bencana bagi
manusia.
Allah swt berfirman: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat
perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” (QS. Ar-Ruum: 41). “Apa
saja musibah yang menimpa kamu, disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan itu” (QS. Asy-Syuura: 30).

Peringatan Allah dalam petikan ayat di atas cukup lugas dan keras. Allah akan
menurunkan azab (bencana) di bumi bila manusia yang telah diberi amanah tidak mampu
menjalankan amanah sesuai ketentuanNya, atau malah dengan sombong dan mengikuti
hawa nafsu melakukan pengrusakan di muka bumi dengan dalih melakukan pembangunan.

12
Islam menganjurkan kita memelihara alam dan ekosistemnya. Bila ekosistem terpelihara
dan terjaga baik maka akan memenuhi fungsinya dan mencapai dimaksud serta tujuan
penciptaannya oleh Allah bagi kesejahteraan manusia dan makhluk lain pada masa
sekarang dan mendatang. Tindakan manusia yang cenderung melampui batas dalam
pemanfaatan potensi alam dapat mengakibatkan kerusakan dan menuai bencana.
Larangan merusak lingkungan alam terefleksi dalam konvensi keanekaragaman hayati
yang ditandatangani oleh 153 negara pada Konferensi Rio de Janeiro, Brasil, menitik
beratkan pada larangan merusak habitat hewan, tumbuhan dan lingkungan (alam).
Sebenarnya Islam telah lebih awal mengajarkan agar manusia senantiasa berbuat baik pada
makhluk lain (tumbuhan, hewan dan alam) seperti yang dikisahkan Alquran tentang Nabi
Shalih as, Daud as, Sulaiman as dan Nabi Muhammad saw (santun terhadap tumbuhan,
hewan dan alam).
Rasulullah saw telah menyontohkan bagaimana sikap seorang muslim terhadap
lingkungan, sebagaimana sabdanya: “Wahai prajurit, kalian tidak diperkenankan
membunuh anak-anak dan wanita, musuhmu adalah kaum kafir. Jangan membunuh
unta/kuda dan binatang lain, jangan membakar dan merusak kota, menebang pohon dan
jangan merusak sumber air minum” (HR. Muslim). Hadis ini ketika peristiwa perang
Badar. Sedangkan hadis lainnya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak manusia” (H.R. Mutafakkun ‘alaihi).
Jadi, jelas bahwa Rasulullah saw telah menanamkan nilai-nilai dan konsep kasih
kepada manusia dan makhluk lainnya. Demikian pula paham ecofeminisme yang
berkembang belakangan ini, yang menyatakan bahwa wanita dan anak-anak harus
dilindungi dari kejahatan/kekerasan perang dan juga paham ini melarang keras melakukan
perusakan bumi yang mereka sebut sebagai mother nature.
Konsep Islam tentang pelestarian alam sangat lengkap, jelas dan tegas. Islam lebih
awal mengemukakan, namun umat Islam tertinggal dalam menerapkanya. Sudah saatnya
kita di negeri syariah ini untuk berada di garis depan dalam mengamalkan ajaran Alquran,
Hadis, Ijmak dan Qiyas dalam segala hal, termasuk dalam menjaga kelestarian lingkungan
hidup.
Ada 7 cara menjaga lingkungan sesuai yang dicontohkan Rasulullah agar umat Islam
mampu merawat dan menjaga lingkungan serta kelestarian alam.
a. Larangan untuk Mengeksploitasi dan Memonopoli Sumber Energi

Rasulullah Saw menganjurkan kita tentang pentingnya menggunakan sumber daya

13
alam secara efisien. Semisal dalam penggunaan air, meski air melimpah, Rasulullah
Saw mengajarkan umatnya untuk menghemat penggunaan air. Bisa jadi di suatu
tempat air melimpah, sementara di tempat lain terjadi kekeringan manusia bertikai
untuk berebut air bersih.
Perintah tentang menggunakan sumber daya alam secara efisien ini merujuk pada
sebuah hadis dari Abdullah bin Umar bin Ash bahwasanya Rasulullah Saw berjalan
melewati Saad yang sedang berwudhu dan menegurnya. “Kenapa kamu boros
memakai air?”
Saad balik bertanya, “Apakah untuk wudhu pun tidak boleh boros?”.
Beliau menjawab, “Ya tidak boleh boros meskipun kamu berwudhu di sungai yang
mengalir.” (HR. Ahmad).
Selain itu, Rasulullah Saw juga menganjurkan pemanfaatan sumber energi di muka
bumi untuk kepentingan bersama dan dikelola secara komunal bukan untuk
kepentingan pribadi dan untuk dimonopoli.
b. Senantiasa Menjaga Kebersihan Lingkungan

Rasulullah Saw menganjurkan pentingnya hidup bersih. Hidup bersih diposisikan


sebagian dari iman, maka kesadaran menjaga kebersihan akan mempengaruhi kualitas
keimanan seseorang.
Dalam sebuah hadis menyebutkan dari Saad bin musayyab berkata, Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya Allah baik dan menyukai kebaikan, bersih menyukai
kebersihan, mulia menyukai kemuliaan, murah hati (baik) menyukai kebaikan. Maka
bersihkanlah lingkungan rumahmu Dan janganlah kamu menyerupai orang Yahudi.”
(HR. Turmuzi).
c. Melakukan Penghijauan

Upaya yang memiliki dampak nyata terhadap pengelolaan lingkungan ialah dengan
melakukan penghijauan. Penghijauan memiliki fungsi ekologis yang sangat vital
karena dapat mengembalikan fungsi tanah sebagai resapan air. Pohon dapat
menyimpan cadangan air yang cukup ketika krisis air melanda di kemudian hari.
Perilaku menanam pohon ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, beliau
bersabda:
Dari Anas bin Malik ra Rasulullah bersabda: “Apabila kiamat tiba terhadap salah
seorang diantara kamu dan ditangannya ada benih tumbuhan maka tanamlah.”
d. Tidak Melakukan Pencemaran Lingkungan

14
Pencemaran lingkungan baik dalam skala kecil dan besar memiliki dampak yang sama
terhadap lingkungan, yaitu mengotori keasriannya. Rasulullah meneladankan
persoalan ini, semisal melarang sahabatnya untuk kencing di air yang tergenang
karena khawatir ada yang mandi di dalam air itu.
Kemudian, buang air kecil dan besar di bawah pohon juga tidak boleh dilakukan,
sebab hal ini dapat meninggalkan bau dan kesan yang tidak enak terhadap siapa saja
yang berteduh di bawah pohon tersebut.
Rasulullah SAW besabda: “Janganlah salah seorang dari kalian kencing dalam air
yang diam yaitu Air yang tidak mengalir kemudian ia mandi di dalamnya.” (HR
Bukhari)
e. Tidak Melakukan Penggundulan dan Penebangan Hutan secara Sembarangan

Hutan sebagai sumber asupan oksigen paling utama tentu memiliki peranan penting
terhadap kehidupan manusia. Menebang pohon tanpa mengikuti prosedur yang benar
tentu mengancam keseimbangan ekosistem. Selain dari menipisnya kadar oksigen
menebang pohon secara sembarangan juga menimbulkan hilangnya tempat hidup bagi
sebagian hewan yang biasa hidup di sana.
f. Memanfaatkan Tanah yang Terlantar

Tanah dalam ajaran Islam harus dimanfaatkan untuk kepentingan yang bermanfaat
dan produktif. Soal ini dalam kajian fiqih dibahas dalam bab ihya al mawat atau
menghidupkan tanah mati yaitu membuka lahan atau tanah mati yang belum pernah
ditanami sehingga tanah tersebut dapat memberikan kemanfaatan seperti dijadikan
sebagai tempat tinggal dan bercocok tanam.
Jika tanah dikelola secara produktif, maka tentu akan berdampak positif pada
peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, terutama pihak yang
mengelolanya.
g. Menetapkan Suatu Tempat sebagai Kawasan Konservasi

Rasulullah Saw mengenalkan konsep hima, yaitu suatu zona tertentu untuk konservasi
alam yang di dalamnya dilarang untuk mendirikan bangunan. Hima ini merupakan
kawasan hukum yang dilarang untuk diolah dan dimiliki seseorang secara pribadi
sehingga ia tetap menjadi wilayah yang dipergunakan bagi siapa saja pun sebagai
tempat tumbuhnya padang rumput dan tempat menggembalakan hewan.
Rasulullah meneladankan dan menekankan pentingnya konsep hima ini, seperti dalam

15
sebuah riwayat:
“Dari Jabir berkata, nabi Muhammad SAW, bersabda: “Sesungguhnya Ibrahim
memaklumkan Mekah sebagai tempat suci dan sekarang memaklumkan Madinah
yang terletak di antara dua lava yang mengalir (lembah) sebagai tempat suci. Pohon-
pohonnya tidak boleh dipotong dan binatang-binatangnya tidak boleh diburu.” (HR
Muslim)
Dari ketujuh perilaku di atas menekankan bahwasanya lingkungan tempat tinggal kita
ini perlu untuk kita jaga jaga kelestariannya. Kelangsungan hidup manusia, hewan,
dan tumbuhan sangat bergantung pada kesehatan lingkungan.
Apabila lingkungan sudah rusak maka manusia, hewan, dan tumbuhan tidak dapat
bertahan hidup secara normal. Sedangkan berbuat kerusakan di muka bumi ialah
perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
Pelestarian Yang Telah Dilakukan Manusia Sebagaimana diketahui bahwa
pemanfaatan dan peningkatan kualitas lingkungan hidup adalah tugas yang dibebankan
kepada manusia sebagai kholifah di muka bumi ini. Selain manusia juga bertugas
mengkulturkan nature maka manusia dalam waktu yang sama bertugas pula
mengIslamkan kultur tersebut, agar kultur yang meliputi semua aspek kehidupan dan
penghidupan manusia itu naik ke tingkat yang tinggi sesuai dengan derajat kemanusiaan
itu sendiri
Dalam hubungan ini perlu diingat bahwa Allah telah menggelarkan 2 macam ayat
(tanda keagungan dan kekuasaan) yaitu: Ayat Kauniyah, yakni alam atau nature, yang
dicoba manusia (dalam batas-batas kemampuannya yang serba terbatas) yang
dirumuskan dalam ilmu pengetahuan. Ayat Qur’aniyah yaitu sabda-sabdaNya
sebagaimana yang terkandung dalam Alqur’an.
Jika keduanya dikaji maka dari pengertian keduanya ini saling menafsirkan satu
sama lain. Penafsiran yang satu atas yang lainnya ini tidak pernah kontradiksi sebab
keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Allah Ta’ala. Dalam konsep lingkungan
hidup, keanekaragaman yang tinggi adalah ciri kemantapan sistem, yakni apabila dalam
sistem itu terdapat berbagai jenis makhluk hidup sebanyak yang dimungkinkan, maka
keadaan sistem itu mantap, karena semua komponennya mengisi struktur yang ada dan
fungsi masing-masing dengan sebaik-baiknya.
Kehidupan ini ini adalah sekumpulan perubahanperubahan yang terjadi diantara
komponen makhluk hidup dan benda mati. Perubahan itu berupa pertumbuhan yang
senantiasa berbenturan dengan keterbatasan.

16
Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung
perikehidupan sejumlah manusia dan mencukupi kebutuhan pokok dan dalam keadaan
sejahtera. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia berusaha menaikkan daya
dukung lingkungannya untuk menjamin sebanyak mungkin kebutuhan hidup manusia
yang juga semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebudayaan dan taraf
hidupnya. Tetapi juga tetap dengan keterbatasan pada suatu daya dukung yang maksimal.
Ketahanan lingkungan yakni kekuatan yang mengatur agar suatu pertumbuhan
hendaknya tidak melampaui batas atas daya dukung lingkungan. Proses ini akan
berlangsung menurut dua konsep: yang pertama adalah Homeostatis yaitu bahwa sistem
dalam kehidupan ini ada kecenderungan untuk melawan perubahan atau setidaknya ada
usaha untuk berada dalam suatu keadaan yang seimbang.
Konsep ini juga berjalan sejalan dengan asas stabilitas suatu ekosistem yang
mengandung makna dinamika. Konsep kedua adalah Resilience (kelentingan) dimana
suatu sistem akan memberikan tanggapan atas suatu gangguan, baik yang disengaja
maupun tidak sesuai dengan keadaan kelentingan yang dimilikinya Walaupun sistem itu
mengalami perubahan tetapi itu lebih berupa penyesuaian diri.
Pembangunan tidak lepas dari pelestarian lingkungan karena pembangunan
merupakan bagian penting dari pengelolaanlingkungan hidup, tetapi karena
pembangunan memang tidak dapat menjangkau semua segi lingkungan hidup maka
harus diprioritaskan.
Adapun pelestarian dalam pembangunan kehidupan yang telah dilaksanakan
manusia, diantaranya adalah:
a. Mengajarkan ilmu pengetahuan, baik melalaui pendidikan formal maupun non formal
b. Mengalirkan sungai untuk kemaslahatan kehidupan masyarakat
c. Menggali sumur dan menjamin penyediaan air bersih, termasuk mengexplorasi sumur
minyak sebagai salah satu sumber daya yang mutlak dalam menunjang kelangsungan
kehidupan ini
d. Menanam tanaman yang produktif
e. Membangun masjid
f. Mewariskan mushaf dalam arti kata membuat karangan-karangan yang berguna yang
dapat dimanfaatkan
g. Keprihatinan terhadap generasi penerus yang pada dasarnya lemah disertai perintah
untuk mempersiapkan generasi penerus yang mampu bekerja dengan lebih baik
h. Melindungi satwa-satwa yang hampir punah dari habitatnya.

17
3. Dampak Terhadap Terusakan Lingkungan Serta Mencrgah dan Mengatasi
Pencemaran
Pada saat sekarang ini kerusakan lingkungan tampaknya sangat memprihatinkan,
seperti: kerusakan sumber daya alam, penyusutan cadangan-cadangan hutan,
musnahnya spesies hayati, erosi, sungai yang tercemar akibat dari sampah-sampah yang
menumpuk. Manusia tidak bisa lepas dari udara, tanah dan air. Ketika udara, tanah dan
air yang dijadikan sebagai tumpuan hidup makhluk hidup di bumi telah mengalami
polusi, sehingga tidak dapat dikendalikan lagi, maka unsur-unsur yang ada di dalamnya
pun dapat masuk ke dalam tubuh manusia yang mengkonsumsinya. Sehingga akan
terikat di dalam aliran darah dan inilah yang memicu munculnya berbagai penyakit
terutama penyakit kanker.Kerusakan di darat seperti membangun perumahan di daerah-
daerah tempat penyerapan air, sehingga ketika musim hujan tiba menyebabkan
terjadinya banjir, tanah longsor, hilangnya mata air, tertimbunnya danau-danau
penyimpan air, penebangan pohon secara liar, pembakaran hutan dan lain sebagainya,
itu semua merupakan bencana karena ulah tangan manusia.
Demikian pula kerusakan di laut seperti pendangkalan pantai, menghilangkan
tempat-tempat sarang ikan, pencemaran air laut karena tumpahan minyak, dan lain
sebagainya. Allah telah menghamparkan bumi beserta seluruh isinya sebagai sumber
kehidupan. Dijadikannya gunung-gunung dengan iklim yang cocok untuk pertanian,
laut dijadikan sebagai sumber pencarian bagi para nelayan. Begitu pula dengan sungai-
sungai yang mengalir, tumbuh-tumbuhan bahkan hewan diciptakan Allah untuk
kesejahteraan umat manusia. Oleh sebab itu sudah sepantasnya manusia harus
bersyukur atas semua nikmat-Nya.
Mencegah dan Mengatasi Pencemaran Ada beberapa hal yang harus diketahui
dalam mencegah terjadinya pencemaran dalam lingkungan hidup. Dalam pencegahan
ini tidak hanya dilakukan secara lahiriyah saja melainkan juga dari kesadaran
manusianya itu sendiri yang tidak lepas dari keimanan. Amar ma’ruf nahi mungkar
adalah dua kata umum, yang pertama mencakup segala perbuatan yang faedah dan
barokahnya kembali kepada pribadi dan masyarakat serta di dalamnya tidak ada
paksaan dan hal buruk lainnya. Segala larangan yang tersebut dalam Qur’an dan Sunnah
adalah termasuk dalam pengertian kemungkaran. Seperti Firman Allah dalam Q.S. An-
Nisa’ ayat 114, Q.S. Al-A’raf ayat 119, Q.S. Luqman ayat 27 maka sudah jelas bahawa
dalam pelaksanaan kewajiban itni terdapat kemaslahatan yang besar bagi kaum

18
muslimin. Tidak boleh seorangpun menghindari kewajiban ini dan tidak boleh ada satu
masyarakatpun yang tidak melaksanakannya, sebab dengan tidak terlaksananya tugas
wajib ini maka seluruh masyarakat akan terjemus dalam kancah dosa, bencana maddi
dan maknawi.
Dalam memperhatikan urusan-urusan umum yang ada hubungannya dengan
masyarakat dan jama’ah yang tidak dijamin kebersihannya kecuali dengan gotong
royong jama’ah yang memerlukan kepada baiknya penilaian tentang mana yang wajib
dan mana yang tidak wajib, dan mana yang harus dan tidak harus, maka dengan
memperhatikan itu semua bahwa kewajiban menyuruh ma’ruf dan melarang mungkar
adalah termasuk yang menjadi tugas jama’ah, selain tugas pribadi dan negara.
Mengetahui bahwa proses-proses ekologi dapat menjadi terganggu jika dimasukkan
kedalamnuya sesuatu benda yang asing baginya atau memasukkan benda yang tepat tapi
dalam jumlah besar.
Oleh karena itu jelaslah bahwa pengendalian polusi atau pencemaran melalui proses
penyebaran bukan merupakan suatu pengendalian sama sekali, melainkan suatu usaha
untuk mengulur waktu. Mengingat karena semua kerusakan atau pencemaran
lingkungan di dunia ini di sebabkan karena tangan ulah tangan manusia, maka dalam
pencegahan ini haruslah diingat hal-hal yang berhubungan dengan pencemaran
lingkungan hidup, diantaranya adalah :
a. Penggundulan hutan secara liar yang dapat mengakibatkan banjir, erosi, tanah
longsor dan sebagainya
b. Membuang sampah sembarangan, limbah industri yang mengakibatkan pencemaran
air, sumber penyakit dan dan dapat memusnahkan habitat hewani dan sebagainya
c. Polusi udara menyebabkan menyebarnya penyakit bagi makhluk hidup
d. Perbuatan maksiat yang dapat mengakibatkan penyakit sosial, dekadensi moral.
Adapun untuk mengatasi pencemaran lingkungan hidup adalah dari kesadaran
manusia itu sendiri.
Hal-hal yang harus diketahui dalam mengatasi pencemaran tersebut diantaranya
adalah :
a. Tidak berlebihan dalam menebang hutan dan segera menggantikan dengan
tumbuhan baru agar tidak mengurangi keseimbangan dan kelestarian dari fungsi
tersebut.
b. Memanfaatkan sampah dan limbah industri dengan manjadikannya bermanfaat.
c. Mengurangi segala kegiatan yang dapat mencemari udara.

19
d. Menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar dengan mengembalikan pada ajaran agama
(Islam).

Manusia memiliki kemampuan mengubah lingkungan sehingga menimbulkan


lingkungan fisik, biologis dan sosial. Hubungan timbal balik antara masing-masing
lingkungan ini dengan manusia berbeda-beda sesuai dengan hukum yang berlaku dalam
masing-masing lingkungan.

BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan
Lingkungan hidup merupakan kesatuan sistem yang berkaitan antara satu dengan
yang lain seperti ruang, benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup. Di dalamnya
termasuk bagaimana manusia berperilaku terhadap lingkungannya sehingga
mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia itu sendiri serta makhluk
lainnya.
Peran serta manusia sebagai kholifah di bumi dalam mengatasi lingkungan hidup.
Selain manusia bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan hartanya, dia juga harus
memikul tanggung jawab terhadap sesama makhluk hidup lainnya dan seluruh alam.
Karena manusia sebagai kholifah di bumi ialah untuk dapat memakmurkan bumi (alam
yang paling dekat dengan manusia) dengan jalan amal terbaik atau karya kreatif.
Kunci keberhasilan dalam menangani masalah lingkungan hidup adalah faktor
manusia yang menentukan itu semua. Dengan memberikan tempat secara wajar
terhadap makhluk hidup lainnya juga sesama manusianya di bumi ini.
Dalam penggunaan sumber daya alam hendaklah jangan berlebih-lebihan atau
rakus, tetapi hendaklah dapat memelihara keseimbangan takaran yang telah ditentukan
Sang Pencipta yaitu Allah SWT, selain itu juga dapat mengembangkan akal dan rasa
yang bertujuan membawa manusia kepada Tauhid sebagai prinsip asas Islam dan yang
20
lebih utama lagi yaitu dapat mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan padaNya.
Adapun dampak terjadinya ketidakseimbangan antara perlakuan manusia terhadap
lingkungan hidup yaitu: dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan kehidupan dan
lingkungannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Nasruddin, I. (2008). Konsep Lingkungan Hidup dan Pendidikan Islam. Konwil Kemeag
Sumsel.
Mangka, A., Husma, A., dan Mangka, J. (2022). Pelestarian Lingkunagn Hidup Dalam
Pandangan Syariat Islam. Jurnal Bidang Hukum Isalm. Vol. 3. No. 2.
Ilyas, M, M. (2008). Lingkungan Hidup Dalam Pandangan Islam. Jurnal Sosial Humaniora.
Vol. 1. No. 2.
Nurhayati, A., Ummah, I, Z., dan Shobron, S. (2018). Kerusakan Lingkungan Hidup Dalam
Al-Qur’an. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Vol. 30. No. 1.

22

Anda mungkin juga menyukai