Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DAKWAH LINGKUNGAN HIDUP


“STRATEGI DAKWAH DALAM MENJAGA LINGKUNGAN
HIDUP”

Disusun Oleh :
Kelompok 5

KPI Kelas F

1. Muhamad Yusuf Prawiro (2141010185)


2. Muhammad Rafi Hendra (2141010191)
3. Rizkiana Wahyuningsih (2141010207)

Dosen Pengampu :
Ibu Dina Nur Atika, M.Sos.I

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat “Tuhan Yang Maha Esa” yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-NYA sehingga kami dapat menyusun
dan menyelesaikan makalah ini. Pada dasarnya, tujuan dibuatnya makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Dakwah Lingkungan Hidup
. Kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang dengan tulus memberikan do’a,
saran dan kritik yang membangun, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan
dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandar Lampung, 03 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DEPAN/SAMPUL JUDUL ............................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
1.3. Tujuan Masalah ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dakwah lingkungan hidup ........................................ 3
2.2. Strategi dakwah dalam menjaga lingkungan hidup.................... 6
2.3. Dalil yang menjelaskan tentang menjaga lingkungan hidup ................ 9

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ................................................................................. 13
3.2. Saran............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan dakwah lingkungan hidup?
2. Apa saja strategi dakwah yang dapat dilakukan dalam menjaga
lingkungan hidup ?
3. Dalil apa saja yang menjelaskan tentang menjaga lingkungan hidup?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui maksud dari dakwah lingkungan hidup.
2. Mengetahui strategi dakwah dalam menjaga lingkungan.
3. Mengetahui macam-macam dalil tentang menjaga lingkungan
hidup.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dakwah dan Lingkungan Hidup

Dakwah berasal dari kata da’a yad’u yang artinya mengajak, menyeru
memanggil, dan mengimbau. Menurut Abu Bakar Atjeh dakwah merupakan
seruan kepada seluruh umat manusia untuk kembali pada ajaran hidup
sepanjang ajaran Hidup Allah yang benar. Dalam konteks Islam, pengertian
dakwah merujuk pada proses menyeru, menyampaikan, mengajak manusia
kepada risalah Islam, menuju Tuhan, menuju Kebenaran, menuju jalan yang
benar yang ditentukan oleh Allah SWT untuk seluruh umat manusia.

Ajakan dakwah ini mengajak, mencondongkan, dan mendorong manusia


untuk secara sukarela tunduk kepada kehendak Allah, dengan hanya
beribadah kepada-Nya dan mengikuti segala perintah dan larangan-Nya.
Terkait pengertian dakwah ini, Ali Mahfuz menjelaskan bahwa “dakwah
adalah untuk mendorong manusia berbuat baik menurut petunjuk, menyeru
mereka berbuat kebajikan, dan melarang dari yang mungkar agar mereka
mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.”1

Sedangkan lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua


benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
prilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
prikehidupan dankesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Kemudian menurut Munadjat Danusaputro, lingkungan atau lingkungan
hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi, termasuk di dalamnya
manusia dan tingkah-perbuatannya, yang terdapat dalam ruang dimana
manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan

1 Kurniawan, Andre. 2022. “Pengertian Dakwah dalam Islam, Pahami Jenis dan Kaedahnya”.
https://www.merdeka.com/jabar/pengertian-dakwah-beserta-jenis-dan-kaedahnya-dalam-islam-kln.html.
09.35 WIB.

8
manusia dan jasad-jasad hidup lainnya. Oleh karena itu, lingkungan hidup
tidak semata-mata dipandang sebagai penyedia sumber daya alam serta
sebagai daya dukung kehidupan yang harus dieksploitasi, tetapi juga sebagai
tempat hidup yang mensyaratkan adanya keserasian dan keseimbangan
antara manusia dengan lingkungan hidup.2

Jadi dapat di analogikan bahwa dakwah lingkungan hidup merupakan usaha


perngelolaan alam secara berkelanjutan (sustainable), yang mana dalam hal
ini materi dakwah erat kaitannya dengan pelestarian, pemeliharaan, dan
pengelolaan lingkungan untuk kepentingan pembangunan yang
berkelanjutan. Melalui Kitab Suci yang Agung ini (Al-Qur’an)
membuktikan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kepada
umatnya untuk bersikap ramah terhadap lingkungan. Secara umum, iklim
dan karakteristik dakwah lingkungan mengacu pada misi risalah Nabi dan
pesan moral universal ajaran Islam yang mendasar dan mencerminkan nilai-
nilai Rahmatan Li al-„Alamin, sebagai manifestasi dari rasa kasih sayang,
keikhlasan dan tanggung jawab yang harus merefleksikan kemaslahatan,
kemanfaatan, kesejahteraan, dan bernilai guna bagi seluruh alam raya. Baik
untuk sesama muslim (ukhwah islamiyah), untuk sesama manusia (ukhwah
basyariyah), untuk sesama makhluk, dan bahkan untuk alam sekitar dan
ekologinya.3

2
Muhyiddin, H Asep. “Dakwah Lingkungan Perspektif Al-Qur`An”. Vol. 4 No. 15. Jurnal Ilmu Dakwah.
2010. Hal 818.

3Muhyiddin, H Asep. “Dakwah Lingkungan Perspektif Al-Qur`An”. Vol. 4 No. 15. Jurnal Ilmu Dakwah.
2010. Hal 814
2.2 Strategi Dakwah Dalam Menjaga Lingkungan
Dakwah lingkungan hidup merupakan suatu kegiatan yang berupaya
menyadarkan manusia yang beriman supaya menyadari bahwa masalah
lingkungan hidup tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab manusia yang
beriman, serta amanah terhadap apa yang diembannya untuk memelihara
dan melindungi alam. Dakwah mempunyai orientasi pada masalah-masalah
ibadah ijtima‟iyah (social) termasuk usaha pelestarian lingkungan hidup.
Oleh karena itu, seorang da’i hendaknya memahami ilmu lingkungan, paling
tidak secara garis besar sehingga dalam dakwahnya mereka mampu
memberikan pengertian mengenai pelestarian lingkungan hidup.4 Hal itu
mengindikasikan secara ekologis, bahwa dakwah lingkungan harus
diarahkan pada pelestarian lingkungan oleh siapapun dan kapanpun.
Allah Swt. memiliki kepedulian ekologis yang paripurna karena alam
merupakan ciptaan-Nya. Setidaknya, hal ini memberikan keseimbangan
pola pikir bahwa lingkungan yang baik berupa sumber daya alam yang
melimpah yang diberikan Allah Swt. pada manusia tidak akan lestari
dan pulih apabila manusia tidak menjaga dan melestarikannya. 5

Adapun strategi dakwah yang bisa dilakukan untuk menjaga dan


Melestarikan lingkungan hidup dapat dimulai dengan cara pemahaman
tentang ilmu lingkungan yang meliputi,
1. Enviromentalisme, atau paham mengenai lingkungan hidup yang
diperlukan sebagai dasar kesadaran untuk menunjang peran serta
manusia dalam lingkungan hidupnya.
2. Envirologi, yakni ilmu tentang lingkungan hidup yang mencakup
hukum, teori dan hipotesis tentang lingkungan hidup, yang sifatnya
objektif, tetapi juga purposif (dengan tujuan tertentu) dan normative,
ada unsur nilai: benar atau baik dan salah atau buruk.

4
Astuti, Dwi. “Strategi Dakwah Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup”. Volume 18 No. 01, Mei 2006.
Berkala Ilmiah. 2006. Hal. 51-53.

5
Muhyiddin, H Asep. “Dakwah Lingkungan Perspektif Al-Qur`An”. Vol. 4 No. 15. Jurnal Ilmu Dakwah.
2010. Hal 822 & 823.

2
3. Environomi, yakni cabang ilmu yang mnegkaji hukum, teori, dan
prinsip dalam mengelola lingkungan hidup, cabang ini sering disebut
environmental management (termasuk di dalamnya teknologi
lingkungan).6
Menurut Muhammad Ali Al-bayanuni berpendapat bahwa strategi dakwah
dibagi dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Strategi Sentimentil (al-manhaj al-,athifi). Adalah dakwah yang
memfokuskan aspek hati dan menggerakan perasaan dan batin
mad’u agar mad’u. Memberikan mad’u nasihat yang mengesankan,
memanggil dengan penuh kelembutan, atau memberikan pelayanan
yang memuaskan merupakan beberapa metode yang dikembangkan
dari strategi ini. Strategi dakwah ini biasanya diterapkan pada mad’u
yang terpinggirkan (marginal), kaum perempuan, anak-anak, orang
yang masih awam, para mualaf, orang-orang miskin, anak yatim dan
sebagainya. Strategi ini diterapkan Nabi Muhammad saat
menghadapi kaum musyrik di Mekah dengan menekankan aspek
kemanusiaan, perhatian kepada fakir miskin, kasih sayang sehingga
mereka merasa dihormati dan di muliakan.
2. Strategi rasional (al-manhaj al-„aqli). Adalah dakwah dengan
beberapa metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran.
Strategi ini mendorong mad’u untuk berfikir, merenungkan, dan
mengambil pelajaran mad’u. Contohnya adalah kasus adanya nabi
palsu, kita perlu berfikir dan merenungkan apakah benar-benar ada,
padahal di dalam al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa nabi terahir
adalah Nabi Muhamad. Cara ini juga dapat juga diterapkan untuk
berdiskusi dengan orang-orang yang cerdik.
3. Strategi Indrawi (al-manhaj al-hissi). Dinamakan sebagai strategi
eksperimen atau strategi ilmiah. Ia didefinisikan sebagai sistem
dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada
pancra indra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan
percobaan. Diantara metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah
praktik keagamaan, keteladanan, dan pentas drama. Seperti dalam film atau
pentas drama yang mengandung banyak hikmah dan faedah.

Miftakh Farid membagi strategi dakwah menjadi 3 bagian yaitu:


1) Strategi dakwah yat luu‟alaihim aayatih (strategi komunikasi) yaitu
strategi penyampaian pesan-pesan dakwah kepada umat yang memiliki
konsekuensi terpeliharanya hubungan insani secara sehat dan
bersahaja, sehingga dakwah tetap memberikan fungsi maksimal bagi
kepentingan hidup dan kehidupan.
2) Strategi dakwah yuzakkiihim (strategi dakwah melalui proses
pembersihan sikap dan prilaku atau di sebut strategi tazkiyah) yaitu
pembersihan yang dimaksud agar terjadi perubahan individu
masyarakat sesuai dengan watak Islam sebagai agama manusia karena
itu dakwah salah satunya mengemban misi memanusiakan manusia
sekaligus memelihara keutuhan Islam sebagai agama rahmatan
lil‟alamin.
3) Strategi dakwah yu‟alimul hummul kitaaba wal khikmah (strategi
yang dilakukan melalui proses pendidikan), yakni proses pembebasan
manusia dari berbagai penjara kebodohan yang sering melilit
kemerdekaan dan kreatifitas.

Disamping strategi dakwah menurut sejarah Nabi, terdapat pula strategi


dakwah yang di terapkan oleh Walisongo, diantaranya yaitu:

1) Modeling
Lewat kharisma yang dipancarkan oleh walisongo yang dipersonifikasikan
oleh para auliyadan kiyai, telah terjunjung tinggi dari masa ke masa.
Model walisongo yang diikuti para ulama di kemudian hari telah
menunjukkan integrasi antara pemimpin agama dan masyarakat yang
membawa mereka pada kepemimpinan yang protektif dan efektif.
2) Substantif, bukan kulit luar
Agar Islam mudah difahami oleh masyarakat Jawa pesisiran pada waktu
itu, maka Walisongo dalam berdakwah mengutamakan pendekatan
substantif, yaitu ajaran tauhid sebagai materi pokok, dengan menggunakan
elemen-elemen non-Islam. Pendekatan seperti ini dikatakan oleh
Abdurrahman Mas’ud adalah a matter of approach atau means, alat untuk
mencapai tujuan yang tidak mengurangi substansi dan signifikansi ajaran
yang diberikan. Dengan kata lain, wisdom(kebijakan), dan mau‟idhoh
hasanah adalah cara yang dipilih sesuai dengan ajaran al-Qur’an (an-Nahl,
125)
3) Dakwah Islam yang tidak diskriminatif

Pendekatan dakwah Walisongo dengan cara ini, terungkap dalam istilah


populer Sabdo Pandito Ratu yang berarti menyatunya pemimpin
agamadan pemimpin negara. Dengan kata lain, dikotomi atau gap antara
ulama dan raja tidak mendapatkan tempat dalam ajaran dasar Walisongo.
Ajaran ini adalah warisan Sunan Kalijaga, tokoh yang mewariskan sistem
kabupaten di Jawa yang tipikal dengan komponen-komponen kabupaten,
alun-alun, dan Masjid Agung. Ajaran ini dikemudian hari dipopulerkan
oleh Sultan Agung.
4) Dakwah Islam yang understandable and applicable
Dakwah Walisongo selaras dengan ajaran Nabi. Cara dakwah seperti ini
pula yang diterapkan Sunan Kalijaga melalui media wayang yang
memasyarakat. Ajaran rukun Islam dapat ditemukan dalam cerita
pewayangan seperti syahadatain yang sering dipersonifikasikan dalam
tokoh Puntadewa. Puntadewa yang memiliki pusaka Jamus Kalimasada
(kalimasada: kalimat syahadat) digambarkan sebagai raja yang adil tulus
ikhlas bekerja untuk kesejahteraan rakyatnya, yakni pemimpin yang
konsisten antara kata dan perbuatannya.
5) Pendekatan Kasih Sayang
Bagi Walisongo, dakwah adalah tugas dan panggilan agama. Walisongo
memperlakukan masyarakat/mad‟u dengan kasih sayang, memberi mereka
makanan dan pakaian hingga mereka dapat menjalankan syariat Islam, dan
memegang teguh ajaran agama tanpa keraguan.
2.3. Dalil-dalil tentang dakwah dan lingkungan hidup
Lingkungan merupakan bagian dari integritas kehidupan
manusia, sehingga harus dipandang sebagai salah satu komponen ekosistem
yang memiliki nilai untuk dihormati, dihargai, dan tidak boleh disakiti.
Integritas ini pula yang menjadikan manusia memiliki tanggung jawab supaya
berperilaku yang baik dengan kehidupan yang ada di sekitarnya. Sumber
daya alam adalah segala sesuatu yang terdapat di alam yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia baik di masa kini maupun masa
mendatang. Kelangsungan hidup manusia tergantung dari kebutuhan
lingkungannya, sebaliknya kebutuhan lingkungan tergantung bagaimana
kearifan manusia dalam mengelolanya. Lingkungan hidup tidak semata mata
dipandang sebagai penyedia sumber daya alam serta sebagai daya dukung
kehidupan yang harus dieksploitasi, tetapi juga sebagai tempat hidup yang
mensyaratkan adanya keserasian dan keseimbangan antara manusia dengan
lingkungan hidup. Manusia harus selalu menjaga dan melestarikan lingkungan
agar tidak rusak dan tercemar, sebab apa yang Allah berikan kepada manusia
semata-mata merupakan suatu amanah untuk mengelolanya (QS. Al-Ahzab
[33]: 72):

ُۗ ‫س‬
‫ان‬ ْ َ ‫ض َوا ْل ِج َبا ِل فَا َ َب ْيهَ ا َ ْن َّي ْح ِم ْلىَ َها َوا‬
ِ ْ ‫ش َف ْقهَ ِم ْى َها َو َح َملَ َها‬
َ ‫اْل ْو‬ َ ْ ‫ت َو‬
ِ ‫اْل ْر‬ ِ ‫سمٰ ٰى‬ َ َ‫اْل َماوَة‬
َّ ‫ع َلى ال‬ َ ْ ‫ضىَا‬
ْ ‫اِوَّا ع ََر‬
‫اِوَّ ٗه كَانَ َظل ْى ًما َجه ْى ًل‬
Artinya :
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,

Demikian pula antara manusia dengan lingkungan ada hubungan keterkaitan


dan keterlibatan timbal balik yang tidak dapat ditawar. Lingkungan dan
manusia terjalin demikian eratnya, antara yang satu dengan yang lain tidak
dapat dipisahkan. Karena alam raya ini diciptakan oleh Allah dalam bentuk
yang sangat serasi dan selaras bagi kepentingan manusia (QS. Al-Mulk [67]:
3-4):
ْ َ‫ت ف‬
‫بر ِج ِع‬ ُ َ‫الز ْح َم ِن ِم ْن تَف‬
ٍ ‫بو‬ َّ ‫ق‬ِ ‫ت ِطبَبقًب َمب ت َ َزى فِي خ َْل‬
ٍ ‫بوا‬
َ ‫س َم‬ َ َ‫الَّذِي َخلَق‬
َ ‫س ْب َع‬
ٍ ُ‫ىم ْن فُط‬
‫ور‬ َ َ‫ْالب‬
ِ ‫ص َز ه َْل ت َ َز‬
َ َ‫ص َز َك َّزتَي ِْن يَ ْنقَ ِلبْ ِإلَيْكَ ْالب‬
‫ص ُز خَب ِسئًب َوهُ َو َحسِيز‬ َ َ‫ار ِج ِع الْب‬ْ ‫ث ُ َّم‬
Artinya:
“yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak
seimbang? kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan
kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itupun dalam Keadaan payah”

Dari keterangan di atas, sangat jelas bahwa Islam adalah agama yang
mengajarkan untuk menjaga kebersihan lingkungan. Semua larangan tersebut
untuk mencegah terjadinya wabah penyakit yang disebabkan karena tidak
menjaga kebersihan. Oleh karena itu, manusia tidak hanya berkewajiban
untuk mengelola lingkungan, tetapi sekaligus juga menjaga dan
memakmurkannya. Adapun cara untuk memakmurkannya bisa dimulai dari
lingkungan yang terkecil yaitu dari lingkungan keluarga.mAlam beserta
segala isinya hendaklah dipelihara dan dijaga kelestariannya dengan cara
menghentikan segala bentuk ekploitasi alam, baik itu berupa penebangan
hutan secara liar (illegal logging) dan menangkap ikan dengan cara –cara
yang tidak wajar, sehingga menyebabkan airnya tercemar dan lain-lain. Dari
pesan-pesan spiritual Nabi saw di atas, menyadarkan kepada umatnya untuk
selalu meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Jika umat manusia di
bumi ini mampu mengamalkan dan mempraktekkan konsep yang diajarkan
oleh Nabi saw tersebut di atas, tentu tidak akan pernah mendengar ancaman
global warming, illegal loging, banjir, longsor, tsunami, polusi udara, dan
lain-lain.

Untuk dapat merealisasikan strategi diperlukan berbagai metode karena


strategi tidak terlepas dari metode. Strategi lebih merujuk pada proses
penyususan rencana kerja yang belum direalisasikan sedangkan
metodemerupakan cara-cara yang di gunakan untuk merealisasikan rencana
kerjatersebut demi tercapainya suatu tujan.
6
Astuti, Dwi. “Strategi Dakwah Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup”. Volume 18 No. 01,
Mei 2006. Berkala Ilmiah. 2006. Hal. 51-53.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dakwah berasal dari kata da’a yad’u yang artinya mengajak,
menyeru memanggil, dan mengimbau. Ajakan dakwah ini mengajak,
mencondongkan, dan mendorong manusia untuk secara sukarela tunduk
kepada kehendak Allah, dengan hanya beribadah kepada-Nya dan
mengikuti segala perintah dan larangan-Nya. Terkait pengertian dakwah
ini, Ali Mahfuz menjelaskan bahwa “dakwah adalah untuk mendorong
manusia berbuat baik menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat
kebajikan, dan melarang dari yang mungkar agar mereka mendapat
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sedangkan lingkungan hidup merupakan
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan prikehidupan dankesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain.

3.2. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami selaku penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari dosen
pengampu mata kuliah serta dari para pembaca agar kedepannya makalah
ini dapat menjadi lebihbaik.
DAFTAR PUSTAKA

Kennedy, John E. 2009. “Manajemen Event”. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.


Sulaksana. 2003. Integrated Marketing Communications - Teks dan Kasus.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Noor, Any. 2009. “Manajemen Event”. Bandung: alfabeta.


Abdullah, Iqbal Alan. 2009. Manajemen Konferensi dan Event. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.

Sulistyowati, Nina dan Harisma, Eka. “Modul Manajemen Event JPD 2316”.
Politeknik Negeri Jakarta. 2016

Anda mungkin juga menyukai