Disusun Oleh:
Kelas H Semestes 2
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik -
baiknya. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang selalu menjadi suri tauladan bagi umatnya. Tak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada Bapak Jupri, M.Pd. selaku dosen mata kuliah.
Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
adalah sebagai bacaan alternatif bagi para pembaca agar dapat lebih memahami
khususnya dalam pengurusan jenazah. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca dibutuhkan agar
penyusunan makalah selanjutnya lebih baik lagi. Semoga tulisan ini bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
A. Ekologi Dalam Islam.................................................................................................2
B. Hubungan Muslim dan Ekologi.................................................................................5
C. Green Deen................................................................................................................6
BAB III...........................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. KESIMPULAN......................................................................................................11
B. SARAN...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu makna konsep muslim dan ekologi?
2. Apa hubungan muslim dan ekologi?
3. Apa itu prinsip green deen?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna konsep muslim dan ekologi.
2. Untuk mengetahui hubungan muslim dan ekologi.
3. Untuk mengetahui prinsip green deen.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
pentingnya menjaga dan merawat alam sebagai tugas kemanusiaan. Konsep ini
mencakup pemeliharaan sumber daya alam, penggunaan yang bijak, serta
kepedulian terhadap ekosistem untuk menjaga keseimbangan yang
diciptakan oleh Allah.
َو اَل ُتْفِس ُدوا ِفي اَأْلْر ِض اْلُم ْح ِسِنيَن.) َو َطَم ًعا ِإَّن َر ْح َم َت ِهَّللا َقِريٌب ِم َن َبْع َد ِإْص اَل ِحَها َو اْد ُعوُه َخ ْو ًفا
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik" (Qs. al-A'raaf/7: 56).
3
memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk memperbaikinya. Merusak setelah
diperbaiki, jauh lebih buruk daripada merusaknya sebelum diperbaiki, atau pada
saat dia buruk. Karena itu, ayat ini secara tegas menngaris bawahi larangan
tersebut, walaupun tentunya memperparah kerusakan atau merusak yang baik juga
amat tercela.
اَّلِذ ي َخ َلَق َس ْبَع َس َم اَو اٍت ِطَباًقا َّم ا َتَر ى ِفي َخ ْلِق الَّرْح َمِن ِم ن َتَفاُوٍت َفاْر ِج ِع اْلَبَصَر َهْل َتَر ى
ِم ن ُفُطوٍر
"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?"
(Qs. al-Mulk/67: 3).
4
yang pembuangannya dialirkan ke laut yang itu semua akan menimbulkn dampak
terhadap ekosistem perairan.
Jadi ekologi dalam perspektif Islam, artinya bahwa Islam selain sebagai
pedoman bagi manusia juga menjadi pedoma bagi alam semesta, sehingga agama
Islam juga menata dan memberikan konsep bagi kehidupan ini, bahkan mulai dari
penciptaan alam semesta, langit, bumi, air, udara, daratan, lautan manusia,
tumbuhan, binatang hingga mikroba, semuanya terkonsep dalam Islam, sehingga
Islam memiliki satu acuan khusus tentang lingkungan hidup di luar konsep yang
5
dibangun oleh para pemikir, misalnya Darwin memiliki konsep bahwa asal muasal
manusia adalah dari kera hingga membentuk wujud manusia, namun Islam
memiliki konsep baku bahwa manusia pertama yang diciptakan oleh Allah adalah
Adam dan Hawa yang menjadi bapak dari seluruh makhluk manusia.
Islam juga yang menjadi pedoman, acuan, dan rujukan bagi kehidupan ini,
tentunya Islam menjadi ajaran yang harus diimplementasikan, sedangkan
lingkungan hidup atau ekologi adalah konteks atau wadah dimana diterapkannya
ajaran Islam.
C. Green Deen
6
Tawaran ini dipelopori oleh Ibrahim Abdul Matin dalam karyanya yang berjudul
Green Deen: What Islam Teaches About Protecting the Planet.
Green Deen lahir berkat ragam pengalaman dan kegelisahan akademik
yang dialami oleh Matin. Sebagai seorang akademisi muslim di satu sisi dan
environmentalists di sisi lain, ia perlahan menemukan bahwa banyak sekali tradisi
dan nilai-nilai keislaman yang mengajarkan manusia untuk berlaku baik kepada
lingkungan.
اَّلِذ ْيَن َيْذ ُك ُرْو َن َهّٰللا ِقَياًم ا َّو ُقُعْو ًدا َّوَع ٰل ى ُج ُنْو ِبِهْم َو َيَتَفَّك ُرْو َن ِفْي َخ ْلِق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۚض َر َّبَنا َم ا َخ َلْقَت ٰهَذ ا َباِط ۚاًل
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam
keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia;
Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.
ُهَو اَاْلَّوُل َو اٰاْل ِخ ُر َو الَّظاِهُر َو اْلَباِط ُۚن َو ُهَو ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِلْيٌم
7
Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu. Lalu kemudian ia menerangkan bahwa segala sesuatu
yang ada di dunia ini merupakan hasil emanasi dari sumber yang sama. Matin
menguraikan bahwa kecanggihan teknologi saat ini memberikan kemampuan pada
manusia untuk melihat partikel penyusun atom (proton, neutron, elektron) yang
terlihat bagaikan kilatan cahaya.
Begitupun jika memandang objek terjauh yang dapat dilihat yakni Quasar,
maka objek itu juga akan terlihat seperti halnya partikel atom—bagai kilatan
cahaya. Maka menurutnya, fenomena tersebut merupakan ekspresi keesaan Allah di
mana pada tingkatan elemental, spiritual dan scientific, segala sesuatu mengandung hal
yang sama yakni cahaya.
Penjelasan Abdul Matin ini mengingatkan penulis pada filsafat emanasi al-
Farabi dan Ibn Sina dengan gaya Peripatetiknya (hikmah masya’iyah). Lalu juga
Imam al-Ghazali dengan filsafat iluminasinya yang saat ini sedang ramai dikaji
melalui karyanya Misykat al-Anwar. Kedua aliran tersebut berbeda namun tetap
mengusung nur atau cahaya sebagai salah satu wacana utama yang dibicarakan
perihal tauhid.
Kedua, ayat atau tanda yang dimaksud dalam prinsip kedua ialah baik ayat
qauliyah maupun kauniyah (tanda-tanda kealaman). Menurut Matin baik ayat
yang berupa firman Allah dalam al-Qur’an maupun ciptaan yang ada seluruh alam
semesta ini memiliki fungsi yang sama yakni sebagai tanda akan adanya sang
Pencipta, Allah Swt.
Ketiga dan keempat, khalifah atau steward of God dan amanah (trust) merupakan
dua prinsip fundamental yang mengantarkan pada hakikat penciptaan manusia.
Manusia diciptakan dari tanah/ bumi di mana di dalamnya telah ditanamkan fitrah
8
(the essence of God), kemudian dianugerahi akal dan rasionalitas yang dengan
kesemua materi itu manusia diamanahi sebagai wakil Tuhan di Bumi.
Kelima dan keenam, adalah (justice) dan mizan (balance) merupakan dua pilar
terakhir yang sekaligus melengkapi cara pandangan Green Deen ini. Adil atau
keadilan dan seimbang atau keseimbangan merupakan dua hal yang saling
berkelindan. Matin menguraikan bahwa segala sesuatu yang merupakan kreasi
Tuhan tentu tercipta dengan aspek keseimbangan yang sempurna.
َخ َلَق اِاْل ْنَس اَۙن َع َّلَم ُه اْلَبَياَن َالَّشْم ُس َو اْلَقَم ُر ِبُحْس َباٍۙن َّوالَّنْج ُم َو الَّش َج ُر َيْسُجَداِن َو الَّسَم ۤا َء َر َفَعَها َوَو َضَع اْلِم ْيَز اَۙن َااَّل
َتْطَغ ْو ا ِفى اْلِم ْيَزاِن َو َاِقْيُم وا اْلَو ْز َن ِباْلِقْس ِط َو اَل ُتْخ ِس ُروا اْلِم ْيَز اَن َو اَاْلْر َض َو َضَعَها ِلَاْلَناِم
9
menjangkit begitu lama dan menyebabkan alam hanya dipandang sebagai “objek
eksploitatif” demi meraup keuntungan sebesar-besarnya.
Dalam kasus tersebut, Matin mencetuskan cara pandang yang adil terhadap alam/
bumi khususnya yakni melihatnya sebagai masjid tempat beribadah (sebagaimana
termaktub dalam Hadis). Artinya ia ingin jika manusia memandang bumi dengan
melibatkan sisi spiritualitasnya yakni dengan menganggapnya sebagai sesuatu
yang sakral.
َفَاِقْم َو ْج َهَك ِللِّدْيِن َح ِنْيًفۗا ِفْط َر َت ِهّٰللا اَّلِتْي َفَطَر الَّناَس َع َلْيَهۗا اَل َتْبِد ْيَل ِلَخ ْلِق ِهّٰللاۗ ٰذ ِلَك الِّدْيُن اْلَقِّيُۙم َو ٰل ِكَّن َاْكَثَر الَّناِس اَل َيْع َلُم ْو َن
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah
Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia atas (fitrah) itu. Tidak ada
perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui”.
10
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari makna konsep muslim dan ekologi, hubungan muslim dan ekologi,
serta prinsip Green Deen, dapat disimpulkan bahwa pemahaman ekologi dalam
konteks Islam memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan dan
keberlanjutan lingkungan. Konsep-konsep ini mengajarkan tanggung jawab dan
peran aktif umat Muslim dalam menjaga kelestarian alam serta mendorong gaya
hidup yang ramah lingkungan sesuai dengan prinsip-prinsip Green Deen.
Islam juga mengajarkan sebuah pendekatan holistik terhadap hubungan
manusia dengan alam. Prinsip-prinsip seperti keseimbangan, keadilan, tanggung
jawab, dan penghormatan terhadap alam menjadi landasan bagi praktik hijau
dalam kehidupan sehari-hari. Konsep Green Deen menghubungkan nilai-nilai
agama dengan praktik-praktik lingkungan yang berkelanjutan, mempromosikan
kesadaran akan pentingnya menjaga dan merawat alam sebagai bagian integral
dari kehidupan spiritual dan sosial umat Islam. Dengan menerapkan prinsip-
prinsip ini, umat Islam diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam upaya
pelestarian alam dan menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan bagi
semua makhluk Allah.
B. SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/nuansa/article/download/4332/3623
http://etheses.uin-malang.ac.id/490/5/10620106%20Bab%202.pdf
https://almaarif.ac.id/konsep-islam-dan-lingkungan-hidup/
https://m.kumparan.com/siti-dela-oktavia-2021/hubungan-islam-dengan-konsep-
ekologi-kampus-1yIrGOTMvgY/1
https://tafsiralquran.id/green-deen-persepektif-islam-ramah-lingkungan-berbasis-nilai-
qurani/
https://almaarif.ac.id/konsep-islam-dan-lingkungan-hidup/#:~:text=Lingkungan%20hidup
%20dalam%20perspektif%20Islam,daratan%2C%20lautan%20manusia%2C
%20tumbuhan%2C
13