Anda di halaman 1dari 16

ISLAM DAN EKOLOGI

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah:


ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
Dosen Pengampu: Jupri, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelas H Semestes 2

PRODI PENDIDIKAN BAHSA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik -
baiknya. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang selalu menjadi suri tauladan bagi umatnya. Tak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada Bapak Jupri, M.Pd. selaku dosen mata kuliah.

Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
adalah sebagai bacaan alternatif bagi para pembaca agar dapat lebih memahami
khususnya dalam pengurusan jenazah. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca dibutuhkan agar
penyusunan makalah selanjutnya lebih baik lagi. Semoga tulisan ini bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 06 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
A. Ekologi Dalam Islam.................................................................................................2
B. Hubungan Muslim dan Ekologi.................................................................................5
C. Green Deen................................................................................................................6
BAB III...........................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. KESIMPULAN......................................................................................................11
B. SARAN...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makalah tentang ekologi dalam Islam mencerminkan keterkaitan erat


antara ajaran agama dan tanggung jawab manusia terhadap lingkungan. Ajaran
Islam memberikan penekanan yang kuat pada pentingnya menjaga alam dan
sumber daya alam sebagai amanah yang diberikan oleh Allah kepada manusia.
Konsep khalifah bumi dalam Islam mengajarkan bahwa manusia adalah
pemelihara bumi dan memiliki tanggung jawab moral untuk merawat dan menjaga
keberlangsungan lingkungan hidup untuk generasi mendatang.
Makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana prinsip-prinsip
ekologi dalam Islam diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat
Muslim. Ini melibatkan pemahaman terhadap ajaran agama yang memandang
alam sebagai tanda kebesaran Allah yang perlu dijaga dan dihormati. Dengan
menerapkan nilai-nilai ini dalam praktik sehari-hari, seperti pengelolaan sumber
daya secara bijaksana dan pemberdayaan komunitas untuk berkontribusi pada
pelestarian lingkungan, masyarakat Muslim dapat menjadi agen perubahan yang
signifikan dalam menjaga keberlanjutan planet ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu makna konsep muslim dan ekologi?
2. Apa hubungan muslim dan ekologi?
3. Apa itu prinsip green deen?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna konsep muslim dan ekologi.
2. Untuk mengetahui hubungan muslim dan ekologi.
3. Untuk mengetahui prinsip green deen.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ekologi Dalam Islam

Ekologi merupakan ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk


hidup dengan sesamanya dan dengan benda-benda tidak hidup di sekitarnya.
Ekologi juga merupakan ilmu dasar untuk mempertanyakan dan memahami
bagaimana alam bekerja, bagaimana keberadaan makhluk hidup dalam sistem
kehidupan, bagaimana individu-individu dalam spesies itu beradaptasi dan
mengalami pertumbuhan sebagai bagian dari populasi atau komunitas. Semuanya
ini berlangsung dalam suatu proses yang mengikuti tatanan, prinsip dan ketentuan
alam yang rumit, tetapi cukup teratur, yang dengan ekologi dapat berusaha untuk
memahaminya (Winarno, 1992).
Islam merupakan agama utama yang memainkan sebuah peran penting
pada konservasi dan pendidikan di dalam manajemen sumber daya alam. Hal
tersebut ditujukan untuk menggali ilmu pengetahuan tentang keragaman hayati
dengan cara memanfaatkan pengetahuan lokal, membangun kepercayaan diri
masyarakat serta berbagi dan bertukar informasi melalui "pendidikan konservasi,
yaitu pendidikan rasa tanggung-jawab terhadap lingkungan secara berkelanjutan
yang mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelangsungan
hidup makhluk lainnya. Manusia sebagai komponen populasi mempunyai peranan
yang besar dalam memanfaatkan, mengelola dan mengendalikan fenomena yang
terjadi di alam. Maka manusia bertanggung jawab terhadap keberlanjutan
ekosistem karena manusia diciptakan sebagai khalifah.

Makna konsep Muslim dan ekologi mencakup pemahaman bahwa umat


Islam memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga kelestarian alam. Ini
melibatkan penghormatan terhadap ciptaan Allah, pengelolaan sumber daya
dengan bijak, serta upaya aktif dalam pelestarian lingkungan untuk mewujudkan
harmoni antara manusia dan alam sesuai ajaran agama Islam.

Konsep Muslim dan ekologi merujuk pada pandangan Islam terhadap


hubungan antara umat manusia dan lingkungan alam. Dalam Islam, ditekankan

2
pentingnya menjaga dan merawat alam sebagai tugas kemanusiaan. Konsep ini
mencakup pemeliharaan sumber daya alam, penggunaan yang bijak, serta
kepedulian terhadap ekosistem untuk menjaga keseimbangan yang
diciptakan oleh Allah.

Pentingnya Menjaga Kelestarian Lingkungan

Lingkungan hidup merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.


kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya untuk dimanfaatkan secara baik.
Lingkungan harus dijaga dan dilestarikan sebagai wujud kepedulian untuk
memanifestasikan rasa cinta dan sayang terhadap ciptaan Allah SWT. Agama
Islam mengajarkan tentang pemeliharaan lingkungan hidup yang harus
diimplementasikan dalam sikap dan perilaku manusia untuk tidak membuat
kerusakan di bumi (Suriyani dan Kotijah, 2013).

Allah telah memperingatkan manusia agar tidak membuat kerusakan di muka


bumi dalam al-Qur'an surat al-A'raaf/7 ayat 56:

‫ َو اَل ُتْفِس ُدوا ِفي اَأْلْر ِض اْلُم ْح ِسِنيَن‬.‫) َو َطَم ًعا ِإَّن َر ْح َم َت ِهَّللا َقِريٌب ِم َن َبْع َد ِإْص اَل ِحَها َو اْد ُعوُه َخ ْو ًفا‬
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik" (Qs. al-A'raaf/7: 56).

Menurut Al-Jazairi (2007), menyatakan bahwa kata ‫وال تفسدوا في األرض‬


"Walaa tufsiduu fil ardh" mengandung arti jangan berbuat kerusakan di muka
bumi dengan berbuat syirik dan maksiat setelah adanya ishlah (perbaikan) melalui
tauhid dan ketaatan. Kemaksiatan ini mencakup segala perkara yang haram,
seperti membunuh manusia dan hewan,merusak tanaman, merusak pikiran, dan
segala perbuatan dosa-dosa besar lainnya.

Ayat di atas menjelaskan tentang larangan untuk merusak bumi.


Pengrusakan merupakan salah satu bentuk pelampauan batas. Alam raya telah
diciptakan Allah SWT. dalam keadaan yang sangat harmonis, serasi, dan
memenuhi kebutuhan makluk. Allah telah menjadikannya baik, bahkan

3
memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk memperbaikinya. Merusak setelah
diperbaiki, jauh lebih buruk daripada merusaknya sebelum diperbaiki, atau pada
saat dia buruk. Karena itu, ayat ini secara tegas menngaris bawahi larangan
tersebut, walaupun tentunya memperparah kerusakan atau merusak yang baik juga
amat tercela.

Tatanan lingkungan hidup (ekosistem) yang diciptakan Allah itu


mempunyai hukum keseimbangan (equilibrium). Hubungan timbal balik antara
manusia dengan komponen-kompenen alam harus berlangsung dalam batas
keseimbangan. Apabila terjadi gangguan terhadap keseimbangan dalam
lingkungan hidup (ekosistem).

Yang akan mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan kunga fisik,


ekonomi, sosial dan budaya Jumlah logam berat dalam suatu lingkungan bisa
berkurang atau bertambah, hal ini tidak terlepas dari aktivitas manusia yang dapat
mencemari lingkungan dan akhirnya merugikan manusia itu sendiri. Allah telah
menciptakan unsur logam berat dengan kadar yang seimbang di alam. Seperti
yang telah tercantum dalam surat al- Mulk/67 ayat 3:

‫اَّلِذ ي َخ َلَق َس ْبَع َس َم اَو اٍت ِطَباًقا َّم ا َتَر ى ِفي َخ ْلِق الَّرْح َمِن ِم ن َتَفاُوٍت َفاْر ِج ِع اْلَبَصَر َهْل َتَر ى‬

‫ِم ن ُفُطوٍر‬
"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?"
(Qs. al-Mulk/67: 3).

Menurut Shihab (2002) dalam Tafsir Al-Mishbah kata (‫ )تفاوت‬tafaawut


pada mulanya berarti kejauhan. Dua hal yang berjauhan mengesankan
ketidakserasian atau ketidakseimbangan. Bahwa Allah menciptakan langit bahkan
seluruh makhluk dalam keadaan seimbang sebagai rahmat, karena seandainya
ciptaan-Nya tidak seimbang. maka tentulah akan terjadi kekacauan antara yang
satu dengan lainnya yang akan mengganggu kenyamanan hidup manusia di bumi
ini. Demikian Allah mengatur rincian ciptaan-ciptaan-Nya sehingga masing-
masing menuju kepada tujuannya. Kerusakan lingkungan di darat dan lautan
akibat perbuatan manusia seperti halnya peristiwa menyemburnya lumpur lapindo

4
yang pembuangannya dialirkan ke laut yang itu semua akan menimbulkn dampak
terhadap ekosistem perairan.

B. Hubungan Muslim dan Ekologi

Ekologi merupakan ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk


hidup dengan sesamanya dan dengan benda-benda tidak hidup di sekitarnya.
Ekologi juga merupakan ilmu dasar untuk mempertanyakan dan memahami
bagaimana alam bekerja, bagaimana keberadaan makhluk hidup dalam sistem
kehidupan, bagaimana individu-individu dalam spesies itu beradaptasi dan
mengalami pertumbuhan sebagai bagian dari populasi atau komunitas. Semuanya
ini berlangsung dalam suatu proses yang mengikuti tatanan, prinsip dan ketentuan
alam yang rumit, tetapi cukup teratur, yang dengan ekologi dapat berusaha untuk
memahaminya (Winarno, 1992).
Islam merupakan agama utama yang memainkan sebuah peran penting
pada konservasi dan pendidikan di dalam manajemen sumber daya alam. Hal
tersebut ditujukan untuk menggali ilmu pengetahuan tentang keragaman hayati
dengan cara memanfaatkan pengetahuan lokal, membangun kepercayaan diri
masyarakat serta berbagi dan bertukar informasi melalui "pendidikan konservasi,
yaitu pendidikan rasa tanggung-jawab terhadap lingkungan secara berkelanjutan
yang mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelangsungan
hidup makhluk lainnya.

Manusia sebagai komponen populasi mempunyai peranan yang besar


dalam memanfaatkan, mengelola dan mengendalikan fenomena yang terjadi di
alam. Maka manusia bertanggung jawab terhadap keberlanjutan ekosistem karena
manusia diciptakan sebagai khalifah (Nahdi, 2008).

Jadi ekologi dalam perspektif Islam, artinya bahwa Islam selain sebagai
pedoman bagi manusia juga menjadi pedoma bagi alam semesta, sehingga agama
Islam juga menata dan memberikan konsep bagi kehidupan ini, bahkan mulai dari
penciptaan alam semesta, langit, bumi, air, udara, daratan, lautan manusia,
tumbuhan, binatang hingga mikroba, semuanya terkonsep dalam Islam, sehingga
Islam memiliki satu acuan khusus tentang lingkungan hidup di luar konsep yang

5
dibangun oleh para pemikir, misalnya Darwin memiliki konsep bahwa asal muasal
manusia adalah dari kera hingga membentuk wujud manusia, namun Islam
memiliki konsep baku bahwa manusia pertama yang diciptakan oleh Allah adalah
Adam dan Hawa yang menjadi bapak dari seluruh makhluk manusia.

Islam juga yang menjadi pedoman, acuan, dan rujukan bagi kehidupan ini,
tentunya Islam menjadi ajaran yang harus diimplementasikan, sedangkan
lingkungan hidup atau ekologi adalah konteks atau wadah dimana diterapkannya
ajaran Islam.

Sehingga dalam konsep hukum, misalnya mungkin saja bisa berubah


antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, manakala memiliki ‘illat (argument)
hukum yang berbeda. Seperti halnya ketika diriwayatkan bahwa Islam datang
bukan di ruang yang kosong, melainkan telah ada tradisi Jahiliyah yang telah
mengakar, sehingga Islam datang untuk meluruskan akhlak masyarakat Makkah
pada saat itu, yang tentunya akan dipengaruhi oleh lingkungan setempat.

Sebagaimana pula Sunah Kudus dalam suatu riwayat dikatakan saat


penyebaran Islam, dengan jumlah minoritas Islam kala itu, hingga beliau melihat
bahwa agama Hindu dan Budha adalah agama yang mayoritas dianut oleh
masyarakat, hingga beliau melarang umat Islam menyembelih sapi, fenomena ini
bukan karena Islam mengharamkan sapi, melainkan demi kemaslahatan umat
Islam yang masih minoritas dan sedangkan sapi adalah hewan yang diyakini oleh
pemeluk lain sebagai hewan suci, sehingga dilarang untuk disembelih, hingga
semua umat Islam selamat dan syi’ar Islam berjalan dengan arif, hal itu tentunya
melihat dengan kacamata lingkungan itu penting untuk menjadi dalil kauliyah.
Dalam kemudian bahwa beberapa kajian tentang ke-Islaman tidaklah lepas dari
bagaimana lingkungan ada, karena ajaran Islam bukan datang di
ruang yang kosong.

C. Green Deen

Green Deen merupakan salah satu tawaran perspektif keberislaman yang


memperlihatkan relasi antara keimanan dan keberpihakan pada lingkungan.

6
Tawaran ini dipelopori oleh Ibrahim Abdul Matin dalam karyanya yang berjudul
Green Deen: What Islam Teaches About Protecting the Planet.
Green Deen lahir berkat ragam pengalaman dan kegelisahan akademik
yang dialami oleh Matin. Sebagai seorang akademisi muslim di satu sisi dan
environmentalists di sisi lain, ia perlahan menemukan bahwa banyak sekali tradisi
dan nilai-nilai keislaman yang mengajarkan manusia untuk berlaku baik kepada
lingkungan.

Melalui Green Deen, Abdul Matin juga ingin membuktikan bahwa


spiritualitas dan sains dapat berjalan bergandengan. Sains dapat menjadi alat
untuk lebih mengenal ciptaan Tuhan atau dalam al-Qur’an disebut ayat yang
dengannya manusia akan semakin mengenal Tuhannya dan masuk dalam
golongan ulul albab yang didefinisikan dalam Q.S. Ali Imran 191:

‫اَّلِذ ْيَن َيْذ ُك ُرْو َن َهّٰللا ِقَياًم ا َّو ُقُعْو ًدا َّوَع ٰل ى ُج ُنْو ِبِهْم َو َيَتَفَّك ُرْو َن ِفْي َخ ْلِق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۚض َر َّبَنا َم ا َخ َلْقَت ٰهَذ ا َباِط ۚاًل‬

‫ُسْبٰح َنَك َفِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam
keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia;
Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.

Enam Prinsip Fundamental Green Deen:

Ibrahim Abdul Matin merumuskan enam prinsip fundamental dalam Islam


yang menjadi akar bagi perspektif green deen yang ia tawarkan. Keenam prinsip
tersebut ialah 1) tauhid; 2) ayat; 3) khalifah; 4) amana; 5) adl; 6) mizan.
Keseluruhan prinsip ini mengandung penafsirannya atas beberapa ayat al-Qur’an
tertentu yang layak untuk dikaji dalam wacana Tafsir Ekologi.

Pertama, dalam menyoal tauhid, Matin mengungkapkan bahwa Green Deen


berarti mengakui bahwa segala sesuatu datang dari Allah. Ia mengutip Q.S. al-
Hadid: 3:

‫ُهَو اَاْلَّوُل َو اٰاْل ِخ ُر َو الَّظاِهُر َو اْلَباِط ُۚن َو ُهَو ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِلْيٌم‬

7
Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu. Lalu kemudian ia menerangkan bahwa segala sesuatu
yang ada di dunia ini merupakan hasil emanasi dari sumber yang sama. Matin
menguraikan bahwa kecanggihan teknologi saat ini memberikan kemampuan pada
manusia untuk melihat partikel penyusun atom (proton, neutron, elektron) yang
terlihat bagaikan kilatan cahaya.

Begitupun jika memandang objek terjauh yang dapat dilihat yakni Quasar,
maka objek itu juga akan terlihat seperti halnya partikel atom—bagai kilatan
cahaya. Maka menurutnya, fenomena tersebut merupakan ekspresi keesaan Allah di
mana pada tingkatan elemental, spiritual dan scientific, segala sesuatu mengandung hal
yang sama yakni cahaya.

Penjelasan Abdul Matin ini mengingatkan penulis pada filsafat emanasi al-
Farabi dan Ibn Sina dengan gaya Peripatetiknya (hikmah masya’iyah). Lalu juga
Imam al-Ghazali dengan filsafat iluminasinya yang saat ini sedang ramai dikaji
melalui karyanya Misykat al-Anwar. Kedua aliran tersebut berbeda namun tetap
mengusung nur atau cahaya sebagai salah satu wacana utama yang dibicarakan
perihal tauhid.

Kedua, ayat atau tanda yang dimaksud dalam prinsip kedua ialah baik ayat
qauliyah maupun kauniyah (tanda-tanda kealaman). Menurut Matin baik ayat
yang berupa firman Allah dalam al-Qur’an maupun ciptaan yang ada seluruh alam
semesta ini memiliki fungsi yang sama yakni sebagai tanda akan adanya sang
Pencipta, Allah Swt.

Maknanya pembacaan umat Islam terhadap al-Qur’an semestinya menjadi


pengantar bagi sebuah perjalanan eksitensial. Perjalanan yang membawa manusia
kepada penghayatan bahwa dalam setiap aspek penciptaan terdapat pesan
ketuhanan di baliknya.

Ketiga dan keempat, khalifah atau steward of God dan amanah (trust) merupakan
dua prinsip fundamental yang mengantarkan pada hakikat penciptaan manusia.
Manusia diciptakan dari tanah/ bumi di mana di dalamnya telah ditanamkan fitrah

8
(the essence of God), kemudian dianugerahi akal dan rasionalitas yang dengan
kesemua materi itu manusia diamanahi sebagai wakil Tuhan di Bumi.

Hakikat penciptaan ini apabila dihayati akan mengantarkan pada pemahaman


yang mendalam akan Q.S. al-Baqarah: 30. Di mana manusia berasal dari tanah/
Bumi lalu dijadikan sebagai khalifah di Bumi, maka sudah merupakan kewajiban
manusia untuk menjaganya sebagai unsur terpenting atas keberadaanya serta
mengelolanya dengan baik dan menjaga kesinambungannya dalam rangka
menjalankan amanahnya sebagai khalifah.

Kelima dan keenam, adalah (justice) dan mizan (balance) merupakan dua pilar
terakhir yang sekaligus melengkapi cara pandangan Green Deen ini. Adil atau
keadilan dan seimbang atau keseimbangan merupakan dua hal yang saling
berkelindan. Matin menguraikan bahwa segala sesuatu yang merupakan kreasi
Tuhan tentu tercipta dengan aspek keseimbangan yang sempurna.

Sebagaimana diuraikan dengan indah dalam Q.S. al-Rahman: 3-10:

‫َخ َلَق اِاْل ْنَس اَۙن َع َّلَم ُه اْلَبَياَن َالَّشْم ُس َو اْلَقَم ُر ِبُحْس َباٍۙن َّوالَّنْج ُم َو الَّش َج ُر َيْسُجَداِن َو الَّسَم ۤا َء َر َفَعَها َوَو َضَع اْلِم ْيَز اَۙن َااَّل‬

‫َتْطَغ ْو ا ِفى اْلِم ْيَزاِن َو َاِقْيُم وا اْلَو ْز َن ِباْلِقْس ِط َو اَل ُتْخ ِس ُروا اْلِم ْيَز اَن َو اَاْلْر َض َو َضَعَها ِلَاْلَناِم‬

“Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara. Matahari dan bulan


beredar menurut perhitungan, dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk
(kepada-Nya). Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan,
agar kamu jangan merusak keseimbangan itu, dan tegakkanlah keseimbangan itu
dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu. Dan bumi telah
dibentangkan-Nya untuk makhluk(-Nya)”.

Menurut Matin ayat ini begitu jelas mempresentasikan bahwa segala


sesuatu di alam semesta ini (ayat kauniyah) telah diciptakan dengan mizan. Maka
dalam ayat tersebut manusia memiliki tugas untuk menjaganya dengan adl.
Artinya jika dimensi adl ini hilang dari manusia, maka berpotensi merusak
keseimbangan alam. Matin pun mengutip Q.S. al-Rum: 41 demi menegaskan
pemahaman ini.

Ia lalu menguraikan bahwa sistem ekonomi yang diusung manusia


menjadi salah satu penyebabnya. Kapitalisme dan konsumerisme yang akut telah

9
menjangkit begitu lama dan menyebabkan alam hanya dipandang sebagai “objek
eksploitatif” demi meraup keuntungan sebesar-besarnya.

Dalam kasus tersebut, Matin mencetuskan cara pandang yang adil terhadap alam/
bumi khususnya yakni melihatnya sebagai masjid tempat beribadah (sebagaimana
termaktub dalam Hadis). Artinya ia ingin jika manusia memandang bumi dengan
melibatkan sisi spiritualitasnya yakni dengan menganggapnya sebagai sesuatu
yang sakral.

Implikasinya, bumi akan lebih dihormati dan tidak diperlakukan dengan


sembarangan sebagaimana umat Islam memperlakukan al-Qur’an sebagai kitab
suci yang sakral. Menurutnya, merefleksikan makna mizan dan adl merupakan
bentuk ibadah kepada Allah, dan ia pun mengutip Q.S. al-Rum: 30 seolah ingin
menunjukkan bahwa Green Deen ialah representasi atas al-din al-qayyim:

‫َفَاِقْم َو ْج َهَك ِللِّدْيِن َح ِنْيًفۗا ِفْط َر َت ِهّٰللا اَّلِتْي َفَطَر الَّناَس َع َلْيَهۗا اَل َتْبِد ْيَل ِلَخ ْلِق ِهّٰللاۗ ٰذ ِلَك الِّدْيُن اْلَقِّيُۙم َو ٰل ِكَّن َاْكَثَر الَّناِس اَل َيْع َلُم ْو َن‬

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah
Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia atas (fitrah) itu. Tidak ada
perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui”.

Selain memberikan wacana segar bagi kancah akademik, cara pandang


keagamaan yang inovatif dan solutif semacam ini harus didiseminasikan secara
masif ke ruang-ruang sosial umum. Umat perlu tahu jika agama bukan hanya
sekedar persoalan halal dan haram, melainkan ruh atau spirit dalam segala aspek
kehidupan. Wallahu a’lam.

Green Deen berarti ‘Agama Hijau’ merupakan refleksi mengenai nilai-


nilai ajaran Islam terhadap pelestarian lingkungan hidup dan alam semesta. Islam
sebagai agama yang Rahmatan Lil ‘Aalamiin memiliki sebuah pemahaman
berdasarkan prinsip-prinsip menjalankan Islam seraya berkomitmen kepada alam,
yaitu kesatuan Allah dengan ciptaan-Nya (Tauhid), memahami tanda-tanda
kekuasaanNya, memegang teguh kepercayaan Tuhan atas potensi kita, bersikap
adil dan hidup selaras dengan alam.

10
11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari makna konsep muslim dan ekologi, hubungan muslim dan ekologi,
serta prinsip Green Deen, dapat disimpulkan bahwa pemahaman ekologi dalam
konteks Islam memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan dan
keberlanjutan lingkungan. Konsep-konsep ini mengajarkan tanggung jawab dan
peran aktif umat Muslim dalam menjaga kelestarian alam serta mendorong gaya
hidup yang ramah lingkungan sesuai dengan prinsip-prinsip Green Deen.
Islam juga mengajarkan sebuah pendekatan holistik terhadap hubungan
manusia dengan alam. Prinsip-prinsip seperti keseimbangan, keadilan, tanggung
jawab, dan penghormatan terhadap alam menjadi landasan bagi praktik hijau
dalam kehidupan sehari-hari. Konsep Green Deen menghubungkan nilai-nilai
agama dengan praktik-praktik lingkungan yang berkelanjutan, mempromosikan
kesadaran akan pentingnya menjaga dan merawat alam sebagai bagian integral
dari kehidupan spiritual dan sosial umat Islam. Dengan menerapkan prinsip-
prinsip ini, umat Islam diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam upaya
pelestarian alam dan menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan bagi
semua makhluk Allah.

B. SARAN

Dengan adanya pembahasan tentang Islam dan Ekologi ini, pemakalah


berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan
dir untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar
pembahasan in dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua seta dapat
mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di masa yang
akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/nuansa/article/download/4332/3623

http://etheses.uin-malang.ac.id/490/5/10620106%20Bab%202.pdf

https://almaarif.ac.id/konsep-islam-dan-lingkungan-hidup/

https://m.kumparan.com/siti-dela-oktavia-2021/hubungan-islam-dengan-konsep-
ekologi-kampus-1yIrGOTMvgY/1

https://tafsiralquran.id/green-deen-persepektif-islam-ramah-lingkungan-berbasis-nilai-
qurani/

https://almaarif.ac.id/konsep-islam-dan-lingkungan-hidup/#:~:text=Lingkungan%20hidup
%20dalam%20perspektif%20Islam,daratan%2C%20lautan%20manusia%2C
%20tumbuhan%2C

13

Anda mungkin juga menyukai