Anda di halaman 1dari 15

Peran Islam dalam kepedulian lingkungan dan ekosistem

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah islam dan budaya lokal
Dosen Pengampu : lukmanul hakim, M.Hum.

Disusun oleh:
Ndika ariya susanto 33030210116
fadil Muhammad 33030210105

HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SALATIGA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke-hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Peran Islam dalam kepedulian lingkungan dan ekosistem tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas dari dosen pengampu lukmanul hakim, M.Hum. pada mata kuliah islam dan
budaya lokal. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Peran Islam dalam kepedulian lingkungan dan ekosistem para pembaca
dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada lukmanul hakim, M.Hum. selaku


Dosen pengampu mata kuliah islam dan budaya lokal yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 24 September 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

C. Manfaat......................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Definisi lingkungan dan ekosistem...........................................................3

B. Perspektif islam dalam lingkungan dan ekosistem ..................................5

C. menjaga keseimbangan ekosistem ...........................................................9


BAB III
PENUTUP............................................................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................................13

B. Saran..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah SWT menciptakan alam lingkungan di dunia ini pada dasarnya digunakan untuk
memenuhi hajat kebutuhan hidup manusia. Agar alam lingkungan terus menerus memberikan
manfaat bagi manusia, maka sudah sepantasnyalah manusia dikenakan suatu kewajiban untuk
memelihara lingkungan tersebut. Akan tetapi seiring dengan semakin pesatnya ilmu pengetahuan
dan teknologi yang disertai pula dengan sifat keserakahan atau ketamakan manusia dalam
mengeksploitasi sumberdaya alam telah membuat alam lingkungan ini menjadi rusak tak
terkendali, alhasil bencana lingkungan pun terus mengalir tiada henti.

eksistensi manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi ini yang mempunyai tugas
dan peranan sebagai pengatur atau pengelola alam lingkungan. Tentunya, sebagai khalifah
manusia dituntut berlaku adil dan mampu untuk melakukan pengelolaan terhadap seluruh aspek
kehidupan dan faktor-faktor yang terkait dengannya. Dalam konteks pengelolaan lingkungan
hidup, manusia mempunyai kewajiban untuk melakukan pemeliharaan dan memberikan
hormatnya terhadap sesama komponen lingkungan Namun sifat-sifat keduniawian yang
berorientasi kepada keuntungan materi semata ditambah dengan adanya sifat nafsu serakah yang
tak terkendali telah menutupi hati nurani dan fitrah manusia, sehingga lupa akan
kewajibaannya sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi ini.

B. Rumusan Masalah
1. apa definisi lingkungan dan ekosistem ?
2. Bagaimana peran islam dalam menjaga lingkungan dan ekosistem?
3. Bagaimana menjaga keseimbangan ekosistem?
C. Manfaat
1. Mampu memberi wawasan seputar lingkungan dan ekosistem
2. Mampu memahami peran islam dalam menjaga lingkungan dan ekosistem
3. Mampu memahami secara teoritis konsep menjaga lingkungan

3
BAB III
PEMBAHASAN

A. Definisi lingkungan dan ekosistem

Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang memengaruhi suatu organisme; faktor-faktor
ini dapat berupa organisme hidup (biotic factor) atau variabel-variabel yang tidak hidup (abiotic
factor). Dari hal inilah kemudian terdapat dua komponen utama lingkungan, yaitu: Bioti hidup;
dan Abiotik: Energi, bahan kimia, dan lain-lain.Pada hakikatnya keseimbangan alam (balance of
nature) menyatakan bahwa bukan berarti ekosistem tidak berubah tergantung pada situasi pada
lingkungannya1.

Sedangkan ekosistem adalah hubungan timbal balik antara komponen biotik (tumbuhan,
hewan, manusia, dan mikroba) dengan komponen abiotik (cahaya, udara, air, tanah) di alam,
sebenarnya merupakan hubungan komponen yang membentuk suatu sistem”. Yang berarti
bahwa baik dalam struktur maupun dalam fungsi komponen-komponen tadi merupakan suatu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Sebagai konsekuensinya apabila salah satu komponen
terganggu, maka komponen-komponen lainnya secara cepat atau lambat akan
terpengaruhi.Sistem alam ini oleh Tansley disebutkannya sistem ekologi atau ekosistem2.

Ekosistem itu sangat dinamis dan tidak statis. Komunitas tumbuhan dan hewan yang
terdapat dalam beberapa ekosistem secara gradual selalu berubah karena adanya perubahan
komponen lingkungan fisiknya. Tumbuhan dan hewan dalam ekosistem juga berubah karena
adanya kebakaran, banjir, erosi, gempa bumi, pencemaran, dan Dapat di definisikan bahwae
lingkungan atau lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada pada setiap makhluk
hidup atau organisme dan berpengaruh pada kehidupannya. Sebagai contoh pada hewan seperti
kucing, segala sesuatu di sekeliling kucing dan berpengaruh pada kelangsungan hidupnya maka
itulah lingkungan hidup bagi kucing. Demikian juga pada manusia, segala sesuatu yang berada di
sekeliling manusia yang berpengaruh pada kelangsungan hidupnya itulah lingkungan hidup
manusia.

1
Widodo, D., Kristianto, S., Susilawaty, A., Armus, R., Sari, M., Chaerul, M., ... & Mastutie, F. (2021). Ekologi dan
Ilmu Lingkungan. Yayasan Kita Menulis.
2
Effendi, R., Salsabila, H., & Malik, A. (2018). Pemahaman tentang lingkungan berkelanjutan. Modul, 18(2), 75-82.

4
lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat
dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan
manusia. Dari definisi-definisi mengenai lingkungan hidup tersebut terdapat kesamaan yang
menyebutkan mengenai pengaruh; mempengaruhi hidup. Jadi dapat disimpulkan bahwa
lingkungan atau lingkungan hidup adalah segala sesuatu (benda, keadaan, situasi) yang berada
disekeliling dari makhluk hidup yang mempengaruhi kehidupannya (sifat, pertumbuhan dan
persebaran)3.

B. prespektif Islam dalam lingkungan dan ekosistem.

Agama Islam adalah agama yang dipeluk oleh sebagian besar penduduk bumi.Bisa
dibayangkan betapa besarnya dampak kebaikannya kepada lingkungan hidupjika seluruh
penganut agama Islam memiliki kesadaran yang sama untuk memberikan perhatian yang serius
terhadap lingkungan hidup.Maka dari itu kiranya saat ini para tokoh Islam sangat perlu menggali
lebih jauh unsur-unsur keagamaan mereka, entah itu unsur teologis, fiqih atau unsur-unsur ajaran
yang lainnya agar dapat membantu atau memotivasi para penganut yang lain untuk semakin
mencintai dan bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.4

1. Pendekatan Teologis

Disadari bahwa Al Qur’an sedikit sekali berbicara tentang kejadian alam (kosmogoni),
Namun bukan berarti bahwa Al Qur’an tidak memberikan perhatian yang serius terhadap
lingkungan hidup. Mungkin dengan alasan bahwa pada saat Al Qur,an diturunkan masalah
lingkungan hidup belumnlah menjadi masalah yang mendesak, sehingga permasalahan alam
ketika itu bisa terjawab oleh Al Qur’an. Sekarang ini yang terpenting adalah bukan masalah
minimnya Al Qu’an dalam menjawab persoalan lingkungan hidup, tetapi justru sebaliknya
bagaimana menggunakan sedikit teks atau ajaran-ajaran dalam Al Qur’an tentang kejadian alam
atau lingkungan hidup dapat dijadikan dasar pengembangan pemikiran bagi umat islam untuk
semakin peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup.5

3
Sari, M., Fatma, F., Purba, T., Bachtiar, E., NNPS, R. I. N., Simarmata, M. M., ... & Nurdin, N. (2021). Pengetahuan
lingkungan. Yayasan Kita Menulis.
4
Harahap, R. Z. (2015). Etika Islam dalam Mengelola Lingkungan Hidup. EDUTECH: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ilmu
Sosial, 1(01).
5
Fatah, A., Taruna, T., & Purnaweni, H. (2014). Konsep pengelolaan sampah berbasis teologi. Jurnal Ilmu
Lingkungan, 11(2), 84.

5
Dalam bagian tertentu Al Qur’an mengatakan bahwa Allah adalah pemilik yang mutlak dari
alam semesta dan penguasa alam semesta yang tak dapat disangkal disamping pemeliharaanya
yang maha pengasih. Karena kekuasaan Nya yang mutlak maka jika Allah hendak menciptakan
langit dan bumi,maka Dia berkata kepada keduanya: “Jadilah kalian, baik dengan suka maupun
dengan terpaksa”. (Q.S Al- Fussilat [41]:11).

E‫ا‬Eَ‫ه‬Eَ‫ ل‬E‫ َل‬E‫ا‬Eَ‫ق‬Eَ‫ ف‬E‫ن‬Eٌ E‫ ا‬E‫ َخ‬E‫ ُد‬E‫ َي‬E‫ ِه‬E‫ َو‬E‫ ِء‬E‫ ا‬E‫ َم‬E‫ َّس‬E‫ل‬E‫ ا‬E‫ى‬Eَ‫ ِإ ل‬E‫ى‬Eٰ E‫و‬Eَ Eَ‫ ت‬E‫ ْس‬E‫ ا‬E‫ َّم‬Eُ‫ث‬
E‫ن‬Eَ E‫ ي‬E‫ِئ ِع‬E‫ ا‬Eَ‫ ط‬E‫ا‬Eَ‫ ن‬E‫ ْي‬Eَ‫ َأ ت‬E‫ا‬Eَ‫ت‬Eَ‫ل‬E‫ا‬Eَ‫ ق‬ E‫ا‬Eً‫ ه‬E‫ر‬Eْ E‫ َك‬E‫و‬Eْ ‫ َأ‬E‫ ا‬E‫ ًع‬E‫و‬Eْ Eَ‫ ط‬E‫ا‬Eَ‫ي‬Eِ‫ْئ ت‬E‫ ا‬E‫ض‬
ِ E‫ر‬Eْ ‫ َأْل‬Eِ‫ ل‬E‫َو‬
Dari ungkapan tersebut dapat dimaknai secara luas bahwa semestinya manusia dan alam
sebagai makhluk ciptaan Allah sudah seharusnya saling mengasihi seperti Allah sendiri
mengasihi mereka sebagai ciptaan Nya. Petikan ayat-ayat Al Qur,an tentang alam tersebut
kiranya dapat dijadikan dasar atau pedoman teologis guna membangun atau memperkokoh,
bahwa Al Qur,an secara langsung memberikan tempat terpenting terhadap ciptaan Allah dan
unsur-unsur alam.Oleh karena itu tidak ada alasan cukup kuat bagi manusia untuk seenaknya
melakukan eksploitasi terhadap alam atau lingkungan hidup .Sebaliknya diharapkan akan
muncul kesadaran mereka untuk menghargai alam/ lingkungan hidup sebagai sesuatu yang
mempunyai kedudukan tinggi 6

2. Pendekatan fiqih

Mengapa pendekatan fiqih perlu dalam membahas masalah lingkungan hidup, pertama-tama
karena fiqih yang berarti juga sebagi sistem pemikiran hukum Islam.Dapat memberi kepastian
bagi mereka yang meyakininya.Dengan adanya kepastian tersebut umat Islam tidak lagi ragu
bahwa masalah lingkungan hidup adalah masalah yang sangat penting untuk diperhatikan.
Selanjutnya kepastian tersebut dapat diharapkan menjadi sumber motivasi yang sangat kuat bagi
umat Islam khususnya untuk semakin peduli terhadap lingkungan hidup 7

Apalagi melihat situasi modern seperti saat ini yang dengan jelas-jelas ditandai oleh
6
Mufidah, L. L. N. (2017). Pendekatan Teologis Dalam Kajian Islam. MISYKAT: Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Quran, Hadist,
Syari’ah Dan Tarbiyah, 2, 151-62.
7
Muhammad, A. S., Mumammad, H., Mabrur, K. R., Abbas, A. S., Firman, A., Mangunjaya, F. M., ... & Andriana, M.
(2006). Fiqih Lingkungan. Jakarta: Conservation International Indonesia.

6
kerusakan lingkungan hidup yang begitu dhsyat, rasanya fiqih tentang lingkungan hidup
perludikembangkan terus menerus agar dapat menjawab kebutuhan zaman yang semakin
menekankan pentingnya perlindungan terhadap lingkungan hidup.Dengan kata lain
pengembangan fiqih lingkungan hidup kini bisa menjadi suatu pilihan penting ditengah krisis-
krisis ekologis yang secara sistematis disebabkan oleh keserakahan manusia dan kecerobohan
penggunaan teknologi.8

Islam sebagai agama yang secara organik memperhatiakn manusia dan lingkungannya
memiliki potensi amat besar untuk melindungi bumi. Dalam Al Qur’an sendiri kata “bumi”
(ardh) disebut sebanyak 485 kali dengan konteks dan arti yang beragam.Dibagian lain
komponen-komponen lain di bumi dan lingkungan hidup juga disebut dama Al Qur’an dan
Hadits.Sebagai contoh manusia sebagai pusat lingkungan yang disebut sebagai kholifah terdapat
dalam Q.S Al-Baqarah [2]: 30)

Eً‫ة‬Eَ‫ف‬E‫ي‬Eِ‫ ل‬E‫ َخ‬E‫ض‬ِ E‫ر‬Eْ ‫َأْل‬E‫ ا‬E‫ي‬Eِ‫ ف‬E‫ ٌل‬E‫ ِع‬E‫ ا‬E‫ َج‬E‫ي‬Eِّ‫ ِإ ن‬E‫ ِة‬E‫ اَل ِئ َك‬E‫ َم‬E‫ ْل‬Eِ‫ ل‬E‫ك‬ َ E‫ ُّب‬E‫ َر‬E‫ َل‬E‫ا‬Eَ‫ ق‬E‫ ِإ ْذ‬E‫َو‬
ُ Eِ‫ ف‬E‫ ْس‬Eَ‫ ي‬E‫و‬Eَ E‫ا‬Eَ‫ه‬E‫ي‬Eِ‫ ف‬E‫ ُد‬E‫س‬Eِ E‫ ْف‬Eُ‫ ي‬E‫ن‬Eْ E‫ َم‬E‫ا‬Eَ‫ه‬E‫ي‬Eِ‫ ف‬E‫ ُل‬E‫ َع‬E‫ج‬Eْ Eَ‫ َأ ت‬E‫ا‬E‫و‬Eُ‫ل‬E‫ا‬Eَ‫ ق‬Eۖ
E‫ن‬Eُ E‫ح‬Eْ Eَ‫ ن‬E‫ َو‬E‫ َء‬E‫ ا‬E‫ َم‬E‫ ِّد‬E‫ل‬E‫ ا‬E‫ك‬
E‫ن‬Eَ E‫ و‬E‫ ُم‬Eَ‫ ل‬E‫ ْع‬Eَ‫ اَل ت‬E‫ ا‬E‫ َم‬E‫ ُم‬Eَ‫ ل‬E‫ َأ ْع‬E‫ي‬Eِّ‫ ِإ ن‬E‫ َل‬E‫ا‬Eَ‫ ق‬Eۖ E‫ك‬
َ Eَ‫ ل‬E‫س‬
Eُ E‫ ِّد‬Eَ‫ق‬Eُ‫ ن‬E‫ َو‬E‫ك‬
َ E‫ ِد‬E‫ ْم‬E‫ َح‬Eِ‫ ب‬E‫ ُح‬Eِّ‫ ب‬E‫ َس‬Eُ‫ن‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui".Segala yang dilangit dan bumi ditundukkan oleh Allah kepada
Manusia,
(Q.SAl-Jasiyah [45]:13.)

Manusia, bumi dan makhluk ciptaan lainnya di alam semesta ini adalah sebuah ekosistem
yang kesinambungannya amat tergantung padamoralitas manusia sebagai khalifah di bumi.
8
Masruri, U. N. (2016). Pelestarian Lingkungan dalam Perspektif Sunnah. at-Taqaddum, 6(2), 411-428.

7
Dalam kerangka pemikiran tersebut, maka melindungi, merawat dan melestarikan lingkungan
hidup menjadi semakin jelas sebagai suatu kewajiban setiap muslim, karena menurut ajaran
Islam sesungguhnya melestarikan lingkungan hidup sama dengan:

 Menjaga Agama, dimana perbuatan dosa yang dapat mencemari lingkungan akan
menodai sustansi dari keberagamaan yang benar, dan secara tidak langsung meniadakan
tujuan eksistensi manusia di permukaan bumi ini, serta menodai fungsi ke kholifahan
yang dibebankan padamanusia.
 Menjaga Jiwa,maksudnya perlindungan terhadap kehidupan psikis manusia dan
keselamatan mereka.Sehingga kasus-kasus pembunuhan sebagai sebuah dosa
besar.Begitu pentingnya harga sebuah jiwa, hingga Al Qur’an sendiri menegaskan dalm
surat Al Maidah ayat 32.

Eِ‫ ر‬E‫ ْي‬E‫ َغ‬Eِ‫ ب‬E‫ ا‬E‫ ًس‬E‫ ْف‬Eَ‫ ن‬E‫ َل‬Eَ‫ت‬Eَ‫ ق‬E‫ن‬Eْ E‫ َم‬Eُ‫ه‬Eَّ‫ َأ ن‬E‫ل‬Eَ E‫ِئ ي‬E‫ ا‬E‫ر‬Eَ E‫ ِإ ْس‬E‫ ي‬Eِ‫ن‬Eَ‫ ب‬E‫ى‬Eٰ Eَ‫ ل‬E‫ َع‬E‫ا‬Eَ‫ ن‬E‫ ْب‬Eَ‫ ت‬E‫ َك‬E‫ك‬ Eَ Eِ‫ ل‬E‫ َذ‬Eٰ E‫ ِل‬E‫ج‬Eْ ‫ َأ‬E‫ن‬Eْ E‫ِم‬
E‫ن‬Eْ E‫ َم‬E‫و‬Eَ E‫ ا‬E‫ ًع‬E‫ ي‬E‫ ِم‬E‫ج‬Eَ E‫س‬ Eَ E‫ا‬Eَّ‫ن‬E‫ل‬E‫ ا‬E‫ َل‬Eَ‫ت‬Eَ‫ ق‬E‫ ا‬E‫ َم‬Eَّ‫ َأ ن‬E‫ َك‬Eَ‫ ف‬E‫ض‬ِ E‫ر‬Eْ ‫َأْل‬E‫ ا‬E‫ ي‬Eِ‫ ف‬E‫ ٍد‬E‫ ا‬E‫ َس‬Eَ‫ ف‬E‫و‬Eْ ‫ َأ‬E‫س‬ ٍ E‫ ْف‬Eَ‫ن‬
E‫ا‬Eَ‫ن‬Eُ‫ ل‬E‫ ُس‬E‫ ُر‬E‫ ْم‬Eُ‫ ه‬E‫ ْت‬E‫ َء‬E‫ ا‬E‫ َج‬E‫ ْد‬Eَ‫ ق‬Eَ‫ ل‬E‫و‬Eَ Eۚ E‫ ا‬E‫ ًع‬E‫ ي‬E‫ ِم‬E‫ج‬Eَ E‫س‬Eَ E‫ا‬Eَّ‫ن‬E‫ل‬E‫ ا‬E‫ا‬Eَ‫ ي‬E‫ح‬Eْ ‫ َأ‬E‫ ا‬E‫ َم‬Eَّ‫ َأ ن‬E‫ َك‬Eَ‫ ف‬E‫ ا‬Eَ‫ه‬E‫ا‬Eَ‫ ي‬E‫ح‬Eْ ‫َأ‬
E‫ن‬Eَ E‫و‬Eُ‫ ف‬E‫ ِر‬E‫ ْس‬E‫ ُم‬Eَ‫ ل‬E‫ض‬ Eَ Eِ‫ ل‬E‫ َذ‬Eٰ E‫ َد‬E‫ ْع‬Eَ‫ ب‬E‫ ْم‬Eُ‫ ه‬E‫ ْن‬E‫ ِم‬E‫ ا‬E‫ ًر‬E‫ ي‬Eِ‫ ث‬E‫ َك‬E‫ ِإ َّن‬E‫ َّم‬Eُ‫ ث‬E‫ت‬
ِ E‫ر‬Eْ ‫َأْل‬E‫ ا‬E‫ ي‬Eِ‫ ف‬E‫ك‬ ِ E‫ا‬Eَ‫ ن‬Eِّ‫ ي‬Eَ‫ ب‬E‫ ْل‬E‫ ا‬Eِ‫ب‬
“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, dan membuat kerusakan dimuka bumi, maka
seakan-akan dia telah membunuh anusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara
kedhidupan manusia, maka seakan-akan dia memelihara kehidupan manusia seluruhnya”.

(Q.S Al Maida [5]: 32)

 Menjaga Keturunan, dimaksudkan adalah keturunan umat Islam diatas bumiyaitu


menjaga keberlangsungan generasi masa depan dengan menjaga segala bentuk eksploitasi
sumber-sumber rezeki yang menjadi hak generasi yang akan datang.
 Menjaga Akal, dalam pengertian luas mengandung arti menjaga manusia dengan seluruh
unsur penciptaanya , jasmani, akal dan jiwa.Maka upaya menjaga keberlangsungan hidup
manusia tidak akan berjalan kecuali kalau akalnya di jaga oleh karenanya mereka berbeda
dengan hewan.Pengrusakan lingkungan hidup yang dilakukan manusia selain berakibat

8
pada diri manusia juga dikatagorikan sebagai perbuatan gila,karena tidak lagi bisa
menjaga keseimbangan dalam berpikir,keseimbangan antara yang maslahat dan yang
merusak.
 Menjaga Harta, harta disini bukan hanya uang, emas dan permata saja, tetapi bumi dan
isinya adalah harta yang wajib dilestarikan (Qaradhawi, 2002: 236).9

Oleh karena itu rasa sangat perlu sekali gagasan-gagasan yang telah terungkap diatas
diintegrasikan dan disosialisasikan kepada segenap umat muslim dan selanjutnnya pada
masyarakat yang luas dengan cara yang baru.Dalam hal ini khususnya para Ulama’ memiliki
peran yang sangat penting untuk mewujudkan gagasan-gagasan dalam rangka pelestarian
lingkungan hidup. Ulama’ harus meyakinkan publik bahwa tanggung jawab atas kerusakan
lingkungan hidup menjadi tanggung jawab/ beban setiap muslim, bukan hanya institusi atau
lembaga saja. Pandangan-pandangan tersebut diatas tentunya sangat bermanfaat untuk
menanggapi krisis lingkungan hidup saat ini serta dijadikan dasar motivasi bagi umat islam yang
hendak mewujudkan kepeduliannya terhadap lingkungan hidup.10

C. Menjaga Keseimbangan Ekosistem

Masyarakat adalah kumpulan sejumlah manusia dalam arti yang seluas luasnya dan
terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Yang perlu digaris bawahi disini
adalah bahwa masyarakat terdiri manusia-manusia yang kepadanya Allah SWT. Telah
menganugerahi beragam aneka potensi, terlepas apakah potensi tersebut cenderung untuk
melakukan kebaikan atau keburukan, dan mempunyai sisi kelebihan dan kekurangan masing-
masing (Thalhah. 2008: 31).

Salah satu tuntutan terpenting Islam dalam hubungannya dengan lingkungan hidup adalah
bagaimana menjaga keseimbangan lingkungan dan habitat yang ada., tanpa merusaknya.Karena
tak diragukan lagi bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu di alam ini dengan perhitungan
tertentu.Seperti dalam firman Nya, dalam surah Al Mulk ayat 3.

9
Kalim, A. (2017). Fiqih Berwawasan Spiritualisasi Ekologi (Kajian Materi Fiqih Ekologi). Genetika (Jurnal Tadris
Biologi), 1(1).
10
Harahap, R. Z. (2015). Etika Islam dalam Mengelola Lingkungan Hidup. EDUTECH: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan
Ilmu Sosial, 1(01).

9
“Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang” (Q.S
Al-Mulk [67]: 3).

Allah tidak pernah menciptakan sesuatu dalam semesta ini dengan sia-sia
danserampangan. Dia tidak pernah pula meletakkan  sesuatu bukan pada tempatnya.Sebab jikaitu
terjadi, berarti telah menafikan hikma Dzat yang Maha Bijaksana.”Yang membuat segala sesuatu
yang Dia ciptakan sebaik-bainya”(As-Sajdah: 7).

Kemudian pada ayat yang berbeda, Al Qur’an kembali mengulang kenyataan diatas
secara gamblang, tanpa sedikit keraguan apa pun.

Eٍ‫ ر‬E‫ َد‬Eَ‫ ق‬Eِ‫ ب‬Eُ‫ه‬E‫ ا‬Eَ‫ ن‬E‫ ْق‬Eَ‫ ل‬E‫خ‬Eَ E‫ ٍء‬E‫ي‬
Eْ E‫ َش‬E‫ َّل‬E‫ ُك‬E‫ا‬Eَّ‫ِإ ن‬

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran”. Q.S Al-Qomar [54]:49).

Eُ‫ ه‬Eَ‫ ل‬E‫ن‬Eْ E‫ ُك‬Eَ‫ ي‬E‫ ْم‬Eَ‫ ل‬E‫و‬Eَ E‫ ا‬E‫ ًد‬Eَ‫ ل‬E‫و‬Eَ E‫ ْذ‬E‫ ِخ‬Eَّ‫ت‬Eَ‫ ي‬E‫ ْم‬Eَ‫ ل‬E‫ َو‬E‫ض‬ ِ E‫ر‬Eْ ‫َأْل‬E‫ ا‬E‫ َو‬E‫ت‬ ِ E‫ ا‬E‫ َو‬E‫ ا‬E‫ َم‬E‫ َّس‬E‫ل‬E‫ ا‬E‫ك‬ ُ E‫ ْل‬E‫ ُم‬Eُ‫ ه‬Eَ‫ ل‬E‫ ي‬E‫ ِذ‬Eَّ‫ل‬E‫ا‬
E‫ ا‬E‫ر‬Eً E‫ ي‬E‫ ِد‬E‫ ْق‬Eَ‫ ت‬Eُ‫ ه‬E‫ر‬Eَ E‫ َّد‬Eَ‫ق‬Eَ‫ ف‬E‫ ٍء‬E‫ي‬
Eْ E‫ َش‬E‫ َّل‬E‫ ُك‬E‫ق‬
َ Eَ‫ ل‬E‫ َخ‬E‫ َو‬E‫ك‬ ِ E‫ ْل‬E‫ ُم‬E‫ ْل‬E‫ ا‬ E‫ ي‬Eِ‫ ف‬E‫ك‬ٌ E‫ ي‬E‫ ِر‬E‫َش‬

“Dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia telah menetapkan ukurannya serapi-
rapinya”. (Al-Furqon [25]:2).

‫) ال َّش ْمسُ َو ْالقَ َم ُر‬٤( ‫ان‬


َ َ‫) َعلَّ َمهُ ْالبَي‬٣( ‫ان‬
َ ‫ق اإل ْن َس‬ َ ْ‫ َعلَّ َم ْالقُر‬ )١( ‫الرَّحْ َم ُن‬
َ َ‫) َخل‬٢( ‫آن‬
ٍ َ‫بِ ُح ْسب‬
)٥( ‫ان‬

“Matahari dan bulan bredar menurut perhitungan.Dan tumbuh-tumbuhan serta pohon-pehonan,


keduanya tunduk kepada Nya.Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia telah meletakkan

1
neraca keadilan.Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.Dan tegakkanlah
timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”. (Ar-Rahman [55]: 5-9)
dalam Qaradhawi (2002:234-235).

Menurut Thalhah (2008: 34) Manusia diberikan kesempatan untuk berpikir, tanpa
merenungkan keadaansekitarnya dengan teliti dan bijaksana, seseorang tidak akan pernah
melihat kenyataan atau bahkan tidak memikirkan sedikitpun mengapa dunia diciptakan dan siapa
yang membuat keteraturan besar ini bergerak dengan ritme begitu sempurna. Karenanya
Rasulullah SAW. Bersabda: “Janganlah kalian berpikir tentang Wujud Tuhan
melainkan, berpikirlah tentang apa-apan yang Dia ciptakan”. (H.R Ar-Rabi’ ibnu Huabaib).

Oleh karena itu, manusia harus saling menjaga satu sama lain, untuk menjaga
keseimbangan alam, sebab tanpa begitu, niscaya bumi akan rusak berantakan.Padahal sebetulnya
alam ini mempunyai konsep keseimbangan tersendiri dan saling melengkapi antara elemen-
elemennya, kalaulah salah satu elemen tersebut ada yang melewati batas, niscaya akan ada dari
elemen di jagad raya ini yang mampu meredap.Sehingga kemudian segala sesuatunya akan
kembali pada tatanan keseimbangan yang adil. Hanya saja pengerusakan keseimbangan di alam
raya ini disebabkan oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.Perbuatan tidak terkontrol
dan telah keluar dari ketentuan yang ada. Selain itu pengrusakan juga disebabkan oleh usahanya
untuk mengubah fitrah Allah yang telah ditetapkan pada diri dan alam sekitarnya. Termasuk pula
perbuatan yang diluar batas dalam berinteraksi dengan makhluk-makhluk lain.

Di abad ini, campur tangan umat manusia terhadap lingkungan cenderung meningkat.
Dan terlihat semakin meningkat lagi teriutama pada beberapa dasawarsa terakhir.Tindakan-
tindakan mereka merusak keseimbanganlingkungan serta merusak keseimbangan elemen-
elemennya.Terkadang karena terlaluberlebihan, dan terkadang pula terlalu meremehkan.Masalah
kerusakan lingkungan hidup dan akibat-akibat yang ditumbulkan bukanlah suatu hal yang asing
lagi di telinga setiap orang. Degan mudah dan sistematis setiap orang dapat menunjuk dan
mengetahui apa saja jenis kerusakan lingkungan hidup itu dan apa saja akibat yang
ditimbulkanya. Yang menjadi masalah adalah bahwa pengetahuan yang sama atas pengenalan
kerusakan lingkungan hidup dan akibat yang ditimbulkan tersebut belum terjadi dalam hal

1
pemeliharaan dan perawatan lingkungan hidupbelum ada kesadaran yang kuat.11

BAB III

A. KESIMPULAN

1. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
mahluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.

11
Rodin, D. (2017). Alquran dan konservasi lingkungan: Telaah ayat-ayat ekologis. Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran
Islam, 17(2), 391-410.

1
2. Hubungan manusia dengan lingkungan hidup yaitu manusia sebagai khalifah dibumi
yang menjadi tempat tinggalnyamemiliki amanah dari Allah SWT untuk senantiasa
melestarikan, menjaga serta merawat bumi sebagai tempat tingalnya.
3. Allah SWT telah menganugerahi kepada manusia beragam potensi yang seharusnya
digunakan manusia untuk menjaga keseimbangan alam. Dengan melakukan hal-hal yang
dapat menunjang kebaikan bagi alam, maka selama itu kehidupan manusia akan aman
dan nyaman.
4. Penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan menyebabkan kondisi lingkungan kurang
atau tidak dapat berfungsi lagi untuk mendukung kehidupan makhluk hidup yang ada di
dalamnya. Kerusakan lingkungan hidup dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Berdasarkan penyebabnya, kerusakan lingkungan dapat dikarenakan proses alam dan
karena aktivitas manusia.
5. Usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab manusia sebagai
khalifah di bumi. Upaya pelestarian lingkungan telah tercantum dalam Peratutan Undang-
undang serta dapat dilakukan dengan kesadaran masing-masing manusia.

B. SARAN

Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Namun kami selalu berusaha untuk memperbaiki dan mengacu pada
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik terhadap pembahasan makalah kami.

DAFTAR PUSTAKA

Widodo, D., Kristianto, S., Susilawaty, A., Armus, R., Sari, M., Chaerul, M., ... &
Mastutie, F. (2021). Ekologi dan Ilmu Lingkungan. Yayasan Kita Menulis.
Effendi, R., Salsabila, H., & Malik, A. (2018). Pemahaman tentang lingkungan
berkelanjutan. Modul, 18(2), 75-82.

1
Sari, M., Fatma, F., Purba, T., Bachtiar, E., NNPS, R. I. N., Simarmata, M. M., ... &
Nurdin, N. (2021). Pengetahuan lingkungan. Yayasan Kita Menulis.
Harahap, R. Z. (2015). Etika Islam dalam Mengelola Lingkungan Hidup. EDUTECH:
Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 1(01).
Fatah, A., Taruna, T., & Purnaweni, H. (2014). Konsep pengelolaan sampah berbasis
teologi. Jurnal Ilmu Lingkungan, 11(2), 84.
Mufidah, L. L. N. (2017). Pendekatan Teologis Dalam Kajian Islam. MISYKAT: Jurnal
Ilmu-Ilmu Al-Quran, Hadist, Syari’ah Dan Tarbiyah, 2, 151-62.
Muhammad, A. S., Mumammad, H., Mabrur, K. R., Abbas, A. S., Firman, A.,
Mangunjaya, F. M., ... & Andriana, M. (2006). Fiqih Lingkungan. Jakarta: Conservation
International Indonesia.
Masruri, U. N. (2016). Pelestarian Lingkungan dalam Perspektif Sunnah. at-
Taqaddum, 6(2), 411-428.
Kalim, A. (2017). Fiqih Berwawasan Spiritualisasi Ekologi (Kajian Materi Fiqih
Ekologi). Genetika (Jurnal Tadris Biologi), 1(1).
Harahap, R. Z. (2015). Etika Islam dalam Mengelola Lingkungan Hidup. EDUTECH:
Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 1(01).
Rodin, D. (2017). Alquran dan konservasi lingkungan: Telaah ayat-ayat ekologis. Al-
Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam, 17(2), 391-410.

Anda mungkin juga menyukai