Anda di halaman 1dari 14

ISLAM DAN TANGGUNG JAWAB TERHADAP

LINGKUNGAN DAN SDM

SERTA PEMELIHARAAN LINGKUNGAN HIDUP

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

Islam dan Lingkungan Hidup

(Dosen Pengampu: Sodikin, M. Pd.)

Disusun Oleh:

Siska Elismawati (2111100127)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah swt. Tuhan sumber segala ilmu pengetahuan yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam selau terlimpah curahkan kepada baginda kita Rasulullah
saw. berkat rahmatnya penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas kaitannya dengan dengan
yang penulis sajikan dari berbagai sumber informasi dan referensi. Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan ataupun kekeliruan, ini karena kurangnya
pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Dalam proses penyusunan makalah
ini penulis mendapat banyak bantuan baik berupa material maupun spiritual. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada setiap pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian tugas makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca pada umumnya, serta untuk almamater kita tercinta. Aamiin
ya rabbal „aalamiin…

Bandar Lampung, 18 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................3

A. Sikap Tanggung jawab Manusia terhadap Lingkungan dan SDM ..........................3

B. Pelestarian dan Pemeliharaan Lingkungan dalam Islam........................................6

BAB III PENUTUP ............................................................................................................10

A. Kesimpulan...........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................11

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerusakan lingkungan seharusnya tidak hanya dipandang dari segi
kepentingan manusia serata, namun difokuskan pada menurunnya kualitas dan daya
dukung bagi hewan, tumbuhan, ataupun mikroba yang pada akhirnya mempengaruhi
kehidupan manusia.

Memang benar agama Islam adalah agama rahmatan lil'alamin. Namun


banyak orang yang salah kaprah dalam menafsirkannya. Sehingga banyak
kesalahan dalam memahami praktek beragama bahkan dalam hal yang fundamental
yaitu akidah, Islam adalah suatu aqidah atau keyakinan. Mulai daripada Islam itu
sendiri secara totalitas adalah suatu keyakinan, bahwa nilai-nilai yang diajarkan
kebenarannya mutlak karena bersumiser dan yang Maha Mutlak. Maka segala yang
diperintahkannya dan diizinkannya adalah suatu yang haq.

Adanya kewajiban umat islam yang belum dilaksanakan didalam masyarakat


karena rendahnya pendidikan agama tentang kewajiban umat Islam tersebut..
Kurangnya sosialisasi tentang lingkungan, sehingga menciptakan kesenjangan sosial
di antara umat beragama Terjadinya kerusakan lingkungan juga merupakan
kelalaian manusia dalam mengolah sumber daya alamnya

Islam datang dan diturunkan Allah SWT sebagai rahmatallil alamin (rahmat
bagi seluruh alam). Rahmat dalam bahasa arab berarti mengasihi atau kasih
sayang. Ini menunjukkan bahwa orang Islam dimanapun dan) kapanpun harus
senantiasa mengasihi. Dan kasihnya bukan hanya untuk kalangan tertentu atau
makhluk tertentu tetapi kepada seluruh alam termasuk di dalamnya terhadap
lingkungan.

Untuk itu sebagai muslim kita seharusnya memahami landasan


landasan dari pelestarian lingkungan. Karena pelestarian lingkungan tak lepas dari
tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi ini. Manusia diciptakan sebagai
khalifah di bumi ini untuk mengatur kehidupan lingkungan hidup yang baik dan
tertata, namun sebaliknya justru saat ini manusia telah membuat kerusakan di bumi.

Islam merupakan agama yang mengatur semua aspek kehidupan di muka


bumi, termasuk mengenai bagaimana manusia dalam menjaga lingkungan.
Islam

1
memberikan pandangan tersendiri terhadap lingkungan, karena manusia diciptakan
sebagai khalifah di bumi, yang harus menjaga dan melestarikan bumi. Apabila
masyarakat muslim memahami bahwa interaksi yang benar dengan lingkungan juga
merupakan ibadah, mungkin kerusakan lingkungan tidak akan sebesar yang terjadi
saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sikap Tanggung jawab Manusia terhadap Lingkungan dan
SDM?
2. Bagaimana Pelestarian dan Pemeliharaan Lingkungan dalam Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami Sikap Tanggung jawab
Manusia terhadap Lingkungan dan SDM.
2. Untuk mengetahui dan memahami Pelestarian dan Pemeliharaan
Lingkungan dalam Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sikap Tanggung jawab Manusia terhadap Lingkungan dan


SDM
Al-Qur'an membicarakan tentang Tuhan, Manusia dan Alam. Tiga tema yang
berulang disebutkan dalam kitab suci umat Islam ini, bila dipahami dengan baik dan
benar, serta dilaksanakan, maka ada harapan bahwa sebuah peradaban yang lebih
ramah mungkin dapat diwujudkan.

Telah diungkapkan oleh filosof Muhammad Iqbal, beliau menulis:


"Kemanusiaan saat ini membutuhkan tiga hal, yaitu penafsiran spiritual atas alam
raya, emansipasi spiritual atas individu, dan satu himpunan asas yang dianut secara
universal yang akan menjelaskan evolusi masyarakat manusia atas dasar spiritual.

Manusia ialah makhluk terbaik di antara semua ciptaan Allah dan


memegang tanggungjawab mengelola bumi, maka semua yang ada di bumi
diserahkan untuk manusia. Manusia diberikan beberapa kelebihan diantara makhluk
ciptaan-Nya, yaitu kemuliaan, diberikan fasilitas di daratan dan lautan, mendapat
rizki dari yang baik- baik, dan kelebihan yang sempurna atas makhluk lainnya. Bumi
dan semua isi yang berada di dalamnya diciptakan Allah untuk manusia, segala
yang manusia inginkan berupa apa saja yang ada di langit dan bumi. Daratan dan
lautan serta sungai- sungai, matahari dan bulan, malam dan siang, tanaman dan
buah buahan, binatang
melata dan binatang ternak.

‫لايصفت انقلخ نمم بثك لىع مهانلضفو تابيطلإ نم مهانقزرو رحبلإو بلإ ف مهانلمحو مدآ نب انمرك دقلو‬

Artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan,"

Sebagai wakil Allah, manusia wajib untuk bisa merepresentasikan


dirinya sesuai dengan sifat-sifat Allah. Salah satu sifat Allah tentang alam
adalah sebagai pemelihara atau penjaga alam. Jadi sebagai wakil (khalifah)
Allah di

3
muka bumi, manusia harus aktif dan bertanggung jawab untuk menjaga bumi.
Artinya, menjaga keberlangsungan fungsi bumi sebagai tempat kehidupan
makhluk Allah termasuk manusia sekaligus menjaga keberlanjutan
kehidupannya dalam batas-batas kemampuan manusia.

Tugas manusia sebagai khalifah tidak hanya memikirkan kepentingan


dirinya sendiri, kelompok atau bangsa dan sejenisnya, tetapi ia harus berpikir dan
bersikap untuk kemaslahatan semua pihak. Ia tidak boleh bersikap sebagai
penakluk alam atau berlaku sewenang-wenang terhadapnya, karena
sesungguhnya yang mampu menundukkan alam hanyalah Allah, manusia tidak
mempunyai kemampuan sedikitpun kecuali kemampuan yang dianugerahkan
kepadanya.

Menurut pandangan agama, manusia dituntut untuk mampu


menghormati proses-proses yang sedang tumbuh, dan terhadap apa saja yang
ada. Etika agama terhadap alam mengantar manusia untuk bertanggung jawab
sehingga ia tidak melakukan perusakan dengan demikian, dengan kemampuan
yang dimilikinya, manusia tidak hanya dituntut dapat menyesuaikan diri. Akan
tetapi, manusia juga dituntut untuk dapat memanfaatkan potensi lingkungan
untuk lebih mengembangkan kualitas kehidupannya.

Keutamaan yang sempurna dari kebanyakan mahluk lain ialah karunia


akal yang dimiliki manusia. Dengan akal fikirannya, manusia mampu
menaklukan segala apa yang ada di alam untuk keperluant dirinya. Dengan
adanya kenikmatan akal yang luar biasa tersebut menjadi sangat berbahaya jika
pada akhirnya mereka tidak menjadi khalifah yang amanah. Parahnya,
keadaan seperti inilah yang sekarang sedang terjadi.

Dapat disimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi saat ini merupakan


akibat dari keserakahan manusia yang memilih cara pintas mengeksploitasi
lingkungannya secara habis-habisan atau besar-besaran. Oleh karena itu, sejak
awal Allah telah memperingatkan adanya akibat ulah manusia tersebut yaitu
sebagai motivasi, Allah manjanjikan kebahagiaan akhirat bagi orang yang tidak
berbuat kerusakan.

Seharusnya umat islam menjaga lingkungannya sesuai dengan firman


Allah SWT.

‫ينسحملإ نم بيرق للّٰإ تمحر نإ اعمطو افوخ هوعدإو اهحَلصإ دعب ضرْلإ ف إودسفت َلو‬

"Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan)


dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap.
Sesungguhnya

4
rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan." QS.
Al- A'raf[7]:56

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini sebagai berikut. "Firman


Allah Azza wa Jalla yang maknanya, 'Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya. Allah melarang tindakan
perusakan dan hal-hal yang membahayakan alam. setelah dilakukan perbaikan
atasnya. Sebab apabila berbagai macam urusan sudah berjalan dengan baik lalu
setelah itu terjadi perusakan, maka hal itu lebih membahayakan umat manusia.
Oleh karena itu, Allah melarang hal itu dan memerintahkan para hamba-Nya
agar beribadah. berdoa, dan tunduk serta merendahkan diri kepada-Nya.

Sesungguhnya dengan akal yang Allah anugerahkan, manusia lebih dari


makhluk-makhluk lainnya. Kita lebih mulia dari hewan. Maka kita punya
tanggung jawab besar untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup
demi kesejahteraan hidup manusia di bumi ini. Seyogyanya kita sebagai umat
Islam kembali kepada ajaran Al-qur'an dalam hal mengolah lingkungan, Supaya
kita. dapat lebih bijak dan bertanggung jawab.

Tanggung jawab manusia menjaga kelangsungan makhluk itulah kiranya


yang mendasari Nabi Muhammad SAW untuk mencadangkan lahan-lahan yang
masih asli. Rasulullah SAW pernah mengumumkan kapada pengikutnya tentang
suatu daerah sebagai suatu kawasan yang tidak boleh digarap. Kawasan lindung
itu, dalam syariat dikenal dengan istilah hima[1]. Rasululloh mencadangkan
hima semata-mata untuk menjaga ekosistem suatu tempat agar dapat terpenuhi
kelestarian makhluk yang hidup di dalamnya. Oleh karena itu kita hendaknya
mencontoh Rasulullah SAW dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Melihat banyaknya kandungan Al-Qur‟an yang membahas perintah


menjaga lingkungan, hendaknya kita sebagi umat Islam mau menyadari
dan merenungkan apa yang terdapat dalam Al-Qur‟an. Semoga dengan
tumbuhnya kesadaran umat Islam dalam beragama khusunya tentang
perintah menjaga keseimbangan alam dapat mengontrol pengolahan sumber
daya alam yang ada dengan bijak.

5
B. Pelestarian dan Pemeliharaan Lingkungan dalam Islam
Kata pelestarian berasal dari kata "lestari" yang berarti tetap seperti keadaan
semula, tidak berubah, bertahan kekal.? Kemudian mendapat tambahan pe dan
akhiran an, menjadi pelestarian yang berarti; (1) proses, cara, perbuatan
melestarikan; (2) perlindungan dari kemusnahan dan kerusa-kan, pengawetan,
konservasi; (3) pengelolaan sumber daya alam yang menjamin pemanfaatannya
bijaksana dan manjamin kesinambungan persediaannya secara dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.

Sedangkan lingkungan berarti; (1) kesatuan ruang dengan semua benda.


daya keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya. yang
mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya; (2) lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri atas organisme hidup,
seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.

Berikut contoh-contoh Pelestarian dan Pemeliharaan Lingkungan sesuai


ajaran Islam.

1. Penanaman Pohon/Penghijauan

Salah satu bukti bahwa Islam sangat memperhatikan lingkungan alam


sekitar adalah perintah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menyingkirkan
gangguan dari jalan yang beliau jadikan sebagai salah satu cabang keimanan,
perintah beliau untuk menanam pohon walaupun esok hari kiamat. Dalam hal
ini, pemerintah berhak memerintahkan rakyat untuk menanam pohon. Al-
Qurthubi berkata dalam tafsirnya, "Bercocok tanam termasuk fardhu kifayah.
Imam (penguasa) berkewajiban mendesak rakyatnya untuk bercocok tanam dan
yang semakna dengan itu, seperti menanam pohon."

Bahkan untuk memotivasi umat beliau agar gemar menanam pohon


beliau bersabda:

‫ اسرغ سرغ ملسم نم ام‬، ‫ ةـئإد وأ ناـسنؤ هـنم لـكأف‬، ‫ةقدص ه ل ناك الؤ‬

Artinya: "Muslim mana saja yang menanam sebuah pohon lalu ada orang atau
hewan yang memakan dari pohon tersebut niscaya akan dituliskan baginya
sebagai pahala sedekah. “

Bahkan pohon itu akan menjadi asset pahala baginya sesudah mati yang
akan terus mengalirkan pahala baginya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam


bersabda:

6
‫ هيوم دعب هبق ف وه و نهرخأ دبعلل يرجت عيس هيؤم دعت هل رفغتشت إذلو‬: ‫وأ إدجسم نب وأ لاخت سرع وأ إبب رفح وأ إرهن ىرخأ وأ املع ملع نم‬
‫ كرت وأ افحصم ثرو‬.

Artinya: "Tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir bagi seorang hamba
sesudah ia mati dan berada dalam kuburnya (Tujuh ini adalah) orang yang
mengajarkan ilmu, mengalirkan air, menggali sumur, menanam pohon kunma,
membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang
memohonkan ampunan untuknya sesudah ia mati ""

2. Menghidupkan Lahan Mati

Lahan mati berarti tanah yang tidak bertuan, tidak berair, tidak diisi
bangunan dan tidak dimanfaatkan. Allah swt, telah menjelaskan dalam Al Qur'an:

‫نولك أي ةنمق انح اهنم انجرخأو اـهانييحأ ةتيملإ ضرألإ مهل هتإءو‬

Artinya: "Dan suatu tanah (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah
bumi yang mati, Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji
bijian, maka dari padanya mereka makan, “

Kematian sebuah tanah akan terjadi kalau tanah itu ditinggalkan


dan tidak ditanami, tidak ada bangunan serta peradaban, kecuali kalau kemudian
tumbuh didalamnya pepohonan. Tanah dikategorikan hidup apabila di dalamnya
terdapat air dan pemukiman sebagai tempat tinggal.

Menghidupkan lahan mati adalah ungkapan dalam khazanah keilmuan


yang diambil dari pernyataan Nabi saw, dalam bagian matan hadits. Salah
satunya:

‫هل هف ةتيم اضرأ ايحأ نم‬

Artinya: "Barang siapa yang menghidupkan tanah (lahan) mati maka ia menjadi
miliknya.”

Dalam hadits ini Nabi saw, menegaskan bahwa status kepemilikan bagi
tanah yang kosong adalah bagi mereka yang menghidupkannya, sebagai
motivasi dan anjuran bagi mereka yang menghidupkannya. Menghidupkan lahan
mati, usaha ini dikategorikan sebagai suatu keutamaan yang dianjurkan Islam,
serta dijanjikan bagi yang mengupayakannya pahala yang amat besar,

7
3. Memelihara dan Melindungi Hewan

Salah satu hadits yang menganjurkan berbuat baik dengan


memelihara dan melindungi binatang dengan cara :

a) Memberikan makanannya, sebagaimana sabda Rasulullah saw:

‫ةقفنلإ بشيو بكرت يذلإ لىعو‬

Artinya: "Orang yang menunggangi dan meminum (susunya) wajib


memberinya makanan".

b) Menolongnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw:

‫سطعلإ نـم ىبلإ لك أي ثهلي بلك إذإف جرخ مث تشق اهيف لبف إبب دجوف سطعلإ هيلع دتشإ قـيرطب شمي لجر امنيب تلكلإ قشف هيقي هیقب هكسمأ مـن هـقح لأمف‬
‫ببلإ لزـنف ب غلب ناك يذلإ لثم سـطعلإ نـم تلكلإ إذه غلب دقل لجرلإ لاقف رخآ هبطر دبك تإذ لك ف لاقف إرخأ مئاه لت إ ف انل نإو هللا لوسر اي إولاـق هل رقعف‬
‫هل هللا ركشف‬.

Artinya: "Suatu ketika seorang laki-laki tengah berjalan di suatu jalanan, tiba-tiba
terasa olehnya kehausan yang amat sangat, maka turunlah ia ke dalam suatu
sumur lalu minum. Sesudah itu ia keluar dari sumur tiba-tiba ia melihat seekor
anjing yang dalam keadaan haus pula sedang menjilat tanah, ketika itu orang
tersebut berkata kepada dirinya, demi Allah, anjing Initelah menderita seperti apa
yang ia alami. Kemudian ia pun turun ke dalam sumur kemudian mengisikan
air ke dalam sepatunya, sepatu itu digigitnya. Setelah ia naik ke atas, ia pun
segera memben minum kepada anjing yang tengah dalam kehausan lu.
Lantaran demikian, Tuhan mensyukuri dan mengampuni dosanya. Setelah Nabi
saw. menjelaskan hal ini, para sahabat bertanya: "ya Rasulullah, apakah kami
memperoleh pahala dalam memberikan makanandan minuman kepada hewan
hewan kami ?". Nabi menjawab: "tiap-tiap manfaat yang diberikan kepada hewan
hidup, Tuhan memberi pahala".

Hadits di atas memberikan ketegasan betapa Islam sangat peduli akan


keselamatan dan perlindungan hewan. Bahkan disebutkan, bahwa bagi yang
menolong hewan sekaligus memperoleh tiga imbalan, yaitu: (1) Allah berterima
kasih kepadanya; (2) Allah mengampuni dosa-dosanya: dan (3) Allah
memberikan imbalan pahala kepadanya Di samping sebagai Pencipta, Allah
adalah penguasa terhadap seluruh makhluk-Nya, termasuk binatang. Dia lah
yang memberi rezeki, dan Dia mengetahui tempat berdiam dan tempat
penyimpanan makanannya.

8
4. Menggunakan Air Secukupnya

Ada bahaya lain yang berkaitan dengan sumber kekayaan air, yaitu
penggunaan air secara berlebihan. Air dianggap sebagai sesuatu yang murah
dan tidak berharga. Karena hanya manusia-manusia yang berfikir yang
mengetahui betapa berharga kegunaan dan nilai air. Hal ini sejalan
dengan
firman Allah SWT.

‫يفشملإ ثحي ال هنؤ إوفشت لاو‬

Artinya: "Dan janganlah kalian israf (berlebih-lebihan). Sesungguhnya Allah


tidak menyukai orang-orang yang berlaku israf. "

Ayat di atas, didukung juga oleh salah satu hadits, yakni:

‫ لاقف أضوتي وهو دعسب رم صلى هللاعليهوسلم ننلإ نأ راج‬: ‫ لاق ؟ دعس اي فشلإ إذه ام‬: ‫ لاق فش ءوضولإ فأ‬: ‫ معن‬، ‫رهن لىع تنك نإو‬

Artinya: "Nabi saw, pernah bepergian bersama Sa'ad bin Abi Waqqas. Ketika
Sa'ad berwudhu, Nabi berkata: "Jangan menggunakan air berlebihan". Sa'ad
bertanya: "Apakah menggunakan air juga bisa berlebihan ?". Nabi
menjawab: "Ya, sekalipun kamu melakukannya di sungai yang mengalir".

5. Menjaga kebersihan fasilitas publik

‫ يملسملإ قي رط نع ىذأ طامأ نم‬، ‫ هتسخ هل بيك‬، ‫ةنجلإ لخد ةبشخ هنم تلتقت نمو‬

Artinya: "Barangsiapa yang menyingkirkan kotoran dari jalanan kaum


muslimin, perbuatannya dicatat sebagai satu kebaikan. Barangsiapa yang
diterima darinya
satu kebaikan, ia akan masuk surga. "

‫قيرطب شمت لجر امنيت‬، ‫ةرخأف قيرطلإ لىع لوـش نـضع دجو‬، ‫هل رقتف هل هللا ركشف‬

Artinya: "Dulu ada seorang laki-laki yang jalan di sebuah jalan. Tiba-tiba dia
melihat ranting pohon berduri. Dia singkirkan ranting itu maka Allah berterima
kasih kepadanya dan mengampuninya."

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwasanya itu semua menjadi alasan
mengapa Allah menyebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur'an tentang pentingnya
lingkungan hidup dan cara-cara Islami dalam mengelola dunia ini.

Adanya bencana lebih karena manusia melakukan ekspliotasi berdasarkan


kemauan hawa nafsunya untuk memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya
tanpa memikirkan bencana yang ditimbulkannya. Manusia tersebut tidak mempunyai
pengetahuan mengenai ekosistem dan memandang baik perbuatannya yang salah
tersebut tanpa pengetahuan, dalam Al-Qur'an disebutkan sebagai manusia yang
dzalim. Sebagaimana Allah mengingatkan :

‫ن يصران نم مهل امو هللا لصأ نـم يدـهي نـمف ملع بغب مهءإوهأ إوملظ نيذلإ عتنإ لت‬

Artinya: "Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu
pengetahuan, maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan
Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolong pun"

Bahaya yang diakibatkan menurutkan kehendak nafsu sangat jelas


dampaknya pada kehancuran bumi. Hal ini dapat berupa ekspliotasi yang hidup
berlebihan dan tidak memepertimbangkan daya dukung lingkungan.
pemborosan, menguras sesuatu yang tidak penting dan tidak efisien, bermewah-
mewahan dalam konsumsi dan gaya dan seterusnya. Manusia yang melakukan
cara seperti itu tentu mengelola bumi tanpa landasan dan petunjuk Allah sesuai
dengan apa yang. diisyaratkan kepadanya selaku hamba Tuhan. Syariat adalah
fitrah di mana bumi hanya dapat diatur dengan ilmu syariatnya tersebut. Bila
sesuatu menyalahi fitrah, maka akibatnya dapat terjadi kefatalan. Tanpa standar
nilai-nilai syariat tersebut, manusia cenderung melihat kebenaran menurut hawa
nafsu.

1
DAFTAR PUSTAKA

Ad-Dimasyqy, A.-H. I. (2006). Tafsir Al-Qur'an AL-Azhim. Beirut: Darul Kutub

Ilmiyah. Al-Bukhari. (2003). Shahihu-i-Bukhari. Beirut: Dar Ibn Hazm.

Ath-Thobari. (1995). Jami' Al-Bayan Fii Ta'wil Al-Qur'an. Beirut: Dar Al-

Fikr. Dawud, A. (t.thn.). Sunan Abi Daud . Beirut: Dar Al-Fikr, tt, juz II.

Hanbal, A. b. (t.thn.). Musnal Ahmad bin Hanbal. Beirut: Dar al-Fikr.

Nasional, D. P. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Shihab, Q. (2007). Membumikan Al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai