Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

LINGKUNGAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits

Dosen Pengampu: Drs. Muhammad Iding, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 4:

Anggi Ferria Amanda (1217010015)

Chika Vitaloka (1217010022)

Dwi Ayu Rahmawati (1217010028)

Kirana Nurul Fadilah (1217010041)

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “LINGKUNGAN” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadits. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang hadits terhadap lingkungan.

Pelaksanaan dan penyusunan makalah ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Muhammad Iding, M.Pd selaku dosen mata kuliah Ulumul Hadits.

2. Pihak lain yang telah ikut membantu dan berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.

3. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan arahan.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, banyak kekurangan
yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan penyusun, oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan kritik maupun saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa
mendatang.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penyusun sendiri dan
umumnya bagi pembaca, Aamiin.

Bandung, 25 Maret 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 5

BAB II........................................................................................................................................ 6

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6

2.1 Pengertian Lingkungan Secara Umum ........................................................................ 6

2.2 Lingkungan dalam Perspektif Al-qur’an & Al-hadits ................................................. 8

2.3 Lingkungan Hidup dalam Perspektif Hadits ............................................................. 11

2.4 Upaya Pelestarian Lingkungan.................................................................................. 16

2.5 Pemanfaatan Alam yang berkelangsungan .............................................................. 17

A. Pemahaman Kandungan Hadits Tentang Hemat Menggunakan Listrik...................... 18

B. Pemahaman Kandungan Hadits Tentang Hemat Menggunakan Air ........................... 19

BAB III .................................................................................................................................... 21

PENUTUP................................................................................................................................ 21

3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 21

3.2 Saran .......................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Manusia hidup di tatanan wilayah yang disebut dengan lingkungan hidup. Lingkungan
hidup merupakan kesatuan antara ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup,
serta perilaku manusia yang mempengaruhi alam itu sendiri.

Menurut M. Quraish Shihab, kekhalifahan mempunyai tiga unsur yang saling berkaitan:

1. Manusia, yang dalam hal ini dinamai Khalifah.


2. Alam raya, berdasarkan pada QS. Al-Baqarah: 21.
3. Hubungan antara manusia dengan alam dan segala isinya. Yaitu, hubungan sebagai
pemelihara yang saling membutuhkan antara satu sama lain.

Maka, tugas seorang manusia adalah untuk dapat memelihara dan memakmurkan alam.
Sesungguhnya, orang beriman dan beramal sholeh yang melakukan perbaikan dijanjikan akan
dapat menguasai dunia.

Lingkungan hidup yang dimaksud adalah lingkungan dinamis yang meliputi wilayah,
manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Alam yang diciptakan oleh Allah SWT ini meliputi
bumi beserta isinya, luar angkasa, dan benda-benda langit. Alam diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia, betapa banyak manfaat yang dapat manusia ambil dari alam. Karena
sesungguhnya tidak ada satupun ciptaan Allah SWT yang sia-sia. Oleh karena itu, konteks
kekhalifahan manusia harus mampu memberikan keselarasan antara dunia dan akhirat, karena
manusia merupakan makhluk sosial yang berhubungan langsung dengan makhluk lain di
sekitarnya.

Walaupun alam diciptakan untuk kelangsungan hidup manusia, namun bukan berarti
manusia dapat semena-mena dalam memperlakukan alam. Dalam berinteraksi dengan alam
pun manusia wajib memperhatikan aturan yang tertuang dalam Al-qur’an dan Sunnah. Prinsip
tauhid, amanah, islah, rahmah, hisarah, hafazah, dan lain-lain yang merupakan prinsip-prinsip
yang harus selalu menyemat pada diri manusia dalam berinteraksi dengan alam.

4
Keprihatinan terhadap lingkungan hidup meliputi; polusi, perubahan iklim, pemanasan
global, emisi karbon dioksida, penipisan lapisan ozon, radiasi ultraviolet, hujan asam,
penggundulan hutan, dan lain sebagainya. Timbulnya kerusakan lingkungan hidup tersebut,
diakibatkan oleh perbuatan tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Allah SWT
sebelumnya telah memberikan peringatan terkait akan adanya kerusakan yang ditimbulkan
oleh perbuatan manusia. Seharusnya, manusia tidak boleh menimbulkan kerusakan terhadap
alam dan lingkungan, melainkan manusia harus bertanggung jawab untuk memelihara
lingkungan dan alam.

Berdasarkan uraian tersebut, maka hadist-hadist tentang lingkungan penting untuk


dikaji, bukan hanya sebagai bentuk peringatan saja, tetapi juga sebagai bukti-bukti nyata
bagaimana akibat dari manusia yang tidak peduli akan ajaran al-qur’an tentang pelestarian
lingkungan dan alam. Karena pada dasarnya Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk
dapat menjaga, mengembangkan, serta melestarikan alam yang ada di muka bumi ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian lingkungan secara umum?


2. Bagaimana lingkungan dalam perspektif al-qur’an & hadits?
3. Bagaimana upaya pelestarian lingkungan?
4. Bagaimana pemanfaatan alam yang berkelangsungan?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan pengertian lingkungan secara umum;


2. Menjelaskan lingkungan dalam perspektif al-qur’an & hadits;
3. Menjelaskan upaya pelestarian lingkungan;
4. Menjelaskan pemanfaatan alam yang berkelangsungan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lingkungan Secara Umum


Lingkungan adalah semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia dan hewan.
Sedangkan lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang berada di sekeliling makhluk hidup
(organisme) yang mempunyai pengaruh timbal balik terhadap makhluk hidup tersebut. Upaya
pelestarian lingkungan artinya menjaga keberadaan lingkungan untuk tetap utuh atau tidak
berubah. Dengan melakukan perbuatan sewenang-wenang terhadap lingkungan dengan cara
mengeksploitasi tanpa memperhatikan akibatnya, jelas bertentangan dengan ajaran Islam.

Keadaan alam yang tidak stabil, bencana, dan musibah yang terjadi saat ini disebabkan
oleh ulah tangan manusia. Keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup,
dapat tercapai dengan adanya pengelolaan lingkungan. Keselarasan dalam ajaran Islam
mencakup empat hal, yaitu: keselarasan dengan Tuhan, keselarasan dengan masyarakat,
keselarasan dengan lingkungan alam dan keselarasan dengan diri sendiri.

Upaya pelestarian lingkungan hidup ini mendapat perhatian serius dari Nabi
Muhammad saw. seperti hadits tentang menghidupkan lahan yang mati, menanam pohon
(reboisasi) dan hadis tentang larangan membuang hajat sembarangan. Pesan-pesan spiritual
Nabi Muhammad saw tersebut mengajarkan kepada umatnya untuk selalu meningkatkan
kepedulian terhadap lingkungan.

Alam semesta ini diciptakan oleh Allah swt sangat sempurna. Untuk mengatur
kelangsungan kehidupan makhluk-Nya di muka bumi, Allah swt telah memberikan
kepercayaan kepada manusia untuk memakmurkan dan mengelolanya dengan cara yang baik
sehingga tidak terjadi bencana di muka bumi, hal ini selaras dengan isi kandungan dari QS.
Hud [11]: 61.

َ‫ضَوٱسْت ْعمر ُك ْمَفِيها‬ ِ ‫َٱْل ْر‬ ْ ‫مَمن‬ ِ ‫مَم ْنَ ِإ ٰلهٍَغي ُْر ۥهََُۖهُوَأنشأ ُك‬
ِ ‫َٱّللَماَل ُك‬
ََ ‫ُوا‬۟ ‫َص ِل ًحاََۚقال َٰيق ْو ِمَٱ ْعبُد‬
ٰ ‫وَ ِإل ٰىَث ُمودَأخا ُه ْم‬
َ ‫ٌفٱسْتَ ْغ ِف ُروهَُث ُ َمَتُوب ُٓو ۟اَ ِإل ْي ِهََۚ ِإ َنَر ِبىَق ِريبٌ َ ُّم ِجي‬
‫ب‬

“Dan kepada Tsamud kami utus (saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah swt, sekali-kali tidak ada bagimu tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan

6
kamu dari bumi) tanah (dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-
Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya tuhanku amat dekat) rahmat-Nya (lagi
memperkenankan) doa hamba-Nya”.

Berdasarkan ayat tersebut, manusia diperintahkan untuk memakmurkan bumi.


Memakmurkan bumi pada hakikatnya adalah pengelolaan lingkungan secara benar dengan cara
melaksanakan pembangunan dan mengolah bumi. Karena alam harus dijaga dan dilestarikan
supaya tidak punah sehingga dapat dimanfaatkan oleh generasi mendatang.

Apabila manusia mampu memakmurkan dan memelihara alam dengan baik, maka alam
pun akan bersahabat dengan kita. Allah swt telah membentangkan bumi yang sangat luas
beserta tumbuh-tumbuhan, laut dan seluruh ekosistem yang ada di dalamnya. Gunung-gunung,
batu, air dan udara, semua itu merupakan sumber daya alam. Bumi dan semua yang ada di
dalamnya diciptakan Allah swt untuk manusia, baik yang di langit dan bumi, daratan dan lautan
serta sungai-sungai, matahari dan bulan, malam dan siang, tanaman dan buah-buahan, binatang
melata dan binatang ternak hal ini selaras dengan isi kandungan dari QS. al-Hijr ayat 19-20.

ِ ‫َٱْل ْرضَمدد ْٰنهاَوأ ْلقيْناَفِيهاَر ٰو ِسىَوأ ۢنبتْناَفِيه‬


َ ‫اَمنَ ُك ِلَش ْىءٍ َ َم ْو ُزو‬
‫ن‬ ْ ‫ٍو‬

“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami
tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” (19)

َ ‫َوَجع ْلناَل ُك ْمَفِيْهاَمعايِشَوم ْنَلَ ْست ُ ْمََلهٗ َبِر ِازقِ ْي‬


‫ن‬

“Dan Kami telah menjadikan padanya sumber-sumber kehidupan untuk keperluanmu, dan
(Kami ciptakan pula) makhluk-makhluk yang bukan kamu pemberi rezekinya.” (20)

Di dalam ayat tersebut Allah swt, telah menghamparkan bumi, menjadikan gunung dan
tumbuh-tumbuhan, maka manusia harus bertanggung jawab mengelola dan memanfaatkan
sumber daya alam berdasarkan asas kelestarian untuk mencapai kemakmuran sehingga dapat
memenuhi kebutuhan umat manusia.

Masalah lingkungan adalah masalah kita semua, ibarat bola salju yang menggelinding,
semakin lama semakin besar, meluas dan serius. Persoalan lingkungan hidup adalah persoalan
global dan bersifat universal, sebab berbicara tentang lingkungan hidup, berarti berbicara
tentang persoalan yang dihadapi seluruh umat manusia.

7
Persoalan lingkungan hidup pada umumnya disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena
kejadian alam sebagai peristiwa yang harus terjadi sebagai proses dinamika alam itu sendiri.
Kedua, karena ulah dan perbuatan tangan manusia sendiri, sehingga menimbulkan bencana.
Dari sekian banyak persoalan tentang kerusakan lingkungan hidup, ternyata peran manusia
sangat besar dalam membuat kerusakan, akibatnya manusia yang menanggung akibatnya.

2.2 Lingkungan dalam Perspektif Al-qur’an & Al-hadits


Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Karena
manusia tidak bisa hidup dalam kesendirian. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya, seperti
dalam mencari makan dan minum sangat bergantung dengan lingkungan. Lingkungan hidup
juga menyediakan berbagai sumber daya alam yang menjadi daya dukung bagi kehidupan
manusia. Sehingga manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan bisa memperoleh daya atau tenaga.
Dengan lingkungan hidup pula manusia dapat berkreasi dan mengembangkan bakat atau seni.

Manusia harus selalu menjaga dan melestarikan lingkungan agar tidak rusak dan
tercemar, sebab apa yang Allah swt berikan kepada manusia semata-mata merupakan suatu
amanah untuk mengelolanya hal ini selaras dengan isi kandungan dari QS. Al-Ahzab [33]: 72.

َُ‫اَاْل ْنسانُ ََۖإِنَه‬ ِ ‫حْم ْلنهاَوأ ْشف ْقن‬


ِ ْ ‫َم ْنهاََوحمله‬ ِ ‫ضَو ْال ِجبا ِلَفأبيْنَأ ْنَي‬
ِ ‫اَاْلمانةَعلىَالسَماواتَِو ْاْل ْر‬
ْ ‫إَِنَاَعرضْن‬
َ ً ‫كانَظلُو ًماَج ُه‬
‫ول‬

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan amat bodoh.”

Dalam konteks ayat di atas, amanat berarti mandat dan kepercayaan yang diberikan
oleh Allah swt kepada manusia sebagai makhluk yang berakal. Langit bumi dan gunung tidak
bersedia menerimanya. Karena manusia bersedia menerima mandat tersebut, maka setiap
individu mempunyai kewajiban untuk memelihara kelestarian lingkungan serta mencegah,
menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

Demikian pula antara manusia dengan lingkungan ada hubungan keterkaitan dan
keterlibatan timbal balik yang tidak dapat ditawar. Lingkungan dan manusia terjalin
sedemikian eratnya, antara yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Karena alam

8
raya ini diciptakan oleh Allah swt dalam bentuk yang sangat serasi dan selaras bagi kepentingan
manusia hal ini selaras dengan isi kandungan dari QS. Al-Mulk [67]: 3-4.

ُ ُ‫ىَم ْنََف‬
‫طو َر‬ ْ ‫ار ِجع‬
ِ ‫َالبصرَه ْلَتر‬ ُ ‫َم ْنَتف‬ ِ ‫ٍَطباقًاَماَترىَفِيَخ ْل‬
ِ ‫ٍالَذِيَخلقَسبْعَسماوات‬
ِ ْ ‫اوتٍَف‬ ِ ‫َالرحْ م ِن‬
َ ‫ق‬

ْ ‫َالبصرَك َرتي ِْنَي ْنقلِبْ َ ِإليْك‬


ْ ‫َار ِجع‬
‫َالبص ُرَخا ِسئًاَوهُوَحسِي َر‬ ِ ْ ‫ٌَث ُ َم‬

“Dialah yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidakkah kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu
lihat sesuatu yang cacat. Kemudian ulangi pandangan (mu) sekali lagi (dan) sekali lagi,
niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia
(pandanganmu) dalam keadaan letih.” (Q.S. al-Mulk [67]: 3-4)

Dari ayat tersebut, alam yang indah ini diciptakan dengan sangat serasi dan selaras,
sehingga dapat berjalan sesuai dengan tujuan penciptaannya. Seperti manusia membutuhkan
panas matahari, tetapi pada saat yang sama panas matahari mengakibatkan menguapnya air.
Kemudian pada saat manusia menghirup oksigen dan mengeluarkan CO2 (karbon dioksida),
tumbuh-tumbuhan hijau yang mengasimilasi CO2 melalui proses fotosintesis yang dengan O2
(oksigen) dihasilkannya. Sehingga CO2 dan O2 dalam atmosfer kembali seimbang.

Berkaitan dengan upaya untuk pelestarian lingkungan hidup, ini mendapat perhatian
yang serius dari Nabi saw. ada beberapa hadis yang menjelaskan tentang upaya pelestarian
lingkungan, di antaranya adalah:

1. Hadits tentang perintah menghidupkan lahan yang mati.

Hadits Jabir bin Abdullah r.a. dia berkata: Ada beberapa orang dari kami mempunyai
simpanan tanah. Lalu mereka berkata: Kami akan sewakan tanah itu (untuk mengelolanya)
dengan sepertiga hasilnya, seperempat dan seperdua. Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa
ada memiliki tanah, maka hendaklah ia tanami atau serahkan kepada saudaranya (untuk
dimanfaatkan), maka jika ia enggan, hendaklah ia memperhatikan sendiri memelihara tanah
itu. (HR. Imam Bukhari dalam kitab Al-Hibbah).

2. Hadits tentang perintah untuk menanam pohon (Reboisasi)

Hadits dari Anas r.a. dia berkata: Rasulullah Saw bersabda: Seorang muslim tidaklah
menanam sebatang pohon atau menabur benih ke tanah, lalu datang burung atau manusia atau

9
binatang memakan sebagian daripadanya, melainkan apa yang dimakan itu merupakan
sedekahnya “. (HR. Imam Bukhari).

3. Hadits tentang larangan membuang hajat sembarangan

Hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a menyebutkan:

‫اءَث ُ َمَي ْغت ِسلَُالدَا ِئ َم‬ ْ ‫َُِم ْنه ِلََيبُول َنَأحدُ ُك ْمَ ِف‬
ِ ‫ىَالم‬

“Janganlah seseorang dari kalian kencing di dalam air yang diam, yang tidak
mengalir, kemudian mandi darinya.”

Dalam hadis yang lain, Rasulullah saw bersabda: “Takutilah tiga perkara yang
menimbulkan laknat; buang air besar di saluran air (sumber air), di tengah jalan dan di tempat
teduh.”

Dari hadis-hadis tersebut di atas Nabi saw mengajarkan untuk menghidupkan lahan
yang mati, menanam pohon (reboisasi) dan melarang buang air besar dan air kecil di jalan, di
tempat berteduh, di bawah pohon yang berbuah, di sumber air, tempat pertemuan air, pinggiran
sungai, di liang-liang tanah di mana binatang tinggal, di air yang tidak mengalir sehingga akan
menimbulkan pencemaran lingkungan.

Dari keterangan di atas, sangat jelas bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan
untuk menjaga kebersihan lingkungan. Semua larangan tersebut untuk mencegah terjadinya
wabah penyakit yang disebabkan karena tidak menjaga kebersihan. Oleh karena itu, manusia
tidak hanya berkewajiban untuk mengelola lingkungan, tetapi sekaligus juga menjaga dan
memakmurkannya. Adapun cara untuk memakmurkannya bisa dimulai dari lingkungan yang
terkecil yaitu dari lingkungan keluarga.

Dari pesan-pesan spiritual Nabi saw di atas, menyadarkan kepada umatnya untuk selalu
meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Jika umat manusia di bumi ini mampu
mengamalkan dan mempraktekkan konsep yang diajarkan oleh Nabi saw tersebut di atas, tentu
tidak akan pernah mendengar ancaman global warming, illegal logging, banjir, longsor,
tsunami, polusi udara, dan lain-lain.

Demikian pula menurut Hatim Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Mukhlisin
bahwa manusia yang melakukan kerusakan di muka bumi secara otomatis telah mencoreng

10
atribut manusia sebagai khalifah. Karena pengrusakan terhadap alam merupakan bentuk
pengingkaran terhadap ajaran agama.

2.3 Lingkungan Hidup dalam Perspektif Hadits

Rasulullah saw. sebagai pemimpin agama dan negara telah menyampaikan ajaran-
ajaran penting terkait lingkungan hidup, baik dalam konteks beragama, maupun dalam konteks
bernegara.Ajaran Nabi tentang lingkungan hidup terdapat dalam beragam tema, mulai akidah,
ibadah, muamalah, akhlak, hingga soal peperangan.

1. Lingkungan Hidup dalam Aqidah


Dalam khazanah hadis kita dapati bahwa aktivitas melestarikan lingkungan hidup
adalah ibadah. Siapa yang melakukannya, akan ada pahala di sisi Allah. Demikian pula
sebaliknya.Menanam pohon merupakan hal yang sangat dianjurkan.

َ ‫َومااكلت‬,ٌََ‫َم ْنهَُلهَُصدقة‬
َ‫َِالطي ُْر‬ ُ ‫َم ْنهَُلهَُصدقةٌَوما‬
ِ ‫س ِر ْق‬ ِ ‫سااِلَماا ُ ِكل‬
ً ‫سَغ ْر‬ُ ‫ام ْنَ ُم ْس ِل ِمَي ْغ ُر‬ ً ‫ع ْنَجابِ ٍرَم ْرفُؤ‬
ِ ‫عاَم‬
ْ ‫ؤم‬
‫َال ِقيام َِة‬ ِ ‫َ–َاِلىَي‬.ٌَ‫صهَُويأ ْ ُخذُ ِم ْنهَُ–َاحدَْاِلََكانَلهَُصدَقة‬
ُ ُ‫َولي ْرز ُءؤهَُ–ََاىَي ْنَق‬،ٌَ‫فَ ُهولهَُصدقة‬

Artinya: “ Rasulullah saw, bersabda, “Seorang muslim tidak menanam tanaman kecuali apa
yang dimakan dari tanaman itu menjadi sedekah baginya. Apa yang dicuri dari tanaman itu
menjadi sedekah baginya. Apa yang dimakan binatang buas menjadi sedekah baginya. Apa
yang dimakan burung menjadi sedekah baginya. Dan tidaklah orang lain mengambil manfaat
(dari pohon iti) kecuali menjadi sedekah bagi (penanam)nya….”. (HR Muslim dari Ibnu
Numair).

Hadis ini menekankan pentingnya menanam, bukan semata menikmati hasilnya. Para
penanam pohon adalah para penyedekah dengan pahala yang mengalir, sadar atau tidak.
Berdasarkan hadis-hadis Nabi, Imam as-Suyuthi menggubah syair tentang 10 amal yang
pahalanya terus mengalir kepada orang yang sudah meninggal, yakni : ilmu yang
disebarluaskan, doa anak saleh, menanam pohon, sedekah jariyah, mewariskan mushaf,
membangun tempat untuk fakir miskin, menggali sumur/mengalirkan air, membuat rumah
singgah, membangun tempat zikir, mengajarkan Alquran.

11
Dari 10 amal di atas, tampak bahwa aktivitas melestarikan lingkungan hidup menjadi
amal jariyah, yakni menanam pohon dan menyediakan air yang dibutuhkan.Syair ini tentu tidak
untuk dimaknai bahwa hanya itu perbuatan amal jariyah manusia, karena semua yang
berdampak positif dan bermanfaat jangka panjang pada dasarnya adalah amal yang pahalanya
terus mengalir (jariyah).

Hari kehancuran dunia (as-sa’ah)juga terkait langsung dengan kerusakan alam.Sangat


banyak hadis Nabi yang menginformasikan tanda-tanda hari kehancuran dunia dan hari kiamat
(kebangkitan) dengan fenomena alam yang berjalan di luar kebiasaan.Salah satunya adalah
hadis riwayat Muslim dari Abu Khaitsamah yang menjelaskan 10 tanda as-sa’ah segera terjadi,
yakni ada ad-dukhan (asap tebal), Dajjal, binatang melata raksasa yang keluar dari lautan,
matahari terbit dari barat, Nabi Isa as. turun, Ya’juj Ma’juj, gerhana bulan di 3 penjuru bumi
yang berbeda yakni Timur, Barat, dan Jazirah Arab, dan keluarnya api dari Yaman.

Sementara dalam hadis lain juga dinyatakan:

‫تَالسَاعةَُوبِيدَِأح ِد ُك ْمَفسِيلةٌَفإِ ْنَاسْتطاعَأ ْنَلَيقُومَحتَىَي ْغ ِرسهاَف ْلي ْفع َْل‬


ْ ‫َِ ْنَقام‬

“Jika hari kiamat telah tegak, sedang di tangan seorang diantara kalian terdapat bibit pohon
kurma ; jika ia mampu untuk tidak berdiri sampai ia menanamnya, maka lakukanlah”

Berdasarkan ayat-ayat dan hadis-hadis Nabi, dapat dinyatakan bahwa perusakan lingkungan
hidup yang terus terjadi tanpa terkendali menjadi faktor penyebab langsung kehancuran bumi.

2. Lingkungan Hidup dalam Ibadah

Tema thaharah dan haji sangat terkait dengan pelestarian lingkungan hidup.Dalam
thaharah, air mendapat perhatian yang sangat besar.Berwudhu, mandi wajib, istinja’ dan
mensucikan benda yang terkena najis mensyaratkan adanya air yang suci dan mensucikan.

12
Penggunaan air dalam ibadah menjadi perhatian serius Nabi. Beliau sangat menekankan
perlunya penggunaan air secara efisien.Dalam hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Anas
ra.disebutkan bahwa Nabi berwudhu menggunakan 1 mud air (setara 6 ons, kurang dari satu
liter) dan mandi 1 sha’(setara 2,4 kg, sekitar 5 liter). Sangat hemat, tidak tabdzir (sia-sia) dan
tidak israf (berlebihan). Nabi sangat menyadari bahwa air adalah karunia Allah yang harus
diperlakukan secara benar dan bijak sesuai tuntunan sang pemberi karunia.

Karena air adalah karunia Allah, maka setiap memulai menggunakannya setiap muslim
hendaknya ingat Allah. Dengan mengucapkan “bismillahirrahmanirrahim” setiap kali hendak
minum, berwudhu dan mandi, konsumsi air akan bernilai ibadah dan berdimensi spiritual
karena ucapan basmalah adalah penghubung antara perbuatan manusia dengan Allah swt,
Rasulullah mengajarkan dan mencontohkan hal itu.

Dalam thaharah juga diatur dengan jelas tempat-tempat terlarang buang hajat. Semua
demi kebersihan, kesehatan, kenyamanan dan kelestarian lingkungan hidup.Air, tanah, dan
udara harus bebas dari polusi.Dalam beberapa hadis Rasulullah saw. melarang buang air
besar dan kecil di jalan, di tempat berteduh, di bawah pohon yang berbuah, di sumber air,
tempat pertemuan air, pinggiran sungai, di liang-liang tanah di mana binatang tinggal, dan di
air yang tidak mengalir. Rasulullah menyebut perbuatan buang hajat sembarangan sebagai hal
yang dilaknat. Hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., menyebutkan :

َ‫اءَالدَائِمَالَذِيَلَيجْ ِريَث ُ َمَي ْغت ِسلَُفِي ِه‬ ْ ِ‫لََيبُول َنَأحدُ ُك ْمَف‬


ِ ‫يَالم‬

“Janganlah seseorang dari kalian kencing di dalam air yang diam, yang tidak mengalir,
kemudian mandi darinya.”Rasulullah mengajarkan bahwa pepohonan dan satwa juga mesti
dilindungi demi kelestarian ekosistem. Simbol perlindungan terhadap keduanya sangat jelas
diajarkan dalam haji dan umrah.Membunuh binatang buruan saat ihram menjadikan orang yang
sedang ihram harus membayar denda (QS al-Maidah/5:95). Demikian pula memotong
pepohonan yang tumbuh di tanah Haram. Khutbah Nabi saat Fathu Makkah yang diriwayatkan

13
oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah menjadi dalil haramnya memotong pepohonan
saat ihram dan wajibnya membayar denda jika melanggar.

3. Lingkungan Hidup dalam Muamalah

Pemanfaatan lahan untuk kepentingan ekonomis tanpa merusaknya adalah hal yang
dianjurkan dan mendapat perhatian khusus dari Rasulullah saw. Beliau melarang penggalian
tanah secara spekulatif untuk mendapatkan sesuatu, sekalipun tanah itu milik pribadi.Sebagai
gantinya, Rasulullah memerintahkan agar tanah itu ditanami.

Terhadap tanah mati yang tak ada pemiliknya, tidak ada air, tidak ada bangunan, dan
belum pernah ada yang memanfaatkan, dianjurkan agar tanah tersebut dihidupkan dengan
ditanami atau dimanfaatkan dengan seizin pemerintah yang berwenang. Dalam kitab-kitab
hadits hal ini disebut ihya’ul mawat.Negara berhak menguasai tanah mati ini dengan
menjadikannya milik umum yang pemanfaatannya diserahkan kepada semua rakyat. Orang
yang menghidupkan tanah mati ini lebih berhak atas tanah tersebut. Demikian dinyatakan
dalam hadis riwayat Bukhari dari Urwah dari Aisyah ra.

Khalifah atau pemerintah memiliki hak dan kewenangan untuk mengatur penggunaan
dan pemanfaatan lahan demi kepentingan kemaslahatan umum dan kelestarian lingkungan
hidup. Dalam hadis, ada dua istilah yang biasa digunakan, yakni al-Hima dan al-Iqtha’. Oleh
fikih klasik, Al-Hima didefinisikan sebagai lahan dari bumi mati di mana kepala negara
melarang orang-orang menggembala di situ. Khalifah Umar bin Khattab membuat tanah Saraf
dan Ribdzah sebagai hima. Dalam konteks sekarang al-hima bisa dimaknai hutan lindung dan
daerah konservasi. Adapun al-Iqtha’ didefinisikan sebagai pengkhususan kepala negara kepada
seorang rakyatnya untuk menguasai sebidang tanah untuk kemaslahatan umum dalam jangka
waktu tertentu Rasulullah saw. pernah memberikan hak iqtha’ kepada Wali di Hadramaut.
Dalam konteks saat ini al-iqtha’ bisa dianalogikan dengan hak penggunaan lahan/ hutan.

Demi kesejahteraan umum, sumberdaya strategis yang menguasai hajat hidup orang
banyak tidak boleh dimiliki perorangan atau dikomersialisasikan oleh korporasi. Rasulullah

14
saw. bersabda,” Manusia bersekutu dalam tiga hal; air, api (energi) dan hutan.” (HR Ahmad
dan Abu Dawud ). Berdasarkan hadis ini tiga sumber daya alam pemberian Allah yang vital
dan strategis ini adalah milik umum yang harus dimanfaatkan untuk semua secara adil. Secara
tidak langsung hadis ini menekankan perlunya negara melakukan pengelolaan agar semua
orang dapat terjamin aksesnya secara adil atas ketiga SDA tersebut. Sabda Nabi ini senafas
dengan UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.” Kalau sampai hari ini ternyata amanat konstitusi dan spirit Islam itu
belum terwujud, bahkan lebih bergerak ke arah privatisasi, itu adalah tantangan kita sebagai
muslim Indonesia.

4. Lingkungan Hidup dalam Akhlak

Akhlak Islam terhadap lingkungan hidup menunjukkan peradaban yang


tinggi.Lingkungan hidup tidak hanya wajib dipelihara dan diambil manfaatnya, tetapi juga
wajib dilindungi dan dilestarikan dalam berbagai situasi, termasuk dalam situasi perang, di
mana manusia pada umumnya tidak beradab, bahkan kanibal.

Akhlak yang sangat tinggi ini diajarkan dan dipraktikkan oleh Rasulullah saw. yang
hidup di masa di mana peperangan adalah tradisi politik seluruh bangsa dan suku di dunia saat
itu. Pada saat penaklukan Mekkah, tidak terjadi pertumpahan darah. Bahkan satwa dan
pepohonan pun dilarang untuk dibunuh dan dimusnahkan oleh Rasulullah saw. Khutbah
Rasulullah saw. dengan tegas menyatakan hal itu. Jika dalam situasi perang saja seperti itu,
bagaimana saat damai? Tentu flora dan fauna semestinya dilindungi sebagai implementasi
akhlak Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

15
2.4 Upaya Pelestarian Lingkungan

1. Penanaman Pohon dan Penghijauan.


Salah satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam adalah perhatian akan
penghijauan dengan cara menanam dan bertani.
Nabi Muhammad saw menggolongkan orang-orang yang menanam pohon sebagai shadaqah.
Ada dua pertimbangan mendasar dari upaya penghijauan ini, salah satunya:
kebermanfaatan, senyampang dengan QS. ‘Abasa/80: 24-32, yang artinya sebagai berikut
“maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar
telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu
Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, Zaitun dan pohon kurma,
kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput- rumputan, untuk kesenanganmu dan
untuk binatang- binatang ternakmu”.

2. Menghidupkan Lahan Mati


Lahan mati berarti tanah yang tidak bertuan,tidak berair, tidak diisi bangunan dan tidak
dimanfaatkan. Allah swt, telah menjelaskan dalam QS. Yasin (36):33, “Dan suatu tanah
(kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati,Kami hidupkan bumi itu dan
Kami keluarkan daripadanya biji-bijian,maka dari padanya mereka makan”.

3. Kewajiban Memelihara dan Melindungi Hewan


Salah satu hadis yang menganjurkan berbuat baik dengan memelihara dan melindungi
binatang dengan cara :
(a)Memberikan makanannya
(b)Menolongnya

4. Udara
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah udara, dalam hal ini udara yang
mengandung oksigen yang diperlukan manusia untuk pernafasan. Tanpa oksigen, manusia
tidak dapat hidup. Tuhan beberapa kali menyebut angin (udara) dan fungsinya dalam proses
daur air dan hujan.

16
5. Air
Ada hakekatnya, air adalah kekayaan yang mahal dan berharga. Akan tetapi karena
Allah menyediakannya di laut, sungai bahkan hujan secara gratis, manusia seringkali tidak
menghargai air sebagaimana mestinya.

6. Menghindari Kerusakan dan Menjaga Keseimbangan Alam


Salah satu tuntutan terpenting islam dalam hubungannya dengan lingkungan, ialah
bagaimana menjaga keseimbangan alam/ lingkungan dan habitat yang ada tanpa merusaknya.
Karena tidak diragukan lagi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu di alam ini dengan
perhitungan tertentu. Inilah prinsip yang senantiasa diharapkan dari manusia, yakni sikap adil
dan moderat dalam konteks keseimbangan lingkungan, tidak hiperbolis ataupun meremehkan,
sebab ketika manusia sudah bersikap hiperbolis atau meremehkan, ia cenderung menyimpang,
lalai serta merusak.

2.5 Pemanfaatan Alam yang berkelangsungan

Air dan listrik merupakan sumber energi bagi kehidupan manusia Karena kedua sumber
tersebut adalah bagian dari kebutuhan schar-hati. Walaupun yang selama ini kita ketahui bahwa
jumlah air di bumi sangat banyak. Ada 2/3 air jika dibandingkan dengan daratan. Akan tetapi
seberapa banyak kah air yang patut untuk dikonsumsi oleh manusia. Kebanyakan dari seluruh
air yang ada di bumi, hanya sedikit saja yang layak dipergunakan manusia untuk kebutuhan
sehari-hari seperti minum, mencuci, menghilangkan hadas dan najis dan sebagainya. Sisanya
adalah es, air laut. air yang tercemar dan air yang menguap (awan).
Sebagai contoh fakta yang terjadi sekarang ini adalah terjadinya kekeringan sumber air.
air banyak tercemar, air menjadi bencana nasional (banjir). Sekarang ini air mulai menjadi
mahal (harus membeli) seperti yang kita temukan didaerah perkotaan, kita harus membeli air
minum mineral, air ledeng (saluran), buang air ditempat umum sekarang juga bayar. Hal ini
membuktikan semakin langkanya air bersih dan suci di lingkungan sekitar kita.
Kadang kala manusia membuang-buang air bersih, tidak menjaga kelestarian sungai
dan kali, membuang sampah dan kotoran di sungai yang kesemuanya itu merupakan tindakan
yang sudah melampaui batas dan bersifat berlebih-lebihan. Begitu pula dengan energi lainnya
seperti listrik. Listrik apabila dipergunakan dengan tepat dan tidak berlebih-lebihan, maka kita
tidak terlalu khawatir adanya pemadaman listrik. Karena dengan adanya penghematan listrik,
maka sumber daya listrik tidak begitu sering overload atau kelebihan kebutuhan pemakaian

17
dibandingkan dengan jumlah sumber dayanya yang tersedia. Oleh karena itu marilah kita
bersama-sama untuk menjaga kelestarian sumber energi baik itu air. listrik maupun sumber
energi lainnya dengan tidak mempergunakannya secara berlebih-lebihan.

A. Pemahaman Kandungan Hadits Tentang Hemat Menggunakan Listrik


1) Lafadz hadits dan terjemahannya
‫هللا‬
َ َ‫حدثناَقتيبهَحدثناَحمادَعنَکثيرَهوَابنَشنظيرَعنَعطاءَعنَجابرَبنَعبدهللاَرضي‬
‫ن‬
َ ‫عنهماَقالَقالَرسولَهللاَصَمَخمرواَالنيةَواجيفواَالبوابَواطؤواَالمصابيحَفا‬
‫ى‬
َ ‫الفويسقةَربماَجرتَالفتيلةَفاحرقتَاهلَالبيتَرواهَالبخا‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami
Muhammad dari Katsir yaitu Ibnu Sindir dari 'Atha` dari Jabir bin Abdullah radhiallahu
'anhuma dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tutuplah tempat air
kalian, pintu rumah kalian, dan matikanlah lampu kalian, karena binatang-binatang berbahaya
bila datang dapat menarik sumbu lampu sehingga dapat berakibat kebakaran yang
menyebabkan terbunuhnya para penghuni rumah”. (HR. Bukhari).

2) Kualitas Hadits Hadis mematikan lampu ketika hendak tidur


Secara keseluruhan dari segi kualitas berstatus shahih beserta sanadnya bersambung
dan dari segi kuantitas berstatus mutawatir.

3) Syarah Hadits
Melalui hadits ini, Rasul mengajarkan umatnya untuk selalu menghemat energi. bahkan
pada hal-hal kecil, sekalipun hanya pemakaian lampu rumah tangga.
Asbabul wurud Hadits ini adalah peristiwa salah satu rumah warga yang terbakar
karena tetap menyalakan lampu (waktu itu bersumber dari api) pada malam hari. Perintah itu
berdampak positif secara langsung pada penghematan minyak yang digunakan sebagai bahan
bakarnya, terlebih jika diterapkan pada masa kini. Energi listrik tidaklah mudah dihasilkan
sehingga harus dilakukan penghematan.
Dengan demikian perintah nabi saw. ini mempunyai pesan universal yang sangat
penting yaitu keselamatan jiwa umat manusia. Namun jika dicari relevansinya hadis- hadis
tersebut pada realitas kekinian tidaklah demikian permasalahannya. Sebab, selain kekhawatiran
terbesar dapat memicu kebakaran sebagaimana telah dikhawatirkan nabi pada zamannya, pada
masa sekarang permasalahannya sesungguhnya lebih kompleks. Yaitu aspek penghematan dan

18
juga kenyamanan yang mendorong keharusan lampu di saat hendak tidur itu harus dimatikan
atau tetap dengan keadaan menyala. Karena itu, kesimpulan dalam memahami hadis ini cukup
fleksibel saja. Artinya dalam konteks kekinian hadis tersebut bisa dipahami secara tekstual dan
juga bisa dipahami secara kontekstual. Jadi, mematikan lampu di malam hari ketika hendak
tidur bertujuan agar tidak terjadinya kebakaran dan menjauhi sifat mubazir pada diri manusia
itu sendiri.

B. Pemahaman Kandungan Hadits Tentang Hemat Menggunakan Air


1) Lafadz Hadits dan Terjemahannya
َ‫حدثاناَقتيبةَابنَسعيدَحدثاناَوكيعَعنَمسعر َعنَابنَجبرَعنَانسَقالَكانَالنبيَصليَهللاَعليهَوسلم‬
َ‫يتوضاءَبالمدَويغتسلَبالصاعَالىَخمسةَامدا‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada
kami Waki' dari Mis'ar dari Ibnu Jabr dari Anas dia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam berwudhu dengan satu mud dan mandi dengan satu sha' (empat mud)
hingga lima mud."

2) Syarah Hadits
Satu sha' sama dengan empat mud atau 2.700 gram. Satu mud seukuran 675 gram atau
34 liter. Rasulullah Saw. memberikan contoh kepada kita dalam menghemat air meskipun air
tersebut digunakan untuk berwudhu', karena pada masa itu kuantitas air sangat sedikit. Ketika
beliau berwudhu, beliau hanya menghabiskan satu mud air. Padahal wudhu adalah salah satu
ibadah yang penting, di mana shalat tidaklah diterima tanpa berwudhu dalam kondisi berhadats
(tidak suci dari najis). Jika dalam ibadah saja Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencontohkan
untuk menghemat air, lalu bagaimana lagi jika menggunakan air di luar keperluan ibadah
kepada Allah Ta'ala? Tentu lebih layak lagi untuk berhemat dan disesuaikan dengan kebutuhan,
serta jangan berlebih-lebihan.
Dari riwayat di atas, para ulama menyimpulkan bahwa agama melarang keras
penggunaan air secara berlebihan termasuk dalam berwudhu. Karenanya mereka menetapkan
bahwa boros air dalam berwudhu adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT (makruh).
Berikut ini kutipan dari Syekh M Nawawi Banten dalam Qutul Habibil Gharib, Tausyih 'ala
Fathil Qaribil Mujib. Artinya, "Adapun hal-hal yang dimakruhkan dalam mengambil air
sembahyang adalah berlebihan dalam menggunakan air, mendahulukan anggota tubuh kiri
dibanding yang kanan, menambah lebih dari tiga basuhan secara yakin. mengurangi basuhan

19
kurang dari tiga basuhan meskipun ragu..." Karenanya, upayakan membuka keran sekadar
keluar air yang dipakai untuk meratakan anggota yang dibasuh saat wudhu. Jangan sampai
membuka keran lebar-lebar karena dapat membuang sia-sia banyak air. Pastikan meninggalkan
keran dalam keadaan tertutup rapat.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lingkungan adalah semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia dan hewan.
Sedangkan lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang berada di sekeliling makhluk hidup
(organisme) yang mempunyai pengaruh timbal balik terhadap makhluk hidup tersebut. Upaya
pelestarian lingkungan artinya menjaga keberadaan lingkungan untuk tetap utuh atau tidak
berubah. Dengan melakukan perbuatan sewenang-wenang terhadap lingkungan dengan cara
mengeksploitasi tanpa memperhatikan akibatnya, jelas bertentangan dengan ajaran Islam.

Pemahaman hadits tentang menghemat listrik Melalui hadits ini, Rasul mengajarkan
umatnya untuk selalu menghemat energi, bahkan pada hal-hal kecil, sekalipun hanya
pemakaian lampu rumah tangga. Asbabul wurud Hadits ini adalah peristiwa salah satu rumah
warga yang terbakar karena tetap menyalakan lampu (waktu itu bersumber dari api) pada
malam hari. Perintah itu berdampak positif secara langsung pada penghematan minyak yang
digunakan sebagai bahan bakarnya, terlebih jika diterapkan pada masa kini. Energi listrik
tidaklah mudah dihasilkan sehingga harus dilakukan penghematan.
Pemahaman hadits tentang menghemat air Rasulullah Saw. memberikan contoh kepada
kita dalam menghemat air meskipun air tersebut digunakan untuk berwudhu', karena pada masa
itu kuantitas air sangat sedikit. Ketika beliau berwudhu, beliau hanya menghabiskan satu mud
air. Padahal wudhu adalah salah satu ibadah yang penting, di mana shalat tidaklah diterima
tanpa berwudhu dalam kondisi berhadats (tidak suci dari najis). Jika dalam ibadah saja Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam mencontohkan untuk menghemat air, lalu bagaimana lagi jika
menggunakan air di luar keperluan ibadah kepada Allah Ta'ala? Tentu lebih layak lagi untuk
berhemat dan disesuaikan dengan kebutuhan, serta jangan berlebih-lebihan.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang masalah di atas dengan menggunakan
sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://iainkudus.ac.id/lampiran/94-1802-5766-1-SM.pdf
https://swararahima.com/2018/08/13/lingkungan-hidup-dalam-perspektif-hadis/
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5746982/11-hadits-kebersihan-dalam-islam-
terapkan-di-sekolah-yuk

22

Anda mungkin juga menyukai