Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

AIK IV
AKHLAQ DAN MUAMALAH

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Al Islam dan
Kemuhammadiyahan IV
Dosen Pengampu
Arif Luqman Hakim, S.E.I., M.E.

Disusun Oleh:
NAILA ABABIL BUSTHAMI 202110110311344
ROYCE RAHMAHDA VIONADIN 202110110311345
ALIFIA SAUSAN SALSABILA 202110110311350

KELAS G
JURUSAN ILMU HUKUM, FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul Fiqih
Lingkungan.
Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah AIK-4. Dalam penulisan makalah ini kami selaku penulis merasa masih
banyak kekurangan, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran kami persilahkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap agar makalah ini berguna bagi semua orang dalam
memberi tambahan informasi tentang Fiqih Lingkungan.

Malang, 30 Mei 2023

(Penulis)

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………… ii
Daftar Isi………………………………………………………………………. iii
Bab I…………………………………………………………………………... 1
Pendahuluan…………………………………………………………………… 1
Bab II …………………………………………………………………………. 2
Pembahasan…………………………………………………………………… 2
Bab III ………………………………………………………………………… 7
Penutup………………………………………………………………………… 7
Daftar Pustaka…………………………………………………………………. iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam dan seisinya merupakan ciptaan Allah dan sebagai khalifah di muka
bumi manusia harus menjaga lingkungan. Letak geografis Indonesia yang
strategis membuat Indonesia sering dilanda berbagai macam bencana, bercermin
dari hal ini merupakan hukuman dari Allah karena manusia tidak menjaga
lingkungan justru sebaliknya membuat lingkungan jadi rusak baik itu bencana
seperti tsunami, angin topan, gempa bumi, badai, gunung Meletus, banjir, dan
tanah longsor. Indonesia terletak di kawasan pertemuan lempeng Eurasia, Pasisik,
dan Indo-Australia dan juga terletak di daerah ring of fire karena ada 187 gunung
api yang mengelilingi. Sekali lagi alam dan ciptaannya sudah diatur sedemikian
rupa oleh Allah untuk menjaga keseimbangannya namun manusia dengan
gampang merusak lingkungan. Sebagai khalifah sebuah kewajiban bagi manusia
untuk menjaga dan melestarikan alam, toh alam juga memberi berbagai manfaat
kepada kita. Oleh karena itu penulis rasa perlu adanya penulisan makalah ini yang
berguna untuk menyadarkan dan mengajak masyarakat dan semmua pihak untuk
turut andil dalam melestarikan lingkungan agar dapat terus terjaga hingga zaman
cucu cicit kita.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fiqh lingkungan?
2. Apa urgensi fiqih lingkungan?
3. Bagaimana Pemeliharaan Lingkungan dalam Fiqh Lingkungan?
4. Bagaimana Pelestarian Lingkungan dalam pandangan islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian fiqih lingkungan
2. Untuk mengetahui urgensi fiqih lingkungan
3. Untuk menjelaskan pemeliharaan lingkungan dalam fiqih lingkungan
4. Untuk menjelaskan pelestarian lingkungan dalam pandangan islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Fiqih Lingkungan


Fiqh lingkungan (fiqh al-Bi’ah) berasal dari bahasa yaitu fiqh dan al-
bi`ah. Secara bahasa fiqh berasal dari kata faqiha-yafqahu-fiqhan yang berarti al-
‘ilmu bis-syai`i (pengetahuan terhadap sesuatu), al-fahmu (pemahaman). Secara
istilah, fiqh adalah ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat
praktis yang diambil dari dalil tafshili. Kata “al-bi`ah” dapat diartikan dengan
lingkungan hidup (Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan kehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain). Fikih lingkungan adalah seperangkat aturan tentang perilaku ekologis
manusia yang ditetapkan oleh ulama yang berkompeten berdasarkan dalil yang
terperinci untuk tujuan mencapai kemaslahatan kehidupan yang bernuansa
ekologis. Merupakan kerangka berfikir konstruktif umat Islam dalam memahami
lingkungan alam, bumi tempat mereka hidup dan berkehidupan. Melindungi
seluruh ekosistem hutan merupakan anjuran agama. Menjaga lingkungan
merupakan kewajiban moral terhadap sesama makhluk Tuhan yang bernilai
ibadah. Sebaliknya, mengabaikan lingkungan sama dengan melakukan tindakan
tercela yang dilarang keras oleh agama dan dianggap ingkar. Alam adalah bagian
dari kehidupan. Alam bersama isinya senantiasa bertasbih kepada Allah. Allah
SWT senantiasa mengingatkan agar tidak merusak alam dan menyuruh menjaga
alam demi keseimbangan ekosistem dunia.

B. Urgensi Fiqih Lingkungan


Al-Qur’an telah memberikan informasi spiritual kepada manusia untuk
bersikap ramah terhadap bumi, sebab bumi adalah tempat kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya. Manusia harus selalu menjaga dan
melestarikan bumi dan lingkungan agar tidak menjadi rusak, tercemar bahkan
menjadi punah, karena hal itu adalah amanah Allah SWT yang diberikan kepada
manusia. Untuk menghambat percepatan krisis lingkungan, upaya pengembangan
fikih lingkungan harus terus dilakukan. Perumuskan dan pengembangan sebuah
fiqh lingkungan menjadi urgensi di tengah krisis ekologis oleh keserakahan
manusia dan kecerobohan penggunaan teknologi. Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain:

1. Rekonstruksi makna khalifah.


Menjadi khalifah di muka bumi berarti untuk membangun kehidupan yang
damai, sejahtera, dan penuh keadilan. Jika seorang melakukan kerusakan
otomatis mencoreng atribut manusia sebagai khalifah (QS. al-Baqarah/2: 30).
Perusakan terhadap alam merupakan bentuk dari pengingkaran terhadap ayat

2
ayat (keagungan) Allah, dan akan dijauhkan dari rahmat-Nya (QS. al-A’raf/7:
56).

2. Ekologi sebagai doktrin ajaran.


Sebagaimana yang dijelaskan oleh Yusuf Qardhawi memelihara lingkungan
sama halnya dengan menjaga lima tujuan dasar Islam (maqashid al-syari’ah).
Dalam kaidah Ushul Fiqh disebutkan, ma la yatimmu al-wajib illa bihi fawuha
wajibun (Sesuatu yang membawa kepada kewajiban, maka sesuatu itu
hukumnya wajib).

3. Perusak lingkungan adalah kafir ekologis (kufr al-bi’ah).


Merusak lingkungan sama halnya dengan ingkar terhadap kebesaran Allah
(QS. Shaad: 27). Kata kafir tidak hanya ditujukan kepada orang yang tidak
percaya Allah, tetapi juga ingkar terhadap seluruh nikmat yang diberikanNya
termasuk adanya alam semesta ini (QS. Ibrahim/14: 7).

C. Pemeliharaan Lingkungan dalam Fiqh Lingkungan


Pemahaman masalah lingkungan hidup dan penanganannya mencakup
penyelamatan dan pelestariannya perlu diletakkan di atas pondasi moral. Fiqh
lingkungan berupaya menyadarkan manusia bahwa masalah lingkungan tidak
dapat dilepaskan dari tanggung jawabnya dan merupakan amanat yang
diembannya yang tidak lain dan tidak bukan untuk memelihara dan melindungi
alam yang dikaruniakan Sang pencipta yang Maha pengasih dan penyayang
sebagai hunian tempat manusia dalam menjalani hidup di bumi ini harus ada dua
hal yang dilakukan oleh manusia supaya lingkungan dan alam ini tidak dirusak
lagi sebagai berikut:

1. Penguatan Nilai Intelektual dan Spiritual


Keberhasilan suatu pelestarian lingkungan ditentukan oleh dimensi intelektual
dan spiritual. Dua aspek ini menggerakkan tindakan manusia dan menentukan
kualitas serta motivasi kesadarannya. Ajaran kearifan lingkungan yang dapat
memperkuat aspek intelektual dan spiritual diantaranya dalam konsep tauhid,
khalifatullah fil-ardh, syukr, akhirat, ihsan, amanat dan rahmatan lil ‘alamin.
Yusuf Qardhawi menguraikan konsep ihsan sebagai pilar konservasi
lingkungan yang didefinisikan ke dalam dua pengertian:
(1) melindungi dan menjaga dengan sempurna
(2) ihsan berarti memperhatikan, menyayangi, merawat serta menghormati.

2. Penguatan konsep Maslahah dalam Fiqh lingkungan


Ada dua rumusan metode yang digunakan untuk membangun fiqh lingkungan,
yakni mashlahah dan maqasid asy-syari’ah. Mashlahah berkaitan erat dengan
maqasid asy-syariah, karena mashlahah merupakan sarana untuk merawat
maqasid asy-syariah. Pemeliharaan lingkungan merupakan upaya untuk
menciptakan kemaslahatan dan mencegah kemudharatan. Hal ini sejalan
dengan maqāsid al-syarī’ah yang terumuskan dalam kulliyāt al-khams, yaitu:

3
hifzu al-nafs (melindungi jiwa), hifzual-aql (melindungi akal), hifzu al-māl
(melindungi kekayaan/property), hifzu al-nasb (melindungi keturunan), hifzu
al-dīn (melindungi agama).

D. Pelestarian Lingkungan Dalam Pandangan Islam


Adapun konsep pelestarian lingkungan dalam pandangan Islam adalah
sebagai berikut:
1. Tanggung jawab manusia terhadap lingkungan
Dalam konsep khilafah menyatakan bahwa manusia telah dipilih oleh
Allah di muka bumi ini sebagai wakil Allah. Sebagai wakil (khalifah) Allah di
muka bumi, manusia harus aktif dan bertanggung jawab untuk menjaga bumi.
Manusia ialah makhluk terbaik di antara semua ciptaan Allah dan memegang
tanggungjawab mengelola bumi, maka semua yang ada di bumi diserahkan
untuk manusia. Sebagai khalifah di bumi, manusia diperintahkan beribadah
kepada-Nya dan diperintah berbuat kebajikan dan dilarang berbuat kerusakan.
Selain konsep berbuat kebajikan terhadap lingkungan. Kekhalifahan
mengandung tiga unsur pokok yang diisyaratkan dalam Al Qur’an
(1). Manusia sebagai khalifah.
(2). Alam raya sebagai ardh (tempat tinggal).
(3). Tugas kekhalifahan hubungan manusia, alam dan isinya.
Kekhalifahan menuntut pemeliharaan, bimbingan, pengayoman, dan
pengarahan seluruh mahluk agar mencapai tujuan penciptaan. Tugas manusia
sebagai khalifah tidak hanya memikirkan kepentingan sendiri, kelompok atau
bangsanya, tetapi ia harus berpikir dan bersikap untuk kemaslahatan semua
pihak. Manusia tidak boleh berlaku sewenang-wenang, karena sesungguhnya
yang mampu menundukkan alam hanyalah Allah.

2. Etika terhadap lingkungan dalam Islam


Menurut Ahmad Syadali ada tiga tahapan dalam beragama secara tuntas
dapat menjadi sebuah landasan etika lingkungan dalam perspektif Islam.
a) Ta`abbud.
Menjaga lingkungan merupakan impelementasi kepatuhan kepada Allah
Karena menjaga lingkungan adalah bagian dari amanah manusia sebagai
khalifah. Bahkan dalam ilmu fiqih menjaga kelestarian dan keseimbangan
lingkungan berstaus hukum wajib.
b) Ta`aqquli.
Perintah menjaga lingkungan secara logika dan akal pikiran memiliki
tujuan yang dapat difahami. Lingkungan ialah tempat tinggal dan tempat
hidup makhluk hidup yang telah didesain sedemikian rupa oleh Allah
dengan keseimbangan dan keserasiaanya, jika ada kerusakan yang
dilakukan manusia akan menimulkan bencana.
c) Takhalluq
Menjaga lingkungan harus menjadi akhlak, tabi`at dan kebiasaan setiap
orang, karena menjaga lingkungan akan jadi sangat mudah bila sudah
terbiasa sehingga keseimbangan dan kelestarian alam akan terjadi.

4
3. Pemeliharaan Dan Pemanfaatan Lingkungan Dalam Islam
Masalah lingkungan hidup adalah masalah global dunia. Al Qur'an
merupakan hudan li al-nas (petunjuk bagi manusia) maksudnya dalam Al
Quran menyangkut juga masalah praktis kehidupan manusia di alam dunia
termasuk didalamnya patokan dasar tentang bagaimana manusia menyantuni
alam semesta dan lingkungan sekitarnya. Allah menciptakan segala sesuatu
tidak sia-sia dan melarang manusia untuk berbuat kerusakan di bumi, ini tidak
lain dan tidak bukan ialah keseimbangan. Keseimbangan yang diciptakan
Allah SWT akan terus berlangsung kecuali jika terjadi suatu keadaan luar
biasa. Amanat yang diberikan kepada manusia sebagai khalifah di bumi
hendaknya diwujudkan sedalam tindakan memelihara, mengelola,
mengembangkan dan memanfaatkan kekayaan alam dengan sebaik-baiknya.
Manusia dikatakan sebagai orang yang beriman manakala lingkungannya
terjaga dengan baik.

4. Islam Sebagai Motivator Pergerakan Atas Eksistensi Lingkungan Hidup


Islam adalah agama yang dipeluk sejumlah besar penduduk bumi dapat
dibayangkan jika semua umat islam sadar akan kepentingan menjaga
lingkungan maka kelestarian lingkungan akan terjamin. Untuk mewujudkan
hal tersebut bisa direpresentasikan melalui persuasife methode, yaitu dengan:

a) Pendekatan al-Qur`an
1. Q.S. al-Rum ayat 41-42
Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas memanfaatkan, mengelola
dan memelihara. Pemanfaatan yang manusia lakukan sering tidak
diiringi dengan pelestarian. Usaha yang dapat dilakukan untuk
memelihara dan melestarikan lingkungan hidup diantaranya
a. Rehabilitasi SDA berupa hutan, tanah, dan air yang rusak
b. Pendayagunaan daerah pantai, laut, dan udara perlu ditingkatkan
tanpa merusak mutu dan kelestarian lingkungan hidup.
c. Membudidayakan tanaman dan hidup bersih.

2. Q.S. Al-A’raf ayat 56-58


Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk
Allah lainnya alam dan isinya diciptakan Allah untuk diolah dan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, Allah SWT melarang umat
manusia berbuat kerusakan dimuka bumi karena Dia telah menjadikan
manusia sebagai khalifahnya.

3. Q.S. Shaad ayat 27


Allah SWT menjadikan langit, bumi dan makhluk apa saja yang berada
diantaranya tidak sia-sia. Baik langit, bintang, matahari, dan bulan

5
maupun bumi sebagai tempat tinggal manusia memiliki peran besar
bagi kelangsungan hidup manusia.

b) Pendekatan Fiqh
Fikih dapat diartikan sebagai sistem pemikiran hukum Islam yang
memberikan kepastian bagi mereka yang meyakininya dan dengan
kepastian ini umat islam tak akan ragu lagi tentang kewajiban menjaga
lingkungan. Fikih tentang lingkungan hidup perlu dikembangkan terus
menerus agar dapat menjawab kebutuhan jaman yang semakin
menekankan pentingnya perlindungan terhadap lingkungan hidup.
Manusia, bumi, dan makhluk ciptaan lainnya di alam semesta adalah suatu
ekosistem yang berkesinambungan dan bergantung pada moralitas
manusia, melindungi dan merawat lingkungan hidup jadi makin jelas
sebagai suatu kewajiban setiap Muslim.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fiqh lingkungan berasal dari bahasa yaitu fiqh dan al- bi`ah. Kata al-bi`ah
dapat diartikan dengan lingkungan hidup. Fikih lingkungan adalah seperangkat
aturan tentang perilaku ekologis manusia yang ditetapkan oleh ulama yang
berkompeten berdasarkan dalil yang terperinci untuk tujuan mencapai
kemaslahatan kehidupan yang bernuansa ekologis. Merupakan kerangka berfikir
konstruktif umat Islam dalam memahami lingkungan alam, bumi tempat mereka
hidup dan berkehidupan. Menjaga lingkungan merupakan kewajiban moral
terhadap sesama makhluk Tuhan yang bernilai ibadah. Sebaliknya, mengabaikan
lingkungan sama dengan melakukan tindakan tercela yang dilarang keras oleh
agama dan dianggap ingkar. Manusia harus selalu menjaga dan melestarikan bumi
dan lingkungan agar tidak menjadi rusak, tercemar bahkan menjadi punah, karena
hal itu adalah amanah Allah SWT yang diberikan kepada manusia. Untuk
menghambat percepatan krisis lingkungan, upaya pengembangan fikih
lingkungan harus terus dilakukan. Perumuskan dan pengembangan sebuah fiqh
lingkungan menjadi urgensi di tengah krisis ekologis oleh keserakahan manusia
dan kecerobohan penggunaan teknologi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Yusuf
Qardhawi memelihara lingkungan sama halnya dengan menjaga lima tujuan dasar
Islam . Lingkungan adalah kafir ekologis. Merusak lingkungan sama halnya
dengan ingkar terhadap kebesaran Allah. Pemahaman masalah lingkungan hidup
dan penanganannya mencakup penyelamatan dan pelestariannya perlu diletakkan
di atas pondasi moral. Keberhasilan suatu pelestarian lingkungan ditentukan oleh
dimensi intelektual dan spiritual. Ajaran kearifan lingkungan yang dapat
memperkuat aspek intelektual dan spiritual diantaranya dalam konsep tauhid,
khalifatullah fil-ardh, syukr, akhirat, ihsan, amanat dan rahmatan lil ‘alamin. Ada
dua rumusan metode yang digunakan untuk membangun fiqh lingkungan, yakni
mashlahah dan maqasid asy-syari’ah. Pemeliharaan lingkungan merupakan upaya
untuk menciptakan kemaslahatan dan mencegah kemudharatan. Manusia ialah
makhluk terbaik di antara semua ciptaan Allah dan memegang tanggungjawab
mengelola bumi, maka semua yang ada di bumi diserahkan untuk manusia. Selain
konsep berbuat kebajikan terhadap lingkungan. Kekhalifahan mengandung tiga
unsur pokok yang diisyaratkan dalam Al Qur’an.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anita Puji Astutik, M. (2017). BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN


4 (AIK 4). Sidoarjo: UMSIDA PRESS.
Mu’adz, P. H. (2016). ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN Buku Ajar AIK 4. Sidoarjo:
UMSIDA PRESS.
Nurislamia. (2019). Pengembangan Ipteks Dalam Alquran. Enrekang: STKIP
Muhammadiyah Enrekang.
Prahasti Suyaman, L. S. (2020). PEDOMAN MATA KULIAH ISLAM & ILMU
PENGETAHUAN (AIK 4). Sukabumi: LAIK UMMI.
Syamsuri, A. S. (2017). BAHASA INDONESIA SEBAGAI PENGHELA ILMU
PENGETAHUAN DAN WAHANA IPTEKS. Makassar: UIN Makassar Press.
Taufik, S. M. (2016). ISLAM DAN IPTEKS. Surakarta: LPIK UMS.
Warsidi, Z. A. (2020). MODUL KULIAH AIK 4 (Keilmuan Hukum). Surabaya: PPAIK
UMSU.

iv

Anda mungkin juga menyukai