Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP DASAR FIQH LINGKUNGAN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dosen Pengampu:

DISUSUN OLEH:

AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
METRO LAMPUNG
T.A 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan segala nikmat Islam,
iman, dan kesempatan sehingga penyusun bisa menyelesaikan makalah ini yang membahas te
ntang “Konsep Dasar Fiqh Lingkungan”. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan s
anggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpa
h curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan sebagai sumber pemikiran khusunya
untuk para pembaca dan tidak lupa mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terda
pat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Kami sebagai p
enyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Metro,13 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 2
C. Tujuan Makalah................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 4

A. Pengertian Fiqh Lingkungan ............................................................................... 4


B. Prinsip Dasar Fiqh Lingkungan........................................................................... 6
C. Urgensi Lingkungan Hidup Dalam Islam............................................................ 7

BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 12

A. Kesimpulan.......................................................................................................... 12
B. Saran.................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persoalan-persoalan krisis lingkungan akhir-akhir ini menjadi isu yang hangat
untuk diperbincangkan, mengingat manusia dihadapkan pada serangkaian masalah-
masalah global yang membahayakan biosfer dan kehidupan makhluk hidup. Bencana
alam seringkali menjadi berita di berbagai media massa. Secara nasional, gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor, kekeringan merupakan
fenomena yang akrab dengan penduduk bangsa Indonesia. Sementara itu, secara
global telah terjadi perubahan drastis wilayah lingkungan hidup, mulai dari kerusakan
lapisan ozon, pemanasan global, efek rumah kaca, perubahan ekologi, dan
sebagainya. Belakangan ditemukan pula banyaknya kasus daratan pulau yang lenyap
dari peta dunia karena naiknya permukaan laut serta kasus kepunahan spesies
binatang tertentu.
Secara eksplisit, Al-Qur’an menyatakan bahwa segala jenis kerusakan yang
terjadi di permukaan bumi ini merupakan akibat dari ulah tangan yang dilakukan oleh
manusia dalam berinteraksi terhadap lingkungan hidupnya, “Telah nampak kerusakan
di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum [30]: 41). Ayat ini, sejatinya menjadi
bahan introspeksi manusia sebagai makhluk yang diberikan oleh Allah mandat
mengelola lingkungan bagaimana tata kelola lingkungan hidup yang seharusnya
dilakukan agar tidak terjadi kerusakan alam semesta ini.
Mengamini ayat di atas, Al-Qur’an sudah dengan tegas melarang manusia
untuk melakukan kerusakan dalam bentuk apapun di muka bumi ini, “Dan janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan
Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.”(QS. Al-A’raf [7]: 56). Mengenai ayat ini, Thahir bin ‘Asyur dalam
tafsir beliau yang monumental, At-Tahrir wa At-Tanwir menyatakan bahwa
melakukan kerusakan pada satu bagian dari lingkungan hidup semakna dengan
merusak lingkungan hidup secara keseluruhan. Dalam ayat lain, dijelaskan bahwa
melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup

1
merupakan sifat orang-orang munafik dan pelaku kejahatan, Dan apabila ia berpaling
(dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak
tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”.(QS. Al-
Baqarah [2]: 205) Dalam konteks ini, maka perumusan fikih lingkungan hidup
menjadi penting dalam rangka memberikan pencerahan dan paradigma baru bahwa
fikih tidak hanya berpusat pada masalah-masalah ibadah dan ritual saja, tetapi
bahasan fikih sebenarnya juga meliputi tata aturan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
agama terhadap berbagai realita sosial kehidupan yang tengah berkembang.
Realitas sosial saat ini telah membuktikan adanya kerusakan lingkungan.
Penanganannya secara teknik-intelektual sudah banyak diupayakan, namun secara
moral-spiritual belum cukup diperhatikan dan dikembangkan. Oleh sebab itu,
pemahaman masalah lingkungan hidup dan penanganannya perlu diletakkan di atas
suatu fondasi moral dengan cara menghimpun dan merangkai sejumlah prinsip, nilai
dan norma serta ketentuan hukum yang bersumber dari ajaran agama. Singkatnya,
upaya untuk mengatasi krisis lingkungan hidup yang kini sedang melanda dunia
bukanlah melulu persoalan teknis, ekonomis, politik, hukum, dan sosial-budaya
semata. Melainkan diperlukan upaya penyelesaian dari berbagai perspektif, termasuk
salah satunya adalah perspektif fiqh. Mengingat, fiqh pada dasarnya merupakan
"jembatan penghubung" antara etika (prilaku manusia) dan norma-norma hukum
untuk keselamatan alam semesta (kosmos) ini.
Maka dalam makalah ini mencoba mengantarkan pemahaman dan penggalian
rumusan fikih tentang tata kelola lingkungan hidup. Bagaimana sebenarnya perspektif
fikih terhadap lingkungan hidup, apa saja prilaku yang mesti dilakukan dan dihindari
menurut konsep fikih demi terciptanya pemanfaatan dan kelestarian lingkungan sesuai
dengan ajaran agama Islam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan,maka
disusunlah rumusan masalah sebagai berikut :
1 Apa Pengertian Fiqh Lingkungan ?
2 Apa Prinsip Dasar Fiqh Lingkungan ?
3 Apa Urgensi Lingkungan Hidup Dalam Islam ?

2
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas,maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1 Mahasiwa Dapat Mengetahui Pengertian Fiqh Lingkungan.
2 Mahasiswa Dapat Mengetahui Prinsip Dasar Fiqh Lingkungan.
3 Mahasiswa Dapat Mengetahui Urgensi Lingkungan Hidup Dalam Islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqh Lingkungan


Dalam bahasa arab fiqh lingkungan hidup dipopulerkan dengan istilah fiqhul
bi`ah, yang terdiri dari dua kata (kalimat majemuk; mudhaf dan mudhaf ilaih), yaitu
kata fiqh dan al-bi`ah. Secara bahasa “Fiqh” berasal dari kata Faqiha-Yafqahu-Fiqhan
yang berarti al-‘ilmu bis-syai`i (pengetahuan terhadap sesuatu) al-fahmu
(pemahaman).1 Sedangkan secara istilah, fiqh adalah ilmu pengetahuan tentang
hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis yang diambil dari dalil-dalil tafshili
(terperinci).2 Adapun kata “Al-Bi`ah” dapat diartikan dengan lingkungan hidup, yaitu:
Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.3
Masalah lingkungan hidup tidak hanya terbatas pada masalah sampah,
pencemaran, penghijauan kembali hutan gundul, maupun sekedar pelestarian alam.
Tetapi, lebih dari itu semua, masalah lingkungan hidup merpakan bagian dari suatu
pandangan hidup; sebab ia merupakan kritis terhadap kesenjangan yang diakibatkan
oleh pengurasan energi, dan keterbelakangan yang diakibatkan oleh pengejaran
pertumbuhan ekonomi yang optimal dan konsumsi yang maksimal. Dengan kata lain,
masalah lingkungan hidup berkaitan dengan pandangan dan sikap hidup manusia
untuk melihat dirinya sendiri maupun pada titik-titik pengertian yang demikian inilah
norma-norma fiqh yang merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar Al-Qur’an dan
Sunnah, seperti dijelaskan garis-garis besarnya di atas, dapat pula memberikan
sumbangan dalam upaya pengembangan lingkungan hidup itu.
Adapun pilar dari fiqh lingkungan itu sendiri adalah apa yang terdapat dii
dalam ajaran Islam, ada istilah Khalifah yakni sebutan yang digunakan Allah SWT
untuk menjaga atau pengemban amanat Allah SWT untuk mrnjaga atau memelihara
dan mengambankan alam demi untuk kepentiingan kemanusiaan. Artinya, manusia

1
Muhammad bin Yaqub al-Fayrus Abadi, Al-Qamus Al-Muhith, (Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 2005) cet. VIII
hlm. 1250
2
Jamaluddin Abdurrahim bin Hasan Al-Asnawi, Nihayatu As-Sul Fi Syarhi Minhaji Al-Wushul `ila ‘Ilmi Al-
Ushul, (Beirut: Dar Ibnu Hazm, 1999) cet. 1 juz 1 hlm. 16
3
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009. Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup

4
bertanggung jwab terhadap kelestarian lingkungan hidup dan keseimbangan
ekosistem yang sudah sedemikian rupa diciptakan oleh Allah SWT.
Allah SWT telah menciptakan alam semesta dengan ketentuan-ketentuan-Nya,
menurut perhitungan yang sempurna.4 Allah SWT tidak menciptakannya dengan
bermain-main5 atau dengan bathil, yakni sia-sia, tanpa arah dan tujuan yang benar. 6
Alama adalah bagian dari kehidupan, dan alam itu sendiri hidup. Alam bersama isinya
(udara, air, tanah, tumbuhan, dan lain-lain) senantiasa bertasbih kepada Allah dengan
cara sendiri-sendiri.7 Allah SWT senantiasa mengingatkan kepada kita agar tidak
melanggar aturan-aturan itu (tidak melampaui batas dalam neraca yang diterapkan),8
dan menyuruh kita agar menjaga (menegakkan timbangan) itu demi keseimbangan
ekosistem dunia.9 Manusia dilarang merusak dan mengganggu keseimbangan
ekosistem lingkungan hidup. “Janganlah membuat kerusakan di muka bumi, setelah
ditata (perbaiki dengan suatu ukuran tertentu untuk menjaga keseimbangan itu”.
Itulah ayat yang sering diulang-ulang di banyak tempat di Al-Qur’an. Demikian
kerangka pandangan Islam tentang lingkungan hidup
Secara normatif, sebagai pewaris nabi dalam tugas membimbing umat, ulama
dalam struktur sosial berfungsi sebagai elite keagamaan dan ikut berperan strategis
dalam menentukan arah kehidupan masyarakatnya. Fiqh Biah (Fiqh Lingkungan)
membahas tentang norma–norma berlingkungan hidup secara islam yang dapat
mempegaruhi latar berfikir manusia. Ulama Kalimantan memiliki pandangan tentang
respon ajaran Islam terhadap krisis lingkungan hidup. Pandangan mereka berwujud
dalam tiga elemen konsep.10 Ahli lingkungan membagi lingkungan hidup dalam 3
golongan11, yakni :
1 Lingkungan Fisik, yaitu segala sesuatu di sekitar kita berupa benda mati.
2 Lingkungan Biologis, yaitu segala sesuatu di sekitar kita yang tergolong
organisme hidup.
3 Lingkungan Sosial, adalah manusia (masyarakat yang ada di sekitarnya).

4
QS. Al-Hijr (15) Ayat 19 dan QS. Ar-rahman (55) Ayat 5.
5
QS. Al-Anbiya’ (21) Ayat 16.
6
 QS. Shad (38) Ayat 27 dan QS. Al-Hijr (15) ayat 85.
7
QS. Al-Isra (17) Ayat 44.
8
QS. Ar-Rahman (55) Ayat 7-8.
9
Ibid, Ayat 9.
10
Sukarni, Fiqih Lingkungan Hidup Perspektif Ulama Kalimantan Selatan, (Kementerian Agama RI, 2011), 1.
11
Joko Subagyo, Hukum Lingkungan “Masalah dan Penanggulangannya”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 19.

5
Selama tahun - tahun terakhir, terjadi beberapa bencana alam yang sangat
dahsyat di berbagai belahan bumi, di negara besar maupun di negara kecil, negara
canggih dalam hal teknologi ataupun negara industri maupun pertanian, negara yang
canggih teknologi maupun negara yang fokus tradisional. 12 Mulai bencana banjir
hingga tsunami telah terjadi. Dalam kaca mata islam hal itu terjadi karena adzab atau
ujian dari Allah SWT.
Dapat disimpulkan bahwa fiqh lingkungan cenderung pada tatanan yang
mengatur kehidupan manusia dengan alam semesta, baik dalam hal pemanfaatan dan
juga pelestariannya. Hal ini yang akan menunjukkan eksistensi manusia sebagai
khalifah dimuka bumi yang berdasarkan Al Qur’an dan Al Sunnah. Sebab islam
berbicara tentang alam mulai dari pembentukannya yang tidak memiliki kekurangan
apapun dalam pemanfaatannya sampai pada hari akhir sebagai bentuk kerusakan bagi
umat manusia.

B. Prinsip Dasar Fiqh Lingkungan


Pengkajian Fiqh Lingkungan berdasarkan pada pemahaman bagaimana
manusia mampu menjaga dan melestarikan sumberdaya alam yang ada sebagai
peruwujudan manusia dalam mengolah alam semesta. Ada beberapa hal yang terkait
oleh fiqh lingkungan dimana manusia sebagai khalifah dibumi perlu menjalankan
amanatnya untuk menjaga sebagai bentuk pemeliharaan lingkungan hidup diantaranya
yaitu :
1 Perlindungan jiwa raga (hifdh al nafs).13
Dalam pandangan fiqh lingkungan setiap jiwa dan raga makhluk hidup adalah
hal yang mulia. Oleh sebab itu perlu adanya penjagaan dan perlindungan yang
senantiasanya dijalankan pada setiap makhluk hidup (manusia, hewan,
tumbuhan) tanpa memandang status derajatnya.
2 Menyelaraskan tujuan kehidupan dunia akhirat.14
Dalam fiqh dijelaskan pengatruran kehidupan manusia yang mana fiqh telah
mengatur tatanan interaksi manusia baik dengan Alloh SWT. Dengan sesama
manusia, dan juga hubungan manusia dengan alam. Menyelaraskan antara
12
Bastian Affeltranger,dkk, Hidup Akrab Dengan Bencana (Sebuah Tinjauan Globaltentang Inisiatif - inisiatif
Pengurangan Bencana), (Jakarta : MPBI, 2007), 3.
13
Alie Yafie, Merintis Fiqih Lingkungan Hidup, (Jakarta:Tama Printing 2006), 163.
14
Ibid, 167.

6
tujuan dunia dan akhirat adalah bagaimana manusia dengan alam.
Menyelaraskan antara tujuan dunia dan akhirat adalah bagaimana manusia
dapat memenuhi kebutuhan daslam menjalankan roda kehidupan namun tidak
melupakan tujuan akhirat yaitu mendapatkan ridho Allah SWT.
3 Kebutuhan akan produksi dan konsumsi harus seimbang.15
Fiqh lingkungan mengatur tatanan kebutuhan manusia dalam hal
memproduksi atau mengkonsumsi sesuatu harus sesuai dengan kadar
kemampuan manusia untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Hal ini didasarkan
pada larangan manusia untuk berlebih - lebihan dalam segala hal.
4 Keseimbangan ekosistem harus dijaga.16
Tugas manusia untuk mengolah dan melestarikan alam tidak luput dari peran
serta manusia dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Jika ekosistem terjaga
maka manusia akan lebih mudah dalam memenuhi kebutuhannya.
5 Semua makhluk adalah mulia (muhtaram).17
Selaras dengan menjaga keseimbangan ekosistem, maka didalamnya manusia
juga harus menjaga setiap makhluk hidup didunia, sebab makhluk hidup selain
manusia dapat juga dimanfaatkan secara seimbang tidak diburu untuk
kepunahannya.
6 Manusia menjalankan tugas kekhalifahannya dalam hal mengolah dan
mengelola alam semeta.18
Dari kesekian penjelasan tentang prisip dasar fiqh lingkungan semua berkaitan
dengan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi. Sebab manusia yang
mempunyai akal fikiran yang dapat digunakan untuk mengolah dan mengelola
alam semesta.

C. Urgensi Lingkungan Hidup Dalam Islam


Al-Qur’an telah memberikan informasi spiritual kepada manusia untuk
bersikap ramah terhadap bumi, sebab bumi adalah tempat kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya (QS. Al-Rahman: 10). Informasi tersebut
memberikan sinyal bahwa manusia harus selalu menjaga dan melestarikan bumi dan

15
Ibid, 170.
16
Ibid, 173.
17
Ibid, 180.
18
Ibid, 185.

7
lingkungan agar tidak menjadi rusak, tercemar bahkan menjadi punah, karena hal itu
adalah amanah Allah SWT yang diberikan kepada manusia. Dengan kata lain, Islam
telah memberikan sebuah sistem atau tatanan kehidupan yang demokratis dalam
segala hal, termasuk demokratis terhadap bumi (alam). Karenanya, untuk
menghambat percepatan krisis lingkungan, upaya pengembangan fikih lingkungan
harus terus dilakukan.
Sebagai disiplin ilmu yang mengatur hubungan manusia terhadap Tuhannya,
hubungan manusia terhadap dirinya sendiri, hubungan manusia terhadap sesama
manusia, hubungan manusia terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, maka
perumusan fikih lingkungan hidup menjadi penting dalam rangka memberikan
pencerahan dan paradigma baru untuk melakukan pengelolaan lingkungan melalui
sebuah ajaran religiyang sesuai dengan hukum-hukum syara’. Perumuskan dan
pengembangan sebuah fiqh lingkungan (fiqh al-bi’ah) menjadi suatu pilihan urgen di
tengah krisis-krisis ekologis oleh keserakahan manusia dan kecerobohan penggunaan
teknologi.19
a. Pelestarian Lingkungan Dalam Al-Qur’an
1. Melestarikan Lingkungan Hidup Merupakan Manifestasi Keimanan
“ Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya, yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu
orang-orang yang beriman". (QS. Al-A’raf [7]: 85).
2. Merusak Lingkungan Adalah Sifat Orang Munafik dan Pelaku Kejahatan
“ Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah
tidak menyukai kebinasaan”. (QS. Al-Baqarah [2]: 205).
3. Alam semesta merupakan anugerah Allah untuk manusia
“ Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin”. (QS. Luqman [31]: 20).
“ Dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di
lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-
sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus

Mudhofir Abdullah, Masail Al-Fiqhiyyah Isu-IsuFikih Kontemporer, (Yogyakarta: Teras,


19

2011), hlm. 37
8
menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan
siang”. (QS. Ibrahim [14]: 32-33).

b. Pelestarian Lingkungan Dalam Hadis-Hadis Nabawi


Selaras dengan ayat-ayat di atas, Rasulullah saw melalui hadis-hadis beliau juga telah
menanamkan nilai-nilai implementatif pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup
ini, antara lain:
1. Penetapan Daerah Konservasi
َ‫وَأنَّ ُع َم َر َح َمىال َّس َرفَ َوال َّربَ َذة‬،
َ ‫َأنَّالنَّبِيَّصلىاللهعليهوسلم َح َمىالنَّقِي َع‬.
“ Sesungguhnya Rasulullah telah menetapkan Naqi’ sebagai daerah konservasi,
begitu pula Umar menetapkan Saraf dan Rabazah sebagai daerah konservasi”.

2. Anjuran Menanam Pohon dan Tanaman


‫ا ِم ْن‬pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫ َم‬:‫لم‬pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp‫قَالَ َر ُسواُل للَّ ِهصلىاللهعليهوس‬
ٌ ‫َأوْ ِإ ْن َس‬،ٌ‫َأوْ يَ ْز َرعُزَرْ عًافَيَْأ ُكلُ ِم ْنهُطَ ْير‬،‫ ُم ْسلِ ٍميَ ْغ ِر ُسغَرْ سًا‬.
َ ‫َأوْ بَ ِهي َمةٌِإالَّ َكانَلَهُبِ ِه‬،‫ان‬
pٌ‫ص َدقَة‬
Rasulullah saw bersabda: “ Tidaklah seorang muslim menanam sebuah pohon atau
sebuat tanaman, kemudian dimakan oleh burung, manusia, atau binatang,
melainkan ia akan mendapat pahala sedekah”.
3. Larangan Melakukan Pencemaran
ِّ‫ار َع ِةالطَّ ِريقِ َوالظِّل‬
ِ َ‫ار ِد َوق‬ ْ ِ‫واال َمالَ ِعنَالثَّالَثَ ْالبَ َرا َزف‬
ِ ‫ىال َم َو‬ ْ ُ‫ اتَّق‬:‫قَالَ َر ُسواُل للَّ ِهصلىاللهعليهوسلم‬
Rasulullah saw bersabda: “Takutilah tigaperkara yang menimbulkan laknat; buang
air besar di saluran air (sumber air), di tengah jalan dan di tempat teduh”.

c. Pelestarian Lingkungan Dalam Perspektif Fiqh Al-bi’ah


Sebagai disiplin ilmu yang mengatur hubungan manusia terhadap Tuhannya,
hubungan manusia terhadap dirinya sendiri, hubungan manusia terhadap sesama
manusia, hubungan manusia terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, maka tidak
diragukan bila fikih memiliki peran yang krusial dalam merumuskan tata kelola
lingkungan hidup yang sesuai dengan hukum-hukum syara’.

Dalam bukunya yang berjudul Ri’ayatul Bi’ah fi Syari’atil Islam, Dr. Yusuf Al-
Qardhawi menjelaskan bahwa fiqh sangat concern terhadap isu-isu lingkungan hidup
ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan pembahasan-pembahasan yang terdapat dalam
literatur fiqh klasik, seperti: pembahasan thaharah (kebersihan), ihya al-mawat

9
(membuka lahan tidur), al-musaqat dan al-muzara’ah (pemanfaatan lahan milik untuk
orang lain), hukum-hukum terkait dengan jual beli dan kepemilikan air, api dan
garam, hak-hak binatang peliharaan dan pembahasan-pembahasan lainnya yang
terkait dengan lingkungan hidup yang ada di sekitar manusia.

Beliau juga menegaskan, bahwa pemeliharaan lingkungan merupakan upaya


untuk menciptakan kemaslahatan dan mencegah kemudharatan. Hal ini sejalan
dengan maqāsid al-syarī’ah (tujuan syariat agama) yang terumuskan dalam kulliyāt al-
khams, yaitu: hifzu al-nafs (melindungi jiwa), hifzu al-aql (melindungi akal), hifzu al-
māl (melindungi kekayaan/property), hifzu al-nasb (melindungi keturunan), hifzu al-
dīn (melindungi agama). Menjaga kelestarian lingkungan hidup menurut beliau,
merupakan tuntutan untuk melindungi kelima tujuan syari’at tersebut. Dengan
demikian, segala prilaku yang mengarah kepada pengrusakan lingkungan hidup
semakna dengan perbuatan mengancam jiwa, akal, harta, nasab, dan agama.
1. Penguatan Nilai Intelektual dan Spiritual
Keberhasilan suatu proyek konservasi/pelestarian lingkungan, sangat ditentukan
oleh dimensi intelektual dan spiritual. Dua aspek ini yang menggerakkan
tindakan-tindakan seorang manusia dan menentukan kualitas serta motivasi
kesadarannya. Menguatnya kesadaran intelektual dan spiritual terhadap konservasi
lingkungan dan pemecahan-pemecahannya akan menentukan masa depan
lingkungan hidup manusia.
Ajaran-ajaran kearifan lingkungan yang dapat memperkuat aspek intelektual dan
spiritual diantaranya dalam konsep tauhid, khalifatullah fil-ardh, syukr, akhirat,
ihsan, amanat dan rahmatan lil ‘alamin. Tauhid adalah matrik atau acuan seluruh
tindakan manusia terhadapp Tuhan dan alam, karena itu memancarkan
aspekkhalifatullah fil ardh yang secara bertanggung jawab mengelola dan
memanffaatkan sumber daya alam secara baik dan seimbang. Pengelolaan ini
dilakukan sebagai rasa syukr atas Sang Pencipta dan bentuk belas kasih
atau rahmatan lil ‘alamin kepada alam lingkungan. Operasi dan
implementasitauhid, syukr, khalifatullah, dan sikap belas kasih adalah manifestasi
dari amanat dan sikap ihsan. Dengan deikian amal-amal mereka pada akhirnya
akan dimintakan pertanggungjawaban kelak di akhirat.

2. Konsep Maslahah dan Maqasid al-Syari’ah

10
Konsep fiqh lingkungan yang dirumuskan oleh para intelektual muslim
mencerminkan dinamika fiqh terkait dengan adanya perubahan konteks dan
situasi. Ada dua rumusan metode yang digunakan untuk membangun fiqh
lingkungan, yakni mashlahah dan maqasid asy-
syari’ah.  Konsep mashlahah berkaitan sangat erat dengan maqasid asy-syariah,
karena dalam pengertian sederhana, mashlahahmerupakan sarana untuk
merawat maqasid asy-syariah. Contoh konkrit dari mashlahah ini adalah
pemeliharaan atau perlindungan total terhadap lima kebutuhan primer:
1. Perlindungan terhadap agama,
2. Perlindungan jiwa,
3. Perlindungan akal,
4. Perlindungan keturunan, dan
5. Perlindungan harta benda.
Kelima hal tersebut merupakan tujuan syari’ah (maqasid asy-syariah) yang harus
dirawat.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari materi di atas, dapat disimpulkan beberapa hal:
1. Konsep Fiqh Lingkungan pada hakikatnya adalah konsep aturan-aturan yang
dirumuskan oleh Islam dalam rangka mengatur pemanfaatan yang berorientasi
pada kelestarian lingkungan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits.
2. Hubungan manusia sebagai khalifah di muka bumi terhadap lingkungan hidupnya
harus berdasarkan atas asas pemanfaatan yang benar dan menghindarkan
kerusakan.
3. Kesadaran akan pelestarian lingkungan hidup sebagaimana yang sudah digariskan
oleh Fiqh Islam perlu ditanamkan kepada setiap pribadi muslim, dan menjadi
tanggung jawab bersama.
4. Pemeliharaan lingkungan merupakan upaya untuk menciptakan kemaslahatan dan
mencegah kemudharatan yang sejalan dengan maqasid al syariah (tujuan syariat
agama) yang terumuskan dalam kulliyat al-khams, yaitu hifzh al-din, hifzh al-
nafs, hifzh al-‘aql, hifzh al-nasl, dan hifzh al-mal. Dan segala perilaku yang
mengarah kepada pengrusakan lingkungan hidup semakna dengan perbuatan
mengancam jiwa, akal, harta, nasab, dan agama.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,khususnya bagi
pemakalah dan dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Maka dari itu makalah mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun agar dalam pembuatan makalah berikutnya dapat menjadi lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Jamaluddin Abdurrahim bin Hasan Al- Asnawi, 1999. Nihayatu As-Sul Fi Syarhi Minhaji Al-
Wushul `ila ‘ilmi Al-Ushul, Beirut: Dar Ibnu Hazm

Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009. Tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup

Sukarni, 2011. Fiqih Lingkungan Hidup Perspektif Ulama Kalimantan Selatan. Jakarta:
Kementrian Agama RI.

Subagyo, Joko. 2002. Hukum Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta

Affeltranger, Bastian, dkk. 2007. Hidup Akrab Dengan Bencana (Sebuah Tinjauan
Globaltentang Inisiatif - inisiatif Pengurangan Bencana). Jakarta : MPBI

Yafie, Alie. 2006. Merintis Fiqih Lingkungan Hidup. Jakarta: Tama Printing

Absullah, Mudhafir. 2011. Masail Al-Fiqhiyyah Isu-IsuFikih Kontemporer. Yogyakarta:


Teras

13

Anda mungkin juga menyukai